Artikel : Bulein Annur - Hikmah Al-Quran & Mutiara Hadits

Takut Terjatuh ke dalam Keburukan

Senin, 20 September 21
Takut Terjatuh ke dalam Keburukan
1-Dari Idris al-Khaulani, ia berkata, aku pernah mendengar Khudzaefah bin al-Yaman mengatakan :


(( ßóÇäó ÇáäøóÇÓõ íóÓúÃóáõæäó ÑóÓõæáó Çááøóåö Õóáøóì Çááøóåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó Úóäú ÇáúÎóíúÑö æóßõäúÊõ ÃóÓúÃóáõåõ Úóäú ÇáÔøóÑøö ãóÎóÇÝóÉó Ãóäú íõÏúÑößóäöí ÝóÞõáúÊõ : íóÇ ÑóÓõæáó Çááøóåö ÅöäøóÇ ßõäøóÇ Ýöí ÌóÇåöáöíøóÉò æóÔóÑøò ÝóÌóÇÁóäóÇ Çááøóåõ ÈöåóÐóÇ ÇáúÎóíúÑö Ýóåóáú ÈóÚúÏó åóÐóÇ ÇáúÎóíúÑö ÔóÑøñ ¿ .
ÞóÇáó : (( äóÚóãú )) .
ÝóÞõáúÊõ : åóáú ÈóÚúÏó Ðóáößó ÇáÔøóÑøö ãöäú ÎóíúÑò ¿ .
ÞóÇáó : (( äóÚóãú æóÝöíåö ÏóÎóäñ )) .
ÞõáúÊõ : æóãóÇ ÏóÎóäõåõ ¿ .
ÞóÇáó : (( Þóæúãñ íóÓúÊóäøõæäó ÈöÛóíúÑö ÓõäøóÊöí æóíóåúÏõæäó ÈöÛóíúÑö åóÏúíöí ÊóÚúÑöÝõ ãöäúåõãú æóÊõäúßöÑõ )). ÝóÞõáúÊõ : åóáú ÈóÚúÏó Ðóáößó ÇáúÎóíúÑö ãöäú ÔóÑøò ¿ .
ÞóÇáó : (( äóÚóãú ÏõÚóÇÉñ Úóáóì ÃóÈúæóÇÈö Ìóåóäøóãó ãóäú ÃóÌóÇÈóåõãú ÅöáóíúåóÇ ÞóÐóÝõæåõ ÝöíåóÇ )) .
ÝóÞõáúÊõ : íóÇ ÑóÓõæáó Çááøóåö ÕöÝúåõãú áóäóÇ .
ÞóÇáó : (( äóÚóãú Þóæúãñ ãöäú ÌöáúÏóÊöäóÇ æóíóÊóßóáøóãõæäó ÈöÃóáúÓöäóÊöäóÇ )) .
ÞõáúÊõ : íóÇ ÑóÓõæáó Çááøóåö ÝóãóÇ ÊóÑóì Åöäú ÃóÏúÑóßóäöí Ðóáößó ¿ .
ÞóÇáó : (( ÊóáúÒóãõ ÌóãóÇÚóÉó ÇáúãõÓúáöãöíäó æóÅöãóÇãóåõãú )) .
ÝóÞõáúÊõ : ÝóÅöäú áóãú Êóßõäú áóåõãú ÌóãóÇÚóÉñ æóáóÇ ÅöãóÇãñ ¿ .
ÞóÇáó : (( ÝóÇÚúÊóÒöáú Êöáúßó ÇáúÝöÑóÞó ßõáøóåóÇ ¡ æóáóæú Ãóäú ÊóÚóÖøó Úóáóì ÃóÕúáö ÔóÌóÑóÉò ÍóÊøóì íõÏúÑößóßó ÇáúãóæúÊõ æóÃóäúÊó Úóáóì Ðóáößó ))


