Artikel : Bulein Annur - Hikmah Al-Quran & Mutiara Hadits

Termasuk Kisah yang Menakjubkan

Jumat, 28 Juli 23
**

Sesungguhnya termasuk kisah yang menakjubkan yang Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-ulang kembali di dalam al-Qur’an dan Dia-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-pun menyanjungnya adalah kisah Musa bersama Fir’aun. Hal demikian itu karena keadaan kisah tersebut terkandung beberapa hikmah yang agung dan pelajaran yang mendalam, serta nasehat-nasehat yang sangat membekas. Dan, di dalam kisah itu pula terdapat berita Dzat yang Maha Suci tentang orang-orang yang beriman dan orang-orang yang Zhalim, di mana Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-memuliakan dan menolong orang-orang yang beriman dan menghinakan dan merendahkan orang-orang kafir.


Êöáúßó ÂíóÇÊõ ÇáúßöÊóÇÈö ÇáúãõÈöíäö (2) äóÊúáõæ Úóáóíúßó ãöäú äóÈóÅö ãõæÓóì æóÝöÑúÚóæúäó ÈöÇáúÍóÞøö áöÞóæúãò íõÄúãöäõæäó (3) Åöäøó ÝöÑúÚóæúäó ÚóáóÇ Ýöí ÇáúÃóÑúÖö æóÌóÚóáó ÃóåúáóåóÇ ÔöíóÚðÇ íóÓúÊóÖúÚöÝõ ØóÇÆöÝóÉð ãöäúåõãú íõÐóÈøöÍõ ÃóÈúäóÇÁóåõãú æóíóÓúÊóÍúíöí äöÓóÇÁóåõãú Åöäøóåõ ßóÇäó ãöäó ÇáúãõÝúÓöÏöíäó (4) [ÇáÞÕÕ : 2 - 4]


Ini ayat-ayat Kitab (al-Qur’an) yang jeles (dari Allah).

Kami membacakan kepadamu sebagian dari kisah Musa dan Fir’aun dengan sebenarnya untuk orang-orang yang beriman.

Sungguh, Fir’aun telah berbuat sewenang-wenang di bumi dan menjadikan penduduknya berpecah belah, dan menindas segolongan dari mereka (Bani Israil), dia menyembelih anak laki-laki mereka dan membiarkan hidup anak perempuan merreka. Sungguh, dia (Fir’aun) termasuk orang yang berbuat kerusakan. (al-Qashash : 2-4)

Dan ketika Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-ingin menyelamatkan golongan mereka ini dari kezhaliman, penindasan, kesombongan, kesewanang-wenangan Fir’aun ini, Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-menjalankan beberapa sebab yang agung yang tidak dapat dirasakan oleh Fir’aun, tidak pula oleh para pendukung dan pembantu-pembantunya, di mana Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-perintahkan kepada Ibunda Musa untuk meletakkan anaknya si bayi Musa di dalam sebuah peti yang tertutup, kemudian menghanyutkannya ke sungai. Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-menjanjikan bahwa Musa akan terjaga, dan Dia-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-pun memberikan kabar gembira kepadanya bahwa Dia-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-akan mengembalikan Musa kepadanya dan bahwa Musa akan tubuh dewasa dan selamat dari makar mereka, serta bahwa Dia-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-akan menjadikan Musa termasuk golongan para utasan-Nya.


æóáóÇ ÊóÎóÇÝöí æóáóÇ ÊóÍúÒóäöí ÅöäøóÇ ÑóÇÏøõæåõ Åöáóíúßö æóÌóÇÚöáõæåõ ãöäó ÇáúãõÑúÓóáöíäó [ÇáÞÕÕ : 7]


Dan janganlah engkau takut dan jangan (pula) bersedh hati, sesungguhnya Kami akan mengembalikannya kepadamu, dan menjadikannya salah seorang rasul.” (al-Qashash : 7)

Maka, segera saja Ibunda Musa melakukan apa yang diperintahkan kepadanya. Dan, Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-menjalankan peti itu dan apa yang ada di dalamnya, yaitu, Musa. Gelombang air pun menggerak-gerakannya sampai akhirnya sampai ke tempat yang dekat dari Fir’aun dan keluarganya.


