Artikel : Bulein Annur - Hikmah Al-Quran & Mutiara Hadits

Kedengkian Telah Memenuhi Hati Mereka

Jumat, 10 Nopember 23
***

Segala puji bagi Allah Rabb semesta alam, shalawat dan salam semoga tercurah atas baginda Muhammad-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-, penutup para Nabi dan imam para Rasul dan atas keluarganya serta para sahabatnya secara menyeluruh.

Saudara, saudariku,

Assalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuhu.

Wa ba’du,

Israil adalah sebutan untuk Ya’qub Nabi Allah-Úóáóíúåö ÇáÓøóáóÇãõ-, namun betapa jauh perbedaan antara beliau dengan Bani Israil. Kita mengimaninya sebagai seorang Nabi yang mulia, dari keturunan Nabi yang mulia, cucu dari kekasih Allah, Nabi Ibrahim-Úóáóíúåö ÇáÓøóáóÇãõ- … Ya’qub bin Ishaq bin Ibrahim.

Ketika Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-menguji kakeknya dan diberi ujian dengan beberapa kalimat (perintah dan larangan), Ibrahim-Úóáóíúåö ÇáÓøóáóÇãõ-berhasil menunaikannya. Maka Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-mengganjarnya, dan berfirman kepadanya,


Åöäøöí ÌóÇÚöáõßó áöáäøóÇÓö ÅöãóÇãðÇ


“Sesungguhnya Aku akan menjadikanmu imam bagi seluruh manusia.” (Al-Baqarah : 124)

Ibrahim-Úóáóíúåö ÇáÓøóáóÇãõ-adalah seorang bapak teladan, ia mengatakan,


æóãöäú ÐõÑøöíøóÊöí


“(Dan saya mohon juga) dari keturunanku.” (al-Baqarah : 124)

Maksudnya, ia (Ibrahim-Úóáóíúåö ÇáÓøóáóÇãõ-) juga menginginkan agar imamah (kepemimpinan) juga diberikan kepada anak keturunannya, dan Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-telah menjadikan kenabian pada anak keturunannya. Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-pun menjawabnya dengan firman-Nya,


áóÇ íóäóÇáõ ÚóåúÏöí ÇáÙøóÇáöãöíäó


JanjiKu (ini) tidak mengenai orang yang zalim.” (al-Baqarah : 124)

Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-lebih mengerti di mana Dia-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-menempatkan tugas kerasulan. Seorang yang zalim tidak akan mendapat peran dalam karunia Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-ini, selama kezalimannya terus-menerus terhadap kedudukan Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-Yang Mempunyai kekuasaan dan kemuliaan, karena Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-tidak menyukai orang-orang yang melakukan kezhaliman. Karena itulah Ibrahim-Úóáóíúåö ÇáÓøóáóÇãõ-berkata dalam permintaannya yang kedua, dalam surat al-Baqarah,


ÑóÈøö ÇÌúÚóáú åóÐóÇ ÈóáóÏðÇ ÂãöäðÇ æóÇÑúÒõÞú Ãóåúáóåõ ãöäó ÇáËøóãóÑóÇÊö ãóäú Âãóäó ãöäúåõãú ÈöÇááøóåö æóÇáúíóæúãö ÇáúÂÎöÑö


“Ya Rabbku, jadikanlah negeri ini negeri yang aman sentosa, dan berikanlah rizki dari buah-buahan kepada penduduknya yang beriman di antara mereka kepada Allah dan Hari Kemudian.” (al-Baqarah : 126)

Maksud Ibrahim-Úóáóíúåö ÇáÓøóáóÇãõ-dalam doanya “yang beriman di antara mereka kepada Allah dan Hari Kemudian.” adalah karena adabnya atas jawaban Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-kepadanya saat berfirman,


áóÇ íóäóÇáõ ÚóåúÏöí ÇáÙøóÇáöãöíäó


JanjiKu (ini) tidak mengenai orang yang zalim.” (al-Baqarah : 124)

Maka kemudian Ibrahim-Úóáóíúåö ÇáÓøóáóÇãõ-membatasi doanya kemudahan rezeki untuk orang-orang yang taat dan beriman. Akan tetapi Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-mengajarinya bahwa ada perbedaan antara karunia imamah dan karunia rezeki. Imamah tidak didapat oleh orang-orang yang zalim, sementara rezeki didapat oleh setiap makhluk.


