Artikel : Bulein Annur - Hikmah Al-Quran & Mutiara Hadits

Urgensi Waktu

Jumat, 23 Nopember 18

Allah Ta'ala berfirman,


æóÇáúÚóÕúÑö (1) Åöäøó ÇáúÅöäúÓóÇäó áóÝöí ÎõÓúÑò (2) ÅöáøóÇ ÇáøóÐöíäó ÂãóäõæÇ æóÚóãöáõæÇ ÇáÕøóÇáöÍóÇÊö æóÊóæóÇÕóæúÇ ÈöÇáúÍóÞøö æóÊóæóÇÕóæúÇ ÈöÇáÕøóÈúÑö(3)



"Demi Al-‘Ashr. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran." (Qs. Al-Ashr : 1-3).

Demi al-‘Ashr

Allah memulai surat ini dengan “al-Qosam” (sumpah) dengan menggunakan huruf qosam “æ “ yang berarti, “demi”. Berkata Syaikh Manna’ al-Qaththan, “al-Qasam (sumpah) merupakan salah satu bentuk penguat perkataan yang masyhur untuk memantapkan dan memperkuat kebenaran sesuatu di dalam jiwa. Al-Qur’an Al-Karim diturunkan untuk seluruh manusia, dan manusia mempunyai sikap yang bermacam-macam terhadapnya. Di antaranya ada yang meragukan, ada yang mengingkari dan ada pula yang amat memusuhi. Karena itu, dipakailah qasam dalam kalamullah (firman Allah), guna menghilangkan keraguan, melenyapkan kesalahpahaman, membangun argumentasi, menguatkan khabar dan menetapkan hukum dengan cara paling sempurna (Mabahits Fii ‘Ulumi al-Qur’an, 1/302).

Adapun yang dijadikan untuk bersumpah oleh Allah dalam surat ini, adalah “al-Ashr”.

Perbedaan pendapat ulama mengenai “ al-‘Ashr”.

Para ulama berbeda pendapat mengenai apa yang dimaksud dengan, “al-Ashr”, ada yang mengatakan, yang dimaksud dengan “al-‘Ashr” ialah “malam dan siang”, ada yang mengatakan, “sholat Ashar”, ada yang mengatakan, “ masa Nabi atau zaman ummatnya (Adh-waa-ul Bayan Fii Iidhohi al-Qur’an bi al-Qur’an 9/88). Ada juga yang mengatakan, “waktu sore” dan “waktu yang terbaik”, ada juga yang mengatakan, “zaman (masa) (Tafsir Juz ‘Amma, 1/41).

Pendapat yang terakhir inilah, yakni, bahwa yang dimaksud dengan “al-‘Ashr“ ialah zaman (waktu atau masa) adalah pendapat yang lebih dekat kepada kebenaran. Wallahu a’lam

Allah bersumpah dengan makhluk

Zaman atau waktu atau masa termasuk makhluk (ciptaan) Allah, dengan demikian, di sini Allah bersumpah dengan makhluk.

Diriwayatkan bahwa al-Hasan berkata, “Allah boleh bersumpah dengan makhluk yang dikehendakiNya. Namun, tidak boleh bagi seorang pun bersumpah kecuali dengan (nama) Allah.

Sumpah manusia dengan selain nama Allah tidak boleh karena hal tersebut termasuk salah satu bentuk kemusyrikan.

Sa’d bin ‘Ubaidah berkata, Ibnu Umar pernah mendengar seorang lelaki bersumpah dengan mengatakan, “Tidak, demi Ka’bah”. (Mendengar hal itu) maka Ibnu Umar berkata kepada orang tersebut, “Sungguh aku pernah mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,


ãóäú ÍóáóÝó ÈöÛóíúÑö Çááøóåö ÝóÞóÏú ÃóÔúÑóßó



"Barangsiapa bersumpah dengan selain (nama) Allah, maka ia telah mempersekutukan (Allah)." (HR. Abu Dawud, no. 3253)

Petunjuk dalam sumpah Allah dengan makhluk

Allah bersumpah dengan makhlukNya, karena makhluk itu menunjukkan Penciptanya, yaitu Allah, di samping menunjukkan pula akan keutamaan dan kemanfaatan makhluk tersebut, agar dijadikan pelajaran bagi manusia. (Mabahits Fii Ulumi al-Qur’an, 1/303)

Dengan demikian, sumpah Allah dengan “waktu” dalam surat ini, ini menunjukkan betapa pentingnya waktu itu dan betapa besarnya keutamaan dan kemanfaatannya bagi manusia, dan hendaknya hal ini dapat dijadikan sebagai pelajaran serta diambil pelajaran yang berharga darinya.