Dulu manusia bertanya kepada Rasulullah-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-tentang kebaikan sementara aku bertanya kepada beliau tentang kejelekan karena takut (kejelekan itu) medapatiku. Maka, aku katakan (kepada beliau), ‘Wahai Rasulullah !, sesungguhnya dulu kita berada di masa Jahiliyah dan keburukan. Lalu, Allah mendatangkan kepada kita kebaikan ini, maka adakah keburukan setelah kebaikan ini ?
Beliau menjawab : Ya.
Lalu, aku bertanya lagi : Apakah setelah keburukan itu datang kebaikan ?
Beliau menjawab : Ya. Dan, di dalamnya terdapat ÏóÎóäñ (Dakhan)
Aku katakan : Apa dakhannya ?
Beliau menjawab : Sekelompok orang di mana mereka menganjurkan sunah bukan sunnahku, memberi petunjuk bukan petunjukku, engkau mengenal dari mereka dan mengingkari.
Lalu aku bertanya : Apakah setelah kebaikan itu ada keburukan ?
Beliau menjawab : Ya, Para dai yang berada di atas pintu-pintu Neraka. Siapa saja yang memenuhi seruan mereka, niscaya mereka bakal melemparkannya ke dalam Neraka.
Aku pun bertanya lagi : Ya, Rasulullah ! terangkan kepada kami ciri mereka itu.
Beliau menjawab : Ya, mereka adalah sekelompok orang yang mana kulit badan mereka seperti kulit badan kita dan mereka berbicara dengan bahasa kita.
Aku pun bertanya lagi : Wahai Rasulullah !, Apa pendapat Anda jika hal tesebut mendapatiku ?
Beliau menjawab : Hendaklah engkau melazimi jama’ah kaum Muslimin dan imam mereka.
Aku bertanya lagi : Lantas, bila mana mereka tidak memiliki jama’ah, tidak pula memiliki seorang imam (pemimpin) (Apa yang hendaknya aku lakukan) ?
Beliau menjawab : Tinggalkan kelompok-kelompk itu semua, walau pun engkau menggigit akar pohon sampai kematian mendapatimu sementara engkau dalam kondisi demikian itu. (HR. al-Bukhari, no. 3338 dan Muslim, no. 3434)

2-Dari Abi Sallam, ia berkata, Khudzaefah bin al-Yaman berkata,


ÞõáúÊõ íóÇ ÑóÓõæáó Çááøóåö : ÅöäøóÇ ßõäøóÇ ÈöÔóÑøò ÝóÌóÇÁó Çááøóåõ ÈöÎóíúÑò ÝóäóÍúäõ Ýöíåö ¡ Ýóåóáú ãöäú æóÑóÇÁö åóÐóÇ ÇáúÎóíúÑö ÔóÑøñ ¿ .
ÞóÇáó : (( äóÚóãú )) .
ÞõáúÊõ : åóáú æóÑóÇÁó Ðóáößó ÇáÔøóÑøö ÎóíúÑñ ¿ .
ÞóÇáó : (( äóÚóãú )) .
ÞõáúÊõ : Ýóåóáú æóÑóÇÁó Ðóáößó ÇáúÎóíúÑö ÔóÑøñ ¿ .
ÞóÇáó : (( äóÚóãú )) .
ÞõáúÊõ : ßóíúÝó ¿ .
ÞóÇáó : (( íóßõæäõ ÈóÚúÏöí ÃóÆöãøóÉñ áóÇ íóåúÊóÏõæäó ÈöåõÏóÇíó æóáóÇ íóÓúÊóäøõæäó ÈöÓõäøóÊöí ¡ æóÓóíóÞõæãõ Ýöíåöãú ÑöÌóÇáñ ÞõáõæÈõåõãú ÞõáõæÈõ ÇáÔøóíóÇØöíäö Ýöí ÌõËúãóÇäö ÅöäúÓò )) .
ÞóÇáó : ÞõáúÊõ ßóíúÝó ÃóÕúäóÚõ íóÇ ÑóÓõæáó Çááøóåö Åöäú ÃóÏúÑóßúÊõ Ðóáößó ¿ .
ÞóÇáó : (( ÊóÓúãóÚõ æóÊõØöíÚõ áöáúÃóãöíÑö ¡ æóÅöäú ÖõÑöÈó ÙóåúÑõßó ¡ æóÃõÎöÐó ãóÇáõßó ÝóÇÓúãóÚú æóÃóØöÚú ))


