Artikel : Hikmah Al-Quran & Mutiara Hadits
Bertauhid kepada Allah Menyangkut Do’a-Do’a Permohonan Dan Permintaan (III)
Kamis, 05 September 13

Seorang hamba tidak diperkenankan mengalihkan do`a kepada selain Allah, baik kepada manusia, malaikat, jin, binatang dan benda-benda, baik benda-benda yang ada di atas seperti matahari, bulan dan bintang-bintang, atau benda-benda yang ada di bawah, seperti pohon, batu, candi-candi dan patung-patung yang menggambarkan suatu kekuatan tertentu. Baik makhluk hidup maupun mati, yang tampak maupun yang tidak tampak, baik hanya menyembah kepada benda-benda itu tanpa Allah atau menyekutukan Allah dengan benda-benda itu.

Maka, barangsiapa berdo`a dengan mengalihkan kepada selain Allah meskipun hanya sedikit, maka ia telah melakukan perbuatan syirik besar. Karena berarti ia telah menyekutukan Allah dengan menyertakan berdoa kepada selain-Nya. Allah berfirman,


æóãóä íóÏúÚõ ãóÚó Çááåö ÅöáóåðÇ ÁóÇÎóÑó áÇóÈõÑúåóÇäó áóåõ Èöåö ÝóÅöäóøãóÇ ÍöÓóÇÈõåõ ÚöäÏó ÑóÈöøåö Åöäóøåõ áÇóíõÝúáöÍõ ÇáúßóÇÝöÑõæäó {117}

“Dan barangsiapa menyembah ilah yang lain di samping Allah, padahal tidak ada suatu dalil pun baginya tentang itu, maka sesungguhnya perhitungannya di sisi Rabbnya. Sesungguhnya orang-orang yang kafir itu tiada beruntung.” (al-Mukminun: 117).

Yang demikian itu merupakan perbuatan syirik besar dan paling buruk. Allah mengkafirkan orang-orang musyrik yang melakukan perbuatan itu, meskipun dengan alasan bahwa benda-benda itu sebagai wasilah (perantara) antara dirinya dengan Allah, atau untuk mendekatkan diri kepada-Nya, atau dengan alasan sebagai syafa’at selain Allah, atau dengan alasan sebagai pintu untuk meminta hajatnya kepada Allah ta'ala. Semua itu adalah perbuatan-perbuatan jahiliyah, penyembah berhala, patung-patung dan tuhan-tuhan mereka seperti ‘Uza, Lata, Manat dan lain sebagainya. Al Qur’an menepis anggapan itu dalam firman-Nya,


æóíóÚúÈõÏõæäó ãöäú Ïõæäö Çááåö ãóÇáÇóíóÖõÑõøåõãú æóáÇóíóäÝóÚõåõãú æóíóÞõæáõæäó åóÇÄõáÂÁö ÔõÝóÚóÇÄõäóÇ ÚöäÏó Çááåö Þõáú ÃóÊõäóÈöøÆõæäó Çááåó ÈöãóÇ áÇóíóÚúáóãõ Ýöí ÇáÓóøãóÇæóÇÊö æóáÇóÝöí ÇúáÃóÑúÖö ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì ÚóãóøÇ íõÔúÑößõæäó {18}

“Dan mereka menyembah selain daripada Allah apa yang tidak dapat mendatangkan kemudharatan kepada mereka dan tidak pula kemanfa'atan, dan mereka berkata, “Mereka itu adalah pemberi syafa'at kepada kami di sisi Allah.” Katakanlah, “Apakah kamu mengabarkan kepada Allah apa yang tidak diketahui-Nya di langit dan tidak (pula) di bumi.” Maha Suci Allah dan Maha Tinggi dari apa yang mereka mempersekutukan (itu).” (Yunus: 18).



ÊóäÒöíáõ ÇáúßöÊóÇÈö ãöäó Çááåö ÇáúÚóÒöíÒö ÇáúÍóßöíãö {1} Åöäóø ÃóäÒóáúäó Åöáóíúßó ÇáúßöÊóÇÈó ÈöÇáúÍóÞöø ÝóÇÚúÈõÏö Çááåó ãõÎúáöÕðÇ áóøåõ ÇáÏöøíäó {2} ÃóáÇó áöáóøåö ÇáÏöøíäõ ÇáúÎóÇáöÕõ æóÇáóøÐöíäó ÇÊóøÎóÐõæÇ ãöä Ïõæäöåö ÃóæúáöíóÂÁó ãóÇäóÚúÈõÏõåõãú ÅöáÇóø áöíõÞóÑöøÈõæäó Åöáóì Çááåö ÒõáúÝóì Åöäóø Çááåó íóÍúßõãõ Èóíúäóåõãú Ýöí ãóÇåõãú Ýöíåö íóÎúÊóáöÝõæäó Åöäóø Çááåó áÇóíóåúÏöí ãóäú åõæó ßóÇÐöÈñ ßóÝóøÇÑñ {3}

“Kitab (al-Qur'an ini) diturunkan oleh Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Sesungguhnya Kami menurunkan kepadamu Kitab (al-Qur'an) dengan (membawa) kebenaran. Maka sembahlah Allah dengan memurnikan keta'atan kepada-Nya. Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik). Dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata), “Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya.” Sesungguhnya Allah akan memutuskan di antara mereka tentang apa yang mereka berselisih padanya. Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang pendusta dan sangat ingkar.” (az-Zumar: 1-3).