ÝóÇáúÊóÞóØóåõ Âáõ ÝöÑúÚóæúäó áöíóßõæäó áóåõãú ÚóÏõæøðÇ æóÍóÒóäðÇ [ÇáÞÕÕ : 8]


Maka dia dipungut oleh kelurga Fir’aun agar (kelak) dia menjadi musuh dan kesedihan bagi mereka (al-Qashash : 8)

Dan dalam hal ini bahwa sikap kewaspadaan (dari perkara yang ditakuti oleh Fir’aun) tidak memberikan faedah (kepadanya) dari terhindar dari apa yang telah ditakdirkan.

Karena yang ditakutkan oleh Fir’aun dan untuk hal tersebut ia melakukan pembunuhan terhadap anak-anak laki-laki bani Israel, ternyata Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-tetapkan (orang yang akan menjadi sebab kebinasaan dirinya) justru tumbuh berkembang di rumah Fir’aun dan terdidik di bawah tangannya dan di atas pandangan matanya serta di dalam pemeliharaannya.

Dan termasuk kelembutan Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-terhadap Musa dan ibunya adalah bahwa Dia-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- mencegah Musa menerima penyusuan dirinya dari payudara wanita mana pun. Sehingga ia dibawa keluar ke pasar barangkali mereka mendapati orang yang dapat menyusuinya dengan upah. Dalam kondisi demikian itu, datanglah saudarinya,


ÝóÞóÇáóÊú åóáú ÃóÏõáøõßõãú Úóáóì Ãóåúáö ÈóíúÊò íóßúÝõáõæäóåõ áóßõãú æóåõãú áóåõ äóÇÕöÍõæäó [ÇáÞÕÕ : 12]


Lalu berkatalah dia (saudarinya Musa), “Maukah aku tunjukkan kepadamu, keluarga yang akan memeliharanya untukmu dan mereka dapat berlaku baik padanya ?” (al-Qashash : 12)

Ucapan saudarinya Musa ini berisikan motivasi terhadap keluarga ini dan penjelasan kepada mereka apa yang bakal mereka dapatkan berupa penjagaan yang sempurna dan perlakuan yang baik terhadap Musa.


ÝóÑóÏóÏúäóÇåõ Åöáóì Ãõãøöåö ßóíú ÊóÞóÑøó ÚóíúäõåóÇ æóáóÇ ÊóÍúÒóäó æóáöÊóÚúáóãó Ãóäøó æóÚúÏó Çááøóåö ÍóÞøñ æóáóßöäøó ÃóßúËóÑóåõãú áóÇ íóÚúáóãõæäó [ÇáÞÕÕ : 13]


Maka Kami kembalikan dia (Musa) kepada ibunya, agar senang hatinya dan tidak bersedih hati, dan agar dia mengetahui bahwa janji Allah adalah benar, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahuinya (al-Qashash : 13)

Dan ketika Musa-Úóáóíúåö ÇáÓøóáóÇãõ-telah cukup dewasa, Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- memberikan kepadanya ketentuan-ketentuan hukum dan ilmu; dengan ketentuan-ketentuan hukum itu ia mengetahui hukum-hukum syariat dan menyelesaikan masalah yang terjadi di antara manusia. Dan, Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-memberikan kepadanya ilmu yang banyak.

