Artikel : Bulein Annur - Hikmah Al-Quran & Mutiara Hadits

Adab Kepada Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- dan RasulNya-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-(bag.3)

Jumat, 29 Oktober 21

Pada bagian pertama dan kedua tulisan ini telah disebutkan sepuluh di antara adab kepada Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- dan RasulNya-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó- , yaitu,
1-Menujukan Ibadah kepada Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-Semata
2-Mengagungkan dan Memuliakan Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-
3-Takut kepada Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-.
4-Mencintai Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- dan Rasul-Nya-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó- lebih daripada yang lainnya.
5-Bertawakkal Hanya kepada Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-Semata
6-Selalu Mengaitkan Diri kepada Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-
7-Tunduk kepada Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- dan Merasa Butuh kepada-Nya
8-Berlindung kepada Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-
9-Malu kepada Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-
10-Mengamalkan Konsekwensi Makna Asma (Nama) dan Sifat Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-
Berikut adab yang lainnya,
11-Merasa Kuat dengan Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-
Barang siapa yang beriman kepada Allah -ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-; meyakini keagungan kekuasaan, kekuatan, kesempurnaan ilmu, dan hikmah-Nya; menyaksikan dengan mata hatinya fakta-fakta yang menunjukkan kekuatan dan keagungan rabbaniyyah (Allah) pada segala sesuatu; membuktikan keimanan kepada Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- dan mengenal-Nya; kemudian tertanam dalam dirinya hakikat makna nama al-‘Aziz bagi Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-dengan seluruh bentuk kemuliaan yang ditetapkan bagi-Nya ; lalu membaca firman Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-,


æóáöáøóåö ÇáúÚöÒøóÉõ æóáöÑóÓõæáöåö æóáöáúãõÄúãöäöíäó æóáóßöäøó ÇáúãõäóÇÝöÞöíäó áóÇ íóÚúáóãõæäó [ÇáãäÇÝÞæä : 8]


Padahal kemuliaan itu hanyalah bagi Allah, Rasul-Nya dan bagi orang-orang mukmin, tetapi orang-orang munafik itu tidak mengetahui (Qs. al-Munafiqun : 8)

Maka, ketika itulah jiwa seorang Mukmin semakin tinggi. Hal itu mengalahkan seluruh sebab kelemahan dan kehinaan sehingga dirinya menjadi mulia dengan Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-. Tidak dapat dihinakan oleh siapa pun meskipun ia lemah dan fakir. Ia selalu mulia dengan Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- dan tidak menghinakan dirinya di hadapan selain-Nya.

12-Sibuk Menjalankan Amal Ketaatan (Ibadah) dan Menjauhi Kemaksiatan
Barang siapa mengimani bahwasanya Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- adalah Rabb, satu-satunya dzat yang berhak disembah dan ditaati, dan ia melihat dengan mata hatinya fakta-fakta yang menunjukkan kekuasaan dan keperkasaan Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-; menyaksikan hikmah Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-dalam setiap perintah, larangan, syariat serta kekuasaan-Nya; mengetahui apa-apa yang telah ditimpakan kepada musuh-musuh Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- dari kalangan orang-orang kafir dan para pelaku kemaksiatan di dunia serta apa yang Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- sediakan bagi mereka di akhirat, maka tidak diragukan lagi semua ini akan mendorongnya untuk melakukan ketaatan, menunaikan semua kewajiban, dan menjauhi maksiat baik besar maupun kecil. Semua itu ia tinggalkan karena takut kepada Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-, menghindarkan diri dari adzab-Nya, dan mengharapkan pahala-Nya.

Jika seseorang selalu sibuk menjalankan ketaatan dan menjauhi kemaksiatan, niscaya hal itu akan memberikan pengaruh yang sangat terpuji dalam kehidupan di dunia dan di akhirat, di antaranya,
1. Kebaikan dalam kehidupan dunia, yakni, dengan berkah rizki dan makanan, sebagaimana firman Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-,


æóáóæú Ãóäøó Ãóåúáó ÇáúÞõÑóì ÂãóäõæÇ æóÇÊøóÞóæúÇ áóÝóÊóÍúäóÇ Úóáóíúåöãú ÈóÑóßóÇÊò ãöäó ÇáÓøóãóÇÁö æóÇáúÃóÑúÖö æóáóßöäú ßóÐøóÈõæÇ ÝóÃóÎóÐúäóÇåõãú ÈöãóÇ ßóÇäõæÇ íóßúÓöÈõæäó [ÇáÃÚÑÇÝ : 96]


Sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya. (Qs. al-A’raf : 96)

Selain itu, dengan membasmi sebab-sebab kerusakan dan kesengsaraan di dunia berupa perkara-perkara yang merusak kehidupan manusia dan menyebabkan terjadinya berbagai macam keburukan dan kerusakan, sebagaimana firman Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-,


Ýóãóäö ÇÊøóÈóÚó åõÏóÇíó ÝóáóÇ íóÖöáøõ æóáóÇ íóÔúÞóì (123) æóãóäú ÃóÚúÑóÖó Úóäú ÐößúÑöí ÝóÅöäøó áóåõ ãóÚöíÔóÉð ÖóäúßðÇ æóäóÍúÔõÑõåõ íóæúãó ÇáúÞöíóÇãóÉö ÃóÚúãóì (124) [Øå : 123 ¡ 124]


“…Maka barang siapa mengikuti petunjukKu, niscaya ia tidak akan sesat dan ia tidak akan celaka. Dan barang siapa berpaling dari peringatanKu, maka baginya penghidupan yang sempit dan Kami akan menghimpunkannya pada hari Kiamat dalam keadaan buta.” (Qs. Thaha : 123-124)

Semua yang kita saksikan di alam semesta dari berbagai macam kerusakan, merebaknya kemaksiatan, berpaling dari kebenaran, kerusakan pada makanan, serta tersebar luasnya malapetaka, bencana dan lain sebagainya, sesungguhnya sebab yang pasti adalah karena meninggalkan ketaatan dan terjerumus ke dalam kemaksiatan. Dengan demikian, jaminan kebaikan dalam kehidupan manusia adalah menyibukan diri dengan mengamalkan ketaatan kepada Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- dan meninggalkan kemaksiatan.

