Artikel : Bulein Annur - Hikmah Al-Quran & Mutiara Hadits

Keelokan Rupa, Kekeruhan Hati

Rabu, 08 April 20

Sesungguhnya pada tempat di mana kita hidup, yaitu di muka bumi terdapat banyak tanda-tanda yang menunjukkan kekuasaan dan keagungan Allah ‘Azza wa Jalla yang hendaknya hal itu menjadikan kita semakin yakin kepada-Nya. Sebagaimana yang ditegaskan oleh Allah ‘Azza wa Jalla dalam firman-Nya,


æóÝöí ÇáúÃóÑúÖö ÂíóÇÊñ áöáúãõæúÞöäöíúäó


“Dan di bumi terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang yakin.” (QS. adz-Dzariyat : 20).

Hal itu mencakup bumi itu sendiri dan segala apa yang ada padanya seperti gunung-gunung, lautan, sungai-sungai, pepohonan, tumbuh-tumbuhan, hewan-hewan, dan lain sebagainya yang menunjukan kepada orang yang mau berfikir dan merenungkan makna-maknanya akan keagungan penciptaan-Nya dan keluasan kekuasaan-Nya serta menyeluruhnya kebaikan-Nya, dan cakupan ilmu-Nya yang meliputi segala sesesuatu yang nampak dan yang tidak Nampak. (Tafsir as-Sa’diy, 1/809).

Dan, bahkan termasuk hal yang menunjukkan keagungan dan kekuasaan-Nya adalah kita, manusia yang diciptakan-Nya. Siapa yang mau melihat dirinya dan merenungkannya serta mengambil pelajaran dari dirinya sendiri, niscaya hal itu akan mengantarakan dirinya kepada suatu keyakinan bahwa tidaklah Allah menciptakannya untuk sebuah kesia-siaan. Dia ‘Azza wa Jalla berfirman,


æóÝöí ÃóäúÝõÓößõãú ÃóÝóáóÇ ÊõÈúÕöÑõæúäó


“Dan (juga) pada dirimu sendiri. Maka apakah kamu tidak memperhatikan?” (QS. adz-Dzariyat : 21).

Yakni, pada penciptaan kalian –wahai manusia- terdapat petunjuk-petunjuk yang menunjukkan akan kekuasaan Allah ‘Azza wa Jalla, begitu pula terdapat pelajaran yang menunjukkan kepada kalian akan keEsaan pencipta kalian, dan bahwasanya tidak ada sesembahan bagi kalian yang berhak untuk diibadahi selain-Nya, apakah kalian melalaikan hal itu, sehingga kalian tidak memperhatikan hal itu, lalu kalian mengambil pelajaran dengannya? (at-Tafsir al-Muyassar, 9/287).

Keelokan Rupa

Jika seorang insan memperhatikan dirinya, niscaya ia akan mendapatkan bahwa dirinya adalah makhluk yang memiliki keelokan rupa dan fisiknya adalah sebaik-baik bentuk. Sebagaimana yang telah dinyatakan oleh penciptanya dalam firman-Nya,


áóÞóÏú ÎóáóÞúäóÇ ÇáúÅöäúÓóÇäó Ýöí ÃóÍúÓóäö ÊóÞúæöíúãò


“Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.” (Qs. at-Tiin : 4).

Muhammad bin Jarir ath-Thabariy –semoga Allah merahmatinya-berkata, “Para ahli tafsir berbeda pendapat dalam menafsirkan firman-Nya ini. Sebagian mereka mengatakan, “Maknanya, yakni, dalam penciptaan yang paripurna dan sebaik-baik rupa.” Di antara mereka yang mengatakan demikian adalah Ibnu Abbas, Ibrahim, Abu al-‘Aliyah, Mujahid, Qatadah dan al-Kalbiy, semoga Allah meridhai mereka semuanya.

