Artikel : Bulein Annur - Hikmah Al-Quran & Mutiara Hadits

Turunnya Hujan Ayat Kuasa Tuhan Semesta Alam

Jumat, 12 Nopember 21

Segala puji bagi Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-, Dzat yang memulai penciptaan makhluk, Dzat yang Maha Kuasa berbuat apa saja yang dikehendaki-Nya. Aku bersaksi bahwa tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Allah semata, tidak ada sekutu bagiNya.


æóåõæó ÇáøóÐöí íõäóÒøöáõ ÇáúÛóíúËó ãöäú ÈóÚúÏö ãóÇ ÞóäóØõæÇ æóíóäúÔõÑõ ÑóÍúãóÊóåõ æóåõæó Çáúæóáöíøõ ÇáúÍóãöíÏõ [ÇáÔæÑì : 28]


Dan Dialah yang menurunkan hujan setelah mereka berputus asa dan menyebarkan rahamat-Nya. Dan Dialah Maha Pelindung, Maha Terpuji. (asy-Syura : 28)

Dan aku bersaksi bahwa Muhammad-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó- adalah hamba dan utusanNya, makhluk ciptaan-Nya yang paling istimewa dari seluruh hamba-hambaNya. Semoga shalawat dan salam yang banyak tercurah kepada beliau-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-beserta keluarga dan para sahabatnya yang merupakan tentara Islam dan para penjaga tauhid.

Wahai manusia ! Bertakwalah kalian kepada Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-. Syukurilah nikmat-nikmat yang dianugerahkan-Nya kepada Anda, baik nikmat lahir maupun nikmat batin. Anda belum lama merindukan turunnya hujan, dan Anda pun sangat membutuhkannya, sampai-sampai sebagian orang nampak berputus asa dari diturunkannya hujan. Tetapi kemudian Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-menurunkannya dengan kedermawananNya dan kemuliaan-Nya.


Çááøóåõ ÇáøóÐöí íõÑúÓöáõ ÇáÑøöíóÇÍó ÝóÊõËöíÑõ ÓóÍóÇÈðÇ ÝóíóÈúÓõØõåõ Ýöí ÇáÓøóãóÇÁö ßóíúÝó íóÔóÇÁõ æóíóÌúÚóáõåõ ßöÓóÝðÇ ÝóÊóÑóì ÇáúæóÏúÞó íóÎúÑõÌõ ãöäú ÎöáóÇáöåö ÝóÅöÐóÇ ÃóÕóÇÈó Èöåö ãóäú íóÔóÇÁõ ãöäú ÚöÈóÇÏöåö ÅöÐóÇ åõãú íóÓúÊóÈúÔöÑõæäó (48) æóÅöäú ßóÇäõæÇ ãöäú ÞóÈúáö Ãóäú íõäóÒøóáó Úóáóíúåöãú ãöäú ÞóÈúáöåö áóãõÈúáöÓöíäó (49) ÝóÇäúÙõÑú Åöáóì ÂËóÇÑö ÑóÍúãóÊö Çááøóåö ßóíúÝó íõÍúíöí ÇáúÃóÑúÖó ÈóÚúÏó ãóæúÊöåóÇ Åöäøó Ðóáößó áóãõÍúíöí ÇáúãóæúÊóì æóåõæó Úóáóì ßõáøö ÔóíúÁò ÞóÏöíÑñ (50) [ÇáÑæã : 48 - 50]


Allah yang mengirimkan angin, lalu angin itu menggerakkan awan dan Allah membentangkannya di langit menurut yang Dia kehendaki, dan menjadikannya bergumpal-gumpal, lalu engkau lihat hujan keluar dari celah-celahnya, maka apabila Dia menurunkannya kepada hamba-hamba-Nya yang Dia kehendaki tiba-tiba mereka bergembira.
Padahal walaupun sebelum hujan diturunkan kepada mereka, mereka benar-benar telah berputus asa.
Maka perhatikanlah bekas-bekas rahmat Allah, bagaimana Allah menghidupkan bumi setelah mati (kering). Sungguh, itu berarti Dia pasti (berkuasa) menghidupkan yang telah mati. Dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. (ar-Ruum : 48-50)