2. Keberuntungan dan keselamatan di akhirat. Sebab, masuknya seseorang ke dalam Surga dan keselamatan dari Neraka tergantung pada ketaatan kepada Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- dan menjauhi kemaksiatan, sebagaimana firman Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-,


æóãóäú íõØöÚö Çááøóåó æóÑóÓõæáóåõ íõÏúÎöáúåõ ÌóäøóÇÊò ÊóÌúÑöí ãöäú ÊóÍúÊöåóÇ ÇáúÃóäúåóÇÑõ ÎóÇáöÏöíäó ÝöíåóÇ æóÐóáößó ÇáúÝóæúÒõ ÇáúÚóÙöíãõ (13) æóãóäú íóÚúÕö Çááøóåó æóÑóÓõæáóåõ æóíóÊóÚóÏøó ÍõÏõæÏóåõ íõÏúÎöáúåõ äóÇÑðÇ ÎóÇáöÏðÇ ÝöíåóÇ æóáóåõ ÚóÐóÇÈñ ãõåöíäñ (14) [ÇáäÓÇÁ : 13 ¡ 14]


“…Barang siapa taat kepada Allah dan Rasul-Nya, niscaya Allah memasukkannya ke dalam Surga yang mengalir di dalamnya sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya; dan itulah kemenangan yang besar. Dan barang siapa yang mendurhakai Allah dan Rasul-Nya dan melanggar ketentuan-ketentuan-Nya, niscaya Allah memasukkannya ke dalam api Neraka, sedang ia kekal di dalamnya; dan baginya siksa yang menghinakan. (Qs. an-Nisa : 13-14)
Masih banyak pengaruh-pengaruh terpuji lainnya dalam kehidupan dunia maupun akhirat.

13-Berhukum kepada Syariat Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-
Maksud berhukum dengan syariat Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- yakni meminta (keputusan) hukum yang diturunkan oleh-Nya kepada Muhammad--Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó , serta hukum dari al-Qur’an dan sunnah. Semangat ini bersumber dari keimanan kepada Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-, kepada rububiyah-Nya atas segala sesuatu, kesendirian-Nya di dalam kerajaan dan pengaturan, iman kepada sifat-sifat-Nya yang memiliki hikmah sangat tinggi dalam syariat, perintah dan larangan-Nya, keyakinan kepada ilmu-Nya yang Maha Luas atas segala sesuatu, dan bahwasanya Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-lebih mengetahui tentang keadaan makhluk-Nya daripada diri mereka sendiri.
Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-berfirman,


ÃóáóÇ íóÚúáóãõ ãóäú ÎóáóÞó æóåõæó ÇááøóØöíÝõ ÇáúÎóÈöíÑõ [Çáãáß : 14]


Apakah Allah yang menciptakan itu tidak mengetahui (yang kamu lahirkan dan rahasiakan) ; dan Dia Maha Halus lagi Maha Mengetahui (Qs. al-Mulk : 14)

Keyakinan bahwasanya Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-Maha Penyayang kepada segenap makhluk, bahkan lebih sayang daripada mereka sendiri, sebagaimana firman-Nya,


æóßóÇäó ÈöÇáúãõÄúãöäöíäó ÑóÍöíãðÇ [ÇáÃÍÒÇÈ : 43]


“…Dan adalah Dia Maha Penyayang kepada orang-orang yang beriman (Qs. al-Ahzab : 43)

Keyakinan bahwa Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- adalah Raja yang Maha Adil, yang tidak pernah berbuat zhalim kepada makhluk-Nya meski sebesar biji atom, Dia-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-pun menghendaki kemudahan bagi mereka, sebagaimana firman Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-,


íõÑöíÏõ Çááøóåõ Èößõãõ ÇáúíõÓúÑó æóáóÇ íõÑöíÏõ Èößõãõ ÇáúÚõÓúÑó [ÇáÈÞÑÉ : 185]


“…Allah menghendaki kemudahan bagimu dan tidak menghendaki kesukaran bagimu…” (Qs.al-Baqarah : 185)

Demikian juga ketika seorang Mukmin menyaksikan sifat-sifat Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-yang penuh kesempurnaan dan keindahan, sementara sifat makhluk berkebalikan dengan itu, dan ia mengetahui bahwasanya Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-menetapkan hukum atas para hamba-Nya berdasarkan tuntutan ilmu, hikmah, kekuasaan, dan lain sebagainya. Di samping itu seorang Muslim juga meyakini bahwasanya Nabi-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-tidaklah menetapkan hukum berdasarkan hawa nafsu. Akan tetapi beliau menetapkan hukum berdasarkan apa yang Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-turunkan, sebagaimana firman Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-,


ÅöäøóÇ ÃóäúÒóáúäóÇ Åöáóíúßó ÇáúßöÊóÇÈó ÈöÇáúÍóÞøö áöÊóÍúßõãó Èóíúäó ÇáäøóÇÓö ÈöãóÇ ÃóÑóÇßó Çááøóåõ [ÇáäÓÇÁ : 105]


“Sesungguhnya Kami telah menurunkan kitab kepadamu dengan membawa kebenaran, supaya kamu mengadili antara manusia dengan apa yang telah Allah wahyukan kepadamu…”(Qs. an-Nisa : 105)