Aku pernah bertanya (kepada Rasulullah), ‘Wahai Rasulullah, Kita pernah berada dalam keburukan, lalu Allah mendatangkan kebaikan, maka kita berada dalam kebaikan tersebut. Lantas, apakah di belakang kebaikan tersebut ada keburukan ?
Beliau menjawab : Ya.
Aku katakan lagi : Bagaimana itu ?
Beliau menjawab : Akan ada sepeninggalku nanti para imam yang tidak mengambil petunjukku dan tidak mengambil sunnaku, dan akan berdiri di tengah-tengah mereka beberapa orang lelaki di mana hati-hati mereka adalah hati-hati setan yang berada di dalam jasad manusia.
Khudzaefah berkata : Aku pun bertanya, Bila aku mendapati hal demikian, apa yang hendaknya aku perbuat, wahai Rasulullah ?
Beliau pun menjawab : Hendaknya engkau mendengar dan mentaati pemimpin, meskipun punggungmu dipukul, hartamu dirampas. Dengarlah dan taatilah ! (HR. Muslim, no. 3435)
***
Kosa kata hadis :
(ÃóÓúÃóáõåõ Úóäö ÇáÔøóÑøö) (aku bertanya kepada beliau tentang keburukan) : aku meminta kejelasan kepada beliau tentang hal itu.
(ãóÎóÇÝóÉó Ãóäú íõÏúÑößõäöí) (karena takut keburukan itu mendapatiku) : karena aku takut terjatuh ke dalam keburukan tersebut atau aku akan mendapati masanya.
( ÏóÎóäñ ) berasal dari kata ÇóáÏøõÎóÇäõ, yakni, bukan kebaikan yang murni, tetapi di dalamnya terdapat sesuatu yang menodainya dan mengeruhkannya. Dikatakan juga bahwa ÇáÏøóÎóäõ maknanya ‘hal-hal yang tidak disukai’.
(ÊóÚúÑöÝõ ãöäúåõãú æóÊõäúßöÑõ) (engkau mengenal dari mereka dan engkau mengingkari), yakni, engkau melihat banyak hal yang selaras dengan syariat, dan banyak hal pula yang menyelisi syariat.
( ÌöáúÏóÊöäóÇ ) dari kalangan kita dan kaum kita. Dan didakatakan pula, bahwa maknanya adalah mereka zhahirnya seperti kita dan bersama kita, sementara batinnya menyelisihi kita dalam urasan-urusan mereka. ÌöáúÏóÉõ ÇáÔøóíúÁö adalah zhahirnya.
( ÌóãóÇÚóÉõ ÇáúãõÓúáöãöíúäó ) orang-orang umum mereka yang berpegang teguh pada kitab dan sunnah.
( ÅöãóÇãõåõãú ) pemimpin mereka yang adil yang mereka pilih dan mereka angkat sebagai pemimpin mereka.
( ÊóÚóÖøõ ÈöÃóÕúáö ÔóÌóÑóÉò ) engkau menggigit akar pohon. Yakni, kalau pun memisahkan diri itu dengan menggigit akar pohon. Kata ÇóáúÚóÖøõ (menggigit) yaitu mengambil dengan gigi dan menggigitnya. Adapun yang dimaksud adalah ‘menjuahkan diri secara maksimal’. (Lihat, Shahih al-Bukhari, 3/1319. Tahqiq : Dr. Mushthafa Diib al-Bagha)

Alangkah butuhnya kaum Muslimin kepada hadis ini
Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani-ÑóÍöãóåõ Çááåõ-berkata (di dalam as-Silsilah ash-Shahihah, 6/541), “Ini merupakan hadis yang agung kedudukannya, termasuk tanda-tanda kenabian beliau-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó- dan merupakan nasehat beliau-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-kepada umatnya, alangkah butuhnya kaum Muslimin kepada hadis ini agar bebas dari kelompok-kelompok dan golongan-golongan tersebut yang akan memecah belah kesatuan mereka, menceraiberaikan persatuan mereka, dan menghilangkan kekuatan mereka. Di mana hal tersebut termasuk sebab di mana musuh akan dapat menguasai mereka, sebagai bukti kebenaran firman Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- ,


