Artikel : aqidah Islam - Hikmah Al-Quran & Mutiara Hadits - ,

Prinsip-Prinsip Dasar Keimanan
oleh :

Langkah Dalam Merajut Syafa'at


Kita Butuh Pertolongan Allah Subhanahu Wa Ta’ala

Hari Kiamat, hari kebangkitan dan pembalasan amal merupakan hari yang diyakini oleh orang-orang yang beriman kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan hari Akhir. Mereka pun menyakini dan membenarkan berita yang Allah dan Rasul-Nya sampaikan tentang betapa dahsyatnya peristiwa yang bakal terjadi pada hari itu. Pada hari itu manusia lari dari saudaranya, dari ibu dan bapaknya, dari istri dan anak-anaknya. Setiap orang pada hari itu mempunyai urusan yang menyibukkannya. Sebagaimana firman-Nya:


áößõáøö ÇãúÑöÆò ãöäúåõãú íóæúãóÆöÐò ÔóÃúäñ íõÛúäöíåö


“Setiap orang dari mereka pada hari itu mempunyai urusan yang menyibukkannya.” (QS. ‘Abasa: 37).

Setiap diri disibukkan dengan dirinya sendiri, masing-masing diri memperhatikan dirinya sendiri untuk dapat selamat dari kedahsyatan di hari itu, tak seorang pun yang menoleh kepada orang lain. (Tafsir as-Sa’di, 1/911).

Jika demikian halnya, maka sungguh setiap orang sangat membutuhkan pertolongan agar ia selamat dari kedahsyatan apa yang terjadi pada hari tersebut. Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah Dzat satu-satunya yang dapat menolong kita, karena urusan pada hari itu berada di tangan-Nya:


íóæúãó áóÇ Êóãúáößõ äóÝúÓñ áöäóÝúÓò ÔóíúÆðÇ æóÇáúÃóãúÑõ íóæúãóÆöÐò áöáøóåö


“(Yaitu) hari (ketika) seseorang tidak berdaya sedikitpun untuk menolong orang lain. Dan segala urusan pada hari itu dalam kekuasaan Allah.” (QS. al-Infithar: 19).

Al-Qur’an Sebagai Jembatan

Bila demikian halnya, maka Al-Qur’an dapat menjadi salah satu jembatan yang menghubungkan kita kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala agar kita mendapatkan keselamatan dengan pertolongan-Nya pada hari itu. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:


ÇáÕøöíóÇãõ æóÇáúÞõÑúÂäõ íóÔúÝóÚóÇäö áöáúÚóÈúÏö íóæúãó ÇáúÞöíóÇãóÉö


“Puasa dan Al-Qur’an akan memberikan syafa’at bagi seorang hamba pada hari Kiamat.” (HR. Ahmad, no. 6626).

Al-Qur’an akan meminta izin kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk memberikan syafa’at, barulah kemudian al-Qur’an memberikan syafa’at atas izin Allah Subhanahu wa Ta’ala Dzat pemilik syafa’at. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Puasa dan al-Qur’an akan memberikan syafa’at kepada seorang hamba pada hari Kiamat,


íóÞõæúáõ ÇáúÞõÑúÂäõ: ÑóÈøö ãóäóÚúÊõåõ Çáäøóæúãó ÈöÇááøóíúáö ÝóÔóÝøöÚúäöíú Ýöíúåö ÝóíóÔúÝöÚóÇäö


“Al-Qur’an akan mengatakan, ‘Wahai Rabbku aku telah menghalanginya tidur di malam hari, maka izinkanlah aku untuk memberikan syafa’at kepadanya.’ Maka keduanya (puasa dan al-Qur’an) pun memberikan syafa’atnya.” (HR. al-Baihaqi di dalam Syu’abul Iman, no. 1994. Syaikh al-Albani menghukumi hadits ini shahih di dalam Shahih al-Jami’, hadits no. 3882).

Agar al-Qur’an memberikan syafa’at kepada kita dengan izin Allah Subhanahu wa Ta’ala pada hari Kiamat, maka berikut adalah beberapa hal yang hendaknya kita upayakan dengan sungguh-sungguh:

1. Pelajarilah al-Qur’an
Pelajarilah al-Qur’an bagaimana kita membacanya dengan baik sebagaimana yang diperintahkan. Pelajarilah pula makna dan kandungan setiap ayat-ayatnya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:


ÇÞúÑóÁõæúÇ ÇáúÞõÑúÂäó ÝóÅöäøóåõ íóÃúÊöú íóæúãó ÇáúÞöíóÇãóÉö ÔóÝöíúÚðÇ áöóÕúÍóÇÈöåö


“Bacalah Al Qur`an, karena ia akan datang memberi syafa’at kepada para pembacanya pada hari Kiamat.” (HR. Muslim no. 252).

Maka, pelajarilah al-Qur’an dengan baik, hendaknya kita mengikhlaskan niat dalam mempelajarinya.

