Artikel : Bulein Annur - Hikmah Al-Quran & Mutiara Hadits

Jalan Orang-orang Beruntung

Jumat, 26 Februari 21

Sesungguhnya keberuntungan dan kebahagiaan, serta keselamatan di dunia dan di akhirat telah dicanangkan di dalam kitab Allah -ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- dan sunnah Rasulullah -Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-. Allah -ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- telah menjelaskan kepada kita jalan orang-orang yang beruntung, agar kita menitinya dan agar kita bergabung bersama barisan orang-orang yang beruntung itu.

Beriman Kepada yang Ghaib

Sesungguhnya jalan pertama menuju kepada keberuntungan adalah iman terhadap perkara ghaib. Sebagaimana firman Allah -ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-,


Çáã * Ðóáößó ÇáúßöÊóÇÈõ áóÇ ÑóíúÈó Ýöíåö åõÏðì áöáúãõÊøóÞöíäó* ÇáøóÐöíäó íõÄúãöäõæäó ÈöÇáúÛóíúÈö æóíõÞöíãõæäó ÇáÕøóáóÇÉó æóãöãøóÇ ÑóÒóÞúäóÇåõãú íõäúÝöÞõæäó * æóÇáøóÐöíäó íõÄúãöäõæäó ÈöãóÇ ÃõäúÒöáó Åöáóíúßó æóãóÇ ÃõäúÒöáó ãöäú ÞóÈúáößó æóÈöÇáúÂÎöÑóÉö åõãú íõæÞöäõæäó * ÃõæáóÆößó Úóáóì åõÏðì ãöäú ÑóÈøöåöãú æóÃõæáóÆößó åõãõ ÇáúãõÝúáöÍõæäó


“Alif laam miin. Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa. (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka. Dan mereka yang beriman kepada Kitab (Al Quran) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat. Mereka itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, dan merekalah orang-orang yang beruntung.” (al-Baqarah: 1-5).

Maka, orang yang beruntung itu adalah mereka yang beriman kepada Allah, malaikatNya, kitabNya, rasulNya, hari Akhir, qadha dan qadarNya, baik yang manis maupun yang pahit, beriman akan adanya surgaNya, nerakaNya, perjumpaan denganNya, beriman akan adanya kehidupan setelah kematian, adanya fitnah, azab, dan kenikmatan di dalam kubur, adanya hari kebangkitan, beriman terhadap apa-apa yang Allah kabarkan di dalam al-Qur'an berupa hal-hal yang tidak mereka ketahui berupa berita tentang umat-umat terdahulu dan berita tentang apa yang bakal terjadi di masa yang akan datang, tentang apa yang terjadi setelah kematian. Maka, mereka beriman kepada Allah dan kepada berita yang Allah sampaikan. Mereka, sangat yakin (akan kebenaran) hal tersebut, sama sekali tidak tercampuri oleh keraguan. Ini merupakan jalan pertama menuju keberuntungan dan merupakan jalan yang paling agung serta merupakan kunci jalan keberuntungan.

Perhatian Terhadap Urusan Shalat

Termasuk jalan orang-orang yang beruntung adalah perhatian terhadap urusan shalat, di mana mereka mendirikannya, bersungguh-sungguh mengerjakannya secara khusyu', menjaga waktu-waktunya, menjaga tindakan dan ucapan-ucapannya.

Mereka mendirikannya, tidak hanya sekedar melakukannya. Mereka berupaya sekuat tenaga melakukannya secara sempurna, dimulai dari menjaga wudhunya, ruku' dan sujudnya, dan sisa rukun-rukunnya yang lainnya, dan menjaga waktu-waktunya.
Dan ini, yakni, mendirikan shalat dan menjaga serta memeliharanya termasuk sebab teragung seorang hamba masuk ke dalam surga dan termasuk jalan yang paling luas menuju surga, Nabi -Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó - bersabda,


