Artikel : Hikmah Al-Quran & Mutiara Hadits
Bagaimana hukum memperlihatkan kegembiraan pada hari Idul Fithr dan Adhha, malam tanggal 27 Rajab, malam nishfu Sya'ban dan malam Asyura'?
Sabtu, 27 Maret 04

Tanya :

Bagaimana hukum memperlihatkan kegembiraan pada hari Idul Fithr dan Adhha, malam tanggal 27 Rajab, malam nishfu Sya'ban dan malam Asyura'?

Jawab :

Memperlihatkan kegembiraan dan kesenangan pada hari Idul-Fithr dan Adhha tidak apa-apa, selagi masih dalam batasan syari'at, seperti menyuguhkan makan dan minum dan lain-lainnya. Telah diriwayatkan dari Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam, bahwa beliau berkata: "Hari-hari tasyriq adalah hari-hari makan dan minum serta dzikir kepada Allah Azza wa Jalla." Pada tiga hari tasyriq sesudah Idul Adhha dan juga pada hari Idul Adhha, orang-orang menyembelih korban dan menikmati dari daging korbannya. Mereka menikmati karunia Allah yang datang kepada mereka pada saat itu. Begitu pula pada Idul-Fithr, yang pada saat itu diperbolehkan memperlihatkan kegembiraan dan kesenangan, asalkan tidak melanggar syariat Allah. Sedangkan memperlihatkan kegembiraan pada malam duapuluh tujuh Rajab atau pada malam nishfu Sya'ban atau pada hari Asyura', tidak ada landasannya sama sekali dan dilarang. Apabila seseorang diundang untuk menghadiri penyelenggaraan-penyelenggaraannya, maka sebaiknya ditolak saja. Sebab itu bisa dikategorikan sebagai bid'ah, dan setiap bid'ah adalah kesesatan. Sedangkan pada tanggal malam tujuh belas Rajab, orang-orang menganggapnya sebagai malam mi'raj Rasullullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. Hal ini tidak pernah disebutkan dari sisi sejarah. Segala sesuatu yang tidak disebutkan berarti bathil, dan sesuatu yang didasarkan pada hal batil adalah batil. Kalaupun diperkirakan bahwa ketetapan malam mi'raj adalah malam tanggal duapuluh tujuh Rajab, tetap saja tidak dibolehkan menyelenggarakan hal-hal baru, berupa syi'ar-syi'ar perayaan atau macam-macam ibadah. Sebab hal itu tidak pernah disebutkan dari Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam dan para sahabatnya. Andaikata perayaan ini tidak pernah diriwayatkan oleh para sahabat, padahal mereka adalah orang-orang yang paling bersemangat mengikuti sunnah dan syari'at beliau, maka bagaimana mungkin kita menciptakan hal-hal baru yang tidak pernah ada pada jaman Nabi? Sedangkan tentang hari Asyura', Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam pernah ditanya tentang puasanya. Maka beliau menjawab, "Ia menghapus (dosa) tahun yang lalu." Pada hari itu tidak ada perayaan dan tidak ada sedikitpun syi'ar perayaan ataupun syi'ar kesedihan. Memperlihatkan kesedihan dan kegembiraan pada hari ini bertentangan dengan sunnah. Tidak pernah disebutkan dari beliau pada hari ini kecuali puasa. Itupun beliau memerintahkan agar kita berpuasa sehari sebelum atau sesudahnya, agar kita bertentangan dengan orang Yahudi yang berpuasa pada hari Asyura' saja. Sumber: Majmu' Fatawa wa Rasa'il Fadhilatisy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimain.

Hikmah Al-Quran & Mutiara Hadits : index.php
Versi Online : index.php/?pilih=lihatfatwa&id=73