Artikel : Bulein Annur - Hikmah Al-Quran & Mutiara Hadits

Harta Simpanan yang Terlalaikan

Jumat, 10 Mei 24
***

Segala puji bagi Allah Rabb semesta alam. Aku bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang hak kecuali Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya. Dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya. Shalawat dan salam Allah semoga tercurahkan kepadanya, beserta segenap keluarga dan para sahabatnya semuanya. Ya Allah Ya Tuhan kami, ajarilah kami apa-apa yang bermanfaat untuk kami. Berilah kemanfaatan kepada kami dengan apa-apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami. Tambahkanlah kepada kami ilmu. Perbaikilah keadaan kami semuanya. Dan, janganlah Engkau menyandarkan diri kami kepada diri kami sendiri sekejap mata pun. Amma ba’du :

Hadis berikut ini-hadis Syadad bin Aus-ÑóÖöíó Çááåõ Úóäúåõ-merupakan hadis yang agung sekali, dan hadis ini termasuk hadis yang menghimpun banyak hal dan mengandung permohonan-permohonan yang sempurna, serta menghimpun kebaikan dalam urusan dunia dan akhirat. Hadis ini merupakan hadis yang valid dari Nabi kita yang mulia (Muhammad)-semoga shalawat dan salam Allah tercurah kepada beliau-, diriwayatkan oleh ath-Thabrani dan yang lainnya dari Syadad bin Aus-ÑóÖöíó Çááåõ Úóäúåõ- bahwa Nabi-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-bersabda,


«ÅöÐóÇ ÑóÃóíúÊó ÇáäøóÇÓó ÞóÏö ÇßúÊóäóÒõæÇ ÇáÐøóåóÈó æóÇáúÝöÖøóÉó¡ ÝóÇßúäöÒú åóÄõáÇÁö ÇáúßóáöãóÇÊö : Çááøóåõãøó Åöäøöí ÃóÓúÃóáõßó ÇáËøóÈóÇÊó Ýöí ÇáÃóãúÑö , æóÇáúÚóÒöíãóÉó Úóáóì ÇáÑøõÔúÏö¡ æóÃóÓúÃóáõßó ãõæÌöÈóÇÊö ÑóÍúãóÊößó , æóÚóÒóÇÆöãó ãóÛúÝöÑóÊößó¡ æóÃóÓúÃóáõßó ÔõßúÑó äöÚúãóÊößó , æóÍõÓúäó ÚöÈóÇÏóÊößó¡ æóÃóÓúÃóáõßó ÞóáúÈðÇ ÓóáöíãðÇ , æóáöÓóÇäðÇ ÕóÇÏöÞðÇ¡ æóÃóÓúÃóáõßó ãöäú ÎóíúÑö ãóÇ ÊóÚúáóãõ¡ æóÃóÚõæÐõ Èößó ãöäú ÔóÑøö ãóÇ ÊóÚúáóãõ¡ æóÃóÓúÊóÛúÝöÑõßó áöãóÇ ÊóÚúáóãõ¡ Åöäøóßó ÃóäúÊó ÚóáÇãõ ÇáúÛõíõæÈö» .


Apabila engkau melihat manusia telah menghimpun dan menyimpan emas dan perak, maka simpanlah beberapa ungkapan kata ini ;

Ya Allah ! Sesungguhnya aku memohon kepada-Mu keteguhan dalam urusan dan tekad yang kokoh di atas kebenaran.

Aku pun memohon kepada-Mu hal-hal yang mewajibkan (datangnya) rahamat-Mu dan ampunan-Mu.

Aku pun memohon kepada-Mu kesyukuran terhadap nikmat-Mu dan kebaikan ibadah kepada-Mu.

Aku pun memohon kepada-Mu hati yang selamat (bersih) dan lisan yang jujur (benar).

Aku pun memohon kepada-Mu kebaikan apa-apa yang Engkau ketahui
Aku pun berlindung kepada-Mu dari keburukan apa-apa yang Engkau ketahui

Aku pun memohon ampun kepada-Mu untuk sesuatu (dosa dan kesalahan) yang Engkau ketahui.

Sesungguhnya Engau Maha Mengetahui segala hal yang ghaib.
***

Doa ini sangat agung sekali. Doa ini merupakan doa yang padat namun menghimpun banyak kebaikan. Bahkan, sesungguhnya ungkapan beliau :


«æóÃóÓúÃóáõßó ãõæÌöÈóÇÊö ÑóÍúãóÊößó , æóÚóÒóÇÆöãó ãóÛúÝöÑóÊößó»


Aku pun memohon kepada-Mu hal-hal yang mewajibkan (datangnya) rahamat-Mu dan ampunan-Mu.

Ungkapan kata-kata ini menghimpun kebaikan seluruhnya, sebagaimana hal tersebut dinaskan oleh Ibnul Qayyim-ÑóÍöãóåõ Çááåõ-di dalam kitabnya ‘Miftah Daarissa’aadah’ dan bahwa barang siapa terbimbing untuk hal itu sungguh ia telah terbimbing kepada lebaikan seluruhnya.

