Artikel : Bulein Annur - Hikmah Al-Quran & Mutiara Hadits

Kiat Meramu Keharmonisan Rumah Tangga

Jumat, 01 Februari 19

Rumah tangga yang harmonis merupakan impian setiap “PaSuTri”, dimana keharmonisan dan kedinamisan di dalam hidup berumah tangga merupakan aspek yang paling urgen dalam mempertahankan keutuhan rumah tangga itu sendiri. Sepasang suami istri harus memiliki kiat-kiat khusus dalam meramu keharmonisan rumah tangga, apa saja kiranya kiat-kiat tersebut? Berikut adalah di antaranya,

1. Legowo (Lapang Dada) dan Saling Memaafkan

Sebagaimana dimaklumi bahwa rumah tangga tidak akan terlepas dari prahara, sehingga sepasang suami istri sudah seyogyanya memiliki modal penting yang berguna bagi mereka untuk meredam gejolak prahara tersebut supaya tidak berujung kepada keretakan sebuah rumah tangga. Satu sifat yang harus dijadikan asas dalam membina rumah tangga ialah lapang dada dan saling memaafkan. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman,


ÝóٱÚúÝõæÇ۟ æóٱÕúÝóÍõæÇ۟


“Maka maafkanlah dan lupakanlah…” (QS. al-Baqarah (2) : 109).

2. Lupakan Kesalahan (Terbangkan Kesalahan Dengan Angin Kebaikan)

Janganlah menjadi seorang pasangan yang gampang mengingat kesalahan pasangannya, apalagi sampai mengungkit-ngungkitnya, namun terbangkanlah kesalahan tersebut dengan angin kebaikan yang dia miliki.

Jika terbetik dalam benak anda kesalahan pasangan anda, maka ingat-ingatlah kebaikan pasangan anda, sadarlah bahwasanya manusia itu bisa berbuat benar dan salah, maka suatu hal yang salah apabila kita mengungkit-ngungkit kesalahan orang lain, terlebih lagi pasangan kita. Boleh jadi kebaikan yang dimiliki oleh pasangan kita adalah lebih banyak daripada kesalahan yang ia miliki, sehingga tidak akan mungkin setitik noda mengeruhkan lautan. Namun, demikianlah setan membuat jelek pandangan kita terhadap kebaikan yang dimiliki oleh pasangan kita, sehingga seakan-akan pasangan kita tidak memiliki kebaikan apa pun sebab kesalahan kecil yang ia lakukan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,


áóÇ íóÝúÑóßú ãõÄúãöäñ ãõÄúãöäóÉð Åöäú ßóÑöåó ãöäúåóÇ ÎõáõÞðÇ ÑóÖöíó ãöäúåóÇ ÂÎóÑó


“Janganlah seorang mukmin (suami) membenci mukminah (istrinya dengan sebuah sifat), karena jika ia membenci suatu sifat darinya tentulah ia ridha dengan sifat yang lain.” (HR. Muslim No. 2672).

3. Mengetahui Hak Pasangan Hidup Kita

Salah satu faktor dalam menggapai keutuhan dan keharmonisan sebuah rumah tangga ialah dengan mengetahui hak pasangan hidup kita. Jika masing-masing pasangan hidup telah benar-benar menunaikan hak pasangannya dengan baik, tentu keharmonisan di dalam rumah tangga bisa dicapai, sedangkan jika masing-masing pasangan hidup acuh tak acuh dengan hak pasangannya, maka yang ada hanyalah pertikaian dan perang batin.

Hak seorang suami terhadap istrinya ialah supaya istrinya menjaga kehormatan rumah tangganya, mendidik anak-anak, melayani suaminya, dan taat terhadapnya. Hak seorang istri terhadap suami ialah supaya seorang suami memberi nafkah lahir dan batin, menyediakan pakaian dan tempat tinggal, serta menakhodai bahtera rumah tangga dengan arif dan bijak. Apabila masing-masing pasangan telah menunaikan kewajibannya masing-masing, dan memberikan hak kepada pasangannya, niscaya rumah tangga yang harmonis akan tercipta.

