Artikel : Hikmah Al-Quran & Mutiara Hadits
Beriman Kepada Yang Ghaib
Kamis, 26 Juni 08


Åöäø ÇáúÍóãúÏó öááåö äóÍúãóÏõåõ æóäóÓúÊóÚöíúäõåõ æóäóÓúÊóÛúÝöÑõåõ æóäóÚõæúÐõ ÈöÇááåö ãöäú ÔõÑõæúÑö ÃóäúÝõÓöäóÇ æóÓóíøÆóÇÊö ÃóÚúãóÇáöäóÇ ãóäú íóåúÏöåö Çááåõ ÝóáÇó ãõÖöáø áóåõ æóãóäú íõÖúáöáú ÝóáÇó åóÇÏöíó áóåõ ÃóÔúåóÏõ Ãóäú áÇó Åöáåó ÅöáÇø Çááåõ æóÃóÔúåóÏõ Ãóäø ãõÍóãøÏðÇ ÚóÈúÏõåõ æóÑóÓõæúáõåõ

Çóááåõãø Õóáø æóÓóáøãú Úóáì ãõÍóãøÏò æóÚóáì Âáöåö æöÃóÕúÍóÇÈöåö æóãóäú ÊóÈöÚóåõãú ÈöÅöÍúÓóÇäò Åöáóì íóæúãö ÇáÏøíúä.

íóÇÃóíøåóÇ ÇáøÐóíúäó ÂãóäõæúÇ ÇÊøÞõæÇ Çááåó ÍóÞø ÊõÞóÇÊöåö æóáÇó ÊóãõæúÊõäø ÅöáÇø æóÃóäúÊõãú ãõÓúáöãõæúäó

íóÇÃóíøåóÇ ÇáäóÇÓõ ÇÊøÞõæúÇ ÑóÈøßõãõ ÇáøÐöí ÎóáóÞóßõãú ãöäú äóÝúÓò æóÇÍöÏóÉò æóÎóáóÞó ãöäúåóÇ ÒóæúÌóåóÇ æóÈóËø ãöäúåõãóÇ ÑöÌóÇáÇð ßóËöíúÑðÇ æóäöÓóÇÁð æóÇÊøÞõæÇ Çááåó ÇáóÐöí ÊóÓóÇÁóáõæúäó Èöåö æóÇúáÃóÑúÍóÇã ó Åöäø Çááåó ßóÇäó Úóáóíúßõãú ÑóÞöíúÈðÇ

íóÇÃóíøåóÇ ÇáøÐöíúäó ÂãóäõæúÇ ÇÊøÞõæÇ Çááåó æóÞõæúáõæúÇ ÞóæúáÇð ÓóÏöíúÏðÇ íõÕúáöÍú áóßõãú ÃóÚúãóÇáóßõãú æóíóÛúÝöÑúáóßõãú ÐõäõæúÈóßõãú æóãóäú íõØöÚö Çááåó æóÑóÓõæúáóåõ ÝóÞóÏú ÝóÇÒó ÝóæúÒðÇ ÚóÙöíúãðÇ¡ ÃóãøÇ ÈóÚúÏõ ...

ÝóÃöäø ÃóÕúÏóÞó ÇáúÍóÏöíúËö ßöÊóÇÈõ Çááåö¡ æóÎóíúÑó ÇáúåóÏúìö åóÏúìõ ãõÍóãøÏò Õóáøì Çááå Úóáóíúåö æóÓóáøãó¡ æóÔóÑø ÇúáÃõãõæúÑö ãõÍúÏóËóÇÊõåóÇ¡ æóßõáø ãõÍúÏóËóÉò ÈöÏúÚóÉñ æóßõáø ÈöÏúÚóÉò ÖóáÇóáóÉð¡ æóßõáø ÖóáÇóáóÉö Ýöí ÇáäøÇÑö.