ÎóãúÓñ ãóäú ÌóÇÁó Èöåöäøó ãóÚó ÅöíãóÇäò ÏóÎóáó ÇáúÌóäøóÉó ãóäú ÍóÇÝóÙó Úóáóì ÇáÕøóáóæóÇÊö ÇáúÎóãúÓö Úóáóì æõÖõæÆöåöäøó æóÑõßõæÚöåöäøó æóÓõÌõæÏöåöäøó æóãóæóÇÞöíÊöåöäøó æóÕóÇãó ÑóãóÖóÇäó æóÍóÌøó ÇáúÈóíúÊó Åöäö ÇÓúÊóØóÇÚó Åöáóíúåö ÓóÈöíáÇð æóÃóÚúØóì ÇáÒøóßóÇÉó ØóíøöÈóÉð ÈöåóÇ äóÝúÓõåõ æóÃóÏøóì ÇáÃóãóÇäóÉó... ÇáÍÏíË


“Lima hal, barangsiapa melakukannya disertai keimanan niscaya masuk surga ; (yaitu) siapa yang menjaga shalat lima waktu, wudhunya, ruku'nya dan sujudnya serta waktu-waktunya, berpuasa Ramadhan, berhaji ke Baitullah jika ia mampu perjalanannya, memberikan zakat dengan penuh kerelaan hatinya dan menunaikan amanat…” (HR. Abu Dawud, dan dihasankan oleh al-Albani).

Demikian pula hal ini termasuk sebab terbesar diampuninya dosa. Nabi -Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó- bersabda,


ÎóãúÓõ ÕóáóæóÇÊò ÇÝúÊóÑóÖóåõäøó Çááøóåõ ÊóÚóÇáóì ãóäú ÃóÍúÓóäó æõÖõæÁóåõäøó æóÕóáÇøóåõäøó áöæóÞúÊöåöäøó æóÃóÊóãøó ÑõßõæÚóåõäøó æóÎõÔõæÚóåõäøó ßóÇäó áóåõ Úóáóì Çááøóåö ÚóåúÏñ Ãóäú íóÛúÝöÑó áóåõ æóãóäú áóãú íóÝúÚóáú ÝóáóíúÓó áóåõ Úóáóì Çááøóåö ÚóåúÏñ Åöäú ÔóÇÁó ÛóÝóÑó áóåõ æóÅöäú ÔóÇÁó ÚóÐøóÈóåõ


“Shalat lima waktu yang Allah wajibkan, siapa yang memperbagus wudhunya, mengerjakannya pada waktunya, menyempurnakan rukuknya dan kekhusyu'annya, niscaya ia memiliki janji dari Allah yaitu Dia akan mengampuni (dosa)nya dan siapa yang tidak melakukannya maka ia tidak memiliki janji dari Allah, jika Dia berkehendak, Dia mengampuninya dan jika Dia berkehendak, Dia menyiksanya.” (HR. Abu Dawud).

Di antara perkara yang terkait dengan shalat orang-orang yang beruntung itu adalah kesungguhan untuk khusyu' ketika mengerjakannya, berupaya untuk menghadirkan hatinya di hadapan Allah -ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-, bila ia mengucapkan,'Çóááåõ ÃóßúÈóÑõ ' , ia merasakan makna ungkapan ini, bahwa Allah -ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- Maha Besar dari segala sesuatu, dan bahwa dirinya tengah berada di hadapan Rabbnya, maka ia pun bersungguh-sungguh mengerjakan shalatnya, merasa malu kepada Rabbnya dari berpaling dariNya sementara ia tengah berdiri di hadapanNya, ia menghadirkan kedekatan Rabbnya, maka hatinya tenang untuk itu, jiwanya damai, demikian pula gerakannya dilakukannya dengan tenang (tidak terburu-buru), dia berdiri dengan penuh adab di hadapan Rabbnya, ia menyadari dan menghayati setiap gerakan dan ucapannya di dalam shalatnya sejak awal shalatnya hingga selesai darinya.