4. Kompak Dalam Satu Tim dan Saling Bersinergi

Ketahuilah bahwasanya kehidupan berumah tangga mengalami pasang dan surut, sesuai dengan roda kehidupan, kadang berada di atas dan kadang berada di bawah. Kadang alur kehidupan berumah tangga datar tanpa masalah, dan kadang bergelombang dengan masalah pelik yang dihadapi, pada saat tersebut janganlah setiap pasangan hobi mencari kambing hitam permasalahan. Jangan suka melemparkan kesalahan pada pasangan, namun katakanlah bahwa kesalahan pasangan adalah tanggung jawab pasangannya, kesalahan suami adalah tanggung jawab istri, dan kesalahan istri adalah tanggung jawab suami, sehingga sebuah rumah tangga diibaratkan seperti sebuah tim yang bekerjasama dalam menyelesaikan masalah. Maka, dinamika dalam kehidupan berumah tangga sejatinya adalah tanggung jawab semua anggota tim, bukan salah satu dari anggota tim, semakin baik dan kompak sebuah tim bersinergi, bekerjasama maka semakin baik pula dalam menyelesaikan segala problematika hidup dengan arif dan bijak. Sebaliknya pun demikian, semakin egois salah satu anggota tim dan tidak mau bekerja sama, maka hasilnya pun akan semakin ruwet dan runyam.

Allah ‘Azza wa Jalla berfirman, yang artinya, “Wahai orang-orang yang beriman, peliharalah diri kalian dan keluarga kalian dari api neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu.” (QS. at-Tahrim (66) : 6).

Allah ‘Azza wa Jalla menjelaskan di dalam ayat tersebut bahwa kesalahan sebuah anggota keluarga adalah tanggung jawab kepala keluarga, kesalahan daripada seorang istri sejatinya adalah tanggung jawab suami, maka jika seorang istri melakukan sebuah kesalahan maka tidak selayaknya seorang suami kemudian menambah keruh suasana dengan ikut menyalahkan istri, namun hendaknya seorang suami introspeksi diri dan mengatakan “Kemana saya selama ini dari mendidik keluarga?.” Demikian pula seorang istri pun harus merasa bahwa dia adalah satu tim dengan suaminya, kapan pun ia berbuat salah maka ia pun juga akan merugikan suaminya, dan kapan pun sebuah rumah tangga merasa bertanggung jawab dengan kesalahan yang terjadi di dalam rumah tangga tersebut, maka rumah tangga akan mendapatkan keharmonisan dan ketenteraman.

5. Menegakan Syiar Agama Allah Di Dalam Rumah Tangga

Salah satu faktor terciptanya rumah tangga yang harmonis, bahkan faktor ini bisa dikategorikan sebagai faktor yang paling penting yaitu sepasang suami istri yang saling bantu membantu dalam menegakkan syiar agama Allah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,


ÑÍöãó Çááøóå ÑóÌõáÇ ÞóÇãó ãöäó Çááøóíúáö¡ ÝÕáìøó æÃíúÞóÙó ÇãÑÃóÊåõ¡ ÝÅäú ÃóÈóÊú äóÖÍó Ýí æÌúåöåóÇ ÇáãÇÁó¡ ÑóÍöãó Çááøóåõ ÇãóÑóÃóÉð ÞóÇãÊ ãöä Çááøóíúáö ÝóÕáøóÊú¡ æÃóíúÞóÙóÊú ÒóæúÌóåóÇ ÝÅöä ÃóÈí äóÖóÍóÊú Ýöí æÌúåöåö ÇáãÇÁó


“Semoga Allah merahmati seorang lelaki yang bangun ditengah malam kemudian ia shalat, dan ia bangunkan istrinya, apabila istrinya menolak maka ia percikkan air ke wajahnya, dan semoga Allah merahmati seorang istri yang bangun ditengah malam kemudian ia shalat, dan ia bangunkan suaminya, apabila ia menolak maka ia percikkan air ke wajahnya.” (HR. Abu Dawud No. 1113).

Para ulama menjelaskan bahwa maksud hadits ini ialah bahwasanya sebuah rumah tangga tidak akan harmonis, sebuah rumah tangga tidak akan sakinah, kecuali jika masing-masing dari anggota rumah tangga tadi menegakkan agama Allah, dan menegakkan kewajiban-kewajiban di dalam beragama. Dengan ungkapan lain bahwa masing-masing dari anggota rumah tangga sadar bahwa tujuan ia membangun rumah tangga adalah untuk kehidupan akhirat, sehingga tatkala seorang suami memiliki orientasi akhirat dan seorang istri memiliki orientasi akhirat dalam hidup berumah tangga, maka niscaya sebuah rumah tangga tersebut benar-benar akan harmonis dan tenteram.