æóáóÇ ÊóäóÇÒóÚõæÇ ÝóÊóÝúÔóáõæÇ æóÊóÐúåóÈó ÑöíÍõßõãú [ÇáÃäÝÇá : 46]


...dan janganlah kamu berselisih, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan kekuatanmu hilang...(Qs. al-Anfal : 46)

Renungkanlah !
Sebelum saya sebutkan beberapa faedah yang dapat kita petik dari hadis yang agung ini, saya ingin meletakkan di hadapan mata Anda beberapa fakta berikut ini, maka renungkanlah-semoga Allah-merahmati Anda-!
Pertama, Kita dapati bahwa hadis ini mengkhabarkan tentang suatu masa yang akan datang yang bakal dijumpai di mana kebaikan pada masa itu tidak murni dan tidak pula bersih, tetapi di dalamnya terdapat kabut dan kekeruhan di mana kedua hal tersebut mengeruhkan kejernihan kebaikan tersebut dan kecemerlangannya. Di mana nampak pada masa itu orang-orang yang mengamalkan sunnah bukan sunnah Nabi-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-, beberapa hal dikenali oleh banyak orang dan sebagian hal lainnya diingkari.
Ibnu Hajar (di dalam Fathul Baariy, 13/36) mengatakan :
ÇóáÏøóÎóäõ maknanya adalah ÇóáúÍöÞúÏõ (kedengkian). Ada yang mengatakan, ÇóáÏøóÛóáõ (aib yang terdapat pada suatu masalah yang akan dapat merusaknya). Ada juga yang mengatakan, ÝóÓóÇÏõ ÇáúÞóáúÈö (kerusakan hati). Ketiga makna tersebut saling berdekatan, mengisyaratkan bahwa kebaikan yang datang setelah kebaikan tersebut tidaklah murni, tetapi di dalamnya terdapat kekeruhan. Dan, dikatakan juga bahwa yang dimaksud dengan ÇóáÏøóÎóäõ adalah segala perkara yang dibenci (tidak disukai)...selesai perkataan beliau.

Kedua, Kita juga mendapati bahwa hadis ini menyebutkan peristiwa dan kejadian secara bertahap, untuk memberitahukan tentang suatu masa yang akan menyusul masa yang disebutkan tadi di mana keburukan di dalamnya murni, menyeluruh dan benar-benar cocok. Dan juga menyingkap tentang peristiwa-peristiwa dan keburukan-keburukan yang besar, di antaranya, yaitu,

1-Tampilnya orang-orang dari kalangan kita dan berbicara dengan bahasa kita, Nabi-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-menamakan mereka dengan,


(( ÏõÚóÇÉñ Úóáóì ÃóÈúæóÇÈö Ìóåóäøóãó ¡ ãóäú ÃóÌóÇÈóåõãú ÅöáóíúåóÇ ÞóÐóÝõæúåõ ÝöíúåóÇ ))


Para penyeru yang berada di atas pintu-pintu Neraka, siapa saja yang menyambut seruan mereka kepada Neraka, niscaya mereka bakal melemparkannya ke dalamnya.
Mereka menyeru manusia ke Surga dengan perkataan-perkataan mereka, akan tetapi perbuatan mereka menolak hal tersebut, di mana terjadi pertentangan antara apa yang mereka katakan dan fakta yang mereka saksikan.

Ibnul Qayyim-ÑóÍöãóåõ Çááåõ- (di dalam al-Fawaid 61) berkata, “Para ulama yang buruk, mereka duduk di atas pintu Surga, mereka menyeru manusia agar memasukinya dengan perkataan-perkataan mereka dan (pada saat yang sama) mereka mengajak manusia untuk masuk Neraka dengan perbuatan-perbutan mereka, maka setiap kali mulut-mulut mereka mengatakan kepada manusia, ‘Marilah’ !, sementara perbuatan-perbuatan mereka menyatakan, ‘Jangan kalian dengarkan ‘ !, Kalaulah apa yang mereka serukan itu benar, mestinya merekalah orang-orang yang pertama-tama menyambutnya. Penampilan mereka sebagai para penunjuk jalan, sementara hakikatnya adalah para penyamun.”