Sebagian yang lain mengatakan, “Bahkan, maknanya adalah “Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia, lalu Kami menyampaikannya kepada masa mudanya yang kuat, kulit dan ototnya yang kencang, dan kekuatannya yang mencapai puncaknya, di mana keadaan itu merupakan keadaan yang paling baik, dan kekuatan yang sempurna. Di antara yang mengatakan demikian ini adalah Ikrimah radhiyallahu ‘anhu.
Sebagian yang lainnya mengatakan, “Dikatakan demikian (yakni, Ýöí ÃóÍúÓóäö ÊóÞúæöíãò dalam bentuk yang sebaik-baiknya), karena tidak ada seekor hewan pun melainkan mukanya jatuh di permukaan bumi (ketika terlahir), lain halnya dengan manusia.

Pendapat yang benar, dikatakan, ‘bahwa makna firman-Nya tersebut adalah ‘Kami telah menciptakan manusia dalam rupa yang sebaik-baiknya dan paling sempurna, karena firman-Nya, ÃóÍúÓóäö ÊóÞúæöíúãò merupakan na’at (sifat) untuk kata yang mahdzuf (dihapus), yaitu (diselain Qur’an dikatakan) “æóåõæó Ýöí ÊóÞúæöíúãò ÃóÍúÓóäö ÊóÞúæöíúãò “ dan dia (manusia) (diciptakan) dalam rupa/bentuk, bentuk yang sebaik-baiknya. Maka, seakan-akan dikatakan, ‘Sesungguhnya Kami telah menciptakannya dalam bentuk (rupa) rupa yang sebaik-baiknya. (Jami’ al-Bayan Fii Takwiili al-Qur’an, 24/508).

Karena, tak ada satu pun makhluk yang lebih baik rupa dan bentuknya daripada anak Adam. Maka, makhluk-makhluk bumi semuanya lebih bawah dari anak Adam (manusia) dalam hal rupa dan bentuk penciptaannya, karena Allah ‘Azza wa Jalla berfirman,


áóÞóÏú ÎóáóÞúäóÇ ÇáÅöäúÓóÇäó Ýöí ÃóÍúÓóäö ÊóÞúæöíúãò


“Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.” (Tafsir Juz ‘Amma, hal. 253).

Kekeruhan Hati

Seorang insan yang memperhatikan dirinya, niscaya mendapatkan bahwa keelokan rupa dirinya tersebut kerap kali tidak diiringinya dengan hiasan akhlak yang indah baik kepada penciptanya maupun kepada sesamanya sebagai bentuk rasa syukurnya kepada Dzat yang telah menciptakannya. Maka, betapa banyak dan sering dirinya menggunakan kedua matanya yang elok itu untuk melihat sesuatu yang dilarang untuk dilihatnya, yaitu, aurat manusia yang tidak halal baginya untuk melihatnya. Baik di jalan-jalan, di pasar-pasar, di mall-mall, dan tempat-tempat lainnya. Bahkan, kala dirinya dalam kesendirian di kamarnya pun tidak jarang kedua matanya diarahkannya dengan sengaja ke aurat manusia yang tidak halal dipandangnya yang dilihatnya melalui media Handphone dan yang lainnya. Baik, aurat tersebut adalah aurat kaum lelaki (yakni, dari pusar sampai ke lutut) atau pun aurat tersebut adalah aurat wanita (yakni, seluruh anggota tubuhnya kecuali muka dan telapak tangannya). Sungguh, hal ini merupakan kemaksiatan, dan hal tersebut terlarang.


Úóäú Úóáöìøò ÑóÖöìó Çááøóåõ Úóäúåõ ÞóÇáó : ÞóÇáó ÑóÓõæúáõ Çááøóåö -Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó- : áÇó ÊóßúÔöÝú ÝóÎöÐóßó ¡ æóáÇó ÊóäúÙõÑú Åöáóì ÝóÎöÐö Íóìøò æóáÇó ãóíøöÊò


Dari Ali radhiyallahu ‘anhu ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, ”Janganlah kamu menyingkap (membuka) pahamu, dan janganlah kamu memandang ke paha orang lain baik ia orang yang masih hidup ataupun ia orang yang telah mati.” Dalam riwayat lain disebutkan, Ali radhiyallahu ‘anhu berkata,