Ma'asyiral Muslimin Jama'ah Shalat Jum'ah Rahimakumullah
Marilah kita senantiasa meningkatkan mutu keimanan dan kwalitas ketaqwaan kita, sebab itulah sebaik-baik bekal kita manakala Allah Ta’ala telah menentukan akhir hidup kita.

Ma'asyiral Muslimin Jama'ah Shalat Jum'ah Rahimakumullah
Allah subhanahu wata’ala berfirman,

ÇáÜÜã {1} Ðóáößó ÇáúßöÊóÇÈõ áÇó ÑóíúÈó öÝíåö åõÏóì áöáúãõÊøóÞöíäó {2} ÇáøóÐöíäó íõÄúãöäõæäó ÈöÇáúÛóíúÈö æóíõÞöíãõæäó ÇáÕøóáÇóÉó æóãöãøóÇ ÑóÒóÞúäóÇåõãú íõäúÝöÞõæäó {3}

“Alif laam miim. Kitab (al-Qur'an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa, (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka,” (QS. al-Baqarah: 1-3)

Di dalam ayat yang mulia ini Allah telah tegaskan bahwa salah satu dari sifat seorang mukmin adalah bagaimana dia dapat mengimani hal yang ghaib, yaitu dengan cara membenarkan segala yang telah dikhabarkan oleh Allah Ta’ala dan Rasul-Nya dari hal-hal ghaib yang telah terjadi maupun yang akan terjadi, keadaan akhirat, hari kebangkitan, surga neraka, shirat, dan hari perhitungan, hakekat sifat-sifat Allah Ta’ala dan lainnya dari hal ghaib dan begitu juga tentang keberadaan jin. Sebagaimana dikatakan oleh Ibnu Jarir ath-Thabari dan ar-Rabii’ bin Anas dan juga Ibnu Mas’ud ketika menafsirkan ayat ini.

Ma'asyiral Muslimin Jama'ah Shalat Jum'ah Rahimakumullah
Dan termasuk bentuk keimanan terhadap hal yang ghaib sebagaimana keyakinan dan manhaj Ahlus Sunnah wal Jama’ah bahwasanya mengetahui terhadap hal yang ghaib adalah menjadi rahasia Allah Ta’ala dan termasuk sifat Allah Ta’ala yang paling khusus, yang tidak ada seorang makhluk-pun dapat menyamai-Nya, sebagaimana firman-Nya;

æóÚöäúÏóåõ ãóÝóÇÊöÍõ ÇáúÛóíúÈö áÇóíóÚúáóãõåó ÅöáÇøó åõæó æóíóÚúáóãõ ãóÇÝöí ÇáúÈóÑøöæóÇáúÈóÍúÑö æóãóÇ ÊóÓúÞõØõ ãöä æóÑóÞóÉò íóÚúáóãõåóÇ æóáÇóÍóÈøóÉò Ýöí ÙõáõãóÇÊö ÇúáÃóÑúÖö æóáÇóÑóØúÈò æóáÇóíóÇÈöÓò ÅöáÇøó Ýöí ßöÊóÇÈò ãøðÈöíäò {59}

Artinya, “Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang ada di daratan dan di lautan, dan tiada sehelei daun-pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir bijipun dalam kegelapan bumi dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Makhfudz)” (QS. al-An’am: 59)

Allah Ta’ala berfirman:

Þõá áÇøó íóÚúáóãõ ãóä Ýöí ÇáÓøóãóÇæóÇÊö æóÇúáÃóÑúÖö ÇáúÛóíúÈó ÅöáÇøó Çááåõ æóãóÇ íóÔúÚõÑõæäó ÃóíøóÇäó íõÈúÚóËõæäó

“Katakanlah! (Hai Muhammad) Tiada siapapun baik di langit maupun di bumi yang mengetahui hal-hal yang ghaib kecuali Allah, dan mereka tidak mengetahui kapan mereka dibangkitkan” (QS.An-Naml: 65)

