Artikel Fatwa : Kesaksian dengan Hati, Lisan dan Anggota Badan Senin, 05 Agustus 24 ***
Soal :
Seorang wanita dari Urdun bertanya :
Wahai yang mulia Syaikh Muhammad, apa syarat-syarat áóÇ Åöáóåó ÅöáøóÇ Çááåõ ? jelaskan kepada kami, wahai syaikh ! Semoga Allah membalas Anda dengan kebaikan.
Jawab :
Syaikh –ÑóÍöãóåõ Çááåõ-menjawab,
“Anda tidak butuh kepada syarat-syarat yang dijelaskan, (Kalimat tauhid tersebut) jelas. áóÇ Åöáóåó ÅöáøóÇ Çááåõ yakni, “Tidak ada sesembahan yang hak kecuali Allah”, seorang insan wajib bersaksi dengan hal tersebut; dengan hatinya, lisannya dan anggota badannya.
Pertama : bersaksi dengan hatinya
Yakni, ia berkeyakinan dengan sebuah keyakinan yang pasti bahwasanya tidak ada sesembahan yang hak kecuali Allah, dan bahwa semua yang disembah selain Allah, maka hal tersebut adalah batil. Sebagaimana Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-berfirman,
Ðóáößó ÈöÃóäøó Çááøóåó åõæó ÇáúÍóÞøõ æóÃóäøó ãóÇ íóÏúÚõæäó ãöäú Ïõæäöåö åõæó ÇáúÈóÇØöáõ æóÃóäøó Çááøóåó åõæó ÇáúÚóáöíøõ ÇáúßóÈöíÑõ [ÇáÍÌ : 62]
Demikianlah (kebesaran Allah) karena Allah, Dialah (Tuhan) Yang Hak. Dan apa saja yang mereka seru selain Dia, itulah yang batil, dan sungguh Allah, Dilah Yang Mahatinggi, Mahabesar (al-Hajj : 62)
Kedua : Seseorang mengucapkan kalimat itu dengan lisannya
Hal tersebut dilakukan selagi seseorang mampu untuk berbicara, karena Nabi-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-bersabda,
ÍóÊøóì íóÔúåóÏõæúÇ ÃóáøóÇ Åöáóåó ÅöáøóÇ Çááåõ
Hingga mereka bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang hak kecuali Allah
Maka, harus diucapkan bagi orang yang mempu mengucapkannya. Adapun seorang yang bisu, tidak dapat berbicara, maka cukup dengan keyakinan hatinya.
Ketiga : Harus merealisasikan kalimat ini
Hal tersebut dengan mengamalkan hal yang menjadi konsekwensi kalimat tersebut, yaitu, dengan tidak beribah kecuali kepada Allah, tidak menujukan sesuatu pun dari bentuk-bentuk ibadah untuk selain Allah. Maka, barang siapa menyekutukan Allah meski dalam bentuk syirik kecil, sesungguhnya ia belum merealisasikan makna ucapan ‘áóÇ Åöáóåó ÅöáøóÇ Çááåõ ‘ . dan barang siapa mengikuti selain Rasul-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó- padahal dirinya melakukan penyelisihan terhadap Rasul-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó- maka sesungguhnya ia belum merealisasikan makna ‘áóÇ Åöáóåó ÅöáøóÇ Çááåõ ‘ oleh karena ini, Nabi-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó- mencukupkan dengan ucapan ‘áóÇ Åöáóåó ÅöáøóÇ Çááåõ ‘ hingga pun dalam hal yang diduga oleh seseorang bahwasanya ia mengucapkan hal itu tidak secara ikhlash. Usamah bin Zaed bin Haritsah mengejar seorang lelaki musyrik, ketika ia barhasil menangkapnya, lelaki itu mengatakan (kepada Usamah) : ‘áóÇ Åöáóåó ÅöáøóÇ Çááåõ ‘ (tidak ada sesembahan yang hak selain Allah). Lantas, Usamah menduga bahwa lalaki-laki tersebut mengatakan hal itu karena takut akan dibunuh. Maka, Usamah kemudian membunuh lelaki tersebut. Sampailah hal tersebut kepada Rasulullah-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó -. Lalu, Nabi pun mengatakan kepada Usamah, "Apakah kamu membunuhnya setelah ia mengatakan, ‘Tidak ada tuhan yang hak selain Allah ?’ Usamah pun menjawab, ‘Wahai Rasulullah, ia mengatakan hal itu hanyalah agar ia terlindungi dirinya (dari pembunuhan) !’ namun Rasulullah-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-mengulangi (pertanyaannya) dan mengatakan, ‘Apa yang akan engkau perbuat dengan ‘‘áóÇ Åöáóåó ÅöáøóÇ Çááåõ ‘ apabila telah datang hari Kiamat ? ‘ Usamah mengatakan : hingga aku pun berangan-angan bahwa aku belum pernah masuk Islam sebelumnya.’
Oleh karena itu, kita katakan, ‘Kalimat tersebut haruslah diucapkan dengan lisan, apa-apa yang menjadi konsekwensi kalimat tersebut haruslah diamalkan dengan anggota badan, dan maknanya dan apa yang ditunjukkannya haruslah diyakini di dalam hati.
Wallahu A’lam
Sumber :
Fatawa Nur ‘Ala ad-Darb, Muhammad bin Shaleh al-Utsaimin, Jilid 1, hal. 66
Hit : 279 |
Index Fatwa |
Beritahu teman |
Versi cetak |
Bagikan
| Index Tauhid |
|