Artikel : Bulein Annur - Hikmah Al-Quran & Mutiara Hadits

Maha Berkuasa, Maha Perkasa

Jumat, 14 Oktober 22
ÇóáúÞóÇåöÑõ - ÇóáúÞóåøóÇÑõ
Maha Berkuasa, Maha Perkasa
**
Nama ÇóáúÞóåøóÇÑõ (al-Qahhaar, Maha Perkasa) di dalam al-Qur’an ada pada enam tempat, dan akan disebutkan nanti. Sedangkan nama ÇóáúÞóÇåöÑõ (al-Qaahir, Maha Berkuasa) ada pada dua tempat dalam al-Qur’an, keduanya adalah firman Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-berikut,


æóåõæó ÇáúÞóÇåöÑõ ÝóæúÞó ÚöÈóÇÏöåö æóåõæó ÇáúÍóßöíãõ ÇáúÎóÈöíÑõ [ÇáÃäÚÇã : 18]


Dialah Penguasa atas hamba-hamba-Nya, dan Dialah Yang Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui (al-An’am : 18)
Firman-Nya,


æóåõæó ÇáúÞóÇåöÑõ ÝóæúÞó ÚöÈóÇÏöåö æóíõÑúÓöáõ Úóáóíúßõãú ÍóÝóÙóÉð [ÇáÃäÚÇã : 61]


Dialah Penguasa mutlak di atas semua hamba-Nya, dan Dia mengutus kepadamu malaikat-malaikat penjaga (al-An’am : 61)

Al-Qahhaar adalah sebuah bentuk yang menunjukkan arti berlebih-lebihan yang berasal dari kata al-Qaahir. Keduanya bermakna berkuasa atas alam semesta dan tunduk kepada-Nya semua makhluk hidup. Seluruh materi dan unsur yang ada di alam atas dan alam bawah tunduk di bawah kekuasaan dan kehendak-Nya. Tidaklah tercipta sesuatu yang baru dan tidak pula berhenti sesuatu, melainkan dengan izin-Nya. Apa yang Dia kehendaki, maka akan terjadi dan apa yang tidak Dia kehendaki, maka tidak akan terjadi. Seluruh makhluk lemah dan butuh kepada Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-, mereka tidak memiliki bagi diri mereka masing-masing apa yang bermanfaat dan apa yang berbahaya, tidak pula memiliki kebaikan maupun keburukan. Keadaan-Nya-ÊóÈóÇÑóßó æóÊóÚóÇáóì- sebagai Maha Perkasa berkonsekwensi akan sempurnanya kehidupan-Nya, keperkasaan-Nya, dan kekuasaan-Nya.

Ketetapan sifat ini bagi Allah -ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-dihitung sebagai salah satu saksi akan keesaan-Nya, dan sebuah bukti dari sekian bukti keesaan-Nya dalam hal uluhiyah, dan bukti akan batilnya kesyirikan dan tandingan-tandingan.

Nama al-Qahhaar telah diterangkan pada enam tempat dalam Al-Qur’anul Karim, yang pada kesemuanya digabung dengan dua kata, Allah dan Al-Wahid (Maha Esa).

Tempat pertama, disebutkan dalam konteks kisah Nabi Yusuf-Úóáóíúåö ÇáÓøóáóÇãõ -yang mengungkapkan batilnya kesyirikan dan menjelaskan rusaknya kesyirikan tersebut dan kesesatan orang-orang yang berbuat syirik, seraya mengajak bicara dua shahabatnya ketika di dalam penjara.