Nabi-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-bersabda,


ÖóÍößó ÑóÈøõäóÇ ãöäú ÞõäõæØö ÚöÈóÇÏöåö æóÞõÑúÈö ÛöíóÑöåö


Rabb kita-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-tertawa karena sikap putus asa hamba-hamba-Nya dan dekatnya perubahan keadaan yang bakal dilakukan-Nya. (HR. Ibnu Majah, no. 181, dan dishahihkan oleh al-Albani di dalam as-Silsilah ash-Shahihah, no. 2810)

Maknanya, bahwa Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-tertawa karena seorang hamba menjadi berputus asa dari memperolah kebaikan disebabkan karena keburukan yang sangat kecil yang menimpa dirinya, padahal sangat dekat perubahan keadaan yang bakal dilakukan oleh Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- , perubahan keadaan dari keburukan kepada kebaikan, perubahan keadaan dari sakit kepada kesembuhan, perubahan keadaan dari bala dan cobaan kepada kesenangan dan kegembiraan.

Demikianlah, wahai hamba-hamba Allah ! Setiap kali makin berat urusan niscaya segera datang kelapangan dari Allah -ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-.

Dan, peristiwa diturunkannya hujan termasuk ayat (tanda-tanda) yang menunjukkan akan kekuasaan Allah- ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-., sebagaimana pula hal tersebut merupakan bagian dari ayat-ayat (tanda-tanda) yang menunjukkan akan rahmat-Nya- ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-. Maka, kewajiban kita para hamba-Nya adalah bersyukur kepada Allah- ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-, kita wajib memohon kepada-Nya agar Dia- ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-memberikan keberkahan kepada hujan yang diturunkanNya. Agar Allah- ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- menjadikannya “ãõÈóÇÑóßðÇ “ mubarakan (banyak kebaikannya dan banyak pula manfaatnya), menumbuhkan tanaman-tanaman, melegakan rasa kehausan. Karena sesungguhnya masalahnya tidak hanya terpaku pada turunnya hujan saja. Karena boleh jadi terkadang hujan turun namun tidak diberkahi di dalamnya dan tidak memberikan dampak yang baik, karena Allah- ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- mencabut pengaruh-pengaruh positifnya sebagai sebuah bentuk hukuman terhadap hamba-hambaNya. Oleh karena ini, sebagian Salaf- ÑóÍöãóåõ Çááåõ-mengatakan,


áóíúÓó ÇáúÌóÏúÈõ ÃóáøóÇ ÊõãúØóÑõæúÇ¡ æóáóßúäøó ÇáúÌóÏúÈó Ãóäú ÊõãúØóÑõæúÇ¡ Ëõãøó ÊõãúØóÑõæúÇ¡ æóáóÇ íõÈóÇÑóßõ áóßõãú


Bukanlah kegersangan itu karena tidak diturunkannya hujan kepada kalian, akan tetapi kegersangan itu, hujan diturunkan kepada kalian, kemudian hujan diturunkan kembali kepada kalian, namun hujan itu tidak diberkahi untuk kalian.

Maka, kita wajib untuk bersyukur kepada Allah- ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-, dan memohon kepada-Nya agar menjadikan hujan ini banyak kebaikannya dan banyak pula manfaatnya serta mengikutinya dengan keberlangsungan turunnya dan keberkahannya atas kaum Muslimin. Sesungguhnya Allah- ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- Maha Kuasa atas segala sesuatu dan Dia- ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- adalah Maha Penyayang dari semua penyayang. Akan tetapi, dosa-dosa para hamba-Nya itulah yang menghalangi antara diri mereka dengan rahmat Allah- ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-.. Dan, kalaulah bukan karena pemaafan Allah- ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-. dan sifat hilm (kesantunan)Nya, niscaya kalian akan menyaksikan keadaan yang lebih parah dari hal itu.


