Artikel : Bulein Annur - Hikmah Al-Quran & Mutiara Hadits

Melemahnya Nilai Ketaatan

Jumat, 19 Februari 21

Ketaatan seseorang dalam menjalankan ajaran agamanya bisa jadi melemah atau memudar. Bahkan bisa saja hilang sama sekali. Ketaatan itu tidak lagi dilakukannya. Amal-amal shalih yang telah biasa dikerjakan ditinggalkan sama sekali.

Sebagai contoh, lihatlah keadaan sebagian besar kita dan saudara-saudara kita Kaum Muslimin di awal bulan Ramadhan yang penuh dengan ibadah dan ketaatan kemudian dibandingkan dengan keadaan kita dan mereka beberapa hari atau beberapa bulan setelah Ramadhan berlalu, kita akan dapat melihat perbedaan yang amat mencolok.

Hal semacam ini dan yang lainnya, memunculkan sebuah pertanyaan, 'Apa faktor penyebab melemah dan memudarnya nilai ketaatan itu pada diri kita?'
Jawabannya, "Banyak", dan boleh jadi di antara faktor penyebabnya adalah hal-hal berikut ini,

(1) Godaan-godaan setan terhadap umat manusia
(2) Kurang memahami dan mengetahui urgensi menjaga nilai ketaatan
(3) Lingkungan yang jauh dari nilai-nilai ketaatan
(4) Musibah dan cobaan
(5) Terlalu banyak beban kehidupan yang dipikul dan terlalu berat serta panjang perjalanan yang dilalui
(6) Pengaruh orang tua
(7) Tidak ada kontrol dan motivasi dari orang lain

(1) Godaan-godaan setan terhadap umat manusia

Hendaknya masing-masing orang menyadari bahwa selama hayat dikandung badan ia senantiasa berada dalam kancah peperangan melawan setan. Setiap jalan-jalan kebaikan yang ditempuhnya, ia pasti berhadapan dengan setan yang siap menghadang.
Dalam al-Qur'an disebutkan,


ÞóÇáó ÝóÈöãóÇ ÃóÛúæóíúÊóäöí áóÃóÞúÚõÏóäøó áóåõãú ÕöÑóÇØóßó ÇáúãõÓúÊóÞöíãó * Ëõãøó áóÂÊöíóäøóåõãú ãöäú Èóíúäö ÃóíúÏöíåöãú æóãöäú ÎóáúÝöåöãú æóÚóäú ÃóíúãóÇäöåöãú æóÚóäú ÔóãóÇÆöáöåöãú æóáóÇ ÊóÌöÏõ ÃóßúËóÑóåõãú ÔóÇßöÑöíäó


“Iblis menjawab: ‘Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus, kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat)’.“ (al-'Araf: 16-17).

Simaklah pula hadis Nabi -Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó- berikut ini:


Åöäøó ÇáÔøóíúØóÇäó ÞóÚóÏó áöÇÈúäö ÂÏóãó ÈöÃóØúÑõÞöåö ÝóÞóÚóÏó áóåõ ÈöØóÑöíÞö ÇáúÅöÓúáóÇãö ÝóÞóÇáó ÊóÓúáöãõ æóÊóÏóÚõ Ïöíäóßó æóÏöíäó ÂÈóÇÆößó ! ÝóÚóÕóÇåõ ÝóÃóÓúáóãó. Ëõãøó ÞóÚóÏó áóåõ ÈöØóÑöíÞö ÇáúåöÌúÑóÉö ÝóÞóÇáó ÊõåóÇÌöÑõ æóÊóÏóÚõ ÃóÑúÖóßó æóÓóãóÇÁóßó ¿ ÝóÚóÕóÇåõ ÝóåóÇÌóÑó. Ëõãøó ÞóÚóÏó áóåõ ÈöØóÑöíÞö ÇáúÌöåóÇÏö ÝóÞóÇáó ÊõÌóÇåöÏõ ÝóÊõÞúÊóáõ ÝóÊõäúßóÍõ ÇáúãóÑúÃóÉõ æóíõÞóÓøóãõ ÇáúãóÇáõ ¿ ÝóÚóÕóÇåõ ÝóÌóÇåóÏó


“Sesungguhnya setan senantiasa siap menghadang bani Adam dalam setiap langkah yang ditempuhnya. Bila ia menempuh jalan Islam, maka setan akan menggoda seraya berkata, 'Apakah engkau sudi meninggalkan ajaran nenek moyangmu dengan menempuh jalan Islam?' Namun seorang hamba Allah sejati tidak akan menghiraukan godaan itu dan tetap menempuh jalan Islam.

