Artikel : Bulein Annur - Hikmah Al-Quran & Mutiara Hadits

Keutamaan Taat kepada Rasulullah

Rabu, 21 Nopember 18

Bagian dari syariat Allah yang mulia yang harus dilakukan oleh setiap muslim adalah mentaati RasulNya, Muhammad. Allah berfirman,


æóÃóØöíÚõæÇ Çááøóåó æóÇáÑøóÓõæáó áóÚóáøóßõãú ÊõÑúÍóãõæäó



Dan taatilah Allah dan Rasul, supaya kamu diberi rahmat. (Qs. Ali Imran : 132)

Salah satu bentuk nyata dari ketaatan kepada RasulNya adalah melaksanakan perintah dan meninggalkan larangannya. Rasulullah bersabda,


ÝóÅöÐóÇ ÃóãóÑúÊõßõãú ÈöÔóíúÁò ÝóÃúÊõæúÇ ãöäúåõ ãóÇ ÇÓúÊóØóÚúÊõãú æóÅöÐóÇ äóåóíúÊõßõãú Úóäú ÔóíúÁò ÝóÏóÚõæúåõ



Bila aku memerintahkan kalian dengan sesuatu maka kerjakanlah semampu kalian dan bila aku melarang kalian dari sesuatu maka jauhilah hal tersebut (HR. Muslim, no. 1337).

Sungguh, ketaatan kepada RasulNya memilki keutamaan yang besar. Ayat di atas, menunjukkan salah satu bentuk keutamaannya, yaitu bahwa pelakunnya akan mendapatkan rahmat Allah. Apakah ini saja ? tidak, tentu saja. Jika demikian, apa keutamaan yang lainnya ? berikut ini penulis sebutkan beberapa keutamaan yang lainnya.

Pembaca yang budiman, di antara keutamaan yang lainnya dari ketaatan kepada RasulNya, yaitu :

Taat kepada Rasul merupakan bagian dari ketaatan kepada Allah

Beliau bersabda,


ãóäú ÃóØóÇÚóäöí ÝóÞóÏú ÃóØóÇÚó Çááøóåó æóãóäú ÚóÕóÇäöí ÝóÞóÏú ÚóÕóì Çááøóåó æóãóäú ÃóØóÇÚó ÃóãöíÑöí ÝóÞóÏú ÃóØóÇÚóäöí æóãóäú ÚóÕóì ÃóãöíÑöí ÝóÞóÏú ÚóÕóÇäöí



Siapa yang mentaatiku, sungguh ia telah mentaati Allah dan siapa yang bermaksiat kepadaku, sungguh ia telah bermaksiat kepada Allah. Siapa yang mentaati amirku (yakni, setiap orang yang memegang urusan kaum muslimin, ia mengurusi mereka dengan apa yang disyariatkan Rasulullah -pen), sungguh ia telah taat padaku, dan siapa yang menentang amirku, sungguh ia telah bermaksiat kepadaku (HR. al-Bukhari, no. 7137 dan Muslim, no. 1835)

Al-Hafizh Ibnu Hajar mengatakan, “kalimat ini diambil dari firmanNya,


ãóäú íõØöÚö ÇáÑøóÓõæáó ÝóÞóÏú ÃóØóÇÚó Çááøóå



Barangsiapa yang mentaati Rasul itu, sesungguhnya ia telah mentaati Allah (Qs. an-Nisa : 80)

yakni, karena tidaklah aku memerintahkan kecuali dengan apa yang Allah perintahkan. Maka siapa yang mengerjakan apa yang aku perintahkan sesungguhnya ia telah mentaati Dzat yang telah memerintahkan kepadaku untuk memerintahkan hal itu. Juga bisa bermakna, karena Allah memerintahkan (kalian) untuk mentaatiku, maka siapa yang mentaatiku sungguh ia telah mentaati perintah Allah kepadanya berupa mentaatiku. Begitu pula halnya dengan perkara “bermaksiat”(yakni, siapa yang tidak melaksanakan perintah Rasul, ia telah bermaksiat kepada Allah-pen). Taat, yaitu melakukan sesuatu yang diperintahkan dan meninggalkan apa yang dilarang. Bermaksiat adalah sebaliknya (yakni, meninggalkan perintah dan mengerjakan larangan-pen). (Fathul Baari, 13/120)

Mentaati Rasul sebab pelakunya masuk Surga

Beliau bersabda,


ßõáøõ ÃõãøóÊöí íóÏúÎõáõæäó ÇáúÌóäøóÉó ÅöáøóÇ ãóäú ÃóÈóì ÞóÇáõæÇ íóÇ ÑóÓõæáó Çááøóåö æóãóäú íóÃúÈóì ÞóÇáó ãóäú ÃóØóÇÚóäöí ÏóÎóáó ÇáúÌóäøóÉó æóãóäú ÚóÕóÇäöí ÝóÞóÏú ÃóÈóì