Dengan itu, tertolak darinya munculnya lintasan-lintasan pikiran yang buruk. Ini adalah ruh shalat. Dan dalam hal ini, ia melawan dirinya. Sungguh, iblis datang kepada dirinya seperti halnya datang pula kepada orang lain yang tengah mengerjakan shalat, namun ia memerangi dirinya, menolak godaan setan, setiap kali setan itu melancarkan godaan terhadap dirinya, segera saja ia menata hatinya, dan ini, yakni, khusyu' merupakan barometer pemberian pahala dalam shalat. Maka, barang siapa yang tidak memiliki kekhusyu'an di dalam shalatnya, maka hampir saja ia tidak memperoleh pahala shalatnya, meskipun shalatnya sah dan telah menggugurkan kewajibannya. Nabi -Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó- bersabda,


Åöäøó ÇáÑøóÌõáó áóíóäúÕóÑöÝõ æóãóÇ ßõÊöÈó áóåõ ÅöáÇøó ÚõÔúÑõ ÕóáÇóÊöåö ÊõÓúÚõåóÇ ËõãõäõåóÇ ÓõÈõÚõåóÇ ÓõÏõÓõåóÇ ÎõãõÓõåóÇ ÑõÈõÚõåóÇ ËõáõËõåóÇ äöÕúÝõåóÇ


“Sungguh, seseorang itu menyudahi shalatnya sementara tidak dicatatkan untuknya pahala kecuali 1/10 shalatnya, 1/9-nya, 1/8-nya, 1/7-nya, 1/6-nya, 1/5-nya, 1/4-nya, 1/3-nya dan 1/2-nya.” (HR. Abu Dawud dan dihasankan oleh al-Albani).

Dan Nabi -Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó- bersabda, menjelaskan bahwa keberuntungn seorang hamba di dunia dan di akhirat sesungguhnya berada dalam kesempurnaan dalam shalatnya. Nabi -Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó- bersabda,


Åöäøó Ãóæøóáó ãóÇ íõÍóÇÓóÈõ Èöåö ÇáúÚóÈúÏõ íóæúãó ÇáúÞöíóÇãóÉö ãöäú Úóãóáöåö ÕóáóÇÊõåõ ÝóÅöäú ÕóáõÍóÊú ÝóÞóÏú ÃóÝúáóÍó æóÃóäúÌóÍó æóÅöäú ÝóÓóÏóÊú ÝóÞóÏú ÎóÇÈó æóÎóÓöÑó


“Sesungguhnya amal pertama yang dihisab dari seorang hamba pada hari Kiamat adalah shalatnya. Maka, jika (shalatnya) baik sungguh ia beruntung dan sukses. Dan jika shalatnya rusak maka sungguh ia merugi.” (HR. At-Tirmidzi).

Menjaga Lisan

Termasuk jalan orang-orang beruntung adalah penjagaan mereka terhadap lisan-lisan mereka dan juga pendengaran mereka, maka mereka menjauhkan diri dari perbuatan dan perkataan yang tidak berguna. Maka, mereka tidak mengatakan sesuatu yang haram, tidak mendengarkan sesuatu yang haram dan tidak bersikap melonggar-longgarkan diri dalam perkara mubah, menjauhkan diri dari perkataan yang tidak ada kebaikan dan faedah di dalamnya, karena Allah -ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- berfirman,


ãóÇ íóáúÝöÙõ ãöäú Þóæúáò ÅöáøóÇ áóÏóíúåö ÑóÞöíÈñ ÚóÊöíÏñ


“Tiada suatu ucapan pun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir.” (Qaaf: 18).

Rasulullah -Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó- bersabda,


ãóäú ßóÇäó íõÄúãöäõ ÈöÇááøóåö æóÇáúíóæúãö ÇáÂÎöÑö ÝóáúíóÞõáú ÎóíúÑðÇ Ãóæú áöíóÕúãõÊú


“Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari Akhir maka hendaklah berkata baik atau diam.” (HR. Abu Dawud).

Menjaga Kehormatan Diri

Termasuk jalan orang-orang beruntung adalah bahwa mereka menjaga kehormatan diri dan menjauhkan diri dari melampiaskan syahwat yang diharamkan, mereka menjaganya dari segala perkara yang akan mengotorinya berupa pandangan atau ucapan atau tindakan, atau sentuhan yang diharamkan atau yang lainnya.
Nabi -Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó- bersabda,