Bila ia menempuh jalan hijrah, maka setan akan datang menggoda seraya berkata: 'Apakah engkau sudi meninggalkan kampung halaman tercinta dengan nekad berhijrah?' Namun ia pun tidak menghiraukan godaan itu dan tetap berhijrah.

Bila ia menempuh jalur jihad, maka setan akan datang menggoda seraya berkata: 'Jika engkau masih membandel tetap ikut jihad, niscaya engkau akan terbunuh, istrimu akan dinikahi orang dan hartamu akan dibagi-bagikan! Namun ia menepis godaan itu dan tetap pergi berjihad." (HR. an-Nasai).

Ketahuilah -semoga Allah merahmati Anda- bahwa kancah peperangan ini sangat berat dan melelahkan, ditebarkan oleh setan dan bala tentaranya di mana-mana. Maka hendaklah kita benar-benar siap menghadapinya. Setan, hawa nafsu, angkara murka dan godaan dunia siap menjerat setiap saat.

Seorang penyair menuturkan:

Sungguh, diriku dihujam dengan empat anak panah,
yang tiada henti-henti melesat dari busurnya menghujam diriku
Yaitu iblis, dunia, ambisi dan hawa nafsu.
Wahai Rabbku, hanya Engkau jualah yang kuasa menyelamatkan diriku.

Oleh karena itu, sudah seyogyanya kita selalu waspada terhadap segala tipu daya setan. Bukankah Allah -ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì– telah berfirman,


æóÅöãøóÇ íóäúÒóÛóäøóßó ãöäó ÇáÔøóíúØóÇäö äóÒúÛñ ÝóÇÓúÊóÚöÐú ÈöÇááøóåö


“Dan jika setan mengganggumu dengan suatu gangguan, maka mohonlah perlindungan kapada Allah.” (Fushshilat: 36).

Sadarilah bahwa pada detik ini Anda tengah berperang melawan setan, janganlah sampai engkau dipecundanginya. Hati-hatilah terhadap tipu daya setan, janganlah sampai mengicuh dirimu. Sesungguhnya tipu daya setan itu sangat lemah wahai saudaraku!

Simaklah firman Allah -ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- berikut ini,


ÝóÞóÇÊöáõæÇ ÃóæúáöíóÇÁó ÇáÔøóíúØóÇäö Åöäøó ßóíúÏó ÇáÔøóíúØóÇäö ßóÇäó ÖóÚöíÝðÇ


“Oleh sebab itu, perangilah kawan-kawan setan itu, karena sesungguhnya tipu daya setan itu adalah lemah.” (an-Nisa: 76)

(2) Kurang memahami dan mengetahui urgensi menjaga nilai ketaatan

Sering kita temui sebagian orang yang melakukan berbagai bentuk perbuatan dosa dan maksiat. Namun lucunya ia masih mengaku-ngaku sebagai seorang multazim (orang yang menjaga nilai ketaatan). Ia sebenarnya tidak memahami dan tidak mengerti hakikat iltizam (menjaga nilai ketaatan). Sebab hakikat iltizam adalah melaksanakan amalan-amalan ketaatan dan menjauhi perkara yang diharamkan. Oleh sebab itu pula sering kita mendengar selentingan pertanyaan dalam momen-momen tertentu seperti ceramah, pengajian dll yang berbunyi: "Saya adalah seorang pemuda 'baik-baik', selalu mengerjakan shalat lima waktu, berpuasa bulan Ramadhan, menunaikan ibadah haji, namun aku masih suka mendengarkan musik, atau aku masih suka melabuhkan kain sampai di bawah mata kaki (isbal), atau aku masih suka melihat perkara yang diharamkan untuk dilihat, atau perbuatan dosa lainnya. Bagaimana menurut Anda wahai saudaraku? Seolah-olah sikonnya berkata: "Jika air sudah mencapai dua qullah, niscaya tidak akan menjadi najis karena kotoran, yaitu selama aku dalam keadaan demikian, aku tetap tergolong orang 'baik-baik', meskipun dosa dan maksiat itu selalu kulakukan.