Alhasil, bahwa doa nan agung ini termasuk doa yang menghimpun banyak kebaikan. Dan, ketika Nabi-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó – memberikan peringatan dengan peringatan nan agung terkait dengan doa ini, yaitu ketika manusia tengah sibuk dengan mengumpulkan dirham dan dinar dan hati mereka terlenakan dengan hal itu dan tersibukan untuk mengumpulkan dan mendapatkannya serta sedemikian condong kepada hal tersebut, maka hendaknya seorang mukmin menghimpun dan menyimpan permohonan-permohonan ini.
Sabda beliau-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó – :


((ÝóÇßúäöÒú åóÄõáÇÁö ÇáúßóáöãóÇÊö))


Himpunlah dan simpanlah beberapa ungkapan kata ini

Ini merupakan peringatan bahwa ungkapan-ungkapan ini (yang akan disebutkan oleh beliau-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó –) merupakan harta simpanan yang terlalaikan, tersisihkan dan tersia-siakan, banyak orang di mana dirham dan dinar telah membuat mereka menjadi cemas dan terlalaikan dari harta simpanan ini. Dan, (sejatinya) harta simpanan itu tidaklah terbatas pada ungkapan-ungkapan doa ini secara khusus. Bahkan, semua perhatian dari seseorang terhadap agama dan syariat, ketaatan dan ibadah kepada Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- ini merupakan harta simpanan sejati. Dan ketika doa-doa nan agung ini menjadi pintu gerbang dan kunci serta pembantu bagi seorang hamba untuk meraih kebaikan dengan berbagai bentuknya yang sangat melimpah ruah dan ketaatan-ketaatan dan pintu-pintu kebaikan dengan berbagai macamnya, hingga hal ini menjadi sebuah simpanan yang sangat berharga. Karena, ketika Anda berdoa dengan doa-doa nan agung ini yang bersifat global dan singkat namun menghimpun banyak kebaikan, Anda memintanya kepada Rabb Anda Dzat yang Maha Agung dan Maha Tinggi dengan jujur melalui doa-doa ini yang menghimpun kebaikan dan pintu-pintu kebaikan dunia dan akhirat, maka kesemuanya ini –tanpa diragukan- merupakan harta simpanan.

Dan para ulama-semoga Allah merahmati mereka- telah memberikan peringatan terkait perkara doa satu hal yang dilalaikan oleh banyak orang, yaitu, bahwa seseorang bila ia telah berdoa dengan sebuah permohonan semestinya mengikuti doa dan permintaannya tersebut dengan upaya melakukan sebab untuk meraih hal yang dimohonkannya kepada Allah Dzat yang Maha Agung dan Maha Tinggi. Jadi, doa itu hendaknya diikuti dengan melakukan sebab-sebab. Misalnya, telah valid riwayat dari Nabi-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó –bahwa beliau mengatakan setiap hari setelah shalat Subuh setelah beliau salam-sebagaimana dalam hadis Ummu Salamah yang terdapat di dalam kitab-kitab as-Sunan, beliau mengucapkan :


«Çááåõãøó Åöäøöí ÃóÓúÃóáõßó ÚöáúãðÇ äóÇÝöÚðÇ¡ æóÑöÒúÞðÇ ØóíøöÈðÇ ¡ æóÚóãóáðÇ ãõÊóÞóÈøóáðÇ»¡


Ya Allah ! Sesungguhnya aku memohon kepada-Mu ilmu yang bermanfaat, rizki yang baik dan amal yang diterima.

Andaikan seseorang berdoa dengan doa ini setelah shalat Subuh, kemudian ia keluar dari masjid menuju rumahnya dan kemudian (setibanya di rumahnya) ia meletakkan kepala di atas bantalnya dan tidur sampai Zhuhur, niscaya ilmu tidak akan mendatanginya di tempat tidurnya. (Karena) Nabi-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó – bersabda dalam hadis lain,


((ÅöäøóãóÇ ÇáúÚöáúãõ ÈöÇáÊøóÚóáøõãö)) º


Sesungguhnya ilmu itu (hanya dapat diraih) dengan belajar.

Sehingga, doa haruslah diikuti dengan melakukan sebab; ia berdoa kemudian pergi menghadir majlis ilmu, ia berdoa kemudian menyibukkan dirinya dengan menghafal ilmu, ia berdoa kemudian mengulang-ulang masalah-masalah ilmu, dan seterusnya.

Maka, doa-doa yang akan disebutkan di dalam hadis Syadad ini merupakan harta simpanan yang berharga bagi orang yang terbimbing untuk dengan baik berdoa dengan doa-doa ini, dan secara baik pula untuk bertawajjuh kepada Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-dengan memintanya disertai dengan mengetahui apa-apa yang terkandung di dalamnya berupa permintaan yang tinggi, dan mengiringi hal tersebut dengan mengerahkan segenap kesungguhan diri untuk meraih permintaan-permintaan tersebut dan untuk memperoleh maksud dan tujuan nan agung tersebut. Sungguh, Rasulullah-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó- pernah bersabda,


((ÇÍúÑöÕú Úóáóì ãóÇ íóäúÝóÚõßó¡ æóÇÓúÊóÚöäú ÈöÇááåö))


Bersemangatlah kamu untuk mendapatkan sesuatu yang bermanfaat bagimu, dan mintalah pertolongan kepada Allah.

Maka, hendaknya seseorang menggabungkan antara doa dan upaya melakukan sebab.