Dengan demikian, tatkala seorang Mukmin telah meyakini perkara-perkara di atas, niscaya ia akan berhukum dalam semua urusannya kepada Allah dan Rasul-Nya, dengan merujuk kepada hukum al-Qur’an dan Sunnah. Kondisi demikian juga memaksa dirinya untuk ridha terhadap hukum tersebut meskipun bertentangan dengan pemikiran dan hawa nafsunya. Ia pun tunduk kepada-Nya dengan ketundukan yang sempurna serta menerima dengan sepenuhnya, sebagaimana firman Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-,


ÝóáóÇ æóÑóÈøößó áóÇ íõÄúãöäõæäó ÍóÊøóì íõÍóßøöãõæßó ÝöíãóÇ ÔóÌóÑó Èóíúäóåõãú Ëõãøó áóÇ íóÌöÏõæÇ Ýöí ÃóäúÝõÓöåöãú ÍóÑóÌðÇ ãöãøóÇ ÞóÖóíúÊó æóíõÓóáøöãõæÇ ÊóÓúáöíãðÇ [ÇáäÓÇÁ : 65]


Maka demi Rabbmu, mereka (pada hakikatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa keberatan dalam hati mereka terhadap keputusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya (Qs. an-Nisa : 65)

Sudah selayaknya seorang Mukmin mengetahui bahwasanya menetapkan hukum di antara manusia adalah hak Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- semata, tidak boleh disertakan di dalamnya seorang pun dari makhluk.
Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-berfirman,


Åöäö ÇáúÍõßúãõ ÅöáøóÇ áöáøóåö


“…Keputusan itu hanyalah kepunyaan Allah…” (Qs. Yusuf : 40)

Jika manusia telah berhukum kepada kitab Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- dan sunnah Nabi-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-, niscaya hal itu akan memberikan pengaruh yang terpuji di dunia maupun di akhirat. Di antara pengaruh tersebut adalah :
1. Kedamaian di antara mereka. Sebab, jika manusia berhukum dengan kitab Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-dan ridha dengannya serta menerimanya, maka hal itu merupakan faktor terpenting untuk melenyapkan permusuhan dan perselisihan di antara mereka. Kebanyakan dari sebab-sebab perselisihan, pertengkaran, pemutusan hubungan, dan permusuhan di antara manusia pada hakikatnya adalah karena berpaling dari hukum Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- dan beralih kepada hukum-hukum selainnya yang diciptakan oleh manusia, yang tidak akan dapat memperbaiki keadaan mereka.

2. Berkah pada rizki dan tersebarnya keamanan. Semua itu merupakan buah dari berhukum kepada Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-dan Rasul-Nya, sebagaimana firman Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-,


æóáóæú Ãóäøóåõãú ÃóÞóÇãõæÇ ÇáÊøóæúÑóÇÉó æóÇáúÅöäúÌöíáó æóãóÇ ÃõäúÒöáó Åöáóíúåöãú ãöäú ÑóÈøöåöãú áóÃóßóáõæÇ ãöäú ÝóæúÞöåöãú æóãöäú ÊóÍúÊö ÃóÑúÌõáöåöãú [ÇáãÇÆÏÉ : 66]


“Dan sekiranya mereka bersungguh-sungguh menjalankan (hukum) taurat, injil dan al-Qur’an yang diturunkan kepada mereka dari Rabbnya, niscaya mereka akan mendapat makanan dari atas mereka dan dari bawah kaki mereka…(al-Maidah : 66)

Terhapusnya berkah pada rizki dan makanan, rusaknya keadaan manusia, dan tersebarnya kerusakan di antara mereka, semua itu merupakan akibat berpaling dari hukum Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- dan hukum Rasul-Nya-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-, serta akibat dari kemaksiatan dan kerusakan.

3. Mencegah terjadinya kezhaliman di antara sesama manusia.
Sesungguhnya jika manusia berhukum kepada Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-dan Rasul-Nya, serta berpaling dari berhukum kepada hukum ciptaan manusia, yang berasal dari pemikiran dan hawa nafsu yang pasti cacat atau kurang, niscaya akan tercegahlah segala bentuk kezhaliman sebagian orang atas sebagian lainnya. Tidak ada lagi keharusan berhukum kepada hukum-hukum manusia dan merujuk kepadanya. Selain itu, lenyaplah kultus individu yang semu atas mereka.

4. Meninggalkan undang-udang dan peraturan-peraturan yang bertentangan dengan hukum Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-, yang dibuat oleh manusia dan tidak mungkin disandingkan dengan hukum Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-. Pengecualian dalam hal ini ialah peraturan-peraturan yang tidak bertentangan dengan hukum Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-, bahkan sesuai dengannya dan berasal darinya, dalam perkara-perkara yang tidak terdapat hukum Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- secara jelas. Adapun undang-undang yang dibuat oleh manusia, dan bertentangan dengan hukum Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-pasti terhapus, jika hukum Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-diterapkan dan manusia berhukum kepadanya. Para hakim tidak akan berkesempatan berhukum kepada hukum buatan manusia. Demikian juga orang-orang yang bersengketa tidak akan bisa berhukum kepadanya. Sebaliknya, mereka akan mengembalikan seluruh perkara kepada hukum Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-.
Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-berfirman,


æóÃóäö ÇÍúßõãú Èóíúäóåõãú ÈöãóÇ ÃóäúÒóáó Çááøóåõ æóáóÇ ÊóÊøóÈöÚú ÃóåúæóÇÁóåõãú [ÇáãÇÆÏÉ : 49]


“Dan hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka…”(Al-Maidah : 49)
Dan masih banyak pengaruh-pengaruh terpuji lainnya.