2-Manusia saling melemparkan jiwa-jiwa mereka ke arah golongan-gologan yang bersekutu, kelompok-kelompok yang akan merobek (kesatuan) umat dan menghilangkan kekuatannya, seakan-akan Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-tidak disembah-dalam pandangan mereka-kecuali melalui jalan sebuah golongan dan kelompok.

3-Kosongnya masa ini dari jama’ah kaum Muslimin yang mengumpulkan mereka dan seorang imam yang memimpin mereka.

4-Dan di atas naungan apa yang telah disebutkan dalam poin-poin sebelumnya, maka ketentuan Nabawi dalam kondisi masa yang demikian itu mengisyaratkan kepada wajibnya memisahkan diri dari kelompok-kelompok dan golongan-golongan tersebut dan tidak bergabung di dalamnya,


(( ÝóÇÚúÊóÒöáú Êöáúßó ÇáúÝöÑóÞö ßõáøóåóÇ ¡ æóáóæú Ãóäú ÊóÚóÖøó ÈöÃóÕúáö ÔóÌóÑóÉò ¡ ÍóÊøóì íõÏúÑößõßó ÇáúãóæúÊõ æóÃóäúÊó Úóáóì Ðóáößó ))


Jauhilah olehmu kelompok-kelompok itu semuanya, walaupun engkau menggigit akar pohon, hingga kematian menjumpaimu sementara engkau tetap dalam keadaan demikian itu.

Faedah :
1-Perkataan Khudzaefah-ÑóÖöíó Çááåõ Úóäúåõ-, “Dulu, orang-orang bertanya kepada Rasulullah-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-tentang kebaikan, sementara aku bertanya kepada beliau tentang keburukan karena takut kalau-kalau keburukan itu mendapatiku.” Ini menunjukkan sejauh mana kesungguhan Hudzaefah- ÑóÖöíó Çááåõ Úóäúåõ-mengenali keburukan itu, ia memberikan alasan atas kesungguhannya ini dengan dua hal ;
Hal pertama, perkataannya, ((ãóÎóÇÝóÉó Ãóäú íõÏúÑößóäöí )) karena takut ia akan mendapatiku. Yakni, keburukan itu mendapatiku sementara ia tidak mengetahuinya sehigga ia berpeluang untuk terjatuh ke dalam ketergelinciran yang menyulitkannya untuk membebaskan dirinya darinya. Karenanya, Hudzaefah ingin mengetahui hal tersebut agar ia dapat menjaga diri darinya dan menjauhinya. Maka, ia mengatakan-seperti dalam riwayat Abdurrahman bin Qurth,


(( æóßõäúÊõ ÃóÓúÃóáõåõ Úóäö ÇáÔøóÑøö ßóãóÇ ÃóÚúÑöÝõåõ ÝóÃóÊúÞöíóåõ ))


Dan aku dulu bertanya kepada beliau tentang keburukan sebagaimana aku mengetahuinya sehingga aku dapat memelihara diri darinya.
Sebaimana halnya lawannya, yaitu, kebaikan itu, tidak diketahui kebagusannya kecuali dengan mengenali sesuatu yang menjadi lawannya dan membatalkannya, seperti dikatakan,


ÚóÑóÝúÊõ ÇáÔÑøó áóÇ áöáÔøóÑøö áóßöäú áöÊóæóÞøöíúåö ... æóãóäú áóÇ íóÚúÑöÝö ÇáÔøóÑøó ãöäó ÇáäøóÇÓö íóÞóÚú Ýöíúåö


Aku mengetahui keburukan itu bukan untuk melakukan keburukan itu, akan tetapi untuk menjada diri darinya
Siapa saja manusia yang tidak mengetahui keburukan niscaya ia bakal terjatuh ke dalam keburukan itu.