Bagaimana tidak penting ?! Sementara manusia hidup dalam lingkaran waktu ; waktu dulu, kini dan yang akan datang. Dulu, telah berlalu dan tak mungkin akan kembali lagi namun masih ada pertanggungjawabannya. Yang akan datang, seseorang tidak tahu secara pasti apakah ia akan menjumpainya ataukah tidak, namun satu hal yang pasti bahwa setiap yang bernyawa akan mati dan kepadaNya manusia kembali.


ßõáøõ äóÝúÓò ÐóÇÆöÞóÉõ ÇáúãóæúÊö Ëõãøó ÅöáóíúäóÇ ÊõÑúÌóÚõæäó



"Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kemudian hanyalah kepada Kami kamu dikembalikan." (Qs. Al-Ankabut : 57)

Sekarang, maka inilah kesempatan, ia menjadi bagian dari kunci keberuntungan dan kerugian di dunia dan akhirat. Pemanfaatan “waktu sekarang“ dengan perkara yang akan menyampaikan kepada keberuntungan di dunia dan akhirat adalah perkara yang diusahakan oleh orang-orang yang cerdik. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,


ÇáúßóíøöÓõ ãóäú ÏóÇäó äóÝúÓóåõ æóÚóãöáó áöãóÇ ÈóÚúÏó ÇáúãóæúÊö



"Orang yang cerdik adalah orang yang dapat menundukkan nafsunya dan berbuat untuk kepentingan setelah mati." (HR. at Tirmidzi, no. 459)

Manusia Merugi

Selanjutnya, Allah berfirman,


Åöäøó ÇáúÅöäúÓóÇäó áóÝöí ÎõÓúÑò



"Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian."

Manusia di sini bersifat umum, karena menunjukkan jenis. Tanda yang menunjukkan umum adalah Çá pada kata, ÇáúÅöäúÓóÇäó , yang bermakna ßõáøõ (semua). Dengan demikian, makna ayat ini adalah bahwa manusia senantiasa berada dalam kerugian dan kekurangan di dunia dan di akhirat kecuali orang-orang yang dikecualikan oleh Allah (Tafsir Juz ‘Amma, 1/41).

Syaikh Syinqithi berpendapat, bahwa ini berlaku bagi orang muslim dan orang kafir, kecuali yang dikecualikan oleh Allah (Adh-wa-ul Bayan, 9/89).

Maka, sungguh benar-benar merugi orang-orang yang merugi di dunia dan akhirat, semoga kita tidak termasuk kedalam golongan yang merugi, baik di dunia maupun di akhirat. Aamiin.

Yang Tidak Merugi

Adapun orang-orang yang dikecualikan oleh Allah bahwa ia tidak termasuk orang-orang yang akan merugi, adalah orang-orang yang mempunyai empat kriteria, di mana mereka memanfaatkan waktu hidup mereka di dunia dengan hal-hal tersebut. Allah berfirman,


ÅöáøóÇ ÇáøóÐöíäó ÂãóäõæÇ æóÚóãöáõæÇ ÇáÕøóÇáöÍóÇÊö æóÊóæóÇÕóæúÇ ÈöÇáúÍóÞøö æóÊóæóÇÕóæúÇ ÈöÇáÕøóÈúÑö



"Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal sholeh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran."

Kriteria pertama, keimanan yang tidak dicampuri dengan keraguan dan kesyirikan.

Yakni, mereka yang beriman kepada Allah dan perkara-perkara lainnya yang wajib diimani- sebagaimana yang telah dijelaskan olehNya di dalam kitabNya dan yang telah dijelaskan rasulNya di dalam sunnahnya- dan mengamalkan syariatNya. Mereka inilah yang tidak akan merugi. Allah berfirman,


ÞóÏú ÃóÝúáóÍó ÇáúãõÄúãöäõæäó



"Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman." (Qs. Al-Mukminun : 1).


ÇáøóÐöíäó ÂãóäõæÇ æóáóãú íóáúÈöÓõæÇ ÅöíãóÇäóåõãú ÈöÙõáúãò ÃõæáóÆößó áóåõãõ ÇáúÃóãúäõ æóåõãú ãõåúÊóÏõæäó



"Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk." (Qs. Al-An’am : 82).

Kriteria kedua, beramal sholeh.

Allah berfirman, æóÚóãöáõæÇ ÇáÕøóÇáöÍóÇÊö , "dan (mereka yang) mengerjakan amal sholeh."