14-Keyakinan bahwasanya Syariat Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-Itu Mudah
Wajib atas setiap Muslim meyakini bahwasanya agama Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-itu mudah. Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- tidak mensyariatkan kepada manusia sesuatu yang dipandang sulit, bahkan seluruh syariat Islam itu mudah, Walhamdulillah. Di dalamnya terdapat keringanan bagi manusia serta perhatian terhadap keadaan dan kelemahan mereka.
Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-berfirman,


íõÑöíÏõ Çááøóåõ Èößõãõ ÇáúíõÓúÑó æóáóÇ íõÑöíÏõ Èößõãõ ÇáúÚõÓúÑó [ÇáÈÞÑÉ : 185]


“…Allah menghendaki kemudahan bagimu dan tidak menghendaki kesukaran bagimu…” (Qs.al-Baqarah : 185)

Tidak ada di dalam agama-Nya sesuatu yang menyebabkan kesulitan bagi manusia, sebagaimana firman Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-,


æóãóÇ ÌóÚóáó Úóáóíúßõãú Ýöí ÇáÏøöíäö ãöäú ÍóÑóÌò [ÇáÍÌ : 78]


“…dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesulitan…” (al-Hajj : 78)

Kemudahan ini meliputi seluruh syariat di dalam al-Qur’an dan Sunnah. Demikian pula petunjuk Nabi-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-, seluruhnya mudah, sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadis,


ãóÇ ÎõíøöÑó ÑóÓõæáõ Çááøóåö -Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó- Èóíúäó ÃóãúÑóíúäö ÃóÍóÏõåõãóÇ ÃóíúÓóÑõ ãöäó ÇúáÂÎóÑö ÅöáøóÇ ÇÎúÊóÇÑó ÃóíúÓóÑóåõãóÇ ãóÇ áóãú íóßõäú ÅöËúãðÇ ÝóÅöäú ßóÇäó ÅöËúãðÇ ßóÇäó ÃóÈúÚóÏó ÇáäøóÇÓö ãöäúåõ


Tidaklah Nabi-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-diberi dua pilihan di mana salah satunya lebih mudah dari yang lainnya kecuali beliau memilih yang lebih mudah di antara keduanya, selama hal itu bukan dosa. Adapun jika hal itu dosa, maka beliau adalah orang yang paling jauh darinya...” (HR. al-Bukhari, 6786 dan Muslim, 2327 dari ‘Aisyah)

Maknanya, bahwasanya seluruh perkara di dalam syariat itu mudah, sedangkan perkara yang menyelisihinya pasti sulit. Tidak mungkin syariat dan yang menyelisihinya mudah pada saat yang sama. Maka apabila sunnah itu mudah, berarti yang menyelisihinya sulit. Sebab, sekiranya itu mudah, tentulah Nabi-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-telah memilihnya, sebagaimana tersebut dalam hadis di atas. Barang siapa yang menyelisihi sunnah, sesungguhnya ia telah mempersempit dan mempersulit dirinya sendiri, meskipun ia beranggapan sebaliknya atau berkeyakinan telah memilih yang mudah. Pada hakikatnya, itu merupakan persangkaan yang keliru. Dengan demikian, agama ini berhak disifati dengan kemudahan seluruhnya sebagaimana sabda Rasulullah-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-,


Åöäøó åóÐóÇ ÇáÏøöíäó íõÓúÑñ


Sesungguhnya agama ini mudah (HR. al-Bukhari, 39, 5673, 6463, 7235 dari Abu Hurairah-ÑóÖöíó Çááåõ Úóäúåõ-)

Adapun keyakinan bahwa sesuatu dari agama ini sulit, atau keyakinan bahwa Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-telah mempersulit para hamba-Nya, hal itu termasuk adab yang buruk kepada Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-dan prasangka kepada Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-dengan persangkaan Jahiliyah.

15-Berbaik Sangka kepada Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- dan Rasul-Nya-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-
Berbaik sangka merupakan salah satu adab kepada Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- dan kepada Rasul-Nya-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-. Hendaknya seorang Muslim selalu berbaik sangka kepada Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- dan Rasul-Nya-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-, di antaranya,
1. Berbaik sangka kepada Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-dalam dzat-Nya. Bahwasanya Dia-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-Maha Tinggi, Maha Esa dan tidak berbilang, serta suci dari segala aib dan kekurangan.

2. Berbaik sangka kepada Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-dalam rububiyah-Nya. Bahwasanya Dia-lah yang mengatur semua urusan makhluk dan hanya Dia-lah yang mampu memperbaiki keadaan mereka. Dia-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-bersendiri dalam penciptaan dan kerajaan, serta seluruh makna-makna rububiyah yang sempurna dan agung.


3. Berbaik sangka kepada Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- dalam uluhiyah-Nya. Bahwasanya Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-adalah satu-satunya dzat yang berhak diibadahi, bukan selain-Nya. Dia-lah raja bagi semua urusan dan sebab-sebabnya. Tidak ada sesuatu pun selain Dia-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-yang berhak untuk itu.
Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-berfirman,


ÝóÇÚúáóãú Ãóäøóåõ áóÇ Åöáóåó ÅöáøóÇ Çááøóåõ [ãÍãÏ : 19]


Maka ketahuilah, bahwa tidak ada Ilah (Yang haq) melainkan Allah ... (Qs. Muhammad : 19)
Firman-Nya juga,


Ðóáößó ÈöÃóäøó Çááøóåó åõæó ÇáúÍóÞøõ æóÃóäøó ãóÇ íóÏúÚõæäó ãöäú Ïõæäöåö åõæó ÇáúÈóÇØöáõ [ÇáÍÌ : 62]


“Kuasa Allah yang demikian itu adalah karena sesungguhnya Allah, Dialah (Rabb) yang haq dan sesungguhnya apa saja yang mereka seru selain Allah, itulah yang batil...” (Qs. al-Hajj : 62)