Kemudian, terjadilah beberapa peristiwa, di antaranya, Musa membunuh seorang lelaki berasal dari suku qibti. Bermusyawarahlah salah satu mentri Fir’aun dengan Fir’aun. Tercapailah kemufakatan untuk menghabisi nyawa Musa. Sampailah berita tersebut kepada Musa. Musa pun kemudian keluar dari Mesir “ ÎóÇÆöÝðÇ íóÊóÑóÞøóÈõ “ (dengan rasa takut, waspada (kalau ada yang menyusul atau menangkapnya) dan dia pun berdoa kepada Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-,


ÞóÇáó ÑóÈøö äóÌøöäöí ãöäó ÇáúÞóæúãö ÇáÙøóÇáöãöíäó [ÇáÞÕÕ : 21]


Ya Tuhanku, selamatkanlah aku dari orang-orang yang zalim itu (al-Qashash : 21)

Dan dalam perjalanannya itu, Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-memuliakan Musa dengan menikahkannya dengan seorang wanita shalehah. Kemudian Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-memuliakannya lagi dengan karamah yang paling agung dan mengaruniakan kepadanya kenikmatan teragung, yaitu, Dia-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì –menjadikannya termasuk golongan para Rasul.


ÞóÇáó íóÇ ãõæÓóì Åöäøöí ÇÕúØóÝóíúÊõßó Úóáóì ÇáäøóÇÓö ÈöÑöÓóÇáóÇÊöí æóÈößóáóÇãöí ÝóÎõÐú ãóÇ ÂÊóíúÊõßó æóßõäú ãöäó ÇáÔøóÇßöÑöíäó [ÇáÃÚÑÇÝ : 144]


(Allah) berfirman, “Wahai Musa ! Sesungguhnya Aku memilih (melebihkan) engkau dari manusia yang lain (pada masamu) untuk membawa risalah-Ku dan firman-Ku, sebab itu berpegang teguhlah kepada apa yang aku berikan kepadamu dan hendaklah engkau termasuk orang-orang yang bersyukur (al-A’raf : 144)

Dan Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-pun menguatkannya dengan hujjah-hujjah yang mempesona dan bukti-bukti yang tampak,


ÇÓúáõßú íóÏóßó Ýöí ÌóíúÈößó ÊóÎúÑõÌú ÈóíúÖóÇÁó ãöäú ÛóíúÑö ÓõæÁò æóÇÖúãõãú Åöáóíúßó ÌóäóÇÍóßó ãöäó ÇáÑøóåúÈö ÝóÐóÇäößó ÈõÑúåóÇäóÇäö ãöäú ÑóÈøößó Åöáóì ÝöÑúÚóæúäó æóãóáóÆöåö Åöäøóåõãú ßóÇäõæÇ ÞóæúãðÇ ÝóÇÓöÞöíäó [ÇáÞÕÕ : 32]


Masukkanlah tanganmu ke leher bajumu, dia akan keluar putih (bercahaya) tanpa cacat, dan dekapkanlah kedua tanganmu ke dadamu apabila ketakutan. Itulah dua mukjizat dari Tuhanmu (yang akan engkau pertunjukkan) kepada Fir’aun dan para pembesarnya. Sungguh, mereka adalah orang-orang fasik.” (al-Qashash : 32)

Dan Dia-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-memerintahkan Musa untuk pergi menemui Fir’aun untuk medakwahinya, dan Dia-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-perintahkan dirinya untuk berbicara kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan dia sadar atau takut. Musa pun meminta kepada Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- agar membantunya dalam mengemban misinya ini dan agar Dia-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-membimbing dirinya dalam melaksanakan tugas yang dibebankan kepada dirinya.


ÞóÇáó ÑóÈøö Åöäøöí ÞóÊóáúÊõ ãöäúåõãú äóÝúÓðÇ ÝóÃóÎóÇÝõ Ãóäú íóÞúÊõáõæäö (33) æóÃóÎöí åóÇÑõæäõ åõæó ÃóÝúÕóÍõ ãöäøöí áöÓóÇäðÇ ÝóÃóÑúÓöáúåõ ãóÚöíó ÑöÏúÁðÇ íõÕóÏøöÞõäöí Åöäøöí ÃóÎóÇÝõ Ãóäú íõßóÐøöÈõæäö (34) [ÇáÞÕÕ : 33 ¡ 34]


Dia (Musa) berkata, “Ya Tuhanku, sungguh aku telah membunuh seorang dari golongan mereka, sehingga aku takut mereka akan membunuhku.