Firman-Nya,


íóÇ ÕóÇÍöÈóíö ÇáÓøöÌúäö ÃóÃóÑúÈóÇÈñ ãõÊóÝóÑøöÞõæäó ÎóíúÑñ Ãóãö Çááøóåõ ÇáúæóÇÍöÏõ ÇáúÞóåøóÇÑõ (39) ãóÇ ÊóÚúÈõÏõæäó ãöäú Ïõæäöåö ÅöáøóÇ ÃóÓúãóÇÁð ÓóãøóíúÊõãõæåóÇ ÃóäúÊõãú æóÂÈóÇÄõßõãú ãóÇ ÃóäúÒóáó Çááøóåõ ÈöåóÇ ãöäú ÓõáúØóÇäò Åöäö ÇáúÍõßúãõ ÅöáøóÇ áöáøóåö ÃóãóÑó ÃóáøóÇ ÊóÚúÈõÏõæÇ ÅöáøóÇ ÅöíøóÇåõ Ðóáößó ÇáÏøöíäõ ÇáúÞóíøöãõ æóáóßöäøó ÃóßúËóÑó ÇáäøóÇÓö áóÇ íóÚúáóãõæäó (40) [íæÓÝ : 39 ¡ 40]


Wahai dua penghuni penjara, manakah yang lebih baik, tuhan-tuhan yang bermacam-macam itu ataukah Allah Yang Maha Esa lagi Mahaperkasa?
Apa yang kamu sembah selain Dia hanyalah nama-nama (berhala) yang kamu dan nenek moyangmu buat sendiri. Allah tidak menurunkan suatu keterangan apa pun yang pasti tentang hal (nama-nama) itu. Ketetapan (yang pasti benar) itu hanyalah milik Allah. Dia telah memerintahkan agar kamu tidak menyembah selain Dia. Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. (Yusuf : 39-40)

Beliau-Úóáóíúåö ÇáÓøóáóÇãõ -menjelaskan kepada keduanya akan batilnya kesyirikan dengan ucapannya, “tuhan-tuhan”, yakni yang lemah, yang tidak dapat memberi manfaat dan madharat, yang tidak dapat memberi dan tidak pula dapat mencegah, yang mana tuhan-tuahan itu bermacam-macam, baik berupa pepohonan, bebatuan, malaikat, orang-orang yang telah mati atau yang lainnya, “lebih baik atau Allah “ Yang memiliki sifat-sifat kesempurnaan dan keagungan, “Yang Maha Esa” pada Dzat-Nya, sifat-sifat dan perbuatan-perbuatan-Nya, tiada sekutu bagi-Nya, “Lagi Maha Perkasa” yang tunduk kepada keperkasaan dan kekuasaan-Nya segala sesuatu.

Tempat kedua, dalam konteks penjelasan batilnya apa yang diperbuat oleh orang-orang musyrik yang berupa peribadatan kepada patung-patung dan sekutu-sekutu, padahal semua itu tidak memiliki pada dirinya sendiri manfaat dan mudharat, dan mereka meninggalkan peribadatan kepada Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-Yang Maha Esa lagi Maha Perkasa serta mengikhlaskan agama hanya kepada-Nya.

Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-berfirman,


Þõáú ãóäú ÑóÈøõ ÇáÓøóãóÇæóÇÊö æóÇáúÃóÑúÖö Þõáö Çááøóåõ Þõáú ÃóÝóÇÊøóÎóÐúÊõãú ãöäú Ïõæäöåö ÃóæúáöíóÇÁó áóÇ íóãúáößõæäó áöÃóäúÝõÓöåöãú äóÝúÚðÇ æóáóÇ ÖóÑøðÇ Þõáú åóáú íóÓúÊóæöí ÇáúÃóÚúãóì æóÇáúÈóÕöíÑõ Ãóãú åóáú ÊóÓúÊóæöí ÇáÙøõáõãóÇÊõ æóÇáäøõæÑõ Ãóãú ÌóÚóáõæÇ áöáøóåö ÔõÑóßóÇÁó ÎóáóÞõæÇ ßóÎóáúÞöåö ÝóÊóÔóÇÈóåó ÇáúÎóáúÞõ Úóáóíúåöãú Þõáö Çááøóåõ ÎóÇáöÞõ ßõáøö ÔóíúÁò æóåõæó ÇáúæóÇÍöÏõ ÇáúÞóåøóÇÑõ [ÇáÑÚÏ : 16]