æóãóÇ ãöäú ÏóÇÈøóÉò Ýöí ÇáúÃóÑúÖö ÅöáøóÇ Úóáóì Çááøóåö ÑöÒúÞõåóÇ


Dan tidak ada suatu binatang melatapun di bumi melainkan Allahlah yang memberi rizkinya (Hud : 6)


æóÅöÐú ÞóÇáó ÅöÈúÑóÇåöíãõ ÑóÈøö ÇÌúÚóáú åóÐóÇ ÈóáóÏðÇ ÂãöäðÇ æóÇÑúÒõÞú Ãóåúáóåõ ãöäó ÇáËøóãóÑóÇÊö ãóäú Âãóäó ãöäúåõãú ÈöÇááøóåö æóÇáúíóæúãö ÇáúÂÎöÑö ÞóÇáó æóãóäú ßóÝóÑó ÝóÃõãóÊøöÚõåõ ÞóáöíáðÇ Ëõãøó ÃóÖúØóÑøõåõ Åöáóì ÚóÐóÇÈö ÇáäøóÇÑö æóÈöÆúÓó ÇáúãóÕöíÑõ


Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berdoa, “Ya Rabbku, jadikanlah negeri ini negeri yang aman sentosa, dan berikanlah rezeki dari buah-buahan kepada penduduknya yang beriman di antara mereka kepada Allah dan Hari kemudian. Allah berfirman, “Dan kepada orang kafirpun Aku beri kesenangan sementara, kemudian Aku paksa dia menjalani siksa neraka dan itulah seburuk-buruk tempat kembali (al-Baqarah : 126)

Saya menyudahi pembahasan ini dengan pernyataan bahwa tidak ada kemuliaan bagi seorang yang zhalim meski nasabnya bermuara ke kekasih Allah, dan tidak ada kemuliaan bagi Zionis meski mereka mengaku anak keturunan Ya’qub, Israil, seorang Nabi Allah, anak Nabi Allah dan cucu Nabi Allah.

Inilah pembukaan saya untuk membahas tentang anak keturunan Israil dan kedudukannya terhadap bapak mereka, Ya’qub-Úóáóíúåö ÇáÓøóáóÇãõ- dan saudara mereka, Yusuf-Úóáóíúåö ÇáÓøóáóÇãõ-.

Yusuf-Úóáóíúåö ÇáÓøóáóÇãõ-pernah bermimpi behwa ia mendapatkan kebaikan yang besar. Dari renungannya terhadap mimpi itu Ya’qub-Úóáóíúåö ÇáÓøóáóÇãõ- menyimpulkan bahwa ia akan bertemu Yusuf. Kenapa ? Karena isi mimpi itu melalui lisan Yusuf-Úóáóíúåö ÇáÓøóáóÇãõ- dalam firman Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-berbunyi,


íóÇ ÃóÈóÊö Åöäøöí ÑóÃóíúÊõ ÃóÍóÏó ÚóÔóÑó ßóæúßóÈðÇ æóÇáÔøóãúÓó æóÇáúÞóãóÑó ÑóÃóíúÊõåõãú áöí ÓóÇÌöÏöíäó


Wahai ayahku, sesungguhnya aku bermimpi melihat sebelas bintang, matahari dan bulan; kulihat semuanya sujud kepadaku.” (Yusuf : 4)

Ini menunjukkan adanya pertemuan, artinya akan ada kumpul-kumpul. Yusuf-Úóáóíúåö ÇáÓøóáóÇãõ-telah berpisah dengan ayahnya karena tipu daya saudara-saudaranya, dan perpisahan itu telah berlangsung lama, karena Yusuf-Úóáóíúåö ÇáÓøóáóÇãõ- mendekam di penjara beberapa tahun. (Karena mengerti bahwa suatu saat akan bertemu), maka Ya’qub-Úóáóíúåö ÇáÓøóáóÇãõ- tidak putus asa, meski dia terus bersedih, menangis dan matanya memutih karena kesedihannya. Harapannya untuk bertemu anaknya diungkapkan dalam firman Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-,


Åöäøöí ÃóÚúáóãõ ãöäó Çááøóåö ãóÇ áóÇ ÊóÚúáóãõæäó


Bahwa aku mengetahui dari Allah apa yang kalian tidak mengetahuinya (Yusuf : 96)
Yang menjadikan kita memahami maksud ayat ini adalah ungkapan Ya’qub-Úóáóíúåö ÇáÓøóáóÇãõ-kepada Yusuf-Úóáóíúåö ÇáÓøóáóÇãõ-.