2. Ajarkan al-Qur’an kepada orang lain
Mengajarkan al-Qur’an juga menjadi sebab al-Qur’an akan member syafa’at kepada kita. Dengan mengajarkan al-Qur’an kita menjadi termasuk sebaik-baik orang. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:


Îóíúõßõãú ãóäú ÊóÚóáøóãó ÇáúÞõÑúÂäó æóÚóáøóãóåõ


“Sebaik-baik kalian adalah orang yang belajar al-Qur’an dan mengajarkannya.” (HR. al-Bukhari no. 5027).

Ini adalah berita yang mengandung makna perintah. Seakan-akan beliau mengatakan, “Pelajarilah al-Qur’an lalu ajarkanlah kepada orang lain sehingga engkau menjadi termasuk sebaik-baik orang.”

3. Amalkan kandungan isinya
Mengamalkan al-Qur’an adalah salah satu maksud kita mempelajarinya. Al-Qur’an adalah ketetapan dan ketentuan Allah Subhanahu wa Ta’ala, maka tak ada pilihan bagi seorang muslim selain melaksanakannya. Siapa yang melaksanakan ketentuan-Nya dipastikan mendapat pertolongan-Nya.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:


æóãóÇ ßóÇäó áöãõÄúãöäò æóáóÇ ãõÄúãöäóÉò ÅöÐóÇ ÞóÖóì Çááøóåõ æóÑóÓõæáõåõ ÃóãúÑðÇ Ãóäú íóßõæäó áóåõãõ ÇáúÎöíóÑóÉõ ãöäú ÃóãúÑöåöãú æóãóäú íóÚúÕö Çááøóåó æóÑóÓõæáóåõ ÝóÞóÏú Öóáøó ÖóáóÇáðÇ ãõÈöíäðÇ


“Dan tidaklah pantas bagi laki-laki yang mukmin dan perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada pilihan (yang lain) bagi mereka tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguh dia telah tersesat, dengan kesesatan yang nyata.” (QS. al-Ahzab: 36).

4. Ikutilah petunjuk-petunjuknya
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:


ÇÊøóÈöÚõæÇ ãóÇ ÃõäúÒöáó Åöáóíúßõãú ãöäú ÑóÈøößõãú æóáóÇ ÊóÊøóÈöÚõæÇ ãöäú Ïõæäöåö ÃóæúáöíóÇÁó ÞóáöíáðÇ ãóÇ ÊóÐóßøóÑõæäó


“Ikutilah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu dan janganlah kamu ikuti selain Dia sebagai pemimpin. Sedikit sekali kamu mengambil pelajaran.” (QS. al-A’raf: 3).

Siapa yang mengikuti petunjuk al-Qur’an, niscaya ia akan selamat. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:


Ýóãóäö ÇÊøóÈóÚó åõÏóÇíó ÝóáóÇ íóÖöáøõ æóáóÇ íóÔúÞóì


“Barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka.” (QS. Thaha: 123).

5. Jadikanlah al-Qur’an sebagai pemutus perkara
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:


æóÃóäö ÇÍúßõãú Èóíúäóåõãú ÈöãóÇ ÃóäúÒóáó Çááøóåõ æóáóÇ ÊóÊøóÈöÚú ÃóåúæóÇÁóåõãú æóÇÍúÐóÑúåõãú Ãóäú íóÝúÊöäõæßó Úóäú ÈóÚúÖö ãóÇ ÃóäúÒóáó Çááøóåõ Åöáóíúßó ÝóÅöäú ÊóæóáøóæúÇ ÝóÇÚúáóãú ÃóäøóãóÇ íõÑöíÏõ Çááøóåõ Ãóäú íõÕöíÈóåõãú ÈöÈóÚúÖö ÐõäõæÈöåöãú æóÅöäøó ßóËöíÑðÇ ãöäó ÇáäøóÇÓö áóÝóÇÓöÞõæäó


“Dan hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka. Dan waspadalah terhadap mereka, jangan sampai mereka memperdaya kamu terhadap sebagian apa yang telah diturunkan Allah kepadamu.” (QS. al-Maidah: 49).

Siapa yang memutuskan perkara atau berhukum dengan al-Qur’an niscaya keputusannya adalah adil, sebagaimana dikatakan Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu. Adil, baik keputusan hukum tersebut dalam hal pemutusan perkara yang terjadi di antara manusia, ataupun hukum tersebut merupakan hukum yang bersifat mutlak. Maka, barangsiapa yang mengatakan bahwa bangkai itu haram (dikonsumsi), maka ia telah adil. Barangsiapa yang mengatakan bahwa wajib berlaku adil terhadap para istri, maka ia telah adil, karena hal tersebut merupakan ketentuan hukum yang ada dalam al-Qur’an. (Syarah Muqaddimah at-Tafsir, 1/8).

Jika keadilan yang ditegakkan niscaya hakikat keselamatan akan didulang baik di dunia maupun di akhirat. Wallahu A’lam. (Abu Umair bin Syakir).

Hikmah Al-Quran & Mutiara Hadits : index.php
Versi Online : index.php/?pilih=indexaqidah&id=1§ion=aq001