Åöäøó Çááøóåó ßóÊóÈó Úóáóì ÇÈúäö ÂÏóãó ÍóÙøóåõ ãöäú ÇáÒøöäóÇ ÃóÏúÑóßó Ðóáößó áóÇ ãóÍóÇáóÉó ÝóÒöäóÇ ÇáúÚóíúäö ÇáäøóÙóÑõ æóÒöäóÇ ÇááøöÓóÇäö ÇáúãóäúØöÞõ æóÇáäøóÝúÓõ Êóãóäøóì æóÊóÔúÊóåöí æóÇáúÝóÑúÌõ íõÕóÏøöÞõ Ðóáößó ßõáøóåõ æóíõßóÐøöÈõåõ


“Sesungguhnya Allah telah menetapkan pada anak Adam bagiannya dari zina, ia tidak akan dapat menghindar dari apa yang ditentukan, maka zinanya mata adalah memandang, zinanya lisan adalah ucapan, nafsu mengangankan dan menginginkannya, dan kemaluan membenarkan kesemuanya itu dan mendustakannya.” (HR. al-Bukhari).

Maka, asalnya pada diri orang-orang yang beruntung adalah 'menjaga kemaluannya' dan tidak meletakkan (melampiaskan) syahwat kemaluan mereka melainkan pada sesuatu yang dihalalkan oleh Allah -ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-, yaitu pada pasangan hidupnya yang telah diikat dengan pernikahan yang sah, sebagaimana yang disyariatkan Allah -ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-. Mereka tidak melampiaskannya di luar itu selamanya, karena hal itu haram, baik dengan melakukan onani atau mastrubasi atau yang lain. Karena, melampiaskan pada hal-hal demikian itu merupakan suatu dosa dan pelanggaran.

Menepati Akad

Termasuk jalan orang-orang yang beruntung juga adalah menapati akad dan menunaikan amanat. Mereka sangat memperhatikannya, menjaganya, sangat bersungguh-sungguh untuk menunaikannya. Hal ini berlaku umum untuk segala bentuk amanat baik terkait dengan hak Allah -ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- maupun yang terkait dengan hak para hamba. Terkait dengan hak Allah -ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- yaitu segala hal yang diwajibkan oleh Allah -ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì. Hal itu merupakan amanat pada diri manusia. Hendaknya ia menjaganya dan menunaikannya selagi ia mampu melakukannya. Demikian pula halnya segala perkara yang Allah -ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- haramkan atas manusia merupakan amanat pula pada diri seorang hamba dan wajib atasnya untuk menjauhinya.

Adapun amanat yang terkait dengan hak sesama manusia seperti amanat berupa harta benda dan 'rahasia-rahasia' dan yang lainnya. Hal-hal itu harus dijaga dan ditunaikan kepada yang berhak menerimanya.

Dan, di antara amanat yang teragung adalah amanat yang terkait dengan 'kemaluan', amanat yang terdapat pada kedua belah pihak suami istri, ketika seorang wanita dinikahi oleh seorang lelaki, ia menghendaki hal itu sebagai sebuah pernikahan, ia menghendaki hal itu untuk memagari dirinya dari fitnah, dan ia menghendaki dengan hal itu untuk menjaga kehormatan diri, ini merupakan amanat, seorang lelaki harus menjaganya. Termasuk bentuk pengkhianatan terhadap amanat tersebut adalah seorang lelaki melakukan kecurangan ketika menikahi wanita tersebut, di mana ia tidak menghendaki hal itu sebagai pernikahan atau ia tidak ingin agar pernikahan itu berkelanjutan, tapi ia menghendaki 'perceraian' sedari awal ia memasuki gerbang pernikahannya, maka sungguh lelaki tersebut telah mengkhianati amanat.

Termasuk amanat pula terkait hal ini adalah seorang wanita menutup auratnya yang hanya boleh terlihat antara dirinya dan suaminya. Demikian pula seorang lelaki menutup auratnya yang hanya boleh terlihat antara dirinya dan istrinya.

Maka, seorang hamba yang menginginkan dirinya termasuk golongan orang-orang yang beruntung hendaknya perhatian terhadap segala bentuk amanat dan perhatian pula terhadap akad-akad. Allah -ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- berfirman.