Dan saudaraku Harun, dia lebih fasih lidahnya daripada aku, maka utuslah dia bersamaku sebagai pembantuku untuk membenarkan (perkataan)ku; sungguh aku takut mereka akan mendustakanku.” (al-Qashash : 33-34)

Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-pun mengabulkan apa yang dipintanya,


ÞóÇáó ÓóäóÔõÏøõ ÚóÖõÏóßó ÈöÃóÎöíßó æóäóÌúÚóáõ áóßõãóÇ ÓõáúØóÇäðÇ ÝóáóÇ íóÕöáõæäó ÅöáóíúßõãóÇ ÈöÂíóÇÊöäóÇ ÃóäúÊõãóÇ æóãóäö ÇÊøóÈóÚóßõãóÇ ÇáúÛóÇáöÈõæäó [ÇáÞÕÕ : 35]


Dia (Allah) berfirman, “Kami akan menguatkan engkau (membantumu) dengan saudaramu, dan Kami berikan kepadamu berdua kekuasaan yang besar, maka mereka tidak akan dapat mencapaimu : (berangkatlah kamu berdua) dengan membawa mukjizat Kami, kamu berdua dan orang yang mengikuti kamu yang akan menang.” (al-Qashash : 35)

Dan datanglah perintah ilahi kepada Musa dan saudaranya untuk melaksanakan tugas nan agung ini.


ÇÐúåóÈú ÃóäúÊó æóÃóÎõæßó ÈöÂíóÇÊöí æóáóÇ ÊóäöíóÇ Ýöí ÐößúÑöí (42) ÇÐúåóÈóÇ Åöáóì ÝöÑúÚóæúäó Åöäøóåõ ØóÛóì (43) ÝóÞõæáóÇ áóåõ ÞóæúáðÇ áóíøöäðÇ áóÚóáøóåõ íóÊóÐóßøóÑõ Ãóæú íóÎúÔóì (44) ÞóÇáóÇ ÑóÈøóäóÇ ÅöäøóäóÇ äóÎóÇÝõ Ãóäú íóÝúÑõØó ÚóáóíúäóÇ Ãóæú Ãóäú íóØúÛóì (45) ÞóÇáó áóÇ ÊóÎóÇÝóÇ Åöäøóäöí ãóÚóßõãóÇ ÃóÓúãóÚõ æóÃóÑóì (46) ÝóÃúÊöíóÇåõ ÝóÞõæáóÇ ÅöäøóÇ ÑóÓõæáóÇ ÑóÈøößó ÝóÃóÑúÓöáú ãóÚóäóÇ Èóäöí ÅöÓúÑóÇÆöíáó æóáóÇ ÊõÚóÐøöÈúåõãú ÞóÏú ÌöÆúäóÇßó ÈöÂíóÉò ãöäú ÑóÈøößó æóÇáÓøóáóÇãõ Úóáóì ãóäö ÇÊøóÈóÚó ÇáúåõÏóì (47) ÅöäøóÇ ÞóÏú ÃõæÍöíó ÅöáóíúäóÇ Ãóäøó ÇáúÚóÐóÇÈó Úóáóì ãóäú ßóÐøóÈó æóÊóæóáøóì (48) [Øå : 42 - 48]


Pergilah engkau beserta saudaramu dengan membawa tanda-tanda (kebesaran)-Ku, dan janganlah kamu berdua lalai mengingat-Ku ;

Pergilah kamu berdua kepada Fir’aun, karena dia benar-benar telah melampaui batas;

Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya (Fir’aun) dengan kata-kata yang lemah lembut, muda-mudahan dia sadar atau takut.”