Sekali-kali tidak! Engkau tetap tertuntut untuk meninggalkan perbuatan dosa itu, engkau harus menjauhkan diri dari dosa-dosa itu sejauh-jauhnya. Dan hendaknya engkau memasang tekad yang kuat untuk itu, mintalah pertolongan kepada Allah -ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- dan jangan mudah menyerah.

(3) Lingkungan yang jauh dari nilai-nilai ketaatan

Kadangkala seseorang yang iltizam tumbuh di tengah-tengah lingkungan yang jauh dari nilai-nilai ketaatan. Kadangkala ia hanya bisa diam melihat dosa dan maksiat yang ada di sekitarnya, lebih parah lagi terkadang ia terpengaruh dengan dosa dan maksiat itu. Sebagaimana yang disebutkan dalam pepatah 'alah bisa karena biasa', jika sudah terlalu sering menyaksikan perbuatan dosa, akhirnya terpengaruh juga.

Maksudnya bukan secara seporadis mengubah pelanggaran-pelanggaran syariat yang dilihatnya di dalam rumah. Sebab cara seperti itu akan membuahkan hasil yang mengecewakan.

Beberapa pemuda -semoga Allah -ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì– mencurahkan taufik kepadanya dan kepada kita semua- terlalu terburu-buru dalam bertindak, begitu ia mendapat hidayah, langsung saja ia datangi keluarganya seraya merayu, "Kalian semua tahu atau tidak bahwa perkara ini dan ini haram tidak boleh dilakukan!"

Dengan enteng keluarganya menjawab sebagaimana yang dilantunkan seorang penyair,

Kalian katakan ini dan itu tidak boleh kami lakukan
Siapakah kalian, hingga kalian bisa berkata ini dan itu

"Bukankah kamu seorang anak kecil baru lahir kemarin, masih bau kencur? Kok tiba-tiba saja menjadi mufti (pemberi fatwa) di dalam rumah, tunggu dulu janganlah tergesa-gesa!," demikian sindir keluarganya.

Menurut hemat saya masalahnya tidak akan selesai dengan mengunci mulut tidak bereaksi, dan tidak pula dengan cara seporadis seperti itu. Sebagian orang beranggapan bahwa solusinya adalah dengan meninggalkan rumah (minggat), tentu saja ini merupakan cara yang keliru, sebab minggat dari rumah tidak akan menyelesaikan masalah (bahkan akan menambah masalah). Beda halnya jika dengan meninggalkan rumah, kondisi akan berubah menjadi lebih baik. Namun biasanya cara seperti itu justru akan menambah berat jalan cerita.

Apabila engkau melihat sebuah kemunkaran (khususnya di dalam rumah sendiri), maka siapkanlah senjata pamungkas yang membuat mereka tidak bisa berkutik, tidak bisa berdalih ini dan itu. Hendaknya engkau menyiapkan petuah alim ulama yang terpandang mengenai bahaya kemunkaran itu. Atau dapat juga engkau siapkan fatwa ulama, kitab agama, kaset ceramah, buletin-buletin dan lain sebagainya. Kemudian engkau persilahkan mereka sendiri yang mendengar dan membacanya. Sebab terkadang mereka belum menemukan cara yang tepat untuk meninggalkan perbuatan munkar itu. Banyak pemuda yang terhimpit problematika seperti ini, dengan menerapkan cara di atas banyak membuahkan hasil-hasil positif yang menggembirakan. Walhamdulillah.