íóÇ Èõäóíøó áóÇ ÊóÞúÕõÕú ÑõÄúíóÇßó Úóáóì ÅöÎúæóÊößó ÝóíóßöíÏõæÇ áóßó ßóíúÏðÇ


Hai anakku, janganlah kamu ceritakan mimpimu itu kepada saudara-saudaramu, maka mereka membuat makar (untuk membinasakan)mu.” (Yusuf : 5)

Rasa dengki adalah keinginan hilangnya kenikmatan yang diperoleh orang lain, meski mereka adalah saudaranya sendiri. Ini Yusuf-Úóáóíúåö ÇáÓøóáóÇãõ-, saudara mereka yang mendapat kabar gembira dengan kebaikan yang besar di masa depannya. Meski demikian, ayah mareka, yang melahirkan mereka, dan dia adalah orang yang paling mengerti tentang mereka, yang mendidik mereka dan membesarkan mereka, berkata kepada Yusuf-Úóáóíúåö ÇáÓøóáóÇãõ-,


íóÇ Èõäóíøó áóÇ ÊóÞúÕõÕú ÑõÄúíóÇßó Úóáóì ÅöÎúæóÊößó ÝóíóßöíÏõæÇ áóßó ßóíúÏðÇ


Hai anakku, janganlah kamu ceritakan mimpimu itu kepada saudara-saudaramu, maka mereka membuat makar (untuk membinasakan)mu.” (Yusuf : 5)

Rasa dengkilah yang menghalangi Bani Israil untuk beriman kepada Muhammad-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-padahal mereka mengetahuinya sebagaimana mereka mengetahui anak-anak mereka sendiri. Kedengkian pula yang menghalangi Bani Israil untuk senang dengan kebaikan yang diturunkan kepada kita. Ini adalah penyakit lama, yang mendasari langkah-langkah mereka saat mereka masih bersama ayah mereka. Dan dia (Ya’qub-Úóáóíúåö ÇáÓøóáóÇãõ-, ayah mereka) telah memperingatkan Yusuf-Úóáóíúåö ÇáÓøóáóÇãõ- akan kedengkian saudara-saudaranya ini dengan firman-Nya,


íóÇ Èõäóíøó áóÇ ÊóÞúÕõÕú ÑõÄúíóÇßó Úóáóì ÅöÎúæóÊößó ÝóíóßöíÏõæÇ áóßó ßóíúÏðÇ Åöäøó ÇáÔøóíúØóÇäó áöáúÅöäúÓóÇäö ÚóÏõæøñ ãõÈöíäñ


Hai anakku, janganlah kamu ceritakan mimpimu itu kepada saudara-saudaramu, maka mereka membuat makar (untuk membinasakan)mu. Sesunguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia” (Yusuf : 5)

Meski dengan usaha untuk menjaga dalam satu keluarga, tetap saja mereka mengikuti faktor yang menjadikan mereka dengki, padahal Yusuf-Úóáóíúåö ÇáÓøóáóÇãõ-,tidak pernah menceritakan kepada mereka tentang mimpi yang dialaminya.

Saudara-saudara Yusuf-Úóáóíúåö ÇáÓøóáóÇãõ-,telah berburuk sangka terhadap ayah mereka, Ya’qub-Úóáóíúåö ÇáÓøóáóÇãõ-,, padahal dia adalah seorang Nabi yang mulia dan bahkan mereka menuduhnya berbuat curang dalam hal pembagian kasih sayang. Dalam hal ini Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-berfirman,


áóÞóÏú ßóÇäó Ýöí íõæÓõÝó æóÅöÎúæóÊöåö ÂíóÇÊñ áöáÓøóÇÆöáöíäó (7) ÅöÐú ÞóÇáõæÇ áóíõæÓõÝõ æóÃóÎõæåõ ÃóÍóÈøõ Åöáóì ÃóÈöíäóÇ ãöäøóÇ æóäóÍúäõ ÚõÕúÈóÉñ Åöäøó ÃóÈóÇäóÇ áóÝöí ÖóáóÇáò ãõÈöíäò (8)


Sesungguhnya ada beberapa tanda-tanda kekuasaan Allah pada (kisah) Yusuf dan saudara-saudaranya bagi orang-orang yang bertanya. (Yaitu) ketika mereka berkata, “Sesungguhnya Yusuf dan saudara kandungnya (Bunyamin) lebih dicintai oleh ayah kita daripada kita sendiri, padahal kita (ini) adalah satu golongan (yang kuat). Sesungguhnya ayah kita adalah dalam kekeliruan yang nyata (Yusuf : 7-8)

Mereka menguatkan kedudukan mereka terhadap ayah mereka dengan menguatkan ungkapan mereka dengan “Åöäø“ (yang berarti, ‘sesungguhnya’) dan ‘lam’ (yang berarti, ‘sungguh’) dalam bentuk jumlah ismiyah, mereka berkata,” Åöäøó ÃóÈóÇäóÇ áóÝöí ÖóáóÇáò ãõÈöíäò ” (Sesungguhnya ayah kita adalah dalam kekeliruan yang nyata).

