Artikel : Kajian Islam - Hikmah Al-Quran & Mutiara Hadits - ,

Pendidikan Anak Dalam Islam
oleh :

Allah telah menunjuki Ahlus Sunnah wal Jama’ah kepada perkataan yang baik sehingga mereka berada di tengah antara yang sangat kurang dan berlebihan.

Mereka menetapkan takdir dengan empat tingkatannya, yaitu: ilmu (pengetahuan Allah), pencatatan, kehendak Allah dan penciptaan. Mereka membedakan antara iradah kauniyah qadariyah, yakni kehendak Allah, dan iradah syar’iyah yang berupa taklif (beban tugas) yang di antara tuntutannya adalah kecintaan. Mereka mengatakan: Dalam kekuasaan Allah terkadang ada sesuatu yang terjadi yang tidak dikehendaki-Nya secara syari’at dan tidak diridhai-Nya, seperti kekufuran, kesyirikan dan dosa-dosa lainnya, akan tetapi dalam kekuasaan-Nya tidak ada kejadian yang di luar kehendak-Nya.

Allah Subhaanahu Wata'ala berfirman,

æóÇáóøÐöíäó ßóÐóøÈõæÇ ÈöÂíóÇÊöäóÇ Õõãñø æóÈõßúãñ Ýöí ÇáÙõøáõãóÇÊö ãóäú íóÔóÅö Çááóøåõ íõÖúáöáúåõ æóãóäú íóÔóÃú íóÌúÚóáúåõ Úóáóì ÕöÑóÇØò ãõÓúÊóÞöíãò

“Barangsiapa yang dikehendaki Allah (kesesatannya), niscaya disesatkan-Nya. Dan barangsiapa yang dikehendaki Allah (untuk mendapat petunjuk), Niscaya Dia menjadikannya berada di atas jalan yang lurus.” (Al-An’am: 39).

Dalam ayat lain disebutkan,
Ýóãóäú íõÑöÏö Çááóøåõ Ãóäú íóåÏöíóåõ íóÔúÑóÍú ÕóÏúÑóåõ áöáúÅöÓúáóÇãö æóãóäú íõÑöÏú Ãóäú íõÖöáóøåõ íóÌúÚóáú ÕóÏúÑóåõ ÖóíöøÞðÇ ÍóÑóÌðÇ ßóÃóäóøãóÇ íóÕóøÚóøÏõ Ýöí ÇáÓóøãóÇÁö [ÇáÃäÚÇã/125]
“Barangsiapa yang Allah menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya Dia melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) Islam. Dan barangsiapa yang dikehendaki Allah kesesatannya, niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit, seolah-olah ia sedang mendaki ke langit.” (Al-An’am: 125).

Pemberian hidayah dan penyesatan hanya ada di tangan Allah, namun kehendak-Nya untuk menyesatkan tidak terjadi keridhaan dan kecintaan-Nya terhadap hal itu.

Dalam ayat lain disebutkan,
Åöäú ÊóßúÝõÑõæÇ ÝóÅöäóø Çááóøåó Ûóäöíñø Úóäúßõãú æóáóÇ íóÑúÖóì áöÚöÈóÇÏöåö ÇáúßõÝúÑó [ÇáÒãÑ/7]
“Jika kamu kafir maka sesungguhnya Allah tidak memerlukan (iman)mu dan Dia tidak meridhai kekafiran bagi hamba-Nya; dan jika kamu bersyukur, niscaya Dia meridhai bagimu kesyukuranmu itu.” (Az-Zumar: 7).

Jadi, Allah tidak ridha terhadap kekufuran para hamba-Nya, walaupun dengan kehendak-Nya hal itu terjadi dalam lingkup ciptaan-Nya.

Allah Subhaanahu Wata'ala berfirman,
ÝóÅöäú ÊóÑúÖóæúÇ Úóäúåõãú ÝóÅöäóø Çááóøåó áóÇ íóÑúÖóì Úóäö ÇáúÞóæúãö ÇáúÝóÇÓöÞöíäó [ÇáÊæÈÉ/96]
“Tetapi jika sekiranya kamu ridha terhadap mereka, maka sesungguhnya Allah tidak ridha kepada orang-orang yang fasik itu.” (At-Taubah: 96). Allah tidak ridha terhadap orang-orang fasik, akan tetapi kefasikan yang mereka perbuat itu terjadi karena kehendak Allah Subhaanahu Wata'ala.