Doa beliau-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-,


«Çááøóåõãøó Åöäøöí ÃóÓúÃóáõßó ÇáËøóÈóÇÊó Ýöí ÇáÃóãúÑö , æóÇáúÚóÒöíãóÉó Úóáóì ÇáÑøõÔúÏö»


Ya Allah ! Sesungguhnya aku memohon kepada-Mu keteguhan dalam urusan dan tekad yang kokoh di atas kebenaran.

Yang dimaksud dengan ‘urusan’ adalah agama Allah-ÚóÒøóæóÌóáøó- dan jalan-Nya yang lurus yang diridhai-Nya untuk para hamba-Nya, Dia tidak ridha bagi mereka agama selainnya. Dan, keteguhan berada di atas urusan ini merupakan perkara yang berada di tangan Allah -ÚóÒøóæóÌóáøó-. Maka, Dialah Dzat yang meneguhkan dan mengokohkan orang yang dikehendaki-Nya, sebagaimana Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-berfirman,


{íõËóÈøöÊõ Çááøóåõ ÇáøóÐöíäó ÂãóäõæÇ ÈöÇáúÞóæúáö ÇáËøóÇÈöÊö Ýöí ÇáúÍóíóÇÉö ÇáÏøõäúíóÇ æóÝöí ÇáúÂÎöÑóÉö}[ÅÈÑÇåíã:27]


Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh (dalam kehidupan) di dunia dan di akhirat (Ibrahim : 27)

Jadi, keteguhan di atas ‘urusan ini’ merupakan perkara yang berada di tangan Allah -ÚóÒøóæóÌóáøó-. Jika Allah-ÚóÒøóæóÌóáøó-tidak meneguhkan hamba-Nya niscaya kesesatan-kesesatan berbagai bentuk fitnah akan dapat membinasakannya dan memalingkannya dari agama Allah- ÊÈÇÑß æÊÚÇáì-. Maka, doa ini diawali dengan bertawajjuh kepada Allah-ÚóÒøóæóÌóáøó-agar Dia meneguhkannya di atas agama-Nya yang lurus dan agar Dia melindunginya dari ketergelinciran hati dan penyimpangannya, dan termasuk doa yang sangat banyak dipanjatkan Nabi kita-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó- adalah :


((íóÇ ãõÞóáøöÈó ÇáÞõáõæÈö ËóÈøöÊú ÞóáúÈöí Úóáóì Ïöíäößó)) .


Wahai Dzat yang membolak-balikan hati, teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu.

Doa beliau-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó- :


«æóÇáúÚóÒöíãóÉó Úóáóì ÇáÑøõÔúÏö»


Dan (aku juga memohon kepada-Mu) tekad yang kokoh di atas kebenaran.

Ar-Rusydu, yang dimaksudkan dengan ungkapan kata ini di sini adalah ; kebenaran, petunjuk, dan pengetahuan tentang agama Allah-ÚóÒøóæóÌóáøó-. Para ulama-semoga Allah merahmati mereka-mengatakan : sesungguhnya al-Huda (petunjuk) dan ar-Rusyd (kebenaran) bila keduanya berkumpul secara bersamaan dalam satu nash, maka yang dimaksud dengan ‘al-Huda’ adalah ‘ÇáÚáã ÇáäÇÝÚ’ (ilmu yang bermanfaat) , sedangkan ‘ar-Rusyd’ maksudnya adalah ‘ÇáÚãá ÇáÕÇáÍ’ (amal shaleh). Adapun bila disebutkan masing-masing kedua kata tersebut secara menyendiri mencakup kedua makna ini secara bersamaan (yakni, ilmu yang bermanfaat dan amal shaleh). Maka, yang dimaksudkan dengan ‘ar-Rusyd’di sini (di dalam doa ini) adalah agama secara keilmuan dan amalan.

Dan doa beliau-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó- :


«æóÇáúÚóÒöíãóÉó Úóáóì ÇáÑøõÔúÏö»


Dan (aku juga memohon kepada-Mu) tekad yang kokoh di atas kebenaran.

Hal demikian ini dipanjatkan karena banyak orang boleh jadi telah mendapatkan kejelasan tentang kebenaran, telah nampak padanya kebenaran tersebut, tanda-tanda kebenaran itu telah terlihat jelas olehnya, akan tetapi tekadnya buruk, tekadnya menjadi terhalangi untuk mengikuti kebenaran itu, maka dia mengetahui namun tidak melakukan karena kelemahan tekadnya itu. Karena sebagaimana halnya bahwa seseorang itu memerlukan ilmu yang akan menunjukkannya, maka pada saat yang sama ia pun memerlukan kesemangatan yang tinggi dan tekad yang kuat yang akan mendorongnya. Dengan demikan, ia membutuhkan dua hal tersebut secara bersamaan, ia membutuhkan kesemangatan dan tekad dan ia pun butuh kepada ilmu, ar-Rusyd, dan pengetahuan tentang kebenaran. Adapun bila ia mengenal dan mengetahui kebenaran sementara dirinya tidak memiliki tekad dan semangat untuk melakukan kebenaran itu niscaya ia bakal mengendor dari beramal dan boleh jadi malah ilmunya tersebut menjadi bumerang bagi dirinya bukan menjadi hujjah baginya. Oleh karena ini, beliau-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó- mengatakan,


«æóÇáúÚóÒöíãóÉó Úóáóì ÇáÑøõÔúÏö»


Dan (aku juga memohon kepada-Mu) tekad yang kokoh di atas kebenaran.