Amal sholeh ini meliputi seluruh kebaikan yang lahir maupun yang batin, yang berkaitan dengan hak Allah maupun hak manusia, yang wajib maupun yang sunnah. (Tafsir as Sa’diy, 1/934)

Dan, ketika melakukan amal tersebut mereka ikhlash karena Allah dan mengikuti sunnah RasulNya, sehingga mereka beruntung alias tidak merugi. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,


ÞóÇáó Çááøóåõ ÊóÈóÇÑóßó æóÊóÚóÇáóì ÃóäóÇ ÃóÛúäóì ÇáÔøõÑóßóÇÁö Úóäö ÇáÔøöÑúßö ãóäú Úóãöáó ÚóãóáÇð ÃóÔúÑóßó Ýöíåö ãóÚöì ÛóíúÑöì ÊóÑóßúÊõåõ æóÔöÑúßóåõ



"Allah Tabaroka wa Ta’ala berfirman, Aku adalah Dzat yang Maha Kaya yang tidak membutuhkan sekutu. Barangsiapa yang menyekutukan Aku dalam amalannya maka Aku akan meninggalkannya dan sekutunya." (HR. Muslim, no. 7666).

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam juga bersabda,


ãóäú Úóãöáó ÚóãóáÇð áóíúÓó Úóáóíúåö ÃóãúÑõäóÇ Ýóåõæó ÑóÏøñ



"Barangsiapa melakukan amal yang tidak ada perintahnya dari kami, maka amalannya tertolak." (HR. Muslim, no. 4590).

Jadi, orang yang beramal sholeh yang beruntung alias tidak merugi adalah yang melakukannya dengan ikhlas karena Allah dan mengikuti sunnah RasulNya, Allah menjanjikan bagi mereka dalam firmanNya,


ÇáøóÐöíäó ÂãóäõæÇ æóÚóãöáõæÇ ÇáÕøóÇáöÍóÇÊö ØõæÈóì áóåõãú æóÍõÓúäõ ãóÂÈò



"Orang-orang yang beriman dan beramal sholeh, bagi mereka kebahagiaan dan tempat kembali yang baik." (Qs. Ar Ra’d : 29).

Kriteria ketiga,

Allah berfirman, æóÊóæóÇÕóæúÇ ÈöÇáúÍóÞøö , "dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran."

Syaikh Syinqithi berkata, “yang dimaksud dengan al-Haq (kebenaran) adalah Islam dengan segala kesempurnaannya (Adh-wa-ul Bayan, 9/90). Dengan bahasa yang berbeda Syaikh Muhammad bin Sholeh al-Utsaimin berkata, ‘yang dimaksud dengan kebenaran adalah “syariat” (Tafsir Juz ‘Amma, 5/41)

Jadi, mereka yang tidak merugi adalah yang saling menasehati untuk mentaati syariat Allah dan RasulNya, masing-masing saling menasehati, jika ia melihat ada yang melalaikan kewajiban, maka ia memberinya nasehat :” wahai saudaraku laksanakanlah kewajibanmu”!, dan jika ada yang melakukan hal yang diharamkan, maka ia memberinya nasehat : “wahai saudaraku jauhilah hal-hal yang diharamkan. Dan seterusnya…

Kriteria keempat,

Allah berfirman, æóÊóæóÇÕóæúÇ ÈöÇáÕøóÈúÑö, "dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.

Yakni, satu sama lain saling menasehati agar tetap bersabar. Bersabar dalam mentaati Allah, bersabar dari menjauhi hal-hal yang diharamkan Allah, dan bersabar dalam menghadapi takdir Allah.

Kesimpulan

Dengan demikian, kesimpulan yang dapat kita ambil dari surat al-Ashr ini adalah sebagai berikut :

1. Allah telah bersumpah dengan “waktu”, hal tersebut menunjukkan keutamaan dan kemanfaatan, serta pentingnya waktu bagi manusia.
2. Pemanfaatan waktu merupakan salah satu kunci untuk meraih keuntungan dan terhindar dari kerugian.
3. Seluruh manusia berada dalam kerugian. Kerugian tersebut mengelilinginya dari segala sisi, kecuali orang-orang yang mengisi waktu dalam kehidupannya di dunia dengan empat hal yang disebutkan oleh Allah dalam surat ini, yaitu ; beriman, beramal sholeh, saling menasehati dalam mentaati kebenaran dan saling menasehati dalam menapaki kesabaran.

Akhirnya, kita berdoa kepada Allah, semoga Allah menjadikan kita termasuk orang-orang yang beruntung di dunia dan di akhirat. Aamiin (Redaksi)

Referensi :

1. Adhwa-ul Bayan Fii Iidhohi al-Qur’an bil Qur’an, Muhammad al-Amin bin Muhammad al-Mukhtar bin Abdul Qodir al-Janki asy Syinqithi.
2. Mabaahits Fii ‘Uluumi al-Qur’an, Manna’ al-Qoththan.
3.Tafsir Juz Amma, Muhammad bin Sholeh al-Utsaimin
4. Taisir Al Karimir Rahman fii Tafsir Kalamil Mannan (Tafsir as Sa’di), Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir As Sa’di.
Hikmah Al-Quran & Mutiara Hadits : index.php
Versi Online : index.php/?pilih=lihatannur&id=787