Hal yang kedua, karena pengetahuan beliau-ÑóÖöíó Çááåõ Úóäúåõ-bahwa mengenali kebaikan itu mudah, hal itu seperti yang dijelaskan di dalam riwayat Abdurrahman bin Qurth, perkataannya,


(( æóÚóáöãúÊõ Ãóäøó ÇáúÎóíúÑó áóÇ íóÝõæúÊõäöí ))


Dan aku tahu bahwa kebaikan itu tak bakal melewatiku.

2-Meski sedemikian luar biasa kesungguhan ini yang ditampakkan oleh Hudzaefah-ÑóÖöíó Çááåõ Úóäúåõ-namun ia terluput juga dari mengetahui keburukan yang belum ditanyakannya. Ia pun merasa sedih karenanya.
Al-Hakim di dalam al-Mustadrak mengatakan, ‘dan oleh karena ini, sungguh telah tersembunyi dari (pengetahuan) Hudzaefah-ÑóÖöíó Çááåõ Úóäúåõ-tentang sebab yang mengeluarkan penduduk Madinah dari Kota Madinah, sementara hal tesebut diketahui oleh yang lainnya.
Imam al-Bukhari dan Muslim-ÑóÖöíó Çááåõ ÚóäúåõãóÇ –sepakat atas keshahihan hadis Syu’bah dari ‘Adi bin Tsabit dari Abdullah bin Yazid dari Hudzaefah bahwa ia berkata :


ÃóÎúÈóÑóäöí ÑóÓõæáõ Çááøóåö Õóáøóì Çááøóåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó ÈöãóÇ åõæó ßóÇÆöäñ Åöáóì Ãóäú ÊóÞõæãó ÇáÓøóÇÚóÉõ ¡ ÝóãóÇ ãöäúåõ ÔóíúÁñ ÅöáøóÇ ÞóÏú ÓóÃóáúÊõåõ ¡ ÅöáøóÇ Ãóäøöí áóãú ÃóÓúÃóáúåõ ãóÇ íõÎúÑöÌõ Ãóåúáó ÇáúãóÏöíäóÉö ãöäú ÇáúãóÏöíäóÉö


Rasulullah-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-telah mengkhabarkan kepadaku tentang hal-hal yang bakal terjadi sampai terjadinya hari Kiamat, maka tak ada sesuatu pun dari hal tersebut kecuali aku telah menanyakannya, hanya saja aku belum menanyakan kepada beliau, ‘apa yang menyebabkan penduduk Madinah dikeluarkan dari kota Madinah.

3-Perkataan Hudzaefah, (( ÅöäøóÇ ßõäøóÇ Ýöí ÌóÇåöáöíøóÉò æóÔóÑøò )) Sesungguhnya kita pernah di masa jahiyah dan keburukan.
Jahiliyah adalah setiap keadaan di mana masyarakat hidup dalam keburukan sebelum Islam seperti kekufuran, peribadatan kepada selain Allah, saling bunuh satu sama lain, perampasan, pencurian, praktek perbuatan keji (seperti, perzinaan, dll). Dengan makna-makna inilah kehidupan jahiliyah digambarkan. Oleh kerena itu, kita melihat bahwa Khudzaefah mengaitkan kehidupan jahiliyah dengan keburukan. Semua bentuk keburukan ini dilenyapkan dari tengah-tengah kehidupan masyarakat ketika Islam datang.

4-Perkataan Hudzaefah, ‘Apakah setelah keburukan itu ada kebaikan ? beliau menjawab, ‘Ya’, dan di dalamnya ada ÏóÎóäñ. Aku katakan, ‘apa dakhannya ? beliau menjawab, ‘suatu umat yang mengajarkan sunnah bukan sunnahku, dan memberi petunjuk bukan petunjukku, engkau mengetahui dari mereka dan engkau ingkari.”
Bahwa pada periode ini kebaikan yang ada bukanlah kebaikan yang jernih, namun tercampuri dengan kekeruhan yang mengotori kejernihan kebaikan tersebut dan menjadikan rasanya sangat asin lagi pahit. Dan bahwa kekeruhan ini merusak hati dan menjadikannya lemah dimana penyakit-penyakit umat menyebar ke segenap penjuru hati, dan syubhat-syubhat sedemikian cepat menyerapnya...(Limadza Ikhtartu al-Manhaj as-Salafiy, 1/7)