Katakanlah (Nabi Muhammad), “Siapakah Tuhan langit dan bumi?” Katakanlah, “Allah.” Katakanlah, “Pantaskah kamu menjadikan selain Dia sebagai pelindung, padahal mereka tidak kuasa mendatangkan manfaat maupun menolak mudharat bagi dirinya sendiri?” Katakanlah, “Apakah sama orang yang buta dengan orang yang dapat melihat? Atau, samakah kegelapan dengan cahaya? Atau, apakah mereka menjadikan sekutu-sekutu bagi Allah yang (diyakini) dapat menciptakan seperti ciptaan-Nya sehingga kedua ciptaan itu serupa menurut pandangan mereka?” Katakanlah, “Allah pencipta segala sesuatu dan Dialah Yang Maha Esa lagi Mahaperkasa.” (ar-Ra’du : 16)

Ibnu Sa’di-ÑóÍöãóåõ Çááåõ-berkata ketika menafsirkan ayat ini seraya menjelaskan sisi kandungan nama Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- al-Qaahir akan batilnya kesyirikan, maka sesungguhnya tidak ada keesaan dan kekuasaan, kecuali milik Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-semata. Adapun seluruh makhluk, di atas setiap makhluk pasti ada makhluk lain yang berkuasa, kemudian di atas makhluk yang berkuasa tersebut, ada lain lagi yang berkuasa yang lebih tinggi dari sebelumnya, hingga sampailah kekuasaan tersebut kepada Yang Maha Esa lagi Maha Perkasa. Oleh karena itu, kekuasaan dan keesaan adalah dua hal yang wajib selalu ada pada diri Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-semata. Jelaslah dengan dalil akan yang berkuasa bahwa apa saja yang diseru selain Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-, maka ia tidak memiliki sedikit pun kekuasaan untuk menciptakan makhluk. Dengan demikian, peribadatan kepada mereka adalah batil. [1]

Tempat ketiga, dalam konteks ancaman dengan kebinasaan dan turunnya bencana bagi orang-orang kafir musyrikin pada hari mereka berkumpul menghadap ke hadirat Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- Yang Maha Esa lagi Maha Perkasa dalam keadaan diikat dengan belenggu dari neraka, mereka mengenakan pakaian dari ter dan muka mereka ditutup oleh api neraka.

Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-berfirman,


íóæúãó ÊõÈóÏøóáõ ÇáúÃóÑúÖõ ÛóíúÑó ÇáúÃóÑúÖö æóÇáÓøóãóÇæóÇÊõ æóÈóÑóÒõæÇ áöáøóåö ÇáúæóÇÍöÏö ÇáúÞóåøóÇÑö (48) æóÊóÑóì ÇáúãõÌúÑöãöíäó íóæúãóÆöÐò ãõÞóÑøóäöíäó Ýöí ÇáúÃóÕúÝóÇÏö (49) ÓóÑóÇÈöíáõåõãú ãöäú ÞóØöÑóÇäò æóÊóÛúÔóì æõÌõæåóåõãõ ÇáäøóÇÑõ (50) áöíóÌúÒöíó Çááøóåõ ßõáøó äóÝúÓò ãóÇ ßóÓóÈóÊú Åöäøó Çááøóåó ÓóÑöíÚõ ÇáúÍöÓóÇÈö (51) [ÅÈÑÇåíã : 48 - 51]


(Yaitu) pada hari (ketika) bumi diganti dengan bumi yang lain (demikian pula) langit, dan mereka semuanya (di padang Mahsyar) berkumpul menghadap kehadirat Allah yang Maha Esa lagi Maha Perkasa. Dan kamu akan melihat orang-orang yang berdosa pada hari itu diikat bersama-sama dengan belenggu. Pakain mereka adalah dari pelangkin (ter) dan muka mereka ditiup oleh api neraka, agar Allah memberi balasan kepada setiap orang terhadap apa yang dia usahakan. Sungguh Allah Mahacepat perhitungannya.” (Ibrahim : 48-51)