Dan firman-Nya:

áÇó ÃóÞõæáõ áóßõãú ÚöäÏöíú ÎóÒóÂÆöäõ Çááåö æóáÇó ÃóÚúáóãõ ÇáúÛóíúÈó æóáÇó ÃóÞõæáõ áóßõãú Åöäøöí ãóáóßñ Åöäú ÃóÊøóÈöÚõ ÅöáÇøó ãóÇ íõæÍóì Åöáóíøó

“Katakanlah! (Hai Muhammad): Aku tidak mengatakan kepada kalian bahwa perbendaharaan (rahasia) Allah ada padaku, dan tidak (pula) aku mengetahui yang ghaib, dan tidaklah aku mengatakan kepada kalian bahwa aku ini malaikat, aku tidak mengikuti kecuali apa yang diwahyukan kepadaku.” (QS.Al-An’am:50)

Maka barangsiapa berkeyakinan bahwa dirinya atau orang lain boleh mengusai yang ghaib atau mengetahui hal yang ghaib berarti ia telah kufur, karena hal ini termasuk hal yang yang tidak pernah diberitakan oleh Allah Ta’ala kepada siapapun; tidak kepada para malaikat yang dekat dan tidak juga kepada para rasul yang diutus.

Jika Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa sallam saja tidak mengetahui hal yang ghaib selain yang diwahyukan kepadanya, bahkan dengan terus terang beliau menafikan yang demikian itu atas dirinya, maka bagaimana dengan orang-orang selain beliau?? Tentu mereka pasti tidak lebih tahu. Karena Rasulullah lebih berhak daripada mereka.
Allah Ta’ala berfirman,

Þõá áÇøó Ãóãúáößõ áöäóÝúÓöí äóÝúÚðÇ æóáÇó ÖóÑøðÇ ÅöáÇøó ãóÇ ÔóÂÁó Çááåõ æóáóæú ßõäÊõ ÃóÚúáóãõ ÇáúÛóíúÈó áÇÓúÊóßúËóÑúÊõ ãöäó ÇáúÎóíúÑö æóãóÇ ãóÓøóäöíó ÇáÓøõæÁõ Åöäú ÃóäóÇ ÅöáÇøó äóÐöíÑñ æóÈóÔöíÑñ áöÞóæúãò íõÄúãöäõæäó {188}

“Katakanlah! (Hai Muhammad): Aku tidak berkuasa mendatangkan manfa'at bagi diriku dan tidak (pula kuasa) menolak kemudharatan kecuali yang dikehendaki Allah. Dan sekiranya aku mengetahui yang ghaib, tentulah aku membuat kebajikan sebanyak-banyaknya dan aku tidak akan ditimpa kemudharatan. Aku tidak lain hanyalah pemberi peringatan, dan pembawa berita gembira bagi orang-orang yang beriman”. (QS.Al-‘Araf:188)

Ma'asyiral Muslimin Jama'ah Shalat Jum'ah Rahimakumullah
Adapun hal-hal yang ghaib yang dikhabarkan oleh para nabi dan rasul, sebagaimana Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam menghabarkan kepada ummatnya tentang tanda-tanda hari kiamat, tentang adanya surga dan neraka, tentang adanya azab kubur dan nikmat kubur dan juga Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah memegang leher jin Ifrit ketika beliau diganggu oleh Jin tersebut didalam shalatnya sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Muslim dan juga hal-hal yang ghaib lainnya, maka yang demikian tiada lain hanyalah sebagai salah satu tanda kenabian dan keistimewaan bagi beliau, dan hal ini hanyalah sebagai wahyu Ilahi, sebab beliau tidak bertutur kata melainkan berdasarkan bimbingan wahyu dari Allah Ta’ala.
Allah Subhanahu Wa Ta’ala dalam firmanNya,