Allah Subhaanahu Wata'ala berfirman,
íóÓúÊóÎúÝõæäó ãöäó ÇáäóøÇÓö æóáóÇ íóÓúÊóÎúÝõæäó ãöäó Çááóøåö æóåõæó ãóÚóåõãú ÅöÐú íõÈóíöøÊõæäó ãóÇ áóÇ íóÑúÖóì ãöäó ÇáúÞóæúáö æóßóÇäó Çááóøåõ ÈöãóÇ íóÚúãóáõæäó ãõÍöíØðÇ [ÇáäÓÇÁ/108]
“mereka bersembunyi dari manusia, tetapi mereka tidak bersembunyi dari Allah, padahal Allah beserta mereka, ketika pada suatu malam mereka menetapkan keputusan rahasia yang Allah tidak ridhai. Dan adalah Allah Maha Meliputi (ilmu-Nya) terhadap apa yang mereka kerjakan.
.”
(An-Nisa’: 108) Keputusan yang mereka tetapkan itu tidak diridhai Allah akan tetapi terjadi dengan kehendak Allah Subhaanahu Wata'ala walaupun Allah tidak menyukai dan tidak meridhainya.

Ahlus Sunnah pun menyatakan adanya kehendak manusia dan kemampuan hamba untuk memilih, akan tetapi bukan merupakan kekuasaan dan kemampuan yang mutlak, namun terliputi oleh kekuasaan Allah Subhaanahu Wata'ala dan berdasarkan kehendak-Nya, dan bahwa kriteria beban tugas dicerminkan dalam akal, kemampuan dan sampainya hujjah.

Allah Subhaanahu Wata'ala berfirman,

æóÊöáúßó ÇáúÌóäóøÉõ ÇáóøÊöí ÃõæÑöËúÊõãõæåóÇ ÈöãóÇ ßõäúÊõãú ÊóÚúãóáõæäó

“Dan itulah surga yang diwariskan kepada kamu disebabkan amal-amal yang dahulu kamu kerjakan.” (Az-Zukhruf: 72).

Dalam ayat lain disebutkan,

æóÐõæÞõæÇ ÚóÐóÇÈó ÇáúÎõáúÏö ÈöãóÇ ßõäúÊõãú ÊóÚúãóáõæäó

“Dan rasakanlah siksa yang kekal, disebabkan apa yang selalu kamu kerjakan.” (As-Sajdah: 14).

Kedua ayat ini dengan jelas menyatakan bahwa perbuatan dan usaha hamba dipikulkan kepadanya, dan bahwa seorang hamba mempunyai kemampuan terhadap amal perbuatannya, sehingga dengan kehendaknya ia bisa mendapat ganjaran pahala atau balasan siksa yang sesuai.

Allah Subhaanahu Wata'ala berfirman,

æóãóÇ ÊóÔóÇÁõæäó ÅöáóøÇ Ãóäú íóÔóÇÁó Çááóøåõ ÑóÈõø ÇáúÚóÇáóãöíäó

“Dan kamu tidak dapat menghendaki (menempuh jalan itu) kecuali apabila dikehendaki Allah, Rabb semesta alam.” (At-Takwir: 29).

Ayat ini menjelaskan bahwa kehendak hamba itu tidak bersifat mutlak, akan tetapi dalam bingkai kehendak Allah Subhaanahu Wata'ala, jadi itu merupakan bagian dari kekuasaan-Nya.

Allah Subhaanahu Wata'ala berfirman,
æóÇÚúáóãõæÇ Ãóäóø Çááóøåó íóÍõæáõ Èóíúäó ÇáúãóÑúÁö æóÞóáúÈöåö [ÇáÃäÝÇá/24]
“Dan ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah membatasi antara manusia dan hatinya.” (Al-Anfal: 24).

Yakni, seorang hamba tidaklah beriman dan tidak pula kufur kecuali dengan seizin-Nya, karena itulah dalam do’a Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mengucapkan,

Çóááøåõãóø ãõÕóÑöøÝó ÇáúÞõáõæúÈö ÕóÑöøÝú ÞõáõæúÈóäóÇ Åöáóì ØÇóÚÊößó.

“Ya Allah yang mencendrungkan hati, cendrungkanlah hati kami untuk taat kepada-Mu.”

Allah Subhaanahu Wata'ala berfirman,
áóÇ íõßóáöøÝõ Çááóøåõ äóÝúÓðÇ ÅöáóøÇ æõÓúÚóåóÇ [ÇáÈÞÑÉ/286]
“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.” (Al-Baqarah: 286).

