Artikel : Hikmah Al-Quran & Mutiara Hadits
MENDAMBAKAN PARA ALIM ROBBANI
Rabu, 18 September 13

Åöäøó ÇáúÍóãúÏó áöáøóåö äóÍúãóÏõåõ æóäóÓúÊóÚöíúäõåõ æóäóÓúÊóÛúÝöÑõåú æóäóÚõæÐõ ÈöÇááåö ãöäú ÔõÑõæúÑö ÃóäúÝõÓöäóÇ æóãöäú ÓóíøöÆóÇÊö ÃóÚúãóÇáöäóÇ¡ ãóäú íóåúÏöåö Çááåõ ÝóáÇó ãõÖöáøó áóåõ æóãóäú íõÖúáöáú ÝóáÇó åóÇÏöíó áóåõ¡ æóÃóÔúåóÏõ Ãóäú áÇó Åöáóåó ÅöáÇøó Çááå æóÍúÏóåõ áÇó ÔóÑöíúßó áóåõ æóÃóÔúåóÏõ Ãóäøó ãõÍóãøóÏðÇ ÚóÈúÏõåõ æóÑóÓõæúáõåõ.

íóÇ ÃóíøõåÇó ÇáøóÐöíúäó ÁóÇãóäõæÇ ÇÊøóÞõæÇ Çááåó ÍóÞøó ÊõÞóÇÊöåö æóáÇó ÊóãõæúÊõäøó ÅöáÇøó æóÃóäÊõãú ãøõÓúáöãõæúäó. íóÇ ÃóíøõåóÇ ÇáäøóÇÓõ ÇÊøóÞõæúÇ ÑóÈøóßõãõ ÇáøóÐöíú ÎóáóÞóßõãú ãøöäú äóÝúÓò æóÇÍöÏóÉò æóÎóáóÞó ãöäúåóÇ ÒóæúÌóåóÇ æóÈóËøó ãöäúåõãóÇ ÑöÌóÇáÇð ßóËöíúÑðÇ æóäöÓóÂÁð æóÇÊøóÞõæÇ Çááåó ÇáøóÐöíú ÊóÓóÂÁóáõæúäó Èöåö æóÇúáÃóÑúÍóÇãó Åöäøó Çááåó ßóÇäó Úóáóíúßõãú ÑóÞöíúÈðÇ. íóÇ ÃóíøõåóÇ ÇáøóÐöíúäó ÁóÇãóäõæÇ ÇÊøóÞõæÇ Çááåó æóÞõæúáõæúÇ ÞóæúáÇð ÓóÏöíúÏðÇ. íõÕúáöÍú áóßõãú ÃóÚúãóÇáóßõãú æóíóÛúÝöÑú áóßõãú ÐõäõæúÈóßõãú æóãóäú íõØöÚö Çááåó æóÑóÓõæúáóåõ ÝóÞóÏú ÝóÇÒó ÝóæúÒðÇ ÚóÙöíúãðÇ.

ÃóãøóÇ ÈóÚúÏõº ÝóÅöäøó ÃóÕúÏóÞó ÇáúÍóÏöíËö ßöÊóÇÈõ Çááåó¡ æóÎóíúÑó ÇáåóÏúíö åóÏúíõ ãõÍóãøóÏò Õóáøóì Çááå Úóáóíúåö æóÓóáøóãó æóÔøóÑó ÇáÃõãõæÑö ãõÍúÏóËóÇÊõåóÇ æóßõáøó ãõÍúÏóËóÉò ÈöÏúÚóÉñ æóßõáøó ÈöÏúÚóÉò ÖóáÇóáóÉñ æóßõáøó ÖóáÇóáóÉò Ýöí ÇáäøóÇÑö.
Çóááøóåõãøó Õóáøö Úóáóì ãõÍóãøóÏò æóÚóáóì Âáöåö æóÕóÍúÈöåö æóãóäú ÊóÈöÚóåõãú ÈöÅöÍöÓóÇäö Åöáøóì íóæúãö ÇáÏøöíúäö.

Jamaah Jum’at yang berbahagia.

Kini kita benar-benar sangat mendambakan hadirnya para Alim Robbani, karena cahaya Islam di tengah kita semakin pudar, benang-benang iman bertambah kusut, ulama-ulama gadungan semakin banyak yang gentayangan, serta derasnya arus serangan yang dilancarkan oleh musuh-musuh Islam. Islam tidak bisa diselamatkan tanpa Alim Robbani, umat tidak bisa dibina tanpa Alim Robbani dan kemungkinan tidak akan maju tanpa Alim Robbani. Alim Robbani sangat langka di negeri kita ini, namun patut bagi kita mengenal siapa Alim Robbani itu !!