ÚóÇáöãó ÇáúÛóíúÈö ÝóáÇó íõÙúåöÑõ Úóáóì ÛóíúÈöåö ÃóÍóÏðÇ {26} ÅöáÇøó ãóäö ÇÑúÊóÖóì ãöä ÑøóÓõæáò ÝóÅöäøóåõ íóÓúáõßõ ãöä Èóíúäö íóÏóíúåö æóãöäú ÎóáúÝöåö ÑóÕóÏðÇ {27}

“(Dia adalah Rabb) Yang Mengetahui yang ghaib, maka Dia tidak memperlihatkan kepada seorangpun tentang yang hal ghaib itu. Kecuali kepada rasul yang diridhai-Nya, maka sesungguhnya Dia mengadakan penjaga-penjaga (malaikat) di muka dan di belakangnya”. (QS.Al-Jinn: 26-27)

Ma'asyiral Muslimin Jama'ah Shalat Jum'ah Rahimakumullah
Namun sangat disayangkan masih banyak diantara kaum Muslimin yang percaya kepada cerita-cerita khurafat, tahayul, mistik dan cerita-cerita syirik jahiliyah. Misalnya berkeyakinan bahwa ada diantara manusia yang dapat mengetahui hal yang ghaib, bisa mengetahui nasib seseorang, mengetahui hal yang akan datang, bisa melakukan penerawangan dan bahkan mengaku bisa melihat makhluk-makhluk ghaib seperti Jin. Fenomena demikian terjadi disekitar kita, apalagi dengan adanya sekian banyak bentuk tayangan media, baik cetak ataupun elektronik yang menggambarkan cerita-cerita demikian justru memperparah dan seolah-olah telah melejitimasi bahwa yang demikian adalah benar padahal justru sebaliknya bahwa keyakinan-keyakian yang demikian adalah merupakan peyimpangan yang sangat berhaya terhadap aqidah dan keyakinan seorang muslim.

Padahal pada dasarnya yang mereka lakukan itu tiada lain hanyalah tipu daya Jin dan propaganda Syaithan untuk menggiring kaum Muslimin agar jauh dari tuntunan al-Qur’an dan as-Sunnah, kemudian terjerumus ke lembah kesyirikan dan terkubur ke dalam lumpur kekufuran. Karena hal ini merupakan perbuatan menyekutukan Allah Ta’ala dengan selain-Nya dalam hal yang menjadi kekhususan Allah Ta’ala, yaitu mengetahui hal yang ghaib.

ÝóÇÓúÊóÈöÞõæÇú ÇáúÎóíúÑóÇÊö ÃóÞõæúáõ Þóæúáöí åóÐÇ ÃóÓúÊóÛúÝöÑõ Çááåó Åöäøåõ åõæó ÇáúÛóÝõæúÑõ ÇáÑøÍöíúãö

Khutbah yang kedua

Åöäø ÇáúÍóãúÏó öááåö äóÍúãóÏõåõ æóäóÓúÊóÚöíúäõåõ æóäóÓúÊóÛúÝöÑõåõ æóäóÚõæúÐõ ÈöÇááåö ãöäú ÔõÑõæúÑö ÃóäúÝõÓöäóÇ æóÓóíøÆóÇÊö ÃóÚúãóÇáöäóÇ ãóäú íóåúÏöåö Çááåõ ÝóáÇó ãõÖöáø áóåõ æóãóäú íõÖúáöáú ÝóáÇó åóÇÏöíó áóåõ ÃóÔúåóÏõ Ãóäú áÇó Åöáåó ÅöáÇø Çááåõ æóÃóÔúåóÏõ Ãóäø ãõÍóãøÏðÇ ÚóÈúÏõåõ æóÑóÓõæúáõåõ æóÕóáøóì Çááøøóåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó ÊóÓúáöíúãðÇ ßóËöíúÑðÇ