æóáóæú íõÄóÇÎöÐõ Çááøóåõ ÇáäøóÇÓó ÈöãóÇ ßóÓóÈõæÇ ãóÇ ÊóÑóßó Úóáóì ÙóåúÑöåóÇ ãöäú ÏóÇÈøóÉò æóáóßöäú íõÄóÎøöÑõåõãú Åöáóì ÃóÌóáò ãõÓóãøðì ÝóÅöÐóÇ ÌóÇÁó ÃóÌóáõåõãú ÝóÅöäøó Çááøóåó ßóÇäó ÈöÚöÈóÇÏöåö ÈóÕöíÑðÇ [ÝÇØÑ : 45]


Dan sekiranya Allah menghukum manusia disebabkan apa yang telah mereka perbuat, niscaya Dia tidak akan menyisakan satu pun makhluk bergerak yang bernyawa di bumi ini, tetapi Dia menangguhkan (hukuman)nya, sampai waktu yang sudah ditentukan. Nanti apabila ajal mereka tiba, maka Allah Maha Melihat (keadaan) hamba-hambaNya. (Fathir : 45)

Wahai hamba-hamba Allah !
Sesungguhnya hujan ini yang diturunkan oleh Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-termasuk ayat-ayatNya yang paling besar yang menunjukkan akan kekuasaan-Nya - ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- . Karena Dia-lah Dzat yang menjalankannya, Dia-lah Dzat yang mengarahkannya, Dia-lah Dzat yang menurunkannya, dan Dia-lah pula yang memberikan keberkahan padanya. Karenanya, hendaklah kita selalu menggantungkan harapan-harapan kita hanya kepada Allah- ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- semata, meski pun kadang hujan ini menimbulkan bahaya (seperti banjir dan lain sebagainya) pada sebagian wilayah, maka hal tersebut termasuk nasehat dan pelajaran yang berharga bagi kita. Kita memohon kepada Allah- ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- agar memperingan musibah dan penderitaan yang tengah menimpa saudara-saudara kata.

Sungguh, Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- terkadang mengubah ni’mah (kenikmatan) itu menjadi sebuah niqmah (bencana) dan mengubah hujan ini menjadi sebuah kemurkaan. Karena inilah, Nabi-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó – bila melihat awan muncul di langit dikenalilah tanda rasa takutnya kepada Allah- ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-pada roman muka beliau-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó –, beliau-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó –menjadi mondar mandir keluar masuk rumah hingga hujan turun. Ketika itu, yakni, ketika hujan turun, tersingkaplah tanda rasa takut dari roman muka beliau-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó –. Dan, adalah beliau -Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó – bila hujan turun dalam jumlah yang sangat banyak dan nampak darinya bahaya, beliau-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó – pun berdoa kepada Allah- ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-. Beliau-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó –berdoa, memohon kepada Allah- ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- agar mengangkatnya dari mereka, orang-orang yang terkena bahaya. Beliau-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó –berdoa, memohon kepada Allah- ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- agar memindahkan hujan tersebut ke tempat lain yang membutuhkannya, seraya mengatakan,


Çááøóåõãøó Úóáóì ÑõÁõæÓö ÇáúÌöÈóÇáö æóÇáúÂßóÇãö æóÈõØõæäö ÇáúÃóæúÏöíóÉö æóãóäóÇÈöÊö ÇáÔøóÌóÑö


Ya Allah ! (Curahkanlah hujan ini) di atas puncak-puncak gunung, dataran-dataran tinggi, perut-perut lembah, dan tempat-tempat tumbuhnya pepohonan. (HR. al-Bukhari)


Çóááøóåõãøó ÍóæóÇáóíúäóÇ æóáóÇ ÚóáóíúäóÇ¡


Ya Allah ! Turunkanlah hujan di daerah sekitar kami dan jangan Engkau turunkan hujan di atas daerah kami (HR. al-Bukhari)

Dan, adalah beliau-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó –bila hujan turun, beliau -Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó –berdoa, memohon kepada Allah- ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- seraya mengatakan,