Sebaliknya jika setiap anggota keluarga hanya berorientasi terhadap dunia semata, maka rumah tangga cepat atau lambat akan mengalami kebinasaan, dimana yang dipikirkan semata-mata adalah gaya hidup, melihat saudara telah memiliki mobil baru sedang rumah tangganya belum maka akan merasa iri, melihat tetangga memiliki perabotan baru sedang rumah tangganya belum maka hanya ada perasaan iri dan iri yang ada di dalam hati, jika sebuah rumah tangga memiliki orientasi dunia semata.

6. Setia Mendengarkan Penuturan Pasangan

Saling setia mendengarkan penuturan pasangan, dan merasa antusias dengan apa yang diceritakan, jangan sampai merasa acuh tak acuh dan tidak menghargai penuturannya. Terutama dalam hal ini berlaku bagi seorang suami, yang seyogyanya mendengarkan penuturan sang istri yang memiliki tabiat suka bercerita dan mengungkapkan apa pun yang dia alami.

Dalam sebuah kisah Israiliyat disebutkan bahwasanya Lukman al-Hakim pernah berkata, “Sudah seyogyanya bagi lelaki yang berakal untuk bertingkah seperti anak kecil di depan istrinya, dan jika ia bertolak menuju ke kaumnya maka ia berubah menjadi pria sejati.” (Mahasinu at-Ta’wil, Jamaludin al-Qasimi)

Maksud dari riwayat tersebut ialah bahwasanya seorang suami sudah sepantasnya bersikap perhatian terhadap istrinya dengan apa yang ia tuturkan kepadanya, tanpa bersikap menggurui dan sok tahu, namun memperhatikan dengan seksama, dan menimpalinya dengan serius sebagaimana anak kecil yang yang serius memperhatikan cerita ibunya, dan serius menimpalinya.

7. Bagunlah Rumah Tangga Dengan Asas Tolong Menolong

Lihatlah suri tauladan kita Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dengan segala kesibukan beliau sebagai utusan Allah, pemimpin negara dan umat, namun beliau masih menyempatkan diri untuk membantu pekerjaan keluarganya di rumah.

Aisyah radhiyallahu ‘anha pernah ditanya tentang kegiatan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ketika di rumah maka beliau menjawab,


ßóÇäó íóßõæäõ Ýöí ãöåúäóÉö Ãóåúáöåö – ÊóÚúäöí ÎöÏúãóÉó Ãóåúáöåö – ÝóÅöÐóÇ ÍóÖóÑóÊö ÇáÕøóáÇóÉõ ÎóÑóÌó Åöáóì ÇáÕøóáÇóÉö


“Beliau ketika berada di dalam rumah sibuk membantu keluarganya, sehingga ketika datang waktu shalat maka beliau keluar untuk melaksanakan shalat.” (HR. al-Bukhari No. 635).

Dalam riwayat al-Bazzar disebutkan, Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata, “Beliau menambal sandal, menjahit baju, dan melakukan pekerjaan rumah sebagaimana yang kalian lakukan di rumah kalian.”

Demikianlah seharusnya seorang suami, sesibuk apa pun ia maka luangkanlah waktu untuk membantu pekerjaan rumah tangga, hal tersebut sekali-kali tidak akan menurunkan martabatnya, bahkan akan menjadikan keluarga semakin harmonis karena sepasang suami istri yang saling tolong menolong di dalam menyelesaikan pekerjaan rumah tangga. Sebaliknya seorang suami yang tidak mau membantu pekerjaan rumah, sejatinya ia adalah suami yang egois dan manja, hanya mau dilayani semata acuh dengan kerepotan istri.

Sumber : Disarikan dari ceramah “Faktor Pendukung Keutuhan dan Keharmonisan Rumah Tangga”, oleh Dr. Muhammad Arifin bin Badri, MA, dalam Seminar Keluarga Sakinah Al-Sofwa 2014.

Hikmah Al-Quran & Mutiara Hadits : index.php
Versi Online : index.php/?pilih=lihatannur&id=811