Keduanya berkata, “Ya Tuhan kami, sungguh, kami khawatir dia akan segera menyiksa kami atau akan bertambah melampaui batas, “

Dia (Allah) berfirman, “Janganlah kamu berdua khawatir, sesungguhnya Aku bersama kamu berdua, Aku mendengar dan melihat.

Maka pergilah kamu berdua kepadanya (Fir’aun) dan katakanlah, “Sungguh, kami berdua adalah utusan Tuhanmu, maka lepaskanlah Bani Israil bersama kami dan janganlah engkau menyiksa mereka. Sungguh, kami datang kepadamu dengan membawa bukti (atas kerasulan kami) dari Tuhanmu. Dan keselamatan itu dilimpahkan kepada orang yang mengikuti petunjuk.

Sungguh, telah diwahyukan kepada kami bahwa siksa itu (ditimpakan) pada siapa pun yang mendustakan (ajaran agama yang kami bawa) dan berpaling (tidak memperdulikannya).” (Thaha : 42-48)

Pergilah Musa dan saudaranya Harun dengan penuh keberanian, kekuatan, dan kekokohan untuk menyampaikan risalah Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- dan melaksankan perintah-Nya.

Sungguh Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-telah mengutus Musa kepada Fir’aun -yang telah bersikap sombong terhadap makhluk-Nya dan mengatakan,’Akulah Tuhan kalian yang tinggi’-dengan membawa tanda-tanda (kebesaran)-Nya dan bukti yang jelas. Musa mendatangi Fir’aun dengan membawa tanda-tanda (kebesaran)-Nya yang nyata, dan menyerunya kepada meng-esa-kan Rabb (Tuhan) bumi dan langit, namun Far’aun mengingkari seraya bertanya,


æóãóÇ ÑóÈøõ ÇáúÚóÇáóãöíäó [ÇáÔÚÑÇÁ : 23]


Siapa Tuhan seluruh alam itu ? (asy-Syu’ara : 23)

Fir’aun mengingkari (adanya) Rabb yang Maha Agung yang dengan perintah-Nya tegaklah bumi dan langit, dan Dia-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-memiliki ayat (tanda kekuasaan) pada setiap sesuatu dari makhluk-makhluk ciptaan-Nya.

Masa pun menjawab pertanyaan Fir’aun tersebut,


ÞóÇáó ÑóÈøõ ÇáÓøóãóÇæóÇÊö æóÇáúÃóÑúÖö æóãóÇ ÈóíúäóåõãóÇ Åöäú ßõäúÊõãú ãõæÞöäöíäó [ÇáÔÚÑÇÁ : 24]


Dia (Musa) berkata, “(Dia) Tuhan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya (itulah Tuhanmu), jika kamu mempercayai-Nya.” (asy-Syu’ara : 24)

Karena apa yang ada di langit dan di bumi serta apa yang ada di antara keduanya berupa tanda-tanda kekuasaanNya mengharuskan untuk mempercayai-Nya bagi orang-orang yang mempercayai-Nya.

Lalu, Fir’aun mengatakan kepada orang-orang di sekelilingnya seraya menghinakan dan mengolok-olok Musa,


ÃóáóÇ ÊóÓúÊóãöÚõæäó [ÇáÔÚÑÇÁ : 25]


“Apakah kalian tidak mendengar (apa yang dikatakannya) ?” (asy-Syu’ara : 25)

Lalu, Musa mengingatkan Fir’aun tentang asal dirinya dan bahwa dirinya sejatinya adalah makhluk, sesuatu yang tercipta dari ketiadaan dan akan menjadi tidak ada kembali seperti halnya ditiadakannya nenek moyangnya terdahulu. Maka, ketika itu, bingunglah Fir’aun, lantas ia pun mendakwa dengan dakwaan orang yang menyombongkan diri lagi tertipu, seraya mengatakan,