Çááøóåõãøó ÕóíøöÈðÇ äóÇÝöÚðÇ


Ya Allah ! Jadikanlah hujuan ini sebagai hujan yang bermanfaat.(HR. al-Bukhari)


ãõØöÑúäóÇ ÈöÝóÖúáö Çááøóåö æóÈöÑóÍúãóÊöåö


Kita diberi hujan karena karunia Allah dan rahmatNya (HR. Abu Dawud)

Dan, demikianlah seorang Muslim semestinya ia tidak lalai dari ayat-ayat Allah- ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-, tidak berpaling dari Dzikrullah (mengingat Allah- ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-) dan tidak merasa aman dari azab Allah- ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- dan hukumanNya. Bahkan, ia seharusnya selalu berada di antara rasa takut dan harap (kepada Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-), banyak berdoa, memohon kepada-Nya, memperbanyak beristighfar (memohon ampunan kepada Allah- ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-).

Demikianlah selayaknya kaum Muslimin...Demikianlah selayaknya kaum Muslimin.

Ketika Rasulullah-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó –ditanya tentang apa yang menimpa beliau-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó – berupa rasa takut ketika awan muncul, beliau-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó – mengatakan, ‘Apa yang dapat memberikan keamanan kepada diriku, sementara Allah- ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-telah membinasakan suatu ummat dari beberapa umat dengannya. Allah- ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- telah membinasakan mereka dengan ditenggelamkan dengan diturunkannya hujan lebat kepada mereka, yang mengakibatkan terjadinya banjir yang sedemikian dahsyatnya, seperti yang dialami oleh kaum Nabi Nuh-Úóáóíúåö ÇáÓøóáóÇãõ-.


æóÇÕúäóÚö ÇáúÝõáúßó ÈöÃóÚúíõäöäóÇ æóæóÍúíöäóÇ æóáóÇ ÊõÎóÇØöÈúäöí Ýöí ÇáøóÐöíäó ÙóáóãõæÇ Åöäøóåõãú ãõÛúÑóÞõæäó [åæÏ : 37]


Dan buatlah kapal itu dengan pengawasan dan petunjuk wahyu Kami, dan janganlah engkau bicarakan dengan Aku tentang orang-orang yang zalim. Sesungguhnya mereka itu akan ditenggelamkan. (Huud : 37)


ÝóÝóÊóÍúäóÇ ÃóÈúæóÇÈó ÇáÓøóãóÇÁö ÈöãóÇÁò ãõäúåóãöÑò (11) æóÝóÌøóÑúäóÇ ÇáúÃóÑúÖó ÚõíõæäðÇ ÝóÇáúÊóÞóì ÇáúãóÇÁõ Úóáóì ÃóãúÑò ÞóÏú ÞõÏöÑó (12)


Lalu Kami bukakan pintu-pintu langit dengan (menurunkan) air yang tercurah.
Dan Kami jadikan bumi menyemburkan mata-mata air maka bertemulah (air-air) itu sehingga (meluap menimbulkan) keadaan (bencana) yang telah ditetapkan.(al-Qamar : 11-12)

Maka dari itu, kaum Muslimin-semoga Allah- ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- merahmati kita semuanya-, ketika pelajaran yang sangat berharga ini dan ayat-ayat yang menunjukan kekuasaan Allah- ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- Rabb semesta alam ini melewati kita, hendaknya kita tidak dalam keadaan lalai dan berpaling. Allah - ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-berfirman, mengingatkan kita,


æóßóÃóíøöäú ãöäú ÂíóÉò Ýöí ÇáÓøóãóÇæóÇÊö æóÇáúÃóÑúÖö íóãõÑøõæäó ÚóáóíúåóÇ æóåõãú ÚóäúåóÇ ãõÚúÑöÖõæäó (105) æóãóÇ íõÄúãöäõ ÃóßúËóÑõåõãú ÈöÇááøóåö ÅöáøóÇ æóåõãú ãõÔúÑößõæäó (106) ÃóÝóÃóãöäõæÇ Ãóäú ÊóÃúÊöíóåõãú ÛóÇÔöíóÉñ ãöäú ÚóÐóÇÈö Çááøóåö Ãóæú ÊóÃúÊöíóåõãõ ÇáÓøóÇÚóÉõ ÈóÛúÊóÉð æóåõãú áóÇ íóÔúÚõÑõæäó (107) [íæÓÝ : 105 - 107]