(4) Musibah dan cobaan

Berapa banyak orang yang berubah jalur hidupnya akibat musibah dan cobaan yang menimpa. Terkadang musibah dan cobaan itu datang dari orang lain atau karena akibat tingkahnya sendiri. Muslim yang sejati adalah yang bertambah ketaatannya setiap musibah dan cobaan datang menerpa. Adakah musibah dan cobaan yang lebih besar dari yang diterima Rasulullah -Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó- dan sahabat-sahabat beliau? Coba buka kembali sejarah peperangan Ahzab! Simaklah firman Allah -ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- berikut ini yang menggambarkan betapa berat cobaan yang dialami mereka, sehingga sulit diungkapkan dengan kata-kata;


ÅöÐú ÌóÇÁõæßõãú ãöäú ÝóæúÞößõãú æóãöäú ÃóÓúÝóáó ãöäúßõãú æóÅöÐú ÒóÇÛóÊö ÇáúÃóÈúÕóÇÑõ æóÈóáóÛóÊö ÇáúÞõáõæÈõ ÇáúÍóäóÇÌöÑó æóÊóÙõäøõæäó ÈöÇááøóåö ÇáÙøõäõæäóÇ * åõäóÇáößó ÇÈúÊõáöíó ÇáúãõÄúãöäõæäó æóÒõáúÒöáõæÇ ÒöáúÒóÇáðÇ ÔóÏöíÏðÇ


“(Yaitu) ketika mereka datang kepadamu dari atas dan dari bawahmu, dan ketika tidak tetap lagi penglihatan(mu) dan hatimu naik menyesak sampai ke tenggorokan dan kamu menyangka terhadap Allah dengan bermacam-macam prasangka. Di situlah diuji orang-orang mukmin dan digoncangkan (hatinya) dengan goncangan yang sangat.” (al-Ahzab: 10-11).

Coba bayangkan bagaimana keadaan Nabi -Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó- ketika itu, hamba yang paling mulia di sisi Allah -ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-, (begitu pula keadaan para sahabatnya) apakah dengan cobaan yang demikian itu nilai ketaatan mereka merosot? Apakah pupus iman mereka kepada Allah? Ma'adzallah sekali-kali tidak! namun kita ucapkan sebagaimana yang diucapkan hamba-hamba yang beriman,


æóáóãøóÇ ÑóÃóì ÇáúãõÄúãöäõæäó ÇáúÃóÍúÒóÇÈó ÞóÇáõæÇ åóÐóÇ ãóÇ æóÚóÏóäóÇ Çááøóåõ æóÑóÓõæáõåõ æóÕóÏóÞó Çááøóåõ æóÑóÓõæáõåõ æóãóÇ ÒóÇÏóåõãú ÅöáøóÇ ÅöíúãóÇäðÇ æóÊóÓúáöíãðÇ


“Dan tatkala orang-orang mukmin melihat golongan-golongan yang bersekutu itu, mereka berkata: "Inilah yang dijanjikan Allah dan Rasul-Nya kepada kita." Dan benarlah Allah dan Rasul-Nya. Dan yang demikian itu tidaklah menambah kepada mereka kecuali iman dan ketundukan.” (al-Ahzab: 22).

(5) Terlalu banyak beban kehidupan yang dipikul dan terlalu berat serta panjang perjalanan yang dilalui

Terus terang saya katakan bahwa sebagian orang ada yang membebani dirinya di luar kapasitas normal, hingga ia sendiri tidak sanggup memikulnya. Kadang ia lupa bahwa perjalanannya masih panjang. Kita dapati ia mencampuri dan menggeluti hampir semua bidang. Sibuk mengurus ini dan itu. Sampai-sampai ia mengabaikan perkara-perkara wajib.

Tidakkah pernah Anda jumpai seorang yang punya ambisi besar, setiap celah yang bisa dimanfaatkan, pasti dimasukinya! Namun begitu selesai dari segala aktifitasnya itu, staminanya menurun, akhirnya terkapar tiada berdaya, tenggelam dalam tidur yang pulas. Terkadang ia melalaikan kewajiban-kewajibannya. Padahal yang dituntut adalah menyucikan jiwa dengan berbuat taat. Lebih parah lagi, terkadang ia melalaikan shalat Shubuh, tentu saja ia juga melalaikan doa-doa sebelum tidur.