Betapa banyak perkara yang diketahui oleh seseorang dan ia pun mempelajarinya, tetapi jiwanya melemah dari mengamalkannya karena kelemahan tekad. Jika demikian, maka betapa seorang hamba butuh kepada suatu tekad yang disuplai oleh Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-agar menjadi penolong baginya untuk beramal dengan apa-apa yang dibimbing oleh Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- kepada mengilmui tentang kebenaran, kebaikan dan petunjuk.

Doa beliau-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó- :


«æóÃóÓúÃóáõßó ãõæÌöÈóÇÊö ÑóÍúãóÊößó , æóÚóÒóÇÆöãó ãóÛúÝöÑóÊößó»


Aku pun memohon kepada-Mu hal-hal yang mewajibkan (datangnya) rahamat-Mu dan ampunan-Mu.

Ini merupakan permohonan yang agung, menghimpun kebaikan seluruhnya. ‘hal-hal yang mewajibkan (datangnya) rahamat’, yakni, amal-amal, ketaatan-ketaatan, dan berbagai macam bentuk peribadatan yang akan menjadi sebab diperolehnya rahmat dan keberuntungan oleh seorang hamba. Untuk mendapatkan rahmat Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-dan keridhaan-Nya tersebut haruslah dilakukan sebab-sebabnya, yaitu berupa amal-amal shaleh, itulah hal-hal yang mewajibkan datangnya rahmat. Sementara hal ini, yakni, tindakan seorang hamba berupa melakukan sesuatu yang akan mewajibkan dirinya mendapatkan rahmat Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-merupakan perkara yang berada di tangan Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-, Dia-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- memberikan taufik untuk itu kepada orang yang dikehendaki-Nya dan Dia menunjukkan kepadanya orang yang dikehendaki-Nya pula.

Jadi, ungkapan : «ãõæÌöÈóÇÊö ÑóÍúãóÊößó» (hal-hal yang mewajibkan (datangnya) rahamat-Mu), yakni, amal-amal yang dengannya akan diperoleh rahmat.

Dan, ‘pewajiban’ di sini, merupakan pengharusan sebagai anugerah, karunia, dan pemberian kenikmatan dari Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-. Dia-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- mewajibkan diri-Nya untuk meliputkan rahmat-Nya dan akan menganugerahkan keridhaan-Nya terhadap orang yang memurnikan (ketaannya dalam menjalankan) agamanya untuk Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-, bagus dalam peribadatannya dan pendekatan dirinya kepada Allah-ÚóÒøóæóÌóáøó-.

æóÚóÒóÇÆöãó ãóÛúÝöÑóÊößó (dan hal-hal yang mewajibkan (datangnya) ampunan-Mu.)

Yang dimaksud dengan ‘Azaa-im al-Maghfirah’, yaitu amal-amal yang ditekadkan oleh seorang hamba dan hatinya berkeinginan kuat untuk melakukannya untuk mendapatkan ampunan Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-, di antaranya adalah kejujurannya di dalam bertaubat kepada Allah-Ìóáøó æóÚóáóÇ-, kejujurannya di dalam kembalinya kepada Allah-ÚóÒøóæóÌóáøó-, kejujurannya dalam menjauhkan dirinya dari dosa-dosa yang menyebabkan kemurkaan dan kemarahan Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-, kejujurannya dalam mengerjakan amal-amal shaleh dan pendekatan diri kepada Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-dengannya agar mendapatkan ampunan Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-dan rahmat-Nya.

Doa Nabi-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-:


«æóÃóÓúÃóáõßó ÔõßúÑó äöÚúãóÊößó , æóÍõÓúäó ÚöÈóÇÏóÊößó»


Aku pun memohon kepada-Mu kesyukuran terhadap nikmat-Mu dan kebaikan ibadah kepada-Mu.

Ungkapan ini termasuk ungkapan doa yang padat dan menghimpun banyak kebaikan. Dan telah valid riwayat dari Nabi-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó –bahwa beliau pernah mengatakan kepada sahabat Mu’adz bin Jabal :


((íóÇ ãõÚóÇÐõ æóÇááåö Åöäøöí áóÃõÍöÈøõßó ¡ áóÇ ÊóÏóÚóäøó Ýöí ÏõÈõÑö ßõáøö ÕóáóÇÉò Ãóäú ÊóÞõæáó: Çááåõãøó ÃóÚöäøöí Úóáóì ÐößúÑößó æóÔõßúÑößó æóÍõÓúäö ÚöÈóÇÏóÊößó)) ¡


Wahai Mu’adz ! Demi Allah, sesungguhnya aku mencintaimu. Jangan kamu tinggalkan untuk mengatakan pada penghujung setiap shalat, ‘Ya Allah ! Tolonglah aku untuk mengingat-Mu, bersyukur kepada-Mu, dan memperbagus ibadah kepada-Mu.

Dan, di sini (di dalam doa beliau ini), beliau mengatakan,


« æóÃóÓúÃóáõßó ÔõßúÑó äöÚúãóÊößó , æóÍõÓúäó ÚöÈóÇÏóÊößó» .


Aku pun memohon kepada-Mu kesyukuran terhadap nikmat-Mu dan kebaikan ibadah kepada-Mu.