Semua ummatku akan masuk Surga kecuali yang enggan. Mereka (para sahabat) bertanya, ‘wahai Rasulullah siapakah gerangan orang yang enggan itu ? beliau menjawab, ‘ siapa yang mentaatiku ia masuk Surga dan siapa yang menentangku, sungguh ia telah enggan (untuk masuk Surga) (HR. al-Bukhari, no. 7280)

Dr. Mushthafa al-Bagha berkata, “sungguh Nabi -dalam hadis ini- telah memberikan penjelasan yang sedemikian gamblang dan jelas bahwa masuk Surga memiliki hubungan yang sangat erat dengan ketaatan kepada beliau . Hadis ini juga memberikan faedah bahwa masuk ke dalam Surga dipersyaratkan adanya ketataan (seorang hamba) kepada Allah dan RasulNya, dan setiap orang yang mengikuti Allah dan RasulNya berarti ialah orang yang benar-benar mencintai keduaNya, sedangkan bermaksiat/menentang keduanya merupakan bukti nyata tidak adanya kecintaan terhadap keduanya meskipun banyak orang mengklaim bahwa dirinya mencintai keduanya (Nuzhatul Muttaqin Syarh Riyadhushshalihin, 1/148)

Mentaati Rasul merupakan wasilah keselamatan di Dunia dan di Akhirat

Beliau bersabda,


Åöäøó ãóËóáöì æóãóËóáó ãóÇ ÈóÚóËóäöìó Çááøóåõ Èöåö ßóãóËóáö ÑóÌõáò ÃóÊóì Þóæúãóåõ ÝóÞóÇáó íóÇ Þóæúãö Åöäøöì ÑóÃóíúÊõ ÇáúÌóíúÔó ÈöÚóíúäóìøó æóÅöäøöì ÃóäóÇ ÇáäøóÐöíÑõ ÇáúÚõÑúíóÇäõ ÝóÇáäøóÌóÇÁó. ÝóÃóØóÇÚóåõ ØóÇÆöÝóÉñ ãöäú Þóæúãöåö ÝóÃóÏúáóÌõæÇ ÝóÇäúØóáóÞõæÇ Úóáóì ãõåúáóÊöåöãú æóßóÐøóÈóÊú ØóÇÆöÝóÉñ ãöäúåõãú ÝóÃóÕúÈóÍõæÇ ãóßóÇäóåõãú ÝóÕóÈøóÍóåõãõ ÇáúÌóíúÔõ ÝóÃóåúáóßóåõãú æóÇÌúÊóÇÍóåõãú ÝóÐóáößó ãóËóáõ ãóäú ÃóØóÇÚóäöì æóÇÊøóÈóÚó ãóÇ ÌöÆúÊõ Èöåö æóãóËóáõ ãóäú ÚóÕóÇäöì æóßóÐøóÈó ãóÇ ÌöÆúÊõ Èöåö ãöäó ÇáúÍóÞøö



Sesungguhnya permisalan aku dan permisalan syariat Allah yang aku bawa seperti permisalan seorang yang datang ke kaumnya, lalu ia mengatakan (kepada mereka) wahai kaumku sungguh aku telah melihat dengan kedua belah mataku sebuah pasukan (yang siap menyerang kalian). Dan, sesungguhnya aku adalah seorang pemberi peringatan yang tidak dapat menyimpan rahasia. Lalu, sekelompok dari kaumnya tersebut mentaati seruannya. Maka, mereka pun berjalan pergi di malam hari (meninggalkan tempat kediamannya) menyelamatkan diri dari kebinasaan. Sementara sebagian yang lainnya mendustakan peringatan orang tersebut. Merekapun tetap saja berada di tempat tinggalnya. Lalu, pasukan tersebut menyerang mereka sehingga merekapun binasa. Yang demikian itu adalah perumpamaan orang yang mentaatiku dan mengikuti apa yang aku bawa (yakni, syariat Allah) dan perumpamaan orang yang menentangku dan mendustakan kebenaran yang aku bawa. (HR. Muslim, no. 6094)

Mentaati Rasul memelihara pelakunya dari penyimpangan dan kesesatan

Al-‘Irbadh bin Sariyah berkata, “pada suatu hari Rasulullah mengimami kami ketika shalat, kemudian (seusai shalat) beliau menghadapkan dirinya kepada kami, lalu beliaupun memberikan wejangan kepada kami dengan wejangan yang sedemikian menyentuh, menyebabkan air mata berlinang dan hati bergetar karenanya. Maka, seorang ada yang berkata, wahai Rasulullah sepertinya ini merupakan wejangan perpisahan. Maka, gerangan apakah yang ingin Anda wasiatkan ?. Lalu, beliau pun bersabda,