5-Perkataan Hudzaefah, ‘Lalu aku katakan, ‘Apakah setelah kebaikan itu ada keburukan ? beliau menjawab, ‘Ya’, para penyeru (yakni, kepada selain kebenaran) yang berada di atas pintu-pintu Jahannam (yakni, menyeru manusia kepada melakukan perbuatan yang menyebabkan masuk ke dalam Neraka) siapa saja yang memenuhi seruan mereka ke neraka niscaya mereka bakal melemparkannya ke dalamnya.’
Syaikh Abdul Aziz bin Baz-ÑóÍöãóåõ Çááåõ –berkata, “Hadis yang agung ini membimbing Anda (untuk waspada) terhadap mereka para dai hari ini yang mengajak kepada kebatilan seperti fanatisme golongan, buka-bukaan, kebebasan secara mutlak, dll. Maka, setiap penyeru kepada segala bentuk kerusakan itu mereka adalah para penyeru yang berada di atas pintu-pintu Jahannam, baik mereka tahu ataupun tidak tahu. Siapa saja yang memenuhi ajakan mereka kepada kebatilan itu niscaya mereka bakal melemparkannya ke dalam Jahannam. Tidak diragukan bahwa hadis yang agung ini termasuk tanda-tanda (kebenaran) kenabian, dan termasuk bukti kebenaran risalah Muhammad-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó –di mana beliau -Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó – menghabarkan sebuah peritiwa sebelum terjadinya, lalu peristiwa tersebut terjadi seperti yang beliau kabarkan.(Naqdul Qaumiyah al-‘Arabiyyah ‘Ala Dhau-i al-Islam al-Waqi, hal. 18)

6-Perkataan Hudzaefah, ‘beliau menjawab, Ya, mereka adalah sekelompok orang yang mana kulit badan mereka seperti kulit badan kita dan mereka berbicara dengan bahasa kita.’

Yakni, dari golongan kaum kita dan pandai berberbicara dengan bahasa kita dan agama kita. Di dalamnya terdapat isyarat bahwa mereka itu berasal dari kalangan Arab. Namun, ad-Dawudiy mengatakan : yakni, dari kalangan bani Adam. Dan, al-Qabusi mengatakan, ‘Maknanya, bahwa mereka itu penampilan zhahirnya selaras dengan ajaran agama kita namun batinnya mereka menyelisihinya...(Fathul Baari, 13/36)

7-Perkataan Hudzaefah, ‘Aku katakan, ‘Ya Rasulullah !, lalu apa pendapat Anda (apa yang hendaknya aku lakukan) jika hal itu mendapatiku ? Beliau menjawab, ‘ Hendaklah engkau selalu bersama jama’ah kaum Muslimin dan imam mereka.’

Yang dimaksud dengan jama’ah di sini bukanlah sekumpulan orang-orang dan pada umumnya orang atau mayoritasnya, namun yang dimaksudkan adalah mereka yang berkumpul di atas kebenaran, berpegang teguh dengan al-Qur’an dan sunnah.

Oleh karena ini, telah datang nash-nash yang memerintahkan untuk melazimi jama’ah kaum muslimin -yang mana mereka itu berada di atas manhaj yang benar- dan tidak membolehkan untuk memisahkan diri darinya.
Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-berfirman,


æóÇÚúÊóÕöãõæÇú ÈöÍóÈúáö Çááøåö ÌóãöíÚÇð æóáÇó ÊóÝóÑøóÞõæÇú


Dan berpegang teguhlah kamu semua pada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai (Qs. Ali lmran : 103) (Lihat, Adh-Wa-u ‘Ala Hadis Iftiraq al-Ummah, hal.78)

8-Perkataan Hudzaefah, ‘Maka aku berkata, ‘lalu jika mereka tidak memiliki Jama’ah, tidak pula memiliki Imam ? (apa yang hendaknya aku lakukan) ? beliau menjawab, ‘maka tinggalkan kelompok-kelompok itu semuanya, walau pun engkau harus menggigit akar pohon hingga kematian menemuimu sementara kamu dalam keadaan demikian itu.’