ÏóÎóáó Úóáóìøó ÑóÓõæúáõ Çááøóåõ -Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó- æóÃóäóÇ ßóÇÔöÝñ Úóäú ÝóÎöÐöì ÝóÞóÇáó : íóÇ Úóáöìøõ ÛóØøö ÝóÎöÐóßó ÝóÅöäøóåóÇ ãöäó ÇáúÚóæúÑóÉö


“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah masuk menemuiku sementara aku dalam keadaan menyingkap (membuka) pahaku, maka beliau shallallahu ‘alaihi wasallam mengatakan (kepadaku), ’Wahai Ali! Tutupilah pahamu, karena sesungguhnya paha itu termasuk aurat.’” (HR. al-Baihaqi, di dalam as-Sunan al-Kubra, no. 3357. Dan, dishahihkan oleh as-Suyuthi).

Jika hal tersebut (yakni, melihat aurat manusia) dilakukan akan menimbulkan kerusakan dan tentu saja pelakunya berdosa karenanya. Dalam hadis disebutkan,


Úóäú ãõÚóÇæöíóÉó ÞóÇáó ÓóãöÚúÊõ ÑóÓõæúáó Çááøóåö -Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó- íóÞõæúáõ : Åöäøóßó Åöäö ÇÊøóÈóÚúÊó ÚóæúÑóÇÊö ÇáäøóÇÓö ÃóÝúÓóÏúÊóåõãú Ãóæú ßöÏúÊó Ãóäú ÊõÝúÓöÏóåõãú


Dari Mu’awiyah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Aku pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, ‘Sesunggunya Anda, jika Anda mencari-cari aurat manusia (dengan mencuri pandang, dll.) niscaya Anda akan merusak mereka atau hampir-hampir saja Anda merusak mereka.’” (HR. Abu Dawud, no. 4890).

Oleh karena ini adalah perbuatan dosa, maka hal itu akan mengeruhkan hatinya. Sebagaimana hal itu terisyaratkan dalam hadis,


Úóäú ÃóÈöí åõÑóíúÑóÉó Ãóäøó ÑóÓõæúáó Çááåö Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æó Óóáøóãó ÞóÇáó : Åöäøó ÇáúãõÄúãöäó ÅöÐóÇ ÃóÐúäóÈó ßóÇäóÊú äõßúÊóÉñ ÓóæúÏóÇÁõ Ýöí ÞóáúÈöåö . ÝóÅöäú ÊóÇÈó æóäóÒóÚó æóÇÓúÊóÛúÝóÑó ÕóÞõáó ÞóáúÈõåõ . ÝóÅöäú ÒóÇÏó ÒóÇÏóÊú. ÝóÐóáößó ÇáÑøóÇäõ ÇóáøóÐöí ÐóßóÑóåõ Çááåõ Ýöí ßöÊóÇÈöåö ßóáøóÇ Èóáú ÑóÇäó Úóáóì ÞõáõæúÈöåöãú ãóÇßóÇäõæúÇ íóßúÓöÈõæúäó


Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Sesungguhnya seorang mukmin itu apabila melakukan dosa niscaya noktah hitam menempel pada hatinya. Lalu, jika ia bertaubat, meninggalkan dosa tersebut dan memohon ampun (kepada Allah) niscaya bersih kembali hatinya. Namun, jika ia terus (melakukan dosa) niscaya noktah hitam tersebut akan bertambah (semakin banyak) pula (sehingga menutupi hatinya). Yang demikian itu adalah ar-Raan yang Allah sebutkan di dalam kitab-Nya, ‘Sekali-kali tidak! Bahkan apa yang mereka kerjakan itu telah menutupi hati mereka.’” (Qs.al-Muthaffifin : 14). (HR. Ibnu Majah, no. 4244).