4. Berbaik sangka kepada Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-dalam asma (nama) dan sifat-Nya. Bahwasanya Dialah dzat yang memiliki nama-nama yang indah dan sifat-sifat yang tinggi, sama sekali tidak memiliki cacat maupun aib dari segi mana pun. Tidak mungkin hal itu ada pada Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-, bahkan seluruh sifat-sifat-Nya baik dan sempurna, agung dan indah. Adapun sifat-sifat yang terkandung di dalamnya cacat maupun aib, sesungguhnya Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- bersih dari itu semua. Sekali-kali itu bukanlah termasuk sifat-Nya.
Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-berfirman,


æóáöáøóåö ÇáúÃóÓúãóÇÁõ ÇáúÍõÓúäóì ÝóÇÏúÚõæåõ ÈöåóÇ [ÇáÃÚÑÇÝ : 180]


“Hanya milik Allah Asma-ul Husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut Asma-ul Husna itu...(Qs. al-A’raf : 180)

5. Berbaik sangka kepada Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-dalam qadar-Nya. Bahwasanya Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-mengetahui segala sesuatu sebelum ia diciptakan. Dialah yang telah menulisnya, menghendakinya, dan mengadakannya. Segala sesuatu di alam ini ada atas iradah (kehendak) Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-dan takdir-Nya.
Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-berfirman,



æóÎóáóÞó ßõáøó ÔóíúÁò ÝóÞóÏøóÑóåõ ÊóÞúÏöíÑðÇ [ÇáÝÑÞÇä : 2]


“...Dia telah menciptakan segala sesuatu dan Dia menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya.” (al-Furqan : 2)
Dia-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-juga berfirman,


æóãóÇ ãöäú ÛóÇÆöÈóÉò Ýöí ÇáÓøóãóÇÁö æóÇáúÃóÑúÖö ÅöáøóÇ Ýöí ßöÊóÇÈò ãõÈöíäò [Çáäãá : 75]


Tiada sesuatu pun yang ghaib di langit dan di bumi, melainkan (terdapat) dalam Kitab yang nyata (Lauhul Mahfuzh) (Qs. an-Naml : 75)
Firman Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-pula,


ãóÇ ÃóÕóÇÈó ãöäú ãõÕöíÈóÉò Ýöí ÇáúÃóÑúÖö æóáóÇ Ýöí ÃóäúÝõÓößõãú ÅöáøóÇ Ýöí ßöÊóÇÈò ãöäú ÞóÈúáö Ãóäú äóÈúÑóÃóåóÇ [ÇáÍÏíÏ : 22]


Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri, melaikan telah tertulis dalam Kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya... (Qs. al-Hadid : 22)

6. Berbaik sangka kepada Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-dalam syariat-Nya. Sesungguhnya Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-telah menetapkan bagi kita syariat dan agama yang paling sempurna. Tidak terkandung sedikitpun cacat atau aib pada syariat-Nya.
Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-berfirman,


Çáúíóæúãó ÃóßúãóáúÊõ áóßõãú Ïöíäóßõãú æóÃóÊúãóãúÊõ Úóáóíúßõãú äöÚúãóÊöí æóÑóÖöíÊõ áóßõãõ ÇáúÅöÓúáóÇãó ÏöíäðÇ [ÇáãÇÆÏÉ : 3]


“...Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu dan telah Kucukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Kuridhai Islam itu menjadi agamamu...(Qs. al-Maidah : 3)

Demikian juga Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-tidak menetapkan syariat bagi hamba-Nya kecuali yang terkandung di dalamnya kemaslahatan, keselamatan dan kemenangan bagi mereka di dunia maupun akhirat, sebagaimana Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-tidak akan menetapkan syariat bagi hamba-Nya yang mempersulit mereka. Dia-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-tidak akan membebani para hamba-Nya di luar kemampuan mereka. Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-berfirman,


áóÇ íõßóáøöÝõ Çááøóåõ äóÝúÓðÇ ÅöáøóÇ æõÓúÚóåóÇ [ÇáÈÞÑÉ : 286]


“Allah tidak membebani seseorang, melainkan sesuai dengan kesanggupannya...” (Qs. al-Baqarah : 286)
Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-juga berfirman,


áóÇ íõßóáøöÝõ Çááøóåõ äóÝúÓðÇ ÅöáøóÇ ãóÇ ÂÊóÇåóÇ [ÇáØáÇÞ : 7]


“…Allah tidak memikulkan beban kepada seseorang, melainkan (sekedar) apa yang Allah berikan kepadanya … “ (Qs. ath-Thalaq : 7)

Demikian pula Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-Maha Santun kepada segenap hamba-Nya. Dia-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-menghendaki kemudahan bagi mereka dan tidak menghendaki kesulitan, sebagaimana firman-Nya,


íõÑöíÏõ Çááøóåõ Èößõãõ ÇáúíõÓúÑó æóáóÇ íõÑöíÏõ Èößõãõ ÇáúÚõÓúÑó [ÇáÈÞÑÉ : 185]


“…Allah menghendaki kemudahan bagimu dan tidak menghendaki kesukaran bagimu…” (Qs.al-Baqarah : 185)
Firman-Nya juga,


æóãóÇ ÌóÚóáó Úóáóíúßõãú Ýöí ÇáÏøöíäö ãöäú ÍóÑóÌò [ÇáÍÌ : 78]


“…dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesulitan…” (al-Hajj : 78)

7. Berbaik sangka kepada Rasulullah-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-. Bahwasanya beliau benar-benar utusan Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-, benar dalam segala kabar yang beliau sampaikan, beliau telah menyampaikan syariat Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-, dan tidak menyembunyikan sesuatu pun dari wahyu yang disampaikan kepada beliau. Beliau adalah hamba yang paling bertakwa dan paling taat kepada-Nya, serta paling sempurna dalam mengetahui hukum-hukum Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-, mengikuti segala perintah-Nya, dan hamba yang paling tinggi kedudukannya di sisi Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-. Beliau adalah manusia yang paling penyayang terhadap makhluk, paling bersemangat menyampaikan hidayah di alam ini, dan paling gigih berdakwah kepada Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-. Semoga shalawat dan salam senantiasa tercurah atasnya.