Beliau mengatakan : ÔõßúÑó äöÚúãóÊößó (kesyukuran terhadap nikmat-Mu). Tidak ada satu pun bentuk kenikmatan yang didapatkan oleh seorang hamba itu melainkan dari Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-lah (datangnya), dan nikmat Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- yang diberikan kepada hamba-Nya tidaklah terhingga, sedangkan yang diminta dari hamba itu adalah agar ia menjadi orang yang bersyukur kepada Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-atas nikmat-nikmat-Nya, menjadi seorang hamba yang memuji-Nya atas karunia, anugerah, dan pemberian-Nya, sedangkan jika Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-tidak memberikan pertolongan kepada hamba-Nya yang dengannya seorang hamba dapat menjadi orang yang bersyukur kepada Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-, niscaya sang hamba tidak akan termasuk golongan orang-orang yang bersyukur. Oleh karena ini, para ulama-ÑóÍöãóåõ Çááåõ- mengatakan : sesungguhnya kesyukuran itu sendiri merupakan kenikmatan dari Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-. Kesyukuran seorang hamba kepada Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-ini merupakan kenikmatan dari Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-, di mana Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-memberikan taufik kepada hamba-Nya untuk itu. Oleh karenanya, beliau-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-meminta kepada Allah-ÚóÒøóæóÌóáøó- dalam rangkaian doanya ini taufik untuk mensyukuri nikmat, seraya mengatakan :


« æóÃóÓúÃóáõßó ÔõßúÑó äöÚúãóÊößó» .


Aku pun memohon kepada-Mu kesyukuran terhadap nikmat-Mu

Beliau-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó –mengatakan (melanjutkan doanya) :


«æóÍõÓúäó ÚöÈóÇÏóÊößó»


Dan (aku pun mohon kepada-Mu) kebaikan ibadah kepada-Mu.

Beliau-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó –tidak mengatakan, ‘aku pun memohon kepada-Mu untuk dapat beribadah kepada-Mu. Tetapi, beliau mengatakan, ‘kebaikan ibadah kepada-Mu’ ; dan ini mengandung permintaan kepada Allah- ÊóÈóÇÑóßó æóÊóÚóÇáóì- hal yang mana ibadah tidak akan diterima melainkan dengan hal itu, yaitu, ikhlash (memurnikan niat dan ketaatan) untuk Dzat yang diibadahi dan mengikuti (petuntuk) Rasul (-Nya). Inilah dia kebagusan ibadah itu ; hendaknya ibadah itu untuk Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-semata, dan mencocoki sunnah. Seperti firman Allah- Ìóáøó æóÚóáó-,


áöíóÈúáõæóßõãú Ãóíøõßõãú ÃóÍúÓóäõ ÚóãóáðÇ


Untuk menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya.(al-Mulk : 2)

Fudhail bin Iyadh - ÑóÍöãóåõ Çááåõ ÊóÚóÇáóì- mengatakan : «ÃóÎúáóÕõåõ æóÃóÕúæóÈõåõ» (yakni, siapa yang paling ikhlas dan paling benar). Ditanyakan kepada beliau, ‘Wahai Abu Ali, apa yang dimaksud dengan siapa yang paling ikhlas dan paling benar ? beliau menjawab, ‘Sesungguhnya amal itu bila dilakukan dengan ikhlas sementara tidak benar, niscaya tidak diterima. Dan bila amal itu dilakukan dengan benar sementara tidak ikhlas, niscaya tidak akan diterima pula. Amal yang ikhlas adalah selagi amal tersebut dilakukan karena Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-, sedangkan amal yang benar adalah selagi amal tersebut dilakukan di atas sunnah (petunjuk Nabi-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó).

Kemudian, beliau-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-berkata (melanjutkan doanya) :


« æóÃóÓúÃóáõßó ÞóáúÈðÇ ÓóáöíãðÇ , æóáöÓóÇäðÇ ÕóÇÏöÞðÇ»


Aku pun memohon hati yang selamat/bersih dan lisan yang jujur (benar).

Ungkapan doa ini juga termasuk doa yang singkat namun padat isinya dan termasuk doa nan agung. Adapun ‘keselamatan/kebersihan hati’ , sungguh tidak ada keselamatan bagi seorang hamba pada hari Kiamat melainkan dengan hal ini. (Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-berfirman)


íóæúãó áóÇ íóäúÝóÚõ ãóÇáñ æóáóÇ Èóäõæäó . ÅöáøóÇ ãóäú ÃóÊóì Çááøóåó ÈöÞóáúÈò Óóáöíãò


(Yaitu) pada hari (ketika) harta dan anak-anak tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih (asy-Syu’ara : 88-89)

Dan yang dimaksud dengan {Óóáöíãò} yakni, bersih dari setiap hal yang dimurkai dan dibenci Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-. Dan, hal pertama dalam hal itu adalah (kebersihan/keselamatan dari) kesyirikan kepada Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-yang merupakan dosa yang paling besar dan dosa yang paling berbahaya. Barang siapa datang pada hari Kiamat tidak dengan membawa hati yang selamat/bersih dari kesyirikan, maka tak ada harapan baginya pada hari itu untuk medapatkan ampunan, tidak pula untuk mendapatkan rahmat. Tak ada jatah baginya kecuali Neraka, kekal ia di dalamnya selama-lamanya, seperti firman Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-,