Itu baru apa yang sering dilakukan oleh kedua matanya yang elok itu. Yaitu, melihat aurat manusia. Belum lagi, apa yang dilakukan telinganya. Telinganya tersebut tidak jarang digunakan untuk mendengarkan perkara yang diharamkan. Misalnya, menyengaja dan asik mendengarkan ‘gosip’, menyengaja dan asik mendengarkan alunan alat-alat ‘musik’ dan ‘nyanyian’ para biduwanita.

Sungguh, nge-gosip atau meng-“ghibah” atau menggunjing (menguak dan menyebarkan aib orang lain) merupakan perbuatan dosa. Begitu pula halnya dengan menyengaja mendengarkannya. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman,


æóáóÇ íóÛúÊóÈú ÈóÚúÖõßõãú ÈóÚúÖðÇ ÃóíõÍöÈøõ ÃóÍóÏõßõãú Ãóäú íóÃúßõáó áóÍúãó ÃóÎöíúåö ãóíúÊðÇ ÝóßóÑöåúÊõãõæúåõ æóÇÊøóÞõæúÇ Çááøóåó Åöäøó Çááøóåó ÊóæøóÇÈñ ÑóÍöíúãñ


“Dan janganlah ada di antara kamu yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati ? Tentu kamu merasa jijik. Dan bertakwalah kepada Allah, sungguh Allah Maha Penerima taubat, Maha Penyayang.” (QS. Hujurat : 12).

Dimikian pula halnya dengan menyengaja dan asik mendengarkan alunan alat-alat ‘musik’ dan ‘nyanyian’ para biduwanita, hal tersebut merupakan perkara haram. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman,


æóãöäó ÇáäøóÇÓö ãóäú íóÔúÊóÑöí áóåúæó ÇáúÍóÏöíúËö áöíõÖöáøó Úóäú ÓóÈöíúáö Çááøóåö ÈöÛóíúÑö Úöáúãò æóíóÊøóÎöÐóåóÇ åõÒõæðÇ ÃõæáóÆößó áóåõãú ÚóÐóÇÈñ ãõåöíúäñ


“Dan di antara manusia (ada) orang yang mempergunakan percakapan kosong untuk menyesatkan (manusia) dari jalan Allah tanpa ilmu dan menjadikannya olok-olokan. Mereka itu akan memperoleh azab yang menghinakan.” (Qs. Lukman : 6).

Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata, “Dia (yakni, áóåúæó ÇáúÍóÏöíËö percakapan kosong) itu –demi Allah- adalah “al-Ghina” (nyanyian).” (Tafsir al-Qur’an al-‘Azhim, 6/330).

Adapun tentang haramnya alat musik, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,


áóíóßõæúäóäøó ãöäú ÃõãøóÊöí ÃóÞúæóÇãñ íóÓúÊóÍöáøõæúäó ÇáúÍöÑó æóÇáúÍóÑöíúÑó æóÇáúÎóãúÑó æóÇáúãóÚóÇÒöÝó


“Sungguh, akan ada di antara ummatku sekelompok orang yang menghalalkan zina, sutra (bagi kaum lelaki), khamer dan alat musik.” (HR. al-Bukhari, no. 5590).

Hati Pun Tak Selamat dari Dosa

Itu sebagian perkara haram yang dilakukan oleh telinga. Tentu, itu perbuatan dosa dan akan semakin mengeruhkan hati kita, manusia. Belum lagi apa yang dilakukan oleh lisan dan kedua bibir kita. Betapa mudah, banyak dan sering mulut kita melontarkan kata-kata yang haram, semisal berdusta, mencela, menghina, meng-ghibah, dan lain sebagainya. Bahkan, hati kita pun tidak selamat dari melakukan dosa yang akan semakin mengeruhkannya, semisal, mengikuti keinginan hawa nafsu, sehingga kita sering menyimpang dari jalan-Nya yang benar. Itu adalah perbuat dosa dan kita terlarang melakukannya. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman,