Dan berapa banyak tanda-tanda (kebesaran Allah) di langit dan di bumi yang mereka lalui, namun mereka berpaling darinya.
Dan kebanyakan mereka tidak beriman kepada Allah, bahkan mereka mempersekutukanNya.
Apakah mereka merasa aman dari kedatangan siksa Allah yang meliputi mereka, atau kedatangan Kiamat kepada mereka secara mendadak, sedang mereka tidak menyadarinya ? (Yusuf : 105-107)

Sandarkanlah Nikmat Kepada-Nya !
Wahai sekalian manusia ! Bertakwalah kepada Allah dan sandarkanlah nikmat-nikmat itu kepadaNya. Sandarkanlah nikmat ‘Hujan’ kepada Allah- ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- Dzat yang menurunkannya. Janganlah kalian menisbatkannya kepada apa yang dinisbatkan orang-orang yang mengingkari nikmat Allah- ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-, di mana mereka mengatakan, ‘hujan-hujan yang terjadi ini disebabkan kerena tekanan udara yang rendah, iklim, atau bahwa hal tersebut secara alamiah terjadinya, kondisi alamiah suatu negeri atau suatu daerah, atau yang lainnya. Mereka melupakan bahwasanya hal tersebut dari Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-.

Nabi-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó- dan para sahabatnya pernah tertimpa hujan di daerah Hubaibiyah, sebuah tempat dekat dengan Mekah, mereka tertimpa hujan pada malam hari. Di pagi harinya, setelah beliau -Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó- salat Subuh mengimami para sahabatnya, beliau -Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó- menghadapkan diri ke arah para jama’ah, lalu bersabda,


ÃóÊóÏúÑõæäó ãóÇÐóÇ ÞóÇáó ÑóÈøõßõãú


Tahukah kalian apa yang telah dikatakan oleh Rabb kalian ?
Kami (para sahabat) menjawab, Çááøóåõ æóÑóÓõæáõåõ ÃóÚúáóãõ (Allah dan RasulNya yang lebih tahu). Lalu, beliau-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-bersabda,


ÞóÇáó Çááøóåõ ÃóÕúÈóÍó ãöäú ÚöÈóÇÏöí ãõÄúãöäñ Èöí æóßóÇÝöÑñ Èöí ÝóÃóãøóÇ ãóäú ÞóÇáó ãõØöÑúäóÇ ÈöÑóÍúãóÉö Çááøóåö æóÈöÑöÒúÞö Çááøóåö æóÈöÝóÖúáö Çááøóåö Ýóåõæó ãõÄúãöäñ Èöí ßóÇÝöÑñ ÈöÇáúßóæúßóÈö æóÃóãøóÇ ãóäú ÞóÇáó ãõØöÑúäóÇ ÈöäóÌúãö ßóÐóÇ Ýóåõæó ãõÄúãöäñ ÈöÇáúßóæúßóÈö ßóÇÝöÑñ Èöí


Allah telah berfirman, ‘Sebagian dari para hamba-Ku memasuki waktu pagi hari dalam keadaan beriman dan (sebagian lagi ada yang) kafir terhadap-Ku. Siapa saja yang mengatakan,’Kita diberi hujan dengan rahmat Allah, rizki Allah dan karunia Allah, maka ialah seorang yang beriman kepada-Ku, kafir terhadap bintang. Adapun siapa yang mengatakan, ‘Kita diberi hujan kerena bintang ini dan itu, maka dialah orang yang beriman terhadap bintang tersebut, kafir terhadap-Ku. (HR. al-Bukhari)