Dr. Umar Sulaiman Al-Asyqor menyimpulkan bahwa Alim Robbani adalah seseorang yang mentarbiyah umat manusia dengan manhaj Allah Subhanahu wa Ta'ala, ia membina mereka setahap demi setahap sampai berhasil membawa mereka kepada pengikutnya yang tinggi yang diinginkan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala (Ma’alim Asy-Syakhshiyah Al-Islamiyah hal: 30).

Alim dalam istilah syar’i adalah orang yang memiliki ilmu dan mengamalkannya. Sebutan Robbani adalah : Dinisbatkan kepada lafazh-lafazh “Rabb” dengan tujuan pengkhususan terhadap ilmu Rabb yaitu ilmu syariat. Karena itu ditambah dengan alif dan nun ÑÈÇäí ini menurut Imam Sibawaih. Sebagian ahli nahwu berpendapat bahwa tambahan alif dan nun untuk mubalaghah (memberi arti lebih) artinya sangat alim dan menguasai ilmu syariat.

Al-Mubarrid berkata : Robbani dinisbatkan kepada lafadz tarbiyah (pendidikan) ÑóÈøö ÑõÈõ ÑöÈðÇ Ýóåõæó ÑóÈøóÇäö = ditambahi alif dan nun untuk mubalaghah artinya seorang guru yang sangat mendidik dan benar-benar membimbing.

Imam Mujahid berkata: Rabbaniyyun adalah diatas Ahbaar, sedangkan ahbaar adalah ulama.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

ÅöäøóÇ ÃóäúÒóáúäóÇ ÇáÊøóæúÑóÇÉó ÝöíåóÇ åõÏðì æóäõæÑñ íóÍúßõãõ ÈöåóÇ ÇáäøóÈöíøõæäó ÇáøóÐöíäó ÃóÓúáóãõæÇ áöáøóÐöíäó åóÇÏõæÇ æóÇáÑøóÈøóÇäöíøõæäó æóÇáúÃóÍúÈóÇÑõ ÈöãóÇ ÇÓúÊõÍúÝöÙõæÇ ãöäú ßöÊóÇÈö Çááøóåö æóßóÇäõæÇ Úóáóíúåö ..... (ÇáãÇÆÏÉ: 44)

“Sesungguhnya Kami telah menurunkan kitab Taurat di dalamnya (ada) petunjuk dan cahaya (yang menerangi), yang dengan kitab itu diputuskan perkara orang-orang Yahudi oleh para nabi-nabi yang menyerah diri kepada Allah, oleh orang-orang alim mereka dan pendeta-pendeta, disebabkan mereka diperintahkan memelihara kitab-kitab Allah dan mereka menjadi saksi terhadapnya”. (Al-Maidah : 44).

Abu Umar Az-Zauhid bertanya kepada Tsa’lab tentang makna Robbani. Maka Tsa’lab menjawab: Saya dulu juga bertanya kepada Ibnul A’robiy. Maka jawabnya: “Jika seorang itu menguasai ilmu (syar’i) lalu mengamalkan dan mengajarkannya maka gelar ini diberikan kepadanya, itulah Robbani. Dan jika ia lepas dari salah satu sifat tersebut maka kamu tidak lagi menyebutnya “Rabbani”

Jadi sungguh langka Alim Robbani di negeri ini pada jaman ini, padahal Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan kita dan ulama kita agar menjadi Rabbani. Dalam firmanNya:

ßõæäõæÇ ÑóÈøóÇäöíøöíäó ÈöãóÇ ßõäúÊõãú ÊõÚóáøöãõæäó ÇáúßöÊóÇÈó æóÈöãóÇ ßõäúÊõãú ÊóÏúÑõÓõæäó [Âá ÚãÑÇä : 79]


“... Hendaklah kamu menjadi orang-orang Rabbani, karena kamu selalu mengajarkan Al-Kitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya” (Al-Imran : 79)

ßæäæÇ ÑÈÇäíä Jadilah ulama syariat yang mengamalkan dan mengajarkannya kepada manusia sesuai dengan manhaj Allah. Manhaj yang benar ini adalah manhaj ulama salaf dalam belajar mengajar beramal dan berda’wah.

Seorang Tabi’in besar Abu Abdir Rahman As Sulaimani memutuskan: Sungguh kami balajar Al-Quran dari para shahabat seperti Utsman bin Affan (W 35 H) dan Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu 'anhu mereka bercerita kepada kami bahwa mereka dulu jika belajar sepuluh ayat mereka tidak melewatinya untuk belajar sepuluh ayat yang baru. Sebelum mereka mempelajari dan mengamalkannya. Maka kami juga belajar ilmu dan pengamalannya sekaligus. Sesungguhnya Al-Qur’an sesudah kami ini akan diwarisi oleh suatu kaum yang menirukan Al-Qur’an. Seperti layaknya meminum air tidak akan melewati tenggorokan (tidak memahaminya) (HR. Ibnu Sa’ad dalam Thabaqat dengan sanad shahih dan HR. Ibnu Abi Syaibah).