Åöäøó Çááøóåó íóÃúãõÑõßõãú Ãóäú ÊõÄóÏøõæÇ ÇáúÃóãóÇäóÇÊö Åöáóì ÃóåúáöåóÇ


“Sesungguhnya Allah menyuruh kalian menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya.” (an-Nisa: 58).

Demikian pula akad-akad antara seorang hamba dengan Rabbnya dan akad-akad di antara sesamanya. Wajib atas seorang hamba untuk menunaikannya, tidak boleh menyelisihinya. Karena sesungguhnya pelanggaran janji atau pengkhianatan terhadapnya termasuk dosa besar. Karena itu, seorang pelanggar janji akan dibuka kejelekannya di hari Kiamat di tengah-tengah makhluk yang menyaksikan, akan ditancapkan bendera di sisinya dan dikatakan: ini adalah hasil pengkhianatan si fulan bin fulan.

Nabi -Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó- bersabda,


Åöäøó ÇáúÛóÇÏöÑó íõäúÕóÈõ áóåõ áöæóÇÁñ íóæúãó ÇáúÞöíóÇãóÉö ÝóíõÞóÇáõ åóÐöåö ÛóÏúÑóÉõ ÝõáÇóäö Èúäö ÝõáÇóäò


“Sesungguhnya seorang pengkhianat itu akan ditancapkan untuknya bendera pada hari Kiamat, lalu dikatakan, 'Ini adalah hasil pengkhianatan si fulan bin fulan’.” (HR. Abu Dawud).

Dan, tidak tepat janji dan tidak menunaikan amanat termasuk sifat orang-orang munafik, orang-orang yang merugi di dunia dan di akhirat,
Nabi -Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó- bersabda,


ÃóÑúÈóÚñ ãóäú ßõäøó Ýöíåö ßóÇäó ãõäóÇÝöÞðÇ ÎóÇáöÕðÇ æóãóäú ßóÇäóÊú Ýöíåö ÎóÕúáóÉñ ãöäúåõäøó ßóÇäóÊú Ýöíåö ÎóÕúáóÉñ ãöäú ÇáäøöÝóÇÞö ÍóÊøóì íóÏóÚóåóÇ ÅöÐóÇ ÇÄúÊõãöäó ÎóÇäó æóÅöÐóÇ ÍóÏøóËó ßóÐóÈó æóÅöÐóÇ ÚóÇåóÏó ÛóÏóÑó æóÅöÐóÇ ÎóÇÕóãó ÝóÌóÑó


“Empat hal, barang siapa pada dirinya terdapat empat hal tersebut maka ia adalah seorang munafik tulen dan barang siapa yang pada dirinya terdapat salah satu sifat darinya maka pada dirinya terdapat satu sifat kemunafikan hingga ia meninggalkannya; apabila dipercaya khianat, apabila berbicara dusta, bila berjanji berkhinat dan apabila bertengkar berbuat kecurangan.” (HR. Al-Bukhari).

Dermawan

Termasuk jalan orang-orang yang beruntung juga adalah 'dermawan'. Mereka tahu bahwa pada hartanya ada hak Allah -ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-, mereka menggunakan hartanya untuk menyambung silaturahim, menunaikan zakat, menafkahkannya di jalan-jalan Allah -ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-.
Allah -ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- berfirman,


ÝóÂÊö ÐóÇ ÇáúÞõÑúÈóì ÍóÞøóåõ æóÇáúãöÓúßöíäó æóÇÈúäó ÇáÓøóÈöíáö Ðóáößó ÎóíúÑñ áöáøóÐöíäó íõÑöíÏõæäó æóÌúåó Çááøóåö æóÃõæáóÆößó åõãõ ÇáúãõÝúáöÍõæäó


“Maka berikanlah kepada kerabat yang terdekat akan haknya, demikian (pula) kepada fakir miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan. Itulah yang lebih baik bagi orang-orang yang mencari keridhaan Allah; dan mereka itulah orang-orang beruntung” (Ruum: 38).


æóãóäú íõæÞó ÔõÍøó äóÝúÓöåö ÝóÃõæáóÆößó åõãõ ÇáúãõÝúáöÍõæäó


“Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang orang yang beruntung.” (Qs.al-Hasyr: 9).