Åöäøó ÑóÓõæáóßõãõ ÇáøóÐöí ÃõÑúÓöáó Åöáóíúßõãú áóãóÌúäõæäñ [ÇáÔÚÑÇÁ : 27]


Sungguh, Rasul kalian yang diutus kepada kalian benar-benar orang gila (asy-Syu’ara : 27)

Ia mencerca Rasul dan orang-orang yang mengikutinya. Maka, Musa membantah hal itu dan dia menjelaskan kepada Fir’aun bahwa gila itu adalah mengingkari sang pencipta yang Maha Agung.


ÞóÇáó ÑóÈøõ ÇáúãóÔúÑöÞö æóÇáúãóÛúÑöÈö æóãóÇ ÈóíúäóåõãóÇ Åöäú ßõäúÊõãú ÊóÚúÞöáõæäó [ÇáÔÚÑÇÁ : 28]


Dia (Musa) berkata, “(Dialah) Tuhan (yang menguasai) timur dan barat dan apa yang ada di antara keduanya ; jika kamu mengerti (asy-Syu’ara : 28)

Lalu, ketika Fir’aun tidak berdaya untuk membantah kebenaran (yang disampaikan Musa kepadanya), ia bergegas mengambil langkah memberikan ultimatum dan ancaman terhadap Musa bahwa dia akan memenjarakannya, seraya mengatakan,


áóÆöäö ÇÊøóÎóÐúÊó ÅöáóåðÇ ÛóíúÑöí áóÃóÌúÚóáóäøóßó ãöäó ÇáúãóÓúÌõæäöíäó [ÇáÔÚÑÇÁ : 29]


“Sungguh, jika engkau menyembah Tuhan selain aku, pasti aku masukan engkau ke dalam penjara.” (asy-Syu’ara : 29)

Terus saja Musa mendatangkan tanda-tanda kebesaran Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-seperti Matahari, dan Fir’aun pun terus berupaya dengan mengerahkan segenap daya dan kekuatannya untuk mengalahkan ayat-ayat itu, sampai ia mengatakan kepada kaumnya,


íóÇ Þóæúãö ÃóáóíúÓó áöí ãõáúßõ ãöÕúÑó æóåóÐöåö ÇáúÃóäúåóÇÑõ ÊóÌúÑöí ãöäú ÊóÍúÊöí ÃóÝóáóÇ ÊõÈúÕöÑõæäó (51) Ãóãú ÃóäóÇ ÎóíúÑñ ãöäú åóÐóÇ ÇáøóÐöí åõæó ãóåöíäñ æóáóÇ íóßóÇÏõ íõÈöíäõ (52) ÝóáóæúáóÇ ÃõáúÞöíó Úóáóíúåö ÃóÓúæöÑóÉñ ãöäú ÐóåóÈò Ãóæú ÌóÇÁó ãóÚóåõ ÇáúãóáóÇÆößóÉõ ãõÞúÊóÑöäöíäó (53) ÝóÇÓúÊóÎóÝøó Þóæúãóåõ ÝóÃóØóÇÚõæåõ Åöäøóåõãú ßóÇäõæÇ ÞóæúãðÇ ÝóÇÓöÞöíäó (54) ÝóáóãøóÇ ÂÓóÝõæäóÇ ÇäúÊóÞóãúäóÇ ãöäúåõãú ÝóÃóÛúÑóÞúäóÇåõãú ÃóÌúãóÚöíäó (55) ÝóÌóÚóáúäóÇåõãú ÓóáóÝðÇ æóãóËóáðÇ áöáúÂÎöÑöíäó (56) [ÇáÒÎÑÝ : 51 - 56]


Wahai kaumku ! Bukankah kerajaan Mesir itu milikku dan (bukankah) sungai-sungai ini mengalir di bawahku ; apakah kamu tidak melihat ?