16-Banyak Berdzikir kepada-Nya
Barang siapa yang beriman kepada Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-, mencintai-Nya, takut kepada-Nya, dan selalu bergantung kepada-Nya, pasti ia akan banyak mengingat-Nya di dalam hati dengan penuh rasa cinta, pengharapan, kesadaran, dan ketergantungan kepada-Nya. Akibatnya, ia akan selalu berdzikir dengan lisannya, dengan mengucapkan tasbih, tahmid, takbir, tahlil, doa, dan istighfar. Di samping itu, berdzikir dengan anggota badannya, yakni dengan mengerjakan amal-amal ketaatan. Ini semua merupakan konsekwensi iman, mahabbah (kecintaan), serta rasa bergantung dan takut kepada Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-. Sesungguhnya barang siapa mencintai sesuatu, niscaya ia akan banyak mengingatnya.
Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-berfirman,


íóÇ ÃóíøõåóÇ ÇáøóÐöíäó ÂãóäõæÇ ÇÐúßõÑõæÇ Çááøóåó ÐößúÑðÇ ßóËöíÑðÇ (41) æóÓóÈøöÍõæåõ ÈõßúÑóÉð æóÃóÕöíáðÇ (42) [ÇáÃÍÒÇÈ : 41 ¡ 42]


“Hai, orang-orang yang beriman, berdzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, dzikir yang sebanyak-banyaknya. Dan bertasbihlah kepada-Nya di waktu pagi dan petang (Qs. al-Ahzab : 41-42)

Dzikir kepada Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-akan membawa pengaruh yang sangat baik di dunia maupun di akhirat, di antaranya,
1. Hati akan menjadi tentram dan teguh dengan dzikrullah, sebagaimana firman-Nya,
ÇáøóÐöíäó ÂãóäõæÇ æóÊóØúãóÆöäøõ ÞõáõæÈõåõãú ÈöÐößúÑö Çááøóåö ÃóáóÇ ÈöÐößúÑö Çááøóåö ÊóØúãóÆöäøõ ÇáúÞõáõæÈõ [ÇáÑÚÏ : 28]
(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allahlah hati menjadi tentram (ar-Ra’d : 28)

2. Istiqamah dalam ketaatan. Sebab, barang siapa lisannya selalu sibuk dengan dzikrullah, niscaya ia tidak akan mungkin berbicara maksiat. Barang siapa yang anggota badannya sibuk dengan amal ketaatan, niscaya ia tidak akan disibukkan dengan maksiat. Maka seorang yang senantiasa berdzikir akan selalu istiqamah di atas manhaj Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-dengan hati, lisan dan anggota badannya.

3. Benteng dari setan. Setan akan bersembunyi dan lari jika seseorang berdzikir kepada Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-. Maka dari itu, barang siapa banyak berdzikir kepada Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-, berarti ia telah membentengi dirinya dari setan. Keadaannya seperti seorang yang berlindung di balik benteng yang kokoh dari serangan musuh.

4. Banyak melakukan amal kebaikan. Sebab, dzikir merupakan amal shaleh terbesar untuk mendekatkan diri kepada Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- dan meraih berbagai kebaikan. Banyak sekali atsar (riwayat) yang menjelaskan tentang berbagai pahala bagi macam-macam dzikir, namun bukan di sini tempat untuk membahasnya secara rinci.

5. Dzikrullah dan kebersamaan Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-dengan hamba : sesungguhnya barang siapa mengingat Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-niscaya Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-akan mengingatnya. Sebagaimana tersebut dalam sebuah hadis qudsi.


ÃóäóÇ ÚöäúÏó Ùóäøö ÚóÈúÏöí Èöí æóÃóäóÇ ãóÚóåõ ÅöÐóÇ ÐóßóÑóäöí ÝóÅöäú ÐóßóÑóäöí Ýöí äóÝúÓöåö ÐóßóÑúÊõåõ Ýöí äóÝúÓöí æóÅöäú ÐóßóÑóäöí Ýöí ãóáóÅò ÐóßóÑúÊõåõ Ýöí ãóáóÅò ÎóíúÑò ãöäúåõãú


“Aku sebagaimana persangkaan hamba-Ku kepada-Ku, Aku akan bersamanya selama ia mengingat-Ku. Jika ia mengingat-Ku dalam dirinya, niscaya Aku akan mengingat-Nya dalam diri-Ku. Jika ia mengingat-Ku di majlis, niscaya Aku mengingatnya di majlis yang lebih baik daripada majlis itu...” (HR. al-Bukhari, 7405 dan Muslim, 2675 dari Abu Hurairah-ÑóÖöíó Çááåõ Úóäúåõ-)

Jika Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-mengingat seorang hamba, maka hal itu merupakan sebab terbesar untuk meraih kebahagiaan, kemenangan, serta petunjuk dan bimbingan bagi hamba tersebut. Sebenarnya dzikir mempunyai banyak sekali faidah yang besar, namun bukan di sini tempat untuk membahasnya. Apa yang aku isyaratkan kiranya telah mencukupi.