Menyeru kepada Kebajikan

Termasuk pula jalan orang-orang yang beruntung itu adalah mereka menyeru kepada Allah dengan penuh hikmah dan pelajaran yang baik, menyeru kepada yang makruf dengan cara yang makruf dan mencegah dari kemunkaran dengan cara yang tidak munkar. Allah -ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- berfirman,


æóáúÊóßõäú ãöäúßõãú ÃõãøóÉñ íóÏúÚõæäó Åöáóì ÇáúÎóíúÑö æóíóÃúãõÑõæäó ÈöÇáúãóÚúÑõæÝö æóíóäúåóæúäó Úóäö ÇáúãõäúßóÑö æóÃõæáóÆößó åõãõ ÇáúãõÝúáöÍõæäó


“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.” (Qs. Ali Imran: 104).

Mengagungkan Sunnah Nabi-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-

Termasuk pula jalan mereka orang-orang yang beruntung itu adalah bahwa mereka mengagungkan sunnah Nabi -Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-, mereka mancintainya, kembali kepadanya, hawa nafsu mereka mati di depan pintu sunnah Nabi -Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-, karena itu, mereka tidak melangkahi sunnah Nabi -Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-, demi memenuhi keinginan dirinya, tidak pula menuruti keinginan hatinya, tidak pula karena mengikuti pendapat seseorang yang disukainya, atau pendapat seorang alim, atau pendapat seorang imam. Mereka orang-orang yang beruntung itu mengagungkan perkataan imam yang paling agung, yaitu Nabi Muhammad -Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-,
Allah -ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- berfirman,


ÝóÇáøóÐöíäó ÂãóäõæÇ Èöåö æóÚóÒøóÑõæåõ æóäóÕóÑõæåõ æóÇÊøóÈóÚõæÇ ÇáäøõæÑó ÇáøóÐöí ÃõäúÒöáó ãóÚóåõ ÃõæáóÆößó åõãõ ÇáúãõÝúáöÍõæäó


“Maka orang-orang yang beriman kepadanya, memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (Al-Qur’an), mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (Qs. Al-A'raf: 157).


ÅöäøóãóÇ ßóÇäó Þóæúáó ÇáúãõÄúãöäöíäó ÅöÐóÇ ÏõÚõæÇ Åöáóì Çááøóåö æóÑóÓõæáöåö áöíóÍúßõãó Èóíúäóåõãú Ãóäú íóÞõæáõæÇ ÓóãöÚúäóÇ æóÃóØóÚúäóÇ æóÃõæáóÆößó åõãõ ÇáúãõÝúáöÍõæäó


“Sesungguhnya jawaban oran-orang mukmin, bila mereka dipanggil kepada Allah dan rasulNya agar rasul menghukum (mengadili) di antara mereka ialah ucapan. "Kami mendengar, dan kami patuh." Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung” (An-Nur: 51).

Maka, seorang yang beriman bila dikatakan kepadanya, 'marilah mengamalkan sunnah Rasul', maka ia menghadirkan hatinya, memasang telinganya, memahami apa yang dikatakan kepadanya, sedemikian bersungguh-sungguh untuk dapat mengamalkan sunnah Nabi -Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-.

Seorang mukmin bila hidup di atas sesuatu, kemudian dikatakan kepadanya, 'sesungguhnya sunnah Nabi -Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó- menolak apa yang Anda tengah berada di atasnya', niscaya ia tidak akan mengatakan, 'sungguh aku telah hidup di atas hal ini dalam rentang waktu yang cukup lama', ia tidak akan mengatakan, 'sesungguhnya imamku hidup di atas jalan ini'. Namun, ia kembali dan merujuk kepada sunnah Nabi-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-.

Seorang Mukmin, kekuatannya dan kesemangatannya kembali kepada sunnah Nabi -Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-. Nabi -Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó- bersabda,


áößõáøö Úóãóáò ÔöÑøóÉñ æóáößõáøö ÔöÑøóÉò ÝóÊúÑóÉñ Ýóãóäú ßóÇäóÊú ÝóÊúÑóÊõåõ Åöáóì ÓõäøóÊöí ÝóÞóÏú ÃóÝúáóÍó æóãóäú ßóÇäóÊú Åöáóì ÛóíúÑö Ðóáößó ÝóÞóÏú åóáóßó


“Setiap amalan ada masa semangatnya, dan setiap masa semangat memiliki masa futur (kendur). Barangsiapa ketika futur ia kembali kepada sunnahku (ajaranku) maka beruntunglah dia. Dan barangsiapa ketika futur ia kembali kepada selain ajaranku, maka binasalah dia.” (HR. Ahmad, dishahihkan oleh al-Albani).