Dimaksudkan agar hati mereka yang buruk terpuaskan dengan iri dan dengki. Mereka berkata,


ÇÞúÊõáõæÇ íõæÓõÝó Ãóæö ÇØúÑóÍõæåõ ÃóÑúÖðÇ íóÎúáõ áóßõãú æóÌúåõ ÃóÈöíßõãú


Bunuhlah Yusuf atau buanglah dia ke suatu daerah (yang tak dikenal) supaya perhatian ayah kalian tertumpah kepada kalian saja.” (Yusuf : 9)

Jadi, pada dasarnya mereka maunya mencari dunia meski harus dengan cara membunuh saudara mereka, apalagi orang lain. Meski harus dengan mengambil nyawa yang tidak bersalah, meski harus dengan membuang saudara mereka ke sebuah sumur. Yang penting dunia menjadi milik mereka dengan resiko apa pun. Pada saat ini mereka tetap melakukan penjajahan, pendudukan terhadap tanah-tanah sekitar, pencederaan terhadap kehormatan, perampasan terhadap hak-hak orang lain. Bagi mereka, kiamat mereka akan terjadi apabila terjalin hubungan baik antara Amerika dan Negara-negara Arab, atau apabila Negara yang lain mendapat persenjataan yang memadai. Mereka maunya hanya menyerang Negara yang lain dengan kekuatan untuk menjamin dominasi Negara mereka atas Negara lain. Mereka pernah menyerang reaktor nuklir Irak hanya untuk memastikan kekuatan mereka tetap unggul. Semboyan mereka, “Pilih saya, atau topan di belakangku.”


ÇÞúÊõáõæÇ íõæÓõÝó Ãóæö ÇØúÑóÍõæåõ ÃóÑúÖðÇ íóÎúáõ áóßõãú æóÌúåõ ÃóÈöíßõãú æóÊóßõæäõæÇ ãöäú ÈóÚúÏöåö ÞóæúãðÇ ÕóÇáöÍöíäó


Bunuhlah Yusuf atau buanglah dia ke suatu daerah (yang tak dikenal) supaya perhatian ayah kalian tertumpah kepada kalian saja, dan sesudah itu hendaklah kalian menjadi orang-orang yang baik.” (Yusuf : 9)

Kebaikan macam apa ini, padahal tangannya berlumuran dengan darah ?

Kebaikan macam apa ini, sedangkan kedurhakaan telah memenuhi hatinya, tidak ada sisa buat kesucian sedikit pun meski hanya selembar ujung kuku ?

Kebaikan macam apa ini, sedang mereka pernah merebut saudara mereka dari pangkuan ayah mereka dan melemparkannya ke dasar sebuah sumur ?.

Tapi inilah kebaikan menurut Bani Israil. Inilah konsisten menurut Bani Israil.


ÇÞúÊõáõæÇ íõæÓõÝó Ãóæö ÇØúÑóÍõæåõ ÃóÑúÖðÇ íóÎúáõ áóßõãú æóÌúåõ ÃóÈöíßõãú æóÊóßõæäõæÇ ãöäú ÈóÚúÏöåö ÞóæúãðÇ ÕóÇáöÍöíäó (9) ÞóÇáó ÞóÇÆöáñ ãöäúåõãú áóÇ ÊóÞúÊõáõæÇ íõæÓõÝó æóÃóáúÞõæåõ Ýöí ÛóíóÇÈóÊö ÇáúÌõÈøö íóáúÊóÞöØúåõ ÈóÚúÖõ ÇáÓøóíøóÇÑóÉö Åöäú ßõäúÊõãú ÝóÇÚöáöíäó (10)


Bunuhlah Yusuf atau buanglah dia ke suatu daerah (yang tak dikenal) supaya perhatian ayah kalian tertumpah kepada kalian saja, dan sesudah itu hendaklah kalian menjadi orang-orang yang baik.”

Seorang di antara mereka berkata, “Janganlah kalian bunuh Yusuf, tetapi masukkanlah dia ke dasar sumur supaya dia dipungut oleh beberapa orang musafir, jika kalian hendak berbuat.” (Yusuf : 9-10)

Kedengkian telah menjadikan mereka durhaka dan memutuskan silaturahim, kemudian mendorong mereka melakukan kesepakatan jahat dalam kebohongan.