17-Banyak Bershalawat kepada Nabi-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-
Pada hakikatnya, wajibnya bershalawat kepada Nabi ketika disebut nama beliau akan muncul dari ma’rifah (kepahaman) seorang Mukmin.
Firman Allah -ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-,


Åöäøó Çááøóåó æóãóáóÇÆößóÊóåõ íõÕóáøõæäó Úóáóì ÇáäøóÈöíøö íóÇ ÃóíøõåóÇ ÇáøóÐöíäó ÂãóäõæÇ ÕóáøõæÇ Úóáóíúåö æóÓóáøöãõæÇ ÊóÓúáöíãðÇ [ÇáÃÍÒÇÈ : 56]


Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai, orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.” (Qs. al-Ahzab : 56)
Sabda Rasulullah-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-,


ÇáúÈóÎöíúáõ ãóäú ÐõßöÑúÊõ ÚöäúÏóåõ Ýóáóãú íõÕóáøö Úóáóíøó


“Orang bakhil adalah orang yang namaku disebut di sisinya, namun ia tidak bershalawat kepadaku.”(HR. Ahmad, I/201, at-Tirmidzi 3546, dan dia menshahihkannya)

Disunnahkan memperbanyak shalawat Nabi di setiap waktu kerena itu merupakan dzikir yang utama.
Rasulullah-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-bersabda,


ãóäú Õóáøóì Úóáóìøó æóÇÍöÏóÉð Õóáøóì Çááøóåõ Úóáóíúåö ÚóÔúÑðÇ


Barang siapa bershalawat kepadaku satu kali, niscaya Allah akan bershalawat atasnya sepuluh kali. (HR. Muslim, 308 dari Abu Hurairah-ÑóÖöíó Çááåõ Úóäúåõ-)

Banyak bershalawat atas Nabi merupakan sebab terbesar untuk meraih kelapangan hati, kemudahan urusan, dan diterangi kuburnya. Bagaimana seorang Muslim tidak banyak bershalawat atas Nabi, sedangkan beliau adalah orang yang paling ia cintai dan orang yang paling banyak berbuat kebaikan kepadanya. Seluruh kebaikan yang ada di sisinya merupakan berkah dari dakwah beliau. Dengan demikian, banyak bershalawat atas Nabi merupakan bukti kecintaan kepada beliau dan tanda mengikuti sunnahnya. Ini merupakan adab yang sangat agung kepada Rasulullah-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-.

18-Bertakwa kepada Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-
Bertakwa kepada Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-merupakan faidah yang meliputi perkara-perkara yang telah disebutkan. Maksudnya adalah menyibukkan diri dengan ketaatan kepada Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-, menjauhi kemaksiatan, mengharapkan ketaatan kepada-Nya, dan takut terhadap siksa-Nya. Takwa merupakan buah keimanan kepada Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-yang paling agung.
Takwa memiliki faidah yang sangat banyak, di antaranya,
1. Kebersamaan Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-dengan hamba-Nya, sebagaimana firman Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-,


Åöäøó Çááøóåó ãóÚó ÇáøóÐöíäó ÇÊøóÞóæúÇ [ÇáäÍá : 128]


Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang bertakwa...(an-Nahl : 128)

Kebersamaan Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-dengan hamba membawa konsekwensi hidayah, bimbingan, pemeliharaan, taufik, penerimaan, rahmat, penjagaan, dan lain sebagainya.

2. Keselamatan dari makar musuh walau bagaimanapun besarnya makar mereka, sebagaimana firman Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-,


æóÅöäú ÊóÕúÈöÑõæÇ æóÊóÊøóÞõæÇ áóÇ íóÖõÑøõßõãú ßóíúÏõåõãú ÔóíúÆðÇ [Âá ÚãÑÇä : 120]


“...Jika kamu bersabar dan bertakwa, niscaya tipu daya mereka sedikitpun tidak mendatangkan kemudharatan kepadamu ... “ (Qs. Ali Imran : 120)

3. Dapat membedakan antara kebenaran dan kebatilan, sebagaimana firman Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-,


íóÇ ÃóíøõåóÇ ÇáøóÐöíäó ÂãóäõæÇ Åöäú ÊóÊøóÞõæÇ Çááøóåó íóÌúÚóáú áóßõãú ÝõÑúÞóÇäðÇ æóíõßóÝøöÑú Úóäúßõãú ÓóíøöÆóÇÊößõãú æóíóÛúÝöÑú áóßõãú [ÇáÃäÝÇá : 29]


Hai, orang-orang beriman, jika kamu bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan memberikan kepadamu furqan dan menghapuskan segala kesalahan-kesalahan dan mengampuni (dosa-dosa)mu ... “ (al-Anfal : 29)

Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-akan memberikan kepada orang-orang yang bertakwa cahaya dan furqan sehingga dapat membedakan antara yang haq dan yang batil, antara petunjuk dan kesesatan. Mereka tidak akan sesat, tidak akan menyimpang dan tidak akan jatuh dalam lembah kesesatan yang mereka kira hidayah dan petunjuk.
4. Dihapuskan kesalahan dan diampuni dosa-dosa. Hal itu berdasarkan ayat di atas dan ayat-ayat yang semakna dengannya. Takwa merupakan sebab terbesar diampuninya dosa dan dihapusnya keburukan dan kesalahan.
5. Tercurahnya rahmat Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-, sebagaimana firman-Nya,


æóÑóÍúãóÊöí æóÓöÚóÊú ßõáøó ÔóíúÁò ÝóÓóÃóßúÊõÈõåóÇ áöáøóÐöíäó íóÊøóÞõæäó [ÇáÃÚÑÇÝ : 156]


“...Dan rahmat-Ku meliputi segala sesuatu. Maka akan Aku tetapkan rahmat-Ku untuk orang-orang yang bertakwa...” (Qs. al-A’raf : 156)
Orang-orang yang bertakwa adalah makhluk yang paling layak mendapatkan curahan rahmat Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-.