Ibnu Hajar, di dalam Fathul Baari (13/37) berkata, ‘ath-Thabariy ketika menjelaskan hadis Hudzaefah yang disebutkan oleh al-Bukhari di bawah judul bab ‘bagaimana perkaranya jika tidak ada jama’ah’, berkata,…dan dalam hadis ini (terdapat faedah) bahwasanya kapan manusia tidak memiliki seorang imam sehingga manusia terpecah belah menjadi banyak golongan, maka hendaklah seseorang tidak mengikuti kelompok-kelompok tersebut, dan menjauhkan diri dari semua kelompok-kelompok tersebut, jika ia mampu melakukan hal tersebut, karena ditakutkan akan terjatuh ke dalam keburukan.(Dinukil dari, at-tahdzir Min at-Tafarruq Wal Hizbiyyah, hal. 26)

9-Sabda beliau-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-, (( ÝóÇÚúÊóÒöáú Êöáúßó ÇáúÝöÑóÞö ßõáøóåóÇ )) tinggalkan kelompok-kelompok itu semuanya, menunjukkan bahwa kelompok-kelompok dan golongan-golongan itu bakal muncul. Juga menunjukkan bahwa di sana akan banyak perselisihan yang terjadi yang akan menyebabkan munculnya golongan-golongan dan kelompok-kelompok ini. Sehingga Nabi-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-memberikan resep obat yang cocok untuk jenis kondisi yang menyakitkan ini, beliau bersada, (( ÝóÇÚúÊóÒöáú Êöáúßó ÇáúÝöÑóÞö ßõáøóåóÇ )) tinggalkan kelompok-kelompok itu semuanya.

10-Sabda beliau-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-,


(( ÊóÓúãóÚõ æóÊõØöíÚõ áöáúÃóãöíÑö ¡ æóÅöäú ÖõÑöÈó ÙóåúÑõßó ¡ æóÃõÎöÐó ãóÇáõßó ÝóÇÓúãóÚú æóÃóØöÚú ))


Hendaknya engkau mendengar dan mentaati pemimpin, meskipun punggungmu dipukul, hartamu dirampas. Dengarlah dan taatilah !

Di dalamnya terdapat dalil yang menunjukkan wajibnya mentaati para umara meskipun mereka sampai berlaku keras dan zhalim, memukuli masyarakat dan merampas harta benda mereka. Sehingga, ini menjadi pengkhusus bagi keumuman firman Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-,


Ýóãóäö ÇÚúÊóÏóì Úóáóíúßõãú ÝóÇÚúÊóÏõæÇ Úóáóíúåö ÈöãöËúáö ãóÇ ÇÚúÊóÏóì Úóáóíúßõãú [ÇáÈÞÑÉ : 194]


...Oleh sebab itu barang siapa menyerang kamu, maka seranglah dia setimpal dengan serangannya terhadap kamu...(Qs. al-Baqarah : 194)
dan firman-Nya,


æóÌóÒóÇÁõ ÓóíøöÆóÉò ÓóíøöÆóÉñ ãöËúáõåóÇ [ÇáÔæÑì : 40]


Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang setimpal...(Qs. asy-Syura : 40) (Nailu al-Authar, 7/201)

Wallahu A’lam
(Redaksi)

Sumber :
Al-Fawaid al-‘Asyr Min Hadist Hudzaefah Kaana an-Naas Yas-aluna Rasulallah ‘An al-Khairi Wa Kun-tu As-aluhu ‘An asy-Syarri, Abu Saif Khalil bin Ibrahim al-‘Ubaidiy al-‘Iraqiy. Dengan ringkasan dan gubahan











Hikmah Al-Quran & Mutiara Hadits : index.php
Versi Online : index.php/?pilih=lihatannur&id=939