æóÇáøóÐöíäó ßóÝóÑõæÇ áóåõãú äóÇÑõ Ìóåóäøóãó áóÇ íõÞúÖóì Úóáóíúåöãú ÝóíóãõæÊõæÇ æóáóÇ íõÎóÝøóÝõ Úóäúåõãú ãöäú ÚóÐóÇÈöåóÇ ßóÐóáößó äóÌúÒöí ßõáøó ßóÝõæÑò (36) æóåõãú íóÕúØóÑöÎõæäó ÝöíåóÇ ÑóÈøóäóÇ ÃóÎúÑöÌúäóÇ äóÚúãóáú ÕóÇáöÍðÇ ÛóíúÑó ÇáøóÐöí ßõäøóÇ äóÚúãóáõ Ãóæóáóãú äõÚóãøöÑúßõãú ãóÇ íóÊóÐóßøóÑõ Ýöíåö ãóäú ÊóÐóßøóÑó æóÌóÇÁóßõãõ ÇáäøóÐöíÑõ ÝóÐõæÞõæÇ ÝóãóÇ áöáÙøóÇáöãöíäó ãöäú äóÕöíÑò (37) [ÝÇØÑ : 36 ¡ 37]


Dan orang-orang yang kafir, bagi mereka neraka Jahannam. Mereka tidak dibinasakan hingga mereka mati, dan tidak diringankan dari mereka azabnya. Demikianlah Kami membalas setiap orang yang sangat kafir.

Dan mereka berteriak di dalam neraka itu, “Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami (dari neraka), niscaya kami akan mengerjakan kebaikan, yang berlainan dengan yang telah kami kerjakan dahulu.” (Dikatakan kepada mereka), “Bukankah Kami telah memanjangkan umurmu untuk dapat berpikir bagi orang yang mau berpikir, padahal telah datang kepadamu seorang pemberi peringatan ? Maka rasakanlah (azab Kami), dan bagi orang-orang yang zalim tidak ada seorang penolong pun.” (Fathir : 36-37)

Dan yang dimaksud dengan ‘orang-orang yang zhalim’ (dalam ayat ini) adalah orang-orang Musyrik, orang-orang yang kafir terhadap Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-.

Dan termasuk keselamatan/kebersihan yang diminta adalah keselamatan/kebersihan dari ‘ke-bid’ah-an (perkara baru yang diada-adakan) dan al-ahwa (hawa nafsu). Hawa nafsu itu muncul dari sebuah penyakit di dalam hati dan polesan dengan nafsu, penyimpangan dan kecondongan kepadanya, serta berpaling dan menolak petunjuk Nabi yang mulia-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-. Dan di dalam hadis yang diriwayatkan dari Nabi-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó- dan maknanya benar, tidak ada keraguan padanya :


«áóÇ íõÄúãöäõ ÃóÍóÏõßõãú ÍóÊøóì íóßõæäó åóæóÇåõ ÊóÈóÚðÇ áöãóÇ ÌöÆúÊõ Èöåö»


Salah seorang di antara kalian tidak beriman sebelum hawa nafsunya mengikuti apa yang aku bawa.

Maka, untuk meraih kedudukan nan agung ini seorang hamba memerlukan kesungguhan membina dirinya di atas keselamatan dan kebersihan hati.

Sementara, keselamatan/kebersihan hati itu merupakan perkara yang berada di dalam tangan ar-Rabb (Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-), hatimu tak akan selamat/bersih kecuali bila Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-menyelamatkan/membersihkannya dan tidak mungkin akan menjadi baik, kecuali bila Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-memperbaikinya. Maka, betapa banyak seorang hamba butuh untuk memelas kepada Rabbnya dengan berdoa agar Dia-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-menganugerahkan kepadanya hati yang selamat/bersih; selamat/bersih dari kesyirikan, selamat/bersih dari ke-bid’ah-an, selamat/bersih dari terfitnah oleh kemaksiatan-kemaksiatan dan dosa-dosa, dan gerakan-gerakan hati dengan mencari dan melampiaskan syahwat-syahwat yang diharamkan yang akan mendatangkan kemurkaan Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-dan kemarahan-Nya.

Dan (kelanjutan) doa beliau-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- :


«æóáöÓóÇäðÇ ÕóÇÏöÞðÇ»


Dan (aku pun memohon kepada-Mu) lisan yang jujur/benar.

Dalam doa ini terdapat permintaan ‘taufik’ kepada Allah- ÊóÈóÇÑóßó æóÊóÚóÇáóì- karena penyifatan ‘lisan’ dengan ‘kejujuran’, dan kejujuran pada lisan terjadi dengan kecocokan lisan terhadap hati dan keadaan batin dan zhahirnya sama. Adapun bila zhahirnya berbeda dengan batinnya, maka ini adalah kemunafikan. Sedangkan kemunafikan itu merupakan pemisah bagi kejujuran.