Mensucikan dan Menjernihkan Jiwa

Termasuk pula jalan mereka orang-orang yang beruntung itu adalah mereka sedemikin bersungguh-sungguh dan bersemangat mensucikan jiwa mereka dan menjernihkannya dari hal-hal yang mengotorinya dalam perjalan hidup mereka di dunia. Kerena sesungguhnya perjalanan hidup di dunia penuh dengan debu. Maka, seorang muslim, bersunguh-sungguh berupaya untuk mensucikan jiwanya dengan membaca al-Qur'an, merujuk kepada sunnah Nabi -Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-, membaca perjalanan hidup orang-orang shaleh dan kembali kepada Allah -ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-, dengan banyak istighfar memohon ampun kepadaNya, dan banyak berdzikir mengingatNya.

Allah -ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- berfirman,


ÞóÏú ÃóÝúáóÍó ãóäú ÒóßøóÇåóÇ * æóÞóÏú ÎóÇÈó ãóäú ÏóÓøóÇåóÇ


“Sungguh beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan sungguh merugilah orang yang mengotorinya.” (Asy-Syams: 9-10).

Qana'ah

Termasuk pula jalan orang-orang yang beruntung itu adalah 'Qana'ah. Apa yang Allah -ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- karuniakan kepada mereka terkait dengan urusan dunia, mereka merasa cukup dengannya dan mereka ridha serta memandangnya sebagai sebuah nikmat yang sangat agung dari Allah -ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- terhadap mereka. Adapun dalam urusan akhirat, mereka memandang kepada orang-orang yang berada di atas mereka hingga mereka bisa berlomba dalam kebaikan-kebaikan dan bersegera menuju kepada kebaikan-kebaikan tersebut. Sementara dalam urusan dunia, mereka memandang kepada orang-orang yang berada di bawah mereka sehingga mereka tidak meremehkan nikmat yang Allah -ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- karuniakan kepada mereka.

Nabi -Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-bersabda,


ÞóÏú ÃóÝúáóÍó ãóäú ÃóÓúáóãó æóÑõÒöÞó ßóÝóÇÝðÇ æóÞóäøóÚóåõ Çááøóåõ ÈöãóÇ ÂÊóÇåõ


“Sungguh beruntung orang yang telah masuk Islam, diberi rizki yang cukup dan Allah memberikan kepadanya qana'ah (merasa cukup) dengan apa yang Allah berikan kepadanya.” (HR. Muslim).”

Jadi, termasuk jalan keberuntungan adalah Anda –wahai hamba Allah- bersikap qana'ah. Namun, hal ini tidaklah menghalangi Anda untuk berupaya mendapatkan kebaikan, akan tetapi, janganlah Anda memandang kepada sesuatu yang Anda tidak mampui, janganlah Anda mencari yang haram. Namun, cukupkanlah diri Anda dengan apa yang Allah berikan kepada Anda.

Walhasil, bahwa jalan orang-orang yang beruntung adalah upaya untuk mendapatkan keselamatan pada hari Kiamat, ketika manusia berdiri di hadapan Rabb semesta alam, ketika timbangan kebenaran diletakkan dengan adil, maka di sanalah keberuntungan hakiki itu didapatkan. Allah -ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- berfirman,


æóÇáúæóÒúäõ íóæúãóÆöÐò ÇáúÍóÞøõ Ýóãóäú ËóÞõáóÊú ãóæóÇÒöíäõåõ ÝóÃõæáóÆößó åõãõ ÇáúãõÝúáöÍõæäó * æóãóäú ÎóÝøóÊú ãóæóÇÒöíäõåõ ÝóÃõæáóÆößó ÇáøóÐöíäó ÎóÓöÑõæÇ ÃóäúÝõÓóåõãú ÈöãóÇ ßóÇäõæÇ ÈöÂíóÇÊöäóÇ íóÙúáöãõæäó


“Timbangan pada hari itu ialah kebenaran (keadilan), maka barangsiapa berat timbangan kebaikannya, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung. Dan siapa yang ringan timbangan kebaikannya, maka itulah orang-orang yang merugikan dirinya sendiri, disebabkan mereka selalu mengingkari ayat-ayat Kami.” (Al-A'raf: 8-9).