Bukankah aku lebih baik dari orang (Musa) yang hina ini dan yang hampir tidak dapat menjelaskan (perkataannya) ?

Maka mengapa dia (Musa) tidak dipakaikan gelang dari emas, atau malaikat datang bersama-sama dia untuk mengiringkannya ?”

Maka (Fir’aun) dengan perkataan itu telah mempengaruhi kaumnya, sehingga mereka patuh kepadanya. Sungguh, mereka adalah kaum yang fasik.

Maka ketika mereka membuat Kami murka, Kami hukum mereka, lalu Kami tenggelamkan mereka semuanya (di laut),

maka Kami jadikan mereka sebagai (kaum) terdahulu, dan pelajaran bagi orang-orang yang kemudian. (Az-Zukhruf : 51-56)

Dan termasuk bagian dari rangkaian kisah ditenggelamkannya mereka itu adalah bahwa Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-mewahyukan kepada Musa agar ia membawa pergi kaumnya meninggalkan Mesir pada malam hari. Maka, kepergian mereka tersebut menyita perhatian Fir’aun sangat besar. Fir’aun pun kemudian mengirimkan utusan ke segenap penjuru daerah Mesir untuk mengumpulkan orang-orang, untuk sampai kepadaya sebuah perkara yang dikehendaki oleh Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-.

Lalu, Fir’aun mengumpulkan kaumnya dan kemudian mereka keluar mengejar Musa menuju ke arah laut merah.


ÝóáóãøóÇ ÊóÑóÇÁóì ÇáúÌóãúÚóÇäö ÞóÇáó ÃóÕúÍóÇÈõ ãõæÓóì ÅöäøóÇ áóãõÏúÑóßõæäó [ÇáÔÚÑÇÁ : 61]


Maka ketika kedua golongan itu saling melihat, berkatalah pengikut-pengikut Musa, “Kita benar-benar akan tersusul.” (asy-Syu’ara : 61)

Laut, berada di hadapan kita. Jika kita terus menerjangnya niscaya kita akan tenggelam. Sedangkan Fir’aun dan kaumnya berada di belakang kita. Jika kita berhenti, tidak melanjutkan perjalanan kita, niscaya ia akan dapat menyusul kita.

Maka, ketika itu, Musa mengatakan kepada kaumnya,


ÞóÇáó ßóáøóÇ Åöäøó ãóÚöíó ÑóÈøöí ÓóíóåúÏöíäö [ÇáÔÚÑÇÁ : 62]


Dia (Musa) menjawab, “Sekali-kali tidak akan (tersusul); sesungguhnya Tuhanku bersamaku, Dia akan memberi petunjuk kepadaku.” (asy-Syu’ara : 62)

Maka, ketika telah sampai di laut itu, Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-memerintahkan kepada Musa agar ia memukul laut itu dengan tongkatnya. Lantas, Musa pun kemudian memukul laut itu. Seketika laut itu pun terbelah menjadi 12 jalan, dan air yang mengalir di antara jalan-jalan ini seperti gunung-gunung yang besar. Mereka pun berjalan menyusuri jalan-jalan itu. Sementara Fir’aun dan kaumnya pun terus mengejar. Sampai ketika Musa dan kaumnya telah keluar dari jalannya masing-masing, dan sedangkan Fir’aun dan kaumnya telah sempurna masuk ke dalam jalan yang diapit oleh air seperti gunung yang besar itu, Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- kemudian perintahkan kepada laut agar kembali ke keadaannya semula. Maka, air itu pun menutup mereka. Sehingga mereka menjadi golongan orang-orang yang ditenggelamkan.

Maka, lihatlah dan perhatikanlah oleh kalian-semoga Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- merahmati kalian-apa yang ada dalam kisah ini berupa beberapa ibrah (pelajaran) dan tanda-tanda kekuasaan Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- ; mulai dari bagaimana Fir’aun membunuh anak-anak laki-laki Bani Israil karena takut dari Musa, lalu Musa tumbuh dan berkembang serta terdidik di dalam rumahnya, di bawah asuhan istrinya !!