Lalu, jika perbedaan antara zhahir dan batin terjadi dalam hal keyakinan, maka ini adalah ‘an-Nifaq al-Akbar’ (Kemunafikan Besar), seperti firman Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-


{ ÅöÐóÇ ÌóÇÁóßó ÇáúãõäóÇÝöÞõæäó ÞóÇáõæÇ äóÔúåóÏõ Åöäøóßó áóÑóÓõæáõ Çááøóåö æóÇááøóåõ íóÚúáóãõ Åöäøóßó áóÑóÓõæáõåõ æóÇááøóåõ íóÔúåóÏõ Åöäøó ÇáúãõäóÇÝöÞöíäó áóßóÇÐöÈõæäó}[ÇáãäÇÝÞæä:1]


Apabila orang-orang munafik datang kepadamu (Muhammad), mereka berkata, “Kami mengakui, bahwa engkau adalah Rasul Allah.” Dan Allah mengetahui bahwa engkau benar-benar Rasul-Nya; dan Allah menyaksikan bahwa orang-orang munfik itu benar-benar pendusta (al-Munafiqun : 1)

Mereka berdusta dalam hal bahwa apa yang mereka katakan itu dengan lisan-lisan mereka tidak selaras dengan apa yang disembunyikan hati mereka. Karena hati mereka itu menyimpan kekufuran kepada Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-, dan apa yang mereka katakan dengan lisan mereka merupakan perkara yang tidak cocok dengan apa yang ada di dalam hati. Maka, kemunafikan terbesar ini mengeluarkan (seseorang) dari agama yang mewajibkan pelakunya menempati tingkatan yang paling bawah dari Neraka. Adapun bila zhahir berbeda dengan batin dari sisi amal, maka ini termasuk ‘kemunafikan kecil’ dan hal tersebut termasuk dosa besar. Di dalam hadis disebutakan,


((ÂíóÉõ ÇáãõäóÇÝöÞö ËóáÇóËñ: ÅöÐóÇ ÍóÏøóËó ßóÐóÈó¡ æóÅöÐóÇ æóÚóÏó ÃóÎúáóÝó¡ æóÅöÐóÇ ÇÄúÊõãöäó ÎóÇäó))


Tanda orang munafik ada tiga ; (pertama) apabila berbicara dusta, (kedua) apabila berjanji mengingkari, dan (ketiga) apabila dipercaya berkhianat.
Kesemuanya ini adalah termasuk nifak amali (kemunafikan dalam hal amal), hal tersebut termasuk dosa besar dan bukan merupakan kekufuran besar yang memindahkan seseorang dari agama. Kekufuran besar yang memindahkan (seseorang) dari agama adalah hal-hal yang terkait dengan keyakinan.

Dan, ungkapan doa beliau-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó- :


«æóáöÓóÇäðÇ ÕóÇÏöÞðÇ»


Dan (aku pun memohon kepada-Mu) lisan yang jujur/benar.

Di dalamnya terdapat petunjuk yang jelas bahwa kejujuran dan pembenaran bukan hanya di dalam hati, namun kejujuran itu berada di hati dan di lisan. Sebagaimana (disebutkan) di dalam hadis ini. Dan, anggota badan pun dapat membenarkan. Dalam hadis, Nabi-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó- bersabda,


«Åöäøó Çááøóåó ßóÊóÈó Úóáóì ÇÈúäö ÂÏóãó ÍóÙøóåõ ãöäó ÇáÒøöäóÇ¡ ÃóÏúÑóßó Ðóáößó áÇó ãóÍóÇáóÉó¡ ÝóÒöäóÇ ÇáÚóíúäö ÇáäøóÙóÑõ¡ æóÒöäóÇ ÇááøöÓóÇäö ÇáãóäúØöÞõ¡ æóÇáäøóÝúÓõ Êóãóäøóì æóÊóÔúÊóåöí¡ æóÇáÝóÑúÌõ íõÕóÏøöÞõ Ðóáößó Ãóæú íõßóÐøöÈõåõ»


"Sesungguhnya Allah telah menetapkan pada setiap anak cucu Adam bagiannya dari perbuatan zina yang pasti terjadi dan tidak mungkin dihindari, maka zinanya mata adalah melihat sedangkan zinanya lisan adalah ucapan, zinanya nafsu keinginan dan berangan-angan, dan kemaluan membenarkannya atau mendustakannya."

Dan dalam satu riwayat :


«ßõÊöÈó Úóáóì ÇÈúäö ÂÏóãó äóÕöíÈõåõ ãöäó ÇáÒøöäóÇ¡ ãõÏúÑößñ Ðóáößó áóÇ ãóÍóÇáóÉó¡ ÝóÇáúÚóíúäóÇäö ÒöäóÇåõãóÇ ÇáäøóÙóÑõ¡ æóÇáúÃõÐõäóÇäö ÒöäóÇåõãóÇ ÇáöÇÓúÊöãóÇÚõ¡ æóÇááøöÓóÇäõ ÒöäóÇåõ ÇáúßóáóÇãõ¡ æóÇáúíóÏõ ÒöäóÇåóÇ ÇáúÈóØúÔõ¡ æóÇáÑøöÌúáõ ÒöäóÇåóÇ ÇáúÎõØóÇ¡ æóÇáúÞóáúÈõ íóåúæóì æóíóÊóãóäøóì¡ æóíõÕóÏøöÞõ Ðóáößó ÇáúÝóÑúÌõ æóíõßóÐøöÈõåõ»


Telah ditetapkan atas anak Adam bagiannya dari zina, ia bakal terjadi dan tak mungkin dihindari. Maka, kedua mata zinanya adalah memandang, kedua telinga zinanya adalah mendengarkan, lisan zinanya adalah berucap, tangan zinanya adalah menyentuh, kaki zinanya adalah melangkah, dan hati (zinanya) adalah berkeinginan dan berangan-angan. Hal itu dibenarkan oleh kemaluan atau didustakannya.