Maka, wahai hamba-hamba Allah, sesungguhnya Allah -ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- menciptakan kalian berada di dunia agar kalian menyembahNya, Allah -ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- menciptakan kalian agar kalian berjalan menuju kepadaNya, sungguh kalian tengah berjalan menuju kepadaNya, dan sungguh esok kalian pasti menemuiNya.

Karena itu, berjalanlah menuju kepada Allah -ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- dengan sesuatu yang diridhaiNya. Lakukanlah ketaatan kepada Allah -ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- di atas cahaya dariNya, kalian mengharapkan pahala dan ganjaran dari Allah -ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-, dan tinggalkanlah perkara-perkara yang dilarang Allah -ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- di atas cahaya dariNya, dan kalian takut akan azabNya.


Îóáøö ÇáÐõäõæúÈó ÕóÛöíúÑóåóÇ ... æóßóÈöíúÑóåóÇ ÐóÇßó ÇáÊøõÞóì
æóÇÕúäóÚú ßóãóÇÔò ÝóæúÞó ÃóÑú ... Öö ÇáÔøóæúßö íóÍúÐóÑõ ãóÇ íóÑóì
áóÇ ÊóÍúÞöÑóäøó ÕóÛöíúÑóÉð ... Åöäøó ÇáúÌöÈóÇáó ãöäó ÇáúÍóÕóì


Tinggalkanlah dosa yang kecil dan yang besarnya, itulah takwa
Dan, bertindaklah seperti orang yang berjalan di atas tanah berduri, di mana ia akan berhati-hati terhadap apa yang dilihatnya
Janganlah sekali-kali engkau meremehkan yang kecil karena sesungguhnya gunung-gunung (yang besar itu) terdiri atas kumpulan batu-batu yang kecil

Wahai orang-orang yang beriman, sesungguhnya dunia itu seluruhnya sedikit, dan sesungguhnya yang tersisa darinya juga sedikit dan sesungguhnya yang menjadi milik kita dari yang sedikit itu juga sedikit, dan telah berlalu yang sedikit itu dari kita cukup banyak. Allahlah yang mengetahui kapan kesudahan jatah kita yang sedikit itu dan kapan kita diseru dengan kematian, namun kita yakin bahwa kita pasti akal berjumpa denganNya, bahwa kita pasti mati, bahwa kita akan dikuburkan, bahwa kita akan dibangkitkan dari kubur, dan bahwa kita akan dimintai pertanggung jawaban di hadapan Rabb kita. Maka, bertakwalah kepada Allah -ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- dengan sebenar-benar takwa, dan ketahuilah bahwa jasad kalian lemah berhadapan dengan api neraka, jasad kalian tak akan kuat menghadapinya, namun sabar dan takwa kepadaNya, akan membentengi diri Anda darinya. Karena itu bersabarlah Anda dalam menjalani kehidupan dunia nan fana ini dan bertakwalah Anda kepada Allah -ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- niscaya Anda beruntung karenanya,


íóÇ ÃóíøõåóÇ ÇáøóÐöíäó ÂãóäõæÇ ÇÕúÈöÑõæÇ æóÕóÇÈöÑõæÇ æóÑóÇÈöØõæÇ æóÇÊøóÞõæÇ Çááøóåó áóÚóáøóßõãú ÊõÝúáöÍõæäó


“Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung.” (Ali Imran: 200). (Redaksi)

Sumber:

Disarikan dari ceramah umum dengan tema "Thariiq al-Muflihin", oleh Syaikh Prof. Dr. Sulaiman ar-Ruhaili

Hikmah Al-Quran & Mutiara Hadits : index.php
Versi Online : index.php/?pilih=lihatannur&id=909