Ma'asyiral Muslimin Jama'ah Shalat Jum'ah Rahimakumullah
Allah Ta’ala berfirman,

Ýóãóäú ÃóÙúáóãõ ãöãøóäö ÇÝúÊóÑóì Úóáóì Çááåö ßóÐöÈðÇ áöíõÖöáøó ÇáäøóÇÓó ÈöÛóíúÑö Úöáúãò Åöäøó Çááåó áÇóíóåúÏöí ÇáúÞóæúãó ÇáÙøóÇáöãöíäó {144}

“Maka siapakah yang lebih zalim daripada orang-orang yang membuat-buat dusta terhadap Allah untuk menyesatkan manusia tanpa pengetahuan". Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim”. (QS. Al-An’am:144)

Berkaitan dengan permasalahan ini Rasululllah Shallallaahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda,

Úä ÚãÑÇä Èä ÍÕíä ÞÇá: ÞÇá ÑÓæá Çááå :áíÓ ãäÇ ãä ÊØíÑ Ãæ ÊØíÑ áå Ãæ Êßåä Ãæ Êßåä áå Ãæ ÓÍÑ Ãæ ÓÍÑ áå æãä ÃÊì ßÇåäÇ ÝÕÏÞå ÈãÇ íÞæá ÝÞÏ ßÝÑ ÈãÇ ÃäÒá Úáì ãÍãÏ Õáì Çááå Úáíå æÓáã

“Bukan dari golongan kami, orang yang menentukan nasib sial dan keberuntungan berdasarkan tanda-tanda benda, burung (dan lain-lainnya), atau yang bertanya kepada dukun dan yang mendukuninya, atau yang menyihir dan meminta sihir untuknya, dan barangsiapa yang mendatangi kâhin (dukun dan sejenisnya) lalu membenarkan apa yang diucapkannya maka dia telah kufur terhadap apa yang diturunkan kepada Muhammad (murtad dari Islam)” (HR.Al-Bazzâr dengan sanad yang bagus).

Di dalam hadits yang lain Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ãä ÃÊí ÚÑÇÝÇ ÝÓÃáå Úä ÔíÆ áã ÊÞÈá áå ÕáÇÉ ÃÑÈÚíä íæãÇ

“Barangsiapa mendatangi dukun, lalu bertanya sesuatu kepadanya, niscaya tidak akan diterima shalatnya selama empat puluh hari.” (HR. Muslim)

ãä ÃÊí ÚÑÇÝÇ Ãæ ßÇåäÇ ÝÕÏÞå ÈãÇ íÞæá ÝÞÏ ßÝÑ ÈãÇ ÃäÒá Úáí ãÍãÏ

“Barangsiapa mendatangi paranormal atau dukun, kemudian percaya dengan apa yang disampaikannya, maka sungguh dia telah kafir dengan agama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.” (HR. Muslim).

Dari hadits-hadits yang mulia ini, menunjukkan larangan mendatangi kahin (dukun), ‘arraaf (peramal) atau sebangsanya dalam bentuk apapun, larangan bertanya kepada mereka tentang hal-hal yang ghaib, larangan mempercayai dan membenarkan apa yang mereka katakan, serta ancaman bagi mereka yang melakukannya. Ini semua karena mengandung kemungkaran dan bahaya yang sangat besar, dan berakibat negatif yang sangat besar pula, disebabkan mereka telah melakukan kedustaan dan dosa.

Hadits-hadits Rasulullah di atas juga telah membuktikan tentang kekufuran mereka, karena mereka mengaku mengetahui hal yang ghaib, dan mereka tidak akan sampai kepada maksud yang mereka inginkan melainkan dengan cara berbakti, tunduk, taat dan menyembah jin-jin, dan ini merupakan perbuatan kufur dan syirik kepada Allah Ta’ala. Sedangkan orang yang membenarkan mereka atas pengakuannya mengetahui hal-hal yang ghaib dan meyakininya, maka hukumnya sama seperti mereka. Dan setiap orang yang menerima hal ini dari orang yang melakukannya, sesungguhnya Rasulullah telah berlepas diri dari mereka.