6. Dimasukkan ke dalam Surga dan selamat dari azab Neraka, sebagaimana firman Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-,


Êöáúßó ÇáúÌóäøóÉõ ÇáøóÊöí äõæÑöËõ ãöäú ÚöÈóÇÏöäóÇ ãóäú ßóÇäó ÊóÞöíøðÇ [ãÑíã : 63]


Itulah jannah yang akan Kami wariskan kepada hamba-hamba Kami yang selalu bertakwa (Qs. Maryam : 63)
Firman Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-juga,


Ëõãøó äõäóÌøöí ÇáøóÐöíäó ÇÊøóÞóæúÇ æóäóÐóÑõ ÇáÙøóÇáöãöíäó ÝöíåóÇ ÌöËöíøðÇ [ãÑíã : 72]


“Kemudian, Kami akan menyelamatkan orang-orang yang bertakwa dan membiarkan orang-orang zhalim di dalam Neraka dalam keadaan berlutut (Qs. Maryam : 72)

Ini merupakan konsekwensi dari rahmat Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-. Sebenarnya takwa mempunyai buah yang sangat banyak selain yang telah disebutkan, namun bukan di sini tempat untuk membahasnya secara rinci.

19-Memurnikan Ittiba’ (meneladani) kepada Rasulullah-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-
Makna ittiba’ adalah seorang Muslim menjadikan Nabi Muhammad-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-sebagai panutan dan teladan, sebagaimana firman Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-,


áóÞóÏú ßóÇäó áóßõãú Ýöí ÑóÓõæáö Çááøóåö ÃõÓúæóÉñ ÍóÓóäóÉñ áöãóäú ßóÇäó íóÑúÌõæ Çááøóåó æóÇáúíóæúãó ÇáúÂÎöÑó æóÐóßóÑó Çááøóåó ßóËöíÑðÇ [ÇáÃÍÒÇÈ : 21]


Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan dia banyak menyebut Allah (Qs. al-Ahzab : 21)

Maka dari itu, meneladani dan mengikuti beliau merupakan dalil benarnya keimanan kepada Allah dan hari Akhir. Mengikuti Rasulullah-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-merupakan jalan untuk mendapatkan hidayah, sebagaimana firman Allah,


ÝóÂãöäõæÇ ÈöÇááøóåö æóÑóÓõæáöåö ÇáäøóÈöíøö ÇáúÃõãøöíøö ÇáøóÐöí íõÄúãöäõ ÈöÇááøóåö æóßóáöãóÇÊöåö æóÇÊøóÈöÚõæåõ áóÚóáøóßõãú ÊóåúÊóÏõæäó [ÇáÃÚÑÇÝ : 158]


“...Maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya, Nabi yang ummi yang beriman kepada Allah dan kepada kalimat-kalimat-Nya (kitab-kitab-Nya) dan ikutilah dia, supaya kamu mendapat petunjuk (Qs. al-A’raf : 158)

Mengikuti Rasulullah-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-merupakan jalan untuk mendapatkan cinta Allah, sebagaimana firman Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-,


Þõáú Åöäú ßõäúÊõãú ÊõÍöÈøõæäó Çááøóåó ÝóÇÊøóÈöÚõæäöí íõÍúÈöÈúßõãõ Çááøóåõ æóíóÛúÝöÑú áóßõãú ÐõäõæÈóßõãú æóÇááøóåõ ÛóÝõæÑñ ÑóÍöíãñ [Âá ÚãÑÇä : 31]


“Katakanlah : jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Qs. Ali Imran : 31)

Demikian juga, tidak akan mungkin baik keadaan manusia di dunia dan di akhirat tanpa mengikuti petunjuk Nabi Muhammad-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-. Oleh karena itulah, wajib bagi setiap Muslim berusaha untuk mengikuti Nabi-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-dalam setiap keadaannya, dalam aqidah, ibadah, perilaku, akhlak, muamalah, jihad, dan semua urusannya. Sebab, ini merupakan bukti keimanan yang paling kuat dan paling benar.

Adapun berpaling dari ittiba’ kepada Nabi-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-dan menggantinya dengan yang lain merupakan sebab terbesar timbulnya kerusakan dan kekurangan dalam setiap perkara, kesesatan di dunia, serta kerugian dan adzab di akhirat.

Kerusakan yang terjadi di tengah kaum Muslimin, kekurangan dalam berbagai sisi kehidupan mereka; musuh-musuh berkuasa, menimpakan adzab, serta mengambil apa yang ada di tangan mereka; harga-harga melambung tinggi, tersebarnya berbagai macam penyakit dan wabah; serta munculnya virus-virus penyakit yang tidak pernah dikenal sebelumnya terjadi karena umat telah berpaling dari petunjuk Muhammad-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-. Padahal, petunjuk Nabi-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó- sudah cukup untuk memperbaiki keadaan mereka di dunia, mengangkat kedudukan mereka, mengalahkan musuh, dan meraih kemenangan di akhirat. Yaitu, dengan mengikuti petunjuk tersebut dan berpegang teguh dengannya.

Sesungguhnya hal itu merupakan kewajiban yang paling utama atas mereka setelah mengikhlaskan agama kepada Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-semata. Memurnikan ittiba’ kepada Nabi-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-merupakan realisasi syahadat Muhammad Rasulullah dan bukti kejujuran syahadat tersebut. Tanpa ittiba’, orang yang mengucapkan syahadat dianggap telah berdusta karena apa yang ia lakukan bertentangan dengan ucapannya. Oleh karena itu, wajib atas setiap Muslim untuk memperbaiki ittiba’ kepada Nabi-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-dalam setiap urusannya karena itu merupakan jalan untuk meraih kemenangan, dan keselamatan.

Inilah yang dapat kami sajikan sebagian dari beberapa adab kepada Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-dan Rasul-Nya-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-, yang sebenarnya masih banyak lagi. Namun, apa yang kami sebutkan kirannya telah mencukupi, yang jumlahnya ada sembilan belas adab. Walhamdulillahi rabbil ‘alamin

Wallahu A’lam

(Redaksi)

Sumber :
Mausu’ah al-Aadaab al-islamiyyah, Abdul Aziz bin Fathi as-Sayyid Nada, E.I. hal. 32-47



























Hikmah Al-Quran & Mutiara Hadits : index.php
Versi Online : index.php/?pilih=lihatannur&id=945