Tempat keempat, dalam konteks pengakuan akan keesaan Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- dalam hal uluhiyah. Firman-Nya,


Þõáú ÅöäøóãóÇ ÃóäóÇ ãõäúÐöÑñ æóãóÇ ãöäú Åöáóåò ÅöáøóÇ Çááøóåõ ÇáúæóÇÍöÏõ ÇáúÞóåøóÇÑõ (65) ÑóÈøõ ÇáÓøóãóÇæóÇÊö æóÇáúÃóÑúÖö æóãóÇ ÈóíúäóåõãóÇ ÇáúÚóÒöíÒõ ÇáúÛóÝøóÇÑõ (66) [Õ : 65 ¡ 66]


Katakanlah (ya Muhammad) : “Sesungguhnya aku hanya seorang pemberi peringatan, dan sekali-kali tidak ada ilah selain Allah Yang Maha Esa dan Maha Mengalahkan. Rabb langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya Yang Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.” (Shad : 65-66)

Ibnu Sa’di-ÑóÍöãóåõ Çááåõ-bertutur dalam menafsirkan ayat tersebut. Ini adalah pengakuan akan uluhiyah-Nya dengan bukti yang jelas ini, dan Dia Maha Esa lagi Maha Berkuasa atas segala sesuatu. Karena sesungguhnya kekuasaan erat kaitannya dengan keesaan. Oleh kerena itu, selamanya tidak akan mungkin ada dua dzat yang perkasa yang setara dalam kekuasaannya. Dan Yang Maha berkuasa atas segala sesuatu adalah Yang Maha Esa yang tiada tandingannya, Dia semata yang berhak untuk diibadahi, sebagaimana Dia satu-satunya Yang Maha Berkuasa [2]

Tempat kelima, nama tersebut disebutkan dalam konteks penjelasan kesucian Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-dari kesyirikan. Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-berfirman,


æóÇáøóÐöíäó ÇÊøóÎóÐõæÇ ãöäú Ïõæäöåö ÃóæúáöíóÇÁó ãóÇ äóÚúÈõÏõåõãú ÅöáøóÇ áöíõÞóÑøöÈõæäóÇ Åöáóì Çááøóåö ÒõáúÝóì Åöäøó Çááøóåó íóÍúßõãõ Èóíúäóåõãú Ýöí ãóÇ åõãú Ýöíåö íóÎúÊóáöÝõæäó Åöäøó Çááøóåó áóÇ íóåúÏöí ãóäú åõæó ßóÇÐöÈñ ßóÝøóÇÑñ (3) áóæú ÃóÑóÇÏó Çááøóåõ Ãóäú íóÊøóÎöÐó æóáóÏðÇ áóÇÕúØóÝóì ãöãøóÇ íóÎúáõÞõ ãóÇ íóÔóÇÁõ ÓõÈúÍóÇäóåõ åõæó Çááøóåõ ÇáúæóÇÍöÏõ ÇáúÞóåøóÇÑõ (4) [ÇáÒãÑ : 3 ¡ 4]


Dan orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata) : “Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya. “ Sesungguhnya Allah akan memutuskan di antara mereka tentang apa yang mereka berselisih padanya. Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang pendusta dan sangat ingkar. Kalau sekiranya Allah hendak mengambil anak, tentu Dia akan memilih apa yang dikehendaki-Nya di antara ciptaan-ciptaan yang telah diciptakan-Nya. Dia-lah Allah Yang Maha Esa lagi Maha Mengalahkan.” (Az-Zumar : 3-4)

Tempat keenam, dalam konteks ancaman bagi kaum musyrikin pada hari dikumpulkannya mereka di hadapan Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- yang Maha Esa lagi Maha perkasa, tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi bagi-Nya dari amalan-amalan dan dzat-dzat mereka.

Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-berfirman,


íóæúãó åõãú ÈóÇÑöÒõæäó áóÇ íóÎúÝóì Úóáóì Çááøóåö ãöäúåõãú ÔóíúÁñ áöãóäö Çáúãõáúßõ Çáúíóæúãó áöáøóåö ÇáúæóÇÍöÏö ÇáúÞóåøóÇÑö (16) Çáúíóæúãó ÊõÌúÒóì ßõáøõ äóÝúÓò ÈöãóÇ ßóÓóÈóÊú áóÇ Ùõáúãó Çáúíóæúãó Åöäøó Çááøóåó ÓóÑöíÚõ ÇáúÍöÓóÇÈö (17)


(Yaitu) hari (ketika) mereka keluar (dari kubur), tiada suatu pun dari keadaan mereka yang tersembunyi bagi Allah. (Lalu Allah berfirman) : “Kepunyaan siapakah kerajaan pada hari ini “ Kepunyaan Allah Yang Maha Esa lagi Maha Mengalahkan. Pada hari ini tiap-tiap jiwa diberi balasan dengan apa yang diusahakannya. Tidak ada yang dirugikan pada hari ini. Sesungguhnya Allah amat cepat hisabnya.” (Ghafir : 16-17)

Firman-Nya dalam konteks ini, “Maha Perkasa” yakni bagi segenap makhluk, yang seluruh makhluk akan tunduk, rendah, dan patuh kepada-Nya, khususnya pada hari ketika wajah-wajah tunduk dengan penuh rendah diri kepada Yang Mahahidup kekal lagi terus-menerus mengurus makhluk-Nya.

Enam tempat tersebut dengan jelas menunjukkan akan keberkaitan antara dua nama Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-, yaitu Maha Esa dan Maha Perkasa. Tidak mungkin Maha Esa, kecuali Dia pasti Maha Perkasa dan tidak mungkin pula Maha Perkasa, kecuali Dia pasti Maha Esa. Hal tersebut tidak diragukan lagi menafikan sekutu dan membatalkan seluruh tandingan.

Ketika menyetujui makna ini, Ibnul Qayyim-ÑóÍöãóåõ Çááåõ-berkata, “Tidak mungkin Maha Perkasa, melainkan Dia pasti Maha Esa. Sebab, apabila ada tandingan lain bersamanya lalu dia tidak dapat mengalahkannya, maka dia tidak dapat dikatakan berkuasa secara mutlak dan seandainya dia dapat mengalahkannya, maka belum tentu dia dapat menandinginya. Sedangkan Yang Maha Perkasa Dia Maha Esa [3]

Dengan pengakuan dan pemaparan tersebut jelaslah keterkaitan antara tauhid (keesaan) dengan keimanan kepada nama Allah Al-Qahhaar, dan bahwasanya konsekwensi pengakuan akan keesaan-Nya dalam hal kekuasaan tersebut Dia juga diesakan dalam peribadatan. Dan dari sini pula dapat diketahui rusaknya kesyirikan. Sebab, bagaimana mungkin ciptaan yang terbuat dari tanah disamakan dengan Rabb segala sesuatu ?! Bagaimana mungkin seluruh makhluk yang berada di bawah kekuasaan-Nya disamakan dengan Allah Yang Maha Esa lagi Maha Perkasa ?! Mahatinggi Allah dari apa yang mereka sekutukan dan Mahasuci Allah dari apa yang mereka sifatkan.

Wallahu A’lam
(Redaksi)

Sumber :
Fikih Asmaul Husna, Prof. Dr. Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin al-'Abbad-ÍóÝöÙóåõ Çááåõ ÊóÚóÇáóì.

Catatan :
[1] Taisir Al-Karim Ar-Rahman, hal. 410
[2] Ibid. hal. 716
[3] Ash-Shawai’ Al-Mursalat, juz 3, hlm. 1032

Hikmah Al-Quran & Mutiara Hadits : index.php
Versi Online : index.php/?pilih=lihatannur&id=995