Hendaklah kita beramal sesuai dengan kemampuan yang ada. Ikutilah petunjuk Rasulullah -Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó- berikut ini :


Ãóäøó ÃóÍóÈøó ÇúáÃóÚúãóÇáö Åöáóì Çááåö ÃóÏúæóãõåõ æóÅöäú Þóáøó


“Amal yang paling dicintai Allah adalah yang berkesinambungan meskipun sedikit.” (HR. Al-Bukhari, Muslim, An-Nasai, Abu Dawud, Ibnu Majah dan Ahmad).

(6) Pengaruh Orang Tua

Pengaruh orang tua sangat besar terhadap pertumbuhan anak-anaknya. Mereka dapat menjadi salah satu faktor penyebab menurunnya nilai ketaatan. Apalagi jika orang tua jauh dari tuntunan agama. Kadangkala seorang anak tumbuh di atas bimbingan agama yang baik, ia menampik perkara-perkara yang dilarang agama. Namun sayangnya orang tua berusaha menghalanginya. Orang tua menyediakan segala fasilitas untuk memperdaya anaknya itu, tentu saja lambat laun si anak akan terpengaruh hingga melemahlah nilai ketaatannya.

(7) Tidak ada kontrol dan motivasi dari orang lain

Seringkali kita keluhkan tidak adanya waskat (pengawasan melekat) antara sesama pemuda ketika gejala-gejala penyakit ini muncul (maksudnya penyakit melemahnya gairah beramal). Berapa banyak orang yang bertekad untuk bertaubat kepada Allah -ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-, namun sangat sedikit yang mau peduli dengan kesungguhannya itu. Control dan suntikan motivasi ini sangat urgen, sebab seorang pemuda biasanya memiliki masa lalu yang selalu diingatnya. Jika terbayang kembali masa lalunya itu, setan akan segera menggodanya untuk kembali seperti yang dulu. Kemudian datanglah bala tentara setan yang diperankan manusia-manusia iblis, menakut-nakutinya dengan bayangan masa lalunya itu. Bahkan terkadang mengancamnya bila ia tidak seperti yang dulu, mereka akan membongkar boroknya di hadapan orang banyak! Pada saat-saat seperti itu, ia tidak menemukan orang shalih dan istiqamah yang memberikan motivasi kepadanya. Sehingga ia terpengaruh bisikan bala tentara iblis tadi, akhirnya ia kembali kepada masa lalunya yang kelam.

Kadang kala mereka menyeretnya ke dalam kemunafikan, dengan membisikan ke telinganya: "Tetaplah engkau seperti ini secara lahir. Dan secara batin engkau dengan perbuatanmu seperti itu sehingga engkau pasti bersama orang-orang jahat juga nantinya!"

Seringkali kita temui cara yang kurang tepat, yaitu nasehat pertama yang kita sampaikan kepada mereka adalah: "Hati-hati dengan si Fulan, jangan sekali-kali kamu mendekatinya!” Menurut pandangan saya, cara seperti ini tidak akan menyelesaikan masalah. Bahkan secara tidak disadari kita telah membantu setan untuk menyesatkan si Fulan itu. Jarang sekali kita temui nasehat yang berbunyi, "Wahai saudaraku, hendaklah engkau menemani si Fulan dan membimbingnya."

Seorang teman saya pada suatu hari mengadu bahwa ia baru saja keluar dari penjara, dan ia telah bertaubat kepada Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-. Dengan tegas ia katakan: "Apakah ada seorang teman yang shalih yang sudi membimbingku? Apakah ada pendamping yang shalih yang bersedia duduk bersamaku? Saya menjawab: "Tentu saja ada!" Namun dengan memelas ia berkata: "Akan tetapi mereka semuanya menjauh dariku!"