Yakni bahwa Allah tidak membebani seorang hamba di luar batas kemampuannya. Ini merupakan kelembutan dan belas kasih serta kebaikan Allah terhadap makhluk-Nya. Maka orang gila yang tidak dapat mencerna beban tugas (taklif) dan orang jahil yang tidak mengetahui ilmu serta orang yang dipaksa sehingga tidak dapat memilih, tidaklah termasuk golongan yang diberlakukan tuntutan tugas (taklif).

Allah Subhaanahu Wata'ala berfirman,
æóãóÇ ßõäóøÇ ãõÚóÐöøÈöíäó ÍóÊóøì äóÈúÚóËó ÑóÓõæáðÇ [ÇáÅÓÑÇÁ/15]
“Dan Kami tidak akan mengadzab sebelum Kami mengutus seorang rasul.” (Al-Isra’: 15).

Ayat ini menunjukkan keadilan Allah Subhaanahu Wata'ala, bahwa Allah tidak akan mengadzab seorang pun kecuali setelah ditegakkannya hujjah, yaitu dengan mengutus para rasul kepada kaumnya.

Allah Subhaanahu Wata'ala berfirman,
æóÃõæÍöíó Åöáóíóø åóÐóÇ ÇáúÞõÑúÂóäõ áöÃõäúÐöÑóßõãú Èöåö æóãóäú ÈóáóÛó [ÇáÃäÚÇã/19]
“Dan Al-Qur’an ini diwahyukan kepadaku supaya dengannya aku memberi peringatan kepadamu dan kepada orang-orang yang sampai Al-Qur’an (kepadanya).” (Al-An’am: 19),

Jadi Al-Qur’an itu sebagai peringatan bagi setiap yang telah sampai kepadanya, sehingga barangsiapa yang Al-Qur’an sampai kepadanya seolah-olah ia telah bertemu dengan Nabi shallallohu 'alaihi wasallam.

Allah Subhaanahu Wata'ala berfirman,
æóÇááóøåõ ÃóÎúÑóÌóßõãú ãöäú ÈõØõæäö ÃõãóøåóÇÊößõãú áóÇ ÊóÚúáóãõæäó ÔóíúÆðÇ æóÌóÚóáó áóßõãõ ÇáÓóøãúÚó æóÇáúÃóÈúÕóÇÑó æóÇáúÃóÝúÆöÏóÉó áóÚóáóøßõãú ÊóÔúßõÑõæäó [ÇáäÍá/78]
“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.” (An-Nahl: 78). Allah telah menambahkan kepada para hamba-Nya perlengkapan untuk mengetahui khithab dan sarana agar hujjah bisa sampai kepadanya, yaitu pendengaran, penglihatan dan hati.

Kemudian Allah menjelaskan bahwa manusia akan dimintai pertanggungan jawabnya terhadap alat-alat perlengkapan tersebut, karena beban tugas itu ditujukan kepadanya berdasarkan fungsi yang ada padanya, maka Allah berfirman,

Åöäóø ÇáÓóøãúÚó æóÇáúÈóÕóÑó æóÇáúÝõÄóÇÏó ßõáõø ÃõæáóÆößó ßóÇäó Úóäúåõ ãóÓúÆõæáðÇ

“Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semua itu akan dimintai pertanggungan jawab.” (Al-Isra’: 36).

Allah pasti akan menanyai mereka pada hari mereka kembali kepada-Nya.

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

ÑõÝöÚó ÇáúÞóáóãõ Úóäú ËóáÇóËò: Úóäö ÇáÕóøÈöíöø ÍóÊóøì íóÈúáõÛõ æóÚóäö ÇáäóøÇÆöãö ÍóÊóøì íóÓúÊóíúÞöÙó æóÚóäö ÇáúãóÌúäõæúäö ÍóÊóøì íóÝöíúÞó.

“Pena diangkat dari tiga hal: Dari anak kecil sehingga ia baligh, dari orang tidur sehingga ia bangun, dan dari orang gila sehingga ia sadar.” (Diriwayatkan oleh Abu Daud, At-Tirmidzi dan Al-Hakim serta dishahihkannya).

Jadi, ketiga golongan manusia ini tidak termasuk golongan yang dibebani tugas karena tidak tersedianya pelengkap untuk menjalankan taklif pada mereka.

Hikmah Al-Quran & Mutiara Hadits : index.php
Versi Online : index.php/?pilih=indexkajian&id=1§ion=kj001