ÞóÇáõæÇ íóÇ ÃóÈóÇäóÇ ãóÇ áóßó áóÇ ÊóÃúãóäøóÇ Úóáóì íõæÓõÝó æóÅöäøóÇ áóåõ áóäóÇÕöÍõæäó


Mereka berkata, “Wahai ayah kami, apa sebabnya kamu tidak mempercayai kami terhadap Yusuf, padahal sesungguhnya kami adalah orang-orang yang mengingini kebaikan baginya.” (Yusuf : 11)

Perhatikan kepada kalimat (ÅöäøóÇ) (sesungguhnya kami) yang menunjukkan kesungguhan, kemudian perhatikan kepada khabar (kalimat yang menerangkan) yang terdiri dari jar dan majrur (áóåõ) yang didahulukan, dan perhatikan kepada isim (kalimat yang diterangkan) yang dipasangi lam yang diakhirkan, lalu perhatikan jumlah ismiyah tersebut, ( æóÅöäøóÇ áóåõ áóäóÇÕöÍõæäó ), menunjukkan bahwa mereka berucap dengan kepalsuan, kamuflase, kebohongan dan penipuan. Saat itu mereka adalah manusia paling dusta terhadap Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-dan atas manusia.


æóÅöäøóÇ áóåõ áóäóÇÕöÍõæäó (11) ÃóÑúÓöáúåõ ãóÚóäóÇ ÛóÏðÇ íóÑúÊóÚú æóíóáúÚóÈú æóÅöäøóÇ áóåõ áóÍóÇÝöÙõæäó (12)


Sesungguhnya kami adalah orang-orang yang mengingini kebaikan. Biarkanlah dia pergi bersama kami besok pagi, agar dia (dapat) bersenang-senang dan (dapat) bermain-main, dan sesungguhnya kami pasti mejaganya.” (Yusuf : 12)

Ayah mereka sebenarnya merasakan adanya persengkongkolan, akan tetapi sebagai seorang Nabi, ia tidak mau menuduh kecuali apabila sudah yakin.


ÞóÇáó Åöäøöí áóíóÍúÒõäõäöí Ãóäú ÊóÐúåóÈõæÇ Èöåö æóÃóÎóÇÝõ Ãóäú íóÃúßõáóåõ ÇáÐøöÆúÈõ æóÃóäúÊõãú Úóäúåõ ÛóÇÝöáõæäó


Berkata Ya’qub, “Sesungguhnya kepergian kalian bersama Yusuf amat menyedihkanku dan aku khawatir kalau-kalau dia dimakan serigala, sedang kalian lengah daripadanya.” (Yusuf : 13)

Dari sini, muncullah sifat heroik dan kepahlawanan mereka, padahal mereka adalah menusia paling penakut.


ÞóÇáõæÇ áóÆöäú Ãóßóáóåõ ÇáÐøöÆúÈõ æóäóÍúäõ ÚõÕúÈóÉñ ÅöäøóÇ ÅöÐðÇ áóÎóÇÓöÑõæäó (14) ÝóáóãøóÇ ÐóåóÈõæÇ Èöåö æóÃóÌúãóÚõæÇ Ãóäú íóÌúÚóáõæåõ Ýöí ÛóíóÇÈóÊö ÇáúÌõÈøö


Mereka berkata, “Jika ia benar-benar dimakan serigala, sedang kami golongan (yang kuat), sesungguhnya kami kalau demikian adalah orang-orang yang merugi.” Maka tatkala mereka membawanya dan sepakat memasukkannya ke dasar sumur (lalu mereka masukkan dia).” (Yusuf : 14-15)

Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-bersamanya,


æóÃóæúÍóíúäóÇ Åöáóíúåö áóÊõäóÈøöÆóäøóåõãú ÈöÃóãúÑöåöãú åóÐóÇ æóåõãú áóÇ íóÔúÚõÑõæäó


Dan (di waktu dia sudah dalam sumur) Kami wahyukan kepada Yusuf, “Sesungguhnya kamu akan menceritakan kepada mereka perbuatan mereka ini, sedang mereka tiada ingat lagi.” (Yusuf : 15)

Apa yang terjadi setelah itu, akan kita bahas pada pertemuan berikutnya, sampai bertemu lagi insya Allah.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuhu.

(Redaksi)

Sumber :

Al-Yahud Fi al-Qur’an al-Karim, Syaikh Shalah Abu Ismail, hal. 108-116















Hikmah Al-Quran & Mutiara Hadits : index.php
Versi Online : index.php/?pilih=lihatannur&id=1046