Jika kita biarkan dia begitu saja, berarti kita membiarkan dia menjadi mangsa setan dan menjadi bala tentaranya. Jika Allah -ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- menyukai orang-orang yang bertaubat, mengapa kita tidak menyukai mereka? Bukankah Rasulullah -Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó– pernah bersabda,


æóÇááåö, Çóááåõ ÃóÝúÑóÍõ ÈöÊóæúÈóÉö ÚóÈúÏöåö ãöäú ÃóÍóÏößõãú íóÌöÏõ ÖóÇáøóÊóåõ Ýöí ÇáúÝóáóÇÉö


“Demi Allah, sesungguhnya Allah sangat senang dengan taubat hamba-Nya melebihi senangnya seseorang di antara kamu yang menemukan kembali ontanya yang hilang di padang luas.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).

Jika kita memang menyukai orang-orang yang bertaubat, mengapakah kita tidak membimbing mereka kepada jalan kebenaran dan hidayah serta ketaatan? Sudah selayaknya kita menuntun mereka untuk berbuat taat.

Tentunya kita semua pernah mendengar kisah seorang yang telah membunuh sembilan puluh sembilan jiwa, kemudian bertanya di manakah orang yang paling alim di muka bumi ini? Ia pun ditunjukkan kepada seorang rahib (pendeta). Ia pun bertanya kepada pendeta itu, apakah masih terbuka pintu taubat baginya, sementara ia telah membunuh sembilan puluh sembilan jiwa? Pendeta itu menjawab: "Tidak!" Maka ia pun membunuh pendeta itu sehingga genaplah seratus jiwa yang telah dibunuhnya. Lalu ia bertanya lagi, di manakah orang yang paling alim di muka bumi? Ia pun ditunjukkan kepada seorang ulama. Ia bertanya kepada ulama itu, apakah masih terbuka pintu taubat baginya, sementara ia telah membunuh seratus jiwa? Ulama itu menjawab: "Ya siapakah yang menghalangimu dari pintu taubat?"
Ulama itu telah memberikan lampu hijau kepadanya untuk menorehkan lembaran baru dalam hidupnya. Ulama itu berkata, "Pergilah engkau ke negeri A, di sana terdapat orang-orang shalih yang senantiasa mengesakan Allah -ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- dalam beribadah, ikutilah mereka!"

Sekiranya orang itu menolak pergi ke negeri A tersebut, maka tidak ada pilihan baginya kecuali kembali kepada lingkungannya yang rusak. Namun takdir Allah -ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- menentukan lain, orang itu mati di tengah perjalanan menuju ke sana.

Oleh sebab itu wahai saudaraku, apabila datang seorang yang benar-benar ingin bertaubat, hendaklah kita bergembira dengan taubatnya itu. Namun masih ada yang mencibir: "Taubatnya belum seratus persen!" Kepada mereka saya katakana, "Wahai saudaraku, barangkali ia masih khawatir atau takut kepada sebagian orang!" Atau masih ada yang mencemooh: "Ia baru kemarin meninggalkan alam maksiat, aku khawatir ia masih menyimpan sesuatu!" Dan masih banyak lagi komentar-komentar lainnya, seperti: "Jangan-jangan ia nanti mengambil hartaku lalu minggat!" Apakah ini yang kau inginkan?!

Sikap seperti itu bersumber dari piciknya pandangan. Yaitu ketika pertama kali engkau berkenalan dengan seseorang langsung saja engkau tumpahkan segala uneg-unegmu kepadanya. Tahan dulu, jangan terburu-buru! Sebab bukan seperti itu caranya, akan tetapi hendaklah engkau teguhkan ia di atas ketaatan terlebih dahulu, engkau luruskan dan engkau tuntun tangannya hingga timbul kepercayaan dirinya dan setelah itu ia dapat kembali ke daerahnya sebagai da'i kepada agama Allah --ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì. Wallahu A'lam. (Redaksi)

Sumber:

Siham asy-Syaithan, Shalih bin Muhammad al-Wunayyan

Hikmah Al-Quran & Mutiara Hadits : index.php
Versi Online : index.php/?pilih=lihatannur&id=907