Imam asy-Sfafi’i mengatakan, “Barangsiapa yang mengaku bisa melihat jin maka syhadatnya (persaksiannya) tidak dapat diterima kecuali dia seorang Nabi.”

Oleh karena itu seorang muslim tidak dibenarkan pergi kepada mereka, menanyakan hal-hal yang berkaitan dengan jodoh, hari mujur pernikahanan anak atau saudaranya, atau yang menyangkut hubungan suami isteri dan keluarga, tentang kecintaan dan kesetiaan, perselisihan dan perpecahan yang terjadi dan lain sebagainya. Karena ini berhubungan dengan hal-hal yang ghaib yang tidak diketahui hakekatnya oleh siapapun kecuali Allah Ta’ala.

Kita memohon kepada Allah kaum Muslimin terpelihara dari tipu daya mereka dengan nama-nama yang lain, dan semoga Allah Ta’ala senantiasa memberikan pertolongan kepada kaum Muslimin agar senantiasa berhati-hati terhadap mereka, dan melaksanakan hukum Allah Ta’ala dengan segala sangsinya kepada mereka, sehingga manusia menjadi aman dari kejahatan mereka dan segala praktek keji yang mereka lakukan.

Çóááøóåõãøó Õóáøö Úóáóì ãõÍóãøóÏò æóÚóáóì Âáö ãõÍóãøóÏò ßóãóÇ ÕóáøóíúÊó Úóáóì ÅöÈúÑóÇåöíúãó æóÚóáóì Âáö ÅöÈúÑóÇåöíúãó¡ Åöäøóßó ÍóãöíúÏñ ãóÌöíúÏñ. æóÈóÇÑößú Úóáóì ãõÍóãøóÏò æóÚóáóì Âáö ãõÍóãøóÏò ßóãóÇ ÈóÇÑóßúÊó Úóáóì ÅöÈúÑóÇåöíúãó æóÚóáóì Âáö ÅöÈúÑóÇåöíúãó¡ Åöäøóßó ÍóãöíúÏñ ãóÌöíúÏñ.
ÑóÈøóäóÇ ÇÛúÝöÑú áóäóÇ æóáöÅöÎúæóÇäöäóÇ ÇáøóÐöíäó ÓóÈóÞõæäóÇ ÈöÇáúÅöíãóÇäö æóáóÇ ÊóÌúÚóáú Ýöí ÞõáõæÈöäóÇ ÛöáøÇð áøöáøóÐöíäó ÂãóäõæÇ ÑóÈøóäóÇ Åöäøóßó ÑóÄõæÝñ ÑøóÍöíãñ
ÑóÈøóäóÇ ÙóáóãúäóÇ ÃóäÝõÓóäóÇ æóÅöä áøóãú ÊóÛúÝöÑú áóäóÇ æóÊóÑúÍóãúäóÇ áóäóßõæäóäøó ãöäó ÇáúÎóÇÓöÑöíäó
ÑóÈóäóÇ ÁóÇÊöäóÇ Ýöí ÇáÏøäúíóÇ ÍóÓóäóÉð æóÝöí ÇúáÃóÎöÑóÉö ÍóÓóäóÉð æóÞöäóÇ ÚóÐóÇÈó ÇáäøÇÑö. æóÕóáìøó Çááåõ Úóáìó ãõÍóãøóÏò æóÚóáìó Âáöåö æóÕóÍúÈöåö ÊóÓúáöíãðÇ ßóËöíÑðÇ æóÂÎöÑõ ÏóÚúæóÇäóÇ Ãóäö ÇúáÍóãúÏõ áöáåö ÑóÈøö ÇúáÚóÇáãóöíäó.


Oleh: Ust. Abu Eifa

Hikmah Al-Quran & Mutiara Hadits : index.php
Versi Online : index.php/?pilih=lihatkhutbah&id=133