Bahkan Allah ta'ala menganggapnya sebagai perbuatan syirik yang sangat Dia ingkari terhadap orang-orang Nasrani:


ÇöÊóøÎóÐõæúÇ ÃóÍúÈóÇÑóåõãú æóÑõåúÈóÇäóåõãú ÃóÑúÈóÇÈðÇ ãöäú Ïõæúäö Çááåö ..... {31}

“Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib mereka sebagai rabb-rabb selain Allah.” (at-Taubah: 31).

Di samping itu masih banyak ayat-ayat yang menjelaskan, bahwa berdo`a kepada selain Allah atau berdo`a kepada-Nya dengan menyertakan sembahan yang lain adalah perbuatan syirik besar, yang tidak akan diampuni Allah melainkan dengan taubat dan merealisasikan tauhid.

Oleh karenanya, berdo`a kepada selain Allah merupakan perbuatan yang memusuhi do`a.

Betapa banyak orang yang memusuhi dan melanggar hak Allah di dalam do`a, menyia-nyiakan makna ubudiyah (penghambaan kepada Allah), konsekwensi Rububiyyah, bahkan merupakan pengaduan manusia kepada makhluk dan menyerupakan Allah dengan para makhluk serta menjadikan sekutu bagi-Nya.

Betapa banyak bahaya do`a kepada selain Allah atas pemohon do`a yang akan ditanggungnya, seperti kehinaan, kerugian, pekerjaan yang sia-sia dan terjauhkan dari surga serta kekal di dalam neraka, Allah berfirman,


áóÞóÏú ßóÝóÑó ÇáóøÐöíäó ÞóÇáõæÇ Åöäóø Çááåó åõæó ÇáúãóÓöíÍõ ÇÈúäõ ãóÑúíóãó æóÞóÇáó ÇáúãóÓöíÍõ íóÇÈóäöì ÅöÓúÑóÇÁöíáõ ÇÚúÈõÏõæÇ Çááåó ÑóÈöøí æóÑóÈóøßõãú Åöäóøåõ ãóä íõÔúÑößú ÈöÇááåö ÝóÞóÏú ÍóÑóøãó Çááåõ Úóáóíúåö ÇáúÌóäóøÉó æóãóÃúæóÇåõ ÇáäóøÇÑõ æóãóÇáöáÙóøÇáöãöíäó ãöäú ÃóäÕóÇÑò {72}

“Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zhalim itu seorang penolong pun.” (al-Ma’idah: 72).

Betapa banyak bahaya berdo`a kepada selain Allah atas makhluq yang dijadikan sebagai sembahan, jika ia adalah seorang yang salih, karena hal itu berarti telah menyakiti dan menzhaliminya.

Betapa hal itu akan mendatangkan bahaya bagi kesatuan umat dan jamaah, sebagaimana firman Allah:


ÅöäóøãóÇ íõÑöíÏõ ÇáÔóøíúØóÇäõ Ãóä íõæÞöÚó Èóíúäóßõãõ ÇáúÚóÏóÇæóÉó æóÇáúÈóÛúÖóÂÁó Ýöí ÇáúÎóãúÑö æóÇáúãóíúÓöÑö æóíóÕõÏóøßõãú Úóä ÐößúÑö Çááåö æóÚóäö ÇáÕóøáÇóÉö Ýóåóáú ÃóäÊõã ãõøäÊóåõæä ó{91}

“Sesungguhnya setan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian.” (al-Ma’idah: 91).

Maka, barangsiapa yang menggantungkan hatinya kepada selain Allah niscaya ia termasuk dalam kelompok orang-orang yang merugi.

Keikhlasan dalam beragama hanya untuk Allah semata adalah dengan cara meninggalkan do`a kepada selain Allah, waspada dan saling memberi nasihat serta mengingkari siapa saja yang melakukan perbuatan munkar itu.

Jika seseorang mengetahui ada yang melakukan perbuatan syirik itu, hendaknya diberikan penjelasan kepadanya tentang hukum perbuatan yang ia lakukan itu yang diperkuat dengan dalil. Jika bertaubat dan berhenti melakukan syirik, maka alhamdulillah, karena bertaubat dapat menyebabkan ampunan. Namun, jika membantah dan bersikap sombong maka ia dihukumi sebagai orang kafir, meskipun ia melakukan shalat, mengeluarkan zakat, berpuasa dan menunaikan haji serta mengaku dirinya muslim. Maka tidak pantas baginya untuk dipergauli. Tidak boleh tinggal (hidup) bersamanya, kecuali bagi orang yang mengajaknya kepada kebenaran dan tauhid serta mengharap taubatnya. Ia pun tidak boleh dinikahi atau dinikahkan, tidak boleh memakan hewan sembelihannya, meskipun dia menyembelihnya dengan menyebut nama Allah, tidak boleh dido`akan, hubungan dengan istrinya pun harus dipisah. Jika ia mati, ia tidak layak untuk dishalatkan dan tidak mendapatkan tempat di kuburan orang-orang muslim, hartanya tidak diwariskan, bahkan diserahkan kepada baitul mal. Tidak boleh shalat berma`mum kepadanya, sampai ia mengikrarkan taubat kepada Allah ta'ala, berdo`a dan beribadah dengan tulus hanya kepada Allah semata.

[Sumber: Dinukil dari kitab Tashhîh ad-Du’â`, karya Syaikh Bakar bin Abdullah Abu Zaid, dengan edisi indonesia berjudul Koreksi Zikir]
Hikmah Al-Quran & Mutiara Hadits : index.php
Versi Online : index.php/?pilih=lihatdoa&id=508