ÃõæúÕöíúßõãú ÈöÊóÞúæóì Çááåö æóÇáÓøóãúÚö æóÇáØøóÇÚóÉö æóÅöäú ÚóÈúÏñ ÍóÈóÔöíøñ ÝóÅöäøóåõ ãóäú íóÚöÔú ãöäúßõãú-æÝí ÑæÇíÉ ÚäÏ ÃÈí ÏÇæÏ : ÈóÚúÏöì- íóÑóì ÇöÎúÊöáóÇÝðÇ ßóËöíúÑðÇ æóÅöíøóÇßõãú æóãõÍúÏóËóÇÊö ÇáúÃõãõæúÑö ÝóÅöäøóåóÇ ÖóáóÇáóÉñ Ýóãóäú ÃóÏúÑóßó Ðóáößó ãöäúßõãú ÝóÚóáóíúßõãú ÈöÓõäøóÊöí æóÓóäøóÉö ÇáúÎõáóÝóÇÁö ÇáÑøóÇÔöÏöíúäó ÇáúãóåúÏöíøöíúäó ÚóÖóæúÇ ÚóáóíúåóÇ ÈöÇáäøóæóÇÌöÐö



Aku wasiatkan kepada kalian untuk bertakwa kepada Allah, mendengar dan taat (kepada pemimpin) meskipun ia seorang budak dari Habsy. Karena siapa yang hidup –dalam riwayat Abu Dawud : sepeninggalku- niscaya ia akan melihat perselisihan yang cukup banyak. Jauhilah oleh kalian perkara baru yang diada-adakan, karena hal tersebut merupakan kesesatan. Oleh karena itu, siapa di antara kalian yang melihat hal tersebut, hendaklah ia berpegang teguh dengan sunnahku dan sunnah khulafa-urrasyidiin yang telah mendapatkan petunjuk. Gigitlah ia dengan gigi geraham. (HR. at-Tirmidzi, no. 2676)

Ungkapan “ gigitlah “ merupakan kinayah (kiasan) betapa kuatnya dalam hal melazimi dan berpegang teguh dengan sunnah, karena siapa yang ingin mengambil sesuatu dengan kuat ia menggigitnya dengan gigi-giginya (Tuhfatul Ahwadzi bi Syarh Jami’ at Tirmidzi, 2/2035)

Beliau juga bersabda,


ÊóÑóßúÊõ Ýöíßõãú ÃóãúÑóíúäö áóäú ÊóÖöáøõæÇ ãóÇ ÊóãóÓøóßúÊõãú ÈöåöãóÇ ßöÊóÇÈó Çááøóåö æóÓõäøóÉó äóÈöíøöåö



Aku tinggalkan pada kalian dua hal, niscaya kalian tak akan sesat selamanya selagi kalian berpegang teguh dengan keduanya ; (kedua hal tersebut yaitu) kitabullah (yakni, al-Qur’an) dan sunnah nabiNya (HR. Imam Malik di dalam al-Muwaththa’, no. 1594)

Ibnu al-Qoyyim berkata, ‘oleh karena itu, maka pangkal adab terhadap Rasulullah adalah totalitas penyerahan diri terhadapnya, melaksanakan perintahnya, menyikapi berita yang disampaikannya dengan penuh penerimaan dan pembenaran, tanpa sedikitpun terhalang oleh hayalan batil yang disebut oleh kebanyakan orang dengan istilah “masuk akal“, dan tanpa pula disusupi dengan syubhat (kesamaran) dan keraguan sedikitpun atau dengan lebih mengedepankan pendapat orang dan pemikiran sampah otak mereka (Madaarij as-Saalikin Baina Mana-zil Iyyakana’ budu Wa iyyaa kanasta’iin, 2/387)

Pembaca yang budiman, demikianlah beberapa keutamaan taat kepada Rasulullah yang dapat kami sebutkan. Wallahu a’lam. Akhirnya, semoga Allah memberikan taufiq kepada kita untuk mentaati RasulNya Muhammad secara baik. Aamiin (Redaksi)

Sumber :

Disarikan dari, “ Tha’atu ar-Rasul r Fii as-Sunnah an-Nabawiyah”, Dr. Khalid bin Ibrahim bin Sulaiman ar-Rumiy, Dosen di al-Imam Muhammad bin Sa’ud Islamic University. Dimuat dalam Journal of Islamic Sciences Vol 3, Qassim University Scientific Publication, January 2010 –Muharram 1431 H, hal. 219-225.
Hikmah Al-Quran & Mutiara Hadits : index.php
Versi Online : index.php/?pilih=lihatannur&id=785