Artikel : Hikmah Al-Quran & Mutiara Hadits
Ucapan, “Sesungguhnya Allah Berada Di Setiap Tempat (Di Mana-Mana)”
Jumat, 02 April 04

Tanya :

Saya teringat sebuah kisah di salah satu stasiun radio saat salah seorang anak bertanya kepada ayahnya tentang Allah, lalu sang ayah menjawab bahwa Allah berada di setiap tempat (di mana-mana). Pertanyaan yang ingin saya ajukan, “Bagaimana hukum syari’at terhadap jawaban yang seperti ini?”

Jawab :

Itu adalah jawaban yang batil dan termasuk ucapan ahli bid’ah seperti Jahmiyyah, Mu’tazilah dan orang yang sejalan dengan madzhab mereka.
Jawaban yang tepat dan sesuai dengan manhaj Ahlussunnah wal Jama’ah adalah bahwa Allah Ta’ala berada di langit, di ‘Arasy, di atas seluruh makhluk-Nya dan ilmu-Nya meliputi semua tempat sebagaimana yang didukung oleh ayat-ayat Al-Qur’an, hadits-hadits Nabi dan ijma’ ulama Salaf. Di dalam Al-Qur’an, Allah berfirman,
“Sesungguhnya Rabb kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas 'Arsy.” (Al-A’raf: 54).

Hal ini ditegaskan oleh Allah dengan mengulang-ulangnya dalam enam ayat yang lain di dalam kitab-Nya.
Makna istiwa’ menurut Ahlussunnah adalah tinggi dan naik di atas ‘Arasy sesuai dengan keagungan Allah Ta’ala, tidak ada yang mengetahui caranya selain-Nya. Hal ini sebagaimana ucapan Imam Malik Rahimahullaah ketika ditanya tentang hal itu,

ÇóáÇöÓúÊöæóÇÁõ ãóÚúáõæúãñ¡ æóÇáúßóíúÝõ ãóÌúåõæúáñ¡ æóÇúáÅöíúãóÇäõ Èöåö æóÇÌöÈñ¡ æóÇáÓøóÄõÇáõ Úóäúåõ ÈöÏúÚóÉñ.

“(Yang namanya) Istiwa’ itu sudah dimaklumi sedangkan caranya tidak diketahui, beriman dengannya adalah wajib dan bertanya tentangnya adalah bid’ah.”

Yang dimaksud oleh beliau adalah bertanya tentang bagaimana caranya. Ucapan semakna berasal pula dari syaikh beliau, Rabi’ah bin Abdurrahman. Demikian juga sebagaimana yang diriwayatkan dari Ummu Salamah Radhiallaahu anhuma. Ucapan semacam ini adalah pendapat seluruh Ahlussunnah; para shahabat dan para tokoh ulama Islam setelah mereka.

Allah telah menginformasikan dalam ayat-ayat yang lain bahwa Dia berada di langit dan di ketinggian, seperti dalam firman-firman-Nya:
Maka putusan (sekarang ini) adalah pada Allah Yang Maha Tinggi lagi Maha Besar.” (Ghafir: 12).
“Kepada-Nyalah naik perkataan-perkataan yang baik dan amal yang shalih dinaikkan-Nya.” ( Fathir: 10).
“Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.” (Al-Baqarah: 255).

“Apakah kamu merasa terhadap Allah yang di langit bahwa Dia menjungkir balikkan bumi bersama kamu, sehingga dengan tiba-tiba bumi itu bergoncang, atau apakah kamu merasa aman terha-dap Allah yang di langit bahwa Dia akan mengirimkan badai yang berbatu. Maka kelak kamu akan mengetahui bagaimana (akibat mendustakan) peringatan-Ku.” (Al-Mulk: 16-17).

Allah telah menjelaskan secara gamblang dalam banyak ayat di dalam kitab-Nya yang mulia bahwa Dia berada di langit, di ketinggian dan hal ini selaras dengan indikasi ayat-ayat seputar ‘istiwa’’.

Dengan demikian, diketahui bahwa perkataan ahli bid’ah bahwa Allah Ta’ala berada di setiap tempat (di mana-mana) tidak lain adalah sebatil-batil perkataan. Ini pada hakikatnya adalah madzhab ‘al-Hulul’ (semacam re-inkarnasi-penj.) yang diada-adakan dan sesat bahkan merupakan kekufuran dan pendustaan terhadap Allah Ta’ala serta pendustaan terhadap Rasul-Nya Shalallaahu alaihi wasalam di mana secara shahih bersumber dari beliau menyatakan bahwa Rabb-nya berada di langit, seperti sabda beliau,

ÃóáÇó ÊóÃúãóäõæúäöíú æóÃóäóÇ Ãóãöíúäõ ãóäú Ýöí ÇáÓøóãóÇÁö¿

“Tidakkah kalian percaya kepadaku padahal aku ini adalah amin (orang kepercayaan) Dzat Yang berada di langit?”( Shahih Al-Bukhari, kitab Al-Maghazy, no. 4351; Shahih Muslim, kitab Az-Zakah, no. 144, 1064.)

Demikian pula yang terdapat di dalam hadits-hadits tentang Isra’ dan Mi’raj serta selainnya.
( Majalah ad-Da’wah, vol.1288, Fatwa Syaikh Ibnu Baz. )

Hikmah Al-Quran & Mutiara Hadits : index.php
Versi Online : index.php/?pilih=lihatfatwa&id=645