Beliau-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-menamakan tindakannya (tindakan kemaluan), -di mana hal itu termasuk bagian dari anggota badan-, dengan ‘pembenaran’ atau ‘pendustaan’. Dengan demikian, pembenaran sebagaimana halnya terjadi pada hati, pada lisan, terjadi juga pada anggota-anggota badan. Dan, selayaknya seorang muslim jujur terhadap Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-dalam hatinya, lisannya dan amal-amal (anggota badan)nya.

Kemudian, beliau-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-menutup doanya yang agung ini dengan penutupan yang singkat kata-katanya dan padat maknanya, seraya mengatakan :


«æóÃóÓúÃóáõßó ãöäú ÎóíúÑö ãóÇ ÊóÚúáóãõ¡ æóÃóÚõæÐõ Èößó ãöäú ÔóÑøö ãóÇ ÊóÚúáóãõ¡ æóÃóÓúÊóÛúÝöÑõßó áöãóÇ ÊóÚúáóãõ¡ Åöäøóßó ÃóäúÊó ÚóáÇãõ ÇáúÛõíõæÈö»


Aku pun memohon kepada-Mu kebaikan apa-apa yang Engkau ketahui

Aku pun berlindung kepada-Mu dari keburukan apa-apa yang Engkau ketahui

Aku pun memohon ampun kepada-Mu untuk sesuatu (dosa dan kesalahan) yang Engkau ketahui.

Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui segala hal yang ghaib.

Ungkapan ini termasuk ungkapan yang global dan mencakup berbagai hal.

Beliau-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-mengatakan :


«æóÃóÓúÃóáõßó ãöäú ÎóíúÑö ãóÇ ÊóÚúáóãõ


Aku pun memohon kepada-Mu kebaikan apa-apa yang Engkau ketahui

Ini merupakan permohonan untuk mendapatkan kebaikan semuanya, dan ilmu Allah benar-benar meliputi segala sesuatu. Maka, ungkapannya :


«æóÃóÓúÃóáõßó ãöäú ÎóíúÑö ãóÇ ÊóÚúáóãõ»


Aku pun memohon kepada-Mu kebaikan apa-apa yang Engkau ketahui

Yakni, aku memohon kepadamu segala bentuk kebaikan seluruhnya yang terliputi oleh ilmu-Mu.

(Beliau-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-mengatakan selanjutnya)


«æóÃóÚõæÐõ Èößó ãöäú ÔóÑøö ãóÇ ÊóÚúáóãõ»


Aku pun berlindung kepada-Mu dari keburukan apa-apa yang Engkau ketahui

Yakni, aku berlindung kepada-Mu dari segala bentuk keburukan seluruhnya, di mana ilmu Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-meliputi segala sesuatu.

Jadi, ini adalah permohonan kepada Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-segala bentuk kebaikan seluruhnya dan permohonan perlindungan kepada-Nya dari segala bentuk keburukan seluruhnya, hal-hal yang diketahui oleh sang hamba dan hal-hal yang tidak diketahuinya. Sebagaimana dalam doa beliau-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-yang lain-di mana doa tersebut termasuk doa yang ungkapannya singkat maknanya mencakup banyak hal- yang disebutkan di dalam hadis Aisyah-ÑóÖöíó Çááåõ ÚóäúåóÇ-di dalam al-Musnad,


((Çááøóåõãøó Åöäøöí ÃóÓúÃóáõßó ãöäú ÇáúÎóíúÑö ßõáøöåö ÚóÇÌöáöåö æóÂÌöáöåö ãóÇ ÚóáöãúÊõ ãöäúåõ æóãóÇ áóãú ÃóÚúáóãú ¡ æóÃóÚõæÐõ Èößó ãöäú ÇáÔøóÑøö ßõáøöåö ÚóÇÌöáöåö æóÂÌöáöåö ãóÇ ÚóáöãúÊõ ãöäúåõ æóãóÇ áóãú ÃóÚúáóãú)) .


Ya Allah ! Sesungguhnya aku memohon kepada-Mu kebaikan seluruhnya, baik yang segera atau yang tertunda, baik yang aku ketahui atau aku belum ketahui. Aku berlindung kepada-Mu dari kejelekan seluruhnya, baik yang segera atau yang tertunda, baik yang aku ketahui atau aku belum ketahui.

Beliau-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-berkata (melanjutkan doanya) :


«æóÃóÓúÊóÛúÝöÑõßó áöãóÇ ÊóÚúáóãõ»


Aku pun memohon ampun kepada-Mu untuk sesuatu (dosa dan kesalahan) yang Engkau ketahui.

Ungkapan ini, di dalamnya terdapat istighfar (permohonan ampunan) dari dosa-dosa seorang hamba seluruhnya; baik yang telah lalu terjadinya atau pun yang belum lama terjadinya, baik yang dilakukan secara sembunyi-sembunyi maupun yang dilakukan secara terang-terangan, yang pertamanya dan yang terakhirnya, karena ilmu Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-meliputi hal itu seluruhnya.
Semoga Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-mengampuni(dosa-dosa)-ku dan (dosa-dosa) Anda sekalian.

Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Rasulullah.

(Redaksi)

Sumber :

Fakniz Haa-ulaa-i al-Kalimaati, Prof. Dr. Abdurrazzaq bin Abdil Muhsin al-Badr-ÍóÝöÙóåõ Çááåõ ÊóÚóÇáóì-.

Hikmah Al-Quran & Mutiara Hadits : index.php
Versi Online : index.php/?pilih=lihatannur&id=1072