Karena, sebagian orang, terkhusus pada masa Jahiliyah, mereka biasa menisbatkan turunnya hujan kepada bintang-bintang pada saat terbit dan tenggelamnya, mereka tidak menisbatkannya kepada Allah- ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-. Maka, siapa saja yang menisbatkannya kepada selain Allah - ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-, ia telah kafir, mengingkari nikmat Allah - ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- dan menyekutukan Allah - ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-. Hal ini merupakan perkara yang wajib diperhatikan dan diwaspadai. Hendaknya seseorang tidak terpengaruh dengan apa yang tersebar di sebagian media informasi, atau di sebagian surat kabar yang memberitakan bahwa hujan ini muncul dari hal demikian dan demikian, karena tekanan rendah udara dan lain sebagainya berupa sebab-sebab yang disangka oleh mereka sementara mereka lupa atau melupakan bahwa hujan ini,


æóåõæó ÇáøóÐöí íõäóÒøöáõ ÇáúÛóíúËó ãöäú ÈóÚúÏö ãóÇ ÞóäóØõæÇ æóíóäúÔõÑõ ÑóÍúãóÊóåõ æóåõæó Çáúæóáöíøõ ÇáúÍóãöíÏõ [ÇáÔæÑì : 28]


Dialah yang menurunkan hujan setelah mereka berputus asa dan menyebarkan rahmatNya. Dan Dialah Maha Pelindung, Maha Terpuji (asy-Syura : 28)

Kemudian, sesungguhnya Allah- ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-ketika menyebutakan perihal turunnya hujan ini, Dia- ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- mengingatkan para hambaNya agar mereka mengingat akan adanya kebangkitan. Bahwa Dzat yang menurunkan hujan tersebut dan menghidupkan kembali bumi dengannya setelah kematiannya pastilah dapat,


(íõÍúíö ÇáúÚöÙóÇãó æóåöíó Ñóãöíãñ)


menghidupkan tulang belulang yang telah hancur luluh.
Dan, pasti mampu pula untuk membangkitkan manusia dari kubur mereka,


ÝóÇäúÙõÑú Åöáóì ÂËóÇÑö ÑóÍúãóÊö Çááøóåö ßóíúÝó íõÍúíöí ÇáúÃóÑúÖó ÈóÚúÏó ãóæúÊöåóÇ Åöäøó Ðóáößó áóãõÍúíöí ÇáúãóæúÊóì æóåõæó Úóáóì ßõáøö ÔóíúÁò ÞóÏöíÑñ [ÇáÑæã : 50]


Maka perhatikanlah bekas-bekas rahmat Allah, bagaimana Allah menghidupkan bumi setelah mati (kering). Sungguh, itu berarti Dia pasti (berkuasa) menghidupkan yang telah mati. Dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu (Ar-Rum : 50)

Maka, hendaklah kita bertakwa kepada Allah- ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- dan hendaknya kita mengingat-ingat peristiwa kebangkitan dari kubur. Hendaknya pandangan kita tidak seperti pandangan binatang, di mana mereka tidak memikirkan tentang persoalan ini, atau seperti pandangan kalangan Mulahidah, ateis, orang-orang yang tidak beriman kepada Allah- ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-. Ini buruk dan berbahaya. Sungguh, boleh jadi seseorang mengucapkan sepatah kata yang dimurkai Allah- ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- disebabkan karena kata-kata tersebut Allah - ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- melemparkannya ke dalam Neraka yang jaraknya lebih jauh ketimbang jarak antara timur dan barat sementara ia tidak mengetahuinya dan tidak menyadarinya. Karenanya, hendaklah kita menjaga ucapan-ucapan kita dan menjaga pula ulah lisan kita.

Wallahu A’lam

(Redaksi)

Sumber :
Inzal al-Mathar Min A’zhami al-Ayati ad-Dalati ‘Ala Qudratillah Wa Rahmatihi bi ‘Ibadihi, Dr. Shaleh bin Fauzan bin Abdullah al-Fauzan-ÍöÝóÙóåõ Çááåõ-. Dengan ringkasan dan sedikit tambahan.




Hikmah Al-Quran & Mutiara Hadits : index.php
Versi Online : index.php/?pilih=lihatannur&id=947