Dan, bagaimana pula Musa menghadapi makhluk yang angkuh dan penentang ini dengan terang-terangan dan dengan tegas dalam menyampaikan kebenaran kepadanya, “Ketahuilah bahwa Tuhanmu adalah Tuhan semesta alam” lalu Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-menyelamatkannya dari Fir’aun !!

Dan bagaimana pula air yang mengalir itu menjadi sesuatu yang beku seperti gunung dengan kuasa Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-. Sementara jalan yang dilewati itu kering tidak tidak ada lumpur di dalamnya, tidak pula licin ketika terinjak !!

Dan bagaimana pula Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-membinasakan orang yang sangat angkuh dan sangat menentang ini dengan semisal sesuatu yang pernah disombongkannya, ia pernah sebelumnya menyombongkan diri dengan menyebutkan sungai-sungai itu mengalir dari bawah kekuasaan dirinya, lalu Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-binasakan dirinya dengan air !!

Tidak diragukan bahwa tampaknya tanda-tanda kekuasaan Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-pada makhluk-makhluk ciptaan-Nya merupakan sebuah kenikmatan yang sangat besar yang karenanya Dia-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-berhak dipuji dan disyukuri. Terlebih bila mana hal tersebut terkait dengan pertolongan terhadap wali-wali Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-dan golongan-Nya dan pembinasaan dan penghinaan terhadap wali-wali setan dan pengikutnya.

Oleh karena itu, ketika Nabi-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-datang ke Madinah, beliau mendapati orang-orang Yahudi berpuasa pada hari kesepuluh dari bulan ini-bulan Muharram- dan mereka mengatakan bahwa hari itu adalah hari di mana Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-menyelamatkan Musa dan kaumnya dan membinasakan Fir’aun dan kaumnya, maka Musa berpuasa hari itu sebagai bentuk kesyukuran, Nabi-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-mengatakan,(äóÍúäõ ÃóÍóÞøõ ÈöãõæÓóì ãöäúßõãú)) “Kami lebih berhak terhadap Musa daripada kalian.” Lalu, beliau-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-berpuasa pada hari itu (hari Asyura) dan beliau juga memerintahkan kepada orang-orang untuk berpuasa hari itu (hari Asyura) [1]. Dan, Nabi-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-pernah ditanya tentang puasa hari itu (Asyura), lalu beliau-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-mengatakan,


ÃóÍúÊóÓöÈõ Úóáóì Çááøóåö Ãóäú íõßóÝøöÑó ÇáÓøóäóÉó ÇáøóÊöí ÞóÈúáóåõ


Aku berharap kepada Allah akan menghapuskan (dosa) setahun sebelumnya [2]

Maka dari itulah hendaknya seorang muslim berpuasa hari Asyura (hari kesepuluh dari bulan Muharram) dan juga hari kesembilannya agar ia mendapatkan keutamaan puasanya dan menyelisihi orang-orang Yahudi sebagaimana Rasulullah-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-perintahkan.

Wallahu A’lam

(Redaksi)

Sumber :

Qishshatu Musa Ma’a Fir’auna, Prof. Dr. Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin al-'Abbad-ÍóÝöÙóåõ Çááåõ ÊóÚóÇáóì-.

Catatan :

[1] Diriwayatkan oleh al-Bukhari (2004), dan Muslim (1130) dari Ibnu Abbas-ÑóÖöíó Çááåõ ÚóäúåõãóÇ-.

[2] Diriwayatkan oleh Muslim (1162) dari hadis Abu Qatadah-ÑóÖöíó Çááåõ Úóäúåõ-

Hikmah Al-Quran & Mutiara Hadits : index.php
Versi Online : index.php/?pilih=lihatannur&id=1030