æóáóÇ ÊóÊøóÈöÚö Çáúåóæóì ÝóíõÖöáøóßó Úóäú ÓóÈöíúáö Çááøóåö Åöäøó ÇáøóÐöíúäó íóÖöáøõæúäó Úóäú ÓóÈöíúáö Çááøóåö áóåõãú ÚóÐóÇÈñ ÔóÏöíúÏñ ÈöãóÇ äóÓõæúÇ íóæúãó ÇáúÍöÓóÇÈö


“Dan janganlah engkau mengikuti hawa nafsu, karena akan menyesatkan engkau dari jalan Allah. Sungguh orang-orang yang sesat dari jalan Allah akan mendapat azab yang berat, karena mereka melupakan hari perhitungan.” (QS. Shaad : 26).

Itulah kita, manusia yang dikarunia keelokan rupa, namun sering kali mengeruhkan keaadaan hatinya dengan melakukan perbuatan maksiat dan dosa. Kata Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam,


ßõáøõ Èóäöí ÂÏóãó ÎóØøóÇÁñ


”Setiap insan sering dan banyak melakukan kesalahan…”

Maka, tak ada jalan terbaik untuk menjernihkannya kembali selain dengan cara banyak dan sering bertaubat dan memohon ampun kepada-Nya serta bersungguh-sungguh mengiringinya dengan amal shaleh sesuai dengan kesanggupan kita. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman,


ÅöáøóÇ ãóäú ÊóÇÈó æóÂãóäó æóÚóãöáó ÚóãóáðÇ ÕóÇáöÍðÇ ÝóÃõæáóÆößó íõÈóÏøöáõ Çááøóåõ ÓóíøöÆóÇÊöåöãú ÍóÓóäóÇÊò æóßóÇäó Çááøóåõ ÛóÝõæúÑðÇ ÑóÍöíúãðÇ


“Kecuali orang-orang yang bertaubat dan beriman dan mengerjakan kebajikan; maka keburukan mereka diganti Allah dengan kebaikan. Dan, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.” (QS. al-Furqan : 70).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,


æóÎóíúÑõ ÇáúÎóØøóÇÆöíúäó ÇáÊøóæøóÇÈõæúäó


“Dan, sebaik-baik orang yang sering dan banyak melakukan kesalahan adalah mereka yang banyak dan sering bertaubat.” (HR. Ibnu Majah, no. 4251).

Maka dari itu, Allah pun mencintai mereka. Dia Dzat yang Maha Penerima taubat hamba-Nya berfirman,


Åöäøó Çááøóåó íõÍöÈøõ ÇáÊøóæøóÇÈöíúäó æóíõÍöÈøõ ÇáúãõÊóØóåøöÑöíúäó


“Sungguh, Allah mencintai orang-orang yang bertaubat dan mencintai orang-orang yang menyucikan diri.” (Qs.al-Baqarah : 222).
Wallahu A’lam.

(Redaksi)

Referensi :

1. As-Sunan al-Kubra, Ahmad bin al-Hasan bin Ali al-Baihaqiy
2. At-Tafsir al-Muyassar, Sekumpulan Pakar Tafsir di bawah Bimbingan Dr. Abdullah bin Abdil Muhsin at-Turkiy
3. Jami’ al-Bayan Fii Takwiili al-Qur’an, Muhammad bin Jarir ath-Thabariy
4. Shahih al-Bukhari, Muhammad bin Ismail al-Bukhariy
5. Sunan Abu Dawud, Abu Dawud Sulaiman bin al-Asy’ats as-Sijistaniy
6. Sunan Ibni Majah, Muhammad bin Yazid al-Qazwainiy
7. Tafsir al-Qur’an al-‘Azhim, Ismail bin Umar bin Katsir ad-Dimasyqiy
8. Tafsir as-Sa’diy, Abdurrahman bin Nashir as-Sa’diy
9. Tafsir Juz ‘Amma, Muhammad bin Sholeh al-Utsaimin

Hikmah Al-Quran & Mutiara Hadits : index.php
Versi Online : index.php/?pilih=lihatannur&id=847