Begitulah, ulama Rabbani mengajarkan Al-Qur’an, mulai dari cara membacanya, menghafalkan, menafsirkan dan mengamalkannya. Coba kita perhatikan di sekeliling kita :

Banyak dari para hafizh sampai terbentuk banyak wadah untuk mereka seperti Jam’iyyatul Qura’wal huffazh dan Jam’iyyah sema’an, namun apakah mereka telah melaksanakan amanah Al-Qur’an seperti ulama Rabbani ? mereka kebanyakan membaca Al-Qur’an hanya dalam pesta, festifal, musabaqah dan upacara-upacara. Istilah Qurra’ dan Huffadz yang ada dalam Islam telah mereka zhalimi dan mereka kotori. Qurra’ menurut pamahaman syara’ adalah ulama fuqaha’ yang benar-benar memahami Al-Qur’an dan Sunnah.

Imam Adh Dhahhak radhiyallahu 'anhu berkata:

ßæäæÇ ÑÈÇäííä ÈãÇ ßäÊã ÊÚáãæä ÇáßÊÇÈ


Maksudnya adalah jadilah kalian ulama Robbaniyyun yang memahamkan Al-Kitab kepada manusia, dan maknanya, hukum-hukumnya, perintah-perintah dan segala larangannya, serta hafalkan lafadz-lafadznya!

Para Khotib, mubaligh dan Da’i juga banyak, namum kebanyakan mereka masih bersifat sebagai da’i penghibur yaitu da’i pemusik (yang berda’wah menggunakan alat-alat musik) dan da’i pelawak (yang menjadikan lawakan sebagai bumbu utama dalam setiap waktunya).

Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani berkata:

“Kamu duduk di maqom ini menasehati manusia kemudian kamu tertawa di tengah mereka dan juga kamu kisahkan cerita lucu maka cara seperti itu tidak akan selamat”.

Benar yang dikatakan oleh syaikh sebagai buktinya lihat masyarakat yang menyukai kiyai-kiyai pelawak, apakah mereka mengerti dan mengamalkan Islam? Apakah mereka memahami aqidah ahlussunnah yang benar dan bisa membedakan mana yang sunnah mana yang bid’ah? Apakah mereka memiliki hati yang bergetar jika disebut ayat-ayat Allah? Jawabannya tentu tidak. Mengapa? Karena mereka berguru kepada kiyai pelawak yang jika membahas adzab kubur dan adzab neraka pendengarnya akan terpingkal-pingkal karena asyik, senang dan gembira. Itu baru membahas adzab neraka, belum lagi kalau bicara tentang pernikahan maka Allah Maha mengetahui tentang penyimpangan mereka æÇáÚíÇÐ ÈÇááå ãäå.

Dan sebagai akibatnya mereka tidak menyukai ulama ahlussunnah yang mengisi pengajian atau ceramah dengan serius sebagaimana sikap Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam ketika khutbah atau khithabah. Sungguh telah jungkir balik timbangan yang telah dipasang oleh Rasulullah shallallohu 'alaihi wasallam di saat sekarang ini æáÇ Íæá æáÇ ÞæÉ ÅáÇ ÈÇááå .

Ma’asiral Muslimin rahimakumullah.

Kiyai penghibur lainnya adalah Kiyai dan pemusik yang menjalankan maksiat sebagai media resmi dan sarana kebanggaan dalam berkhutbah. Da’i atau Kiyai jenis ini mempunyai andil besar dalam menanamkan kemunafikan dan menyebarkan kefasikan. Mengapa tidak ? Mereka yang telah gandrung di musiknya para da’i ini baik musik kosidah, gambus, dangdut, pop, gending jawa atau musik jenis apa saja hatinya akan berpaling dari Al-Qur’an dan akan berpaling dari As-Sunnah dan akan berpaling dari Ashhabul Hadits. Padahal sebenarnya mereka mencintai Al-Qur’an, As-Sunah dan Ahlus Sunnah, bahkan ini adalah nifak! tentu Ulama, Kiyai, dan Da’i penghibur bukanlah Alim Robbani yang kita dambakan.

Ada lagi ulama yang serius dalam berda’wah, namun tidak berjalan di atas manhaj Allah, manhaj yang shahih, mereka serius mengajak kepada bid’ah, mengajak untuk membunuh Sunnah dan memadamkannya, ada yang mengajak kepada wirid-wirid bid’ah, ada yang mengajak kepada upacara-upacara bid’ah, ada yang mengajak kepada akidah-akidah bid’ah. Mereka bukan ulama Rabbaniyyun yang bisa memuliakan Islam. Tetapi merekalah yang membodohi umat dan mencoreng Islam dengan warna hitam. æÇááå ÇáãÓÊÚÇä.

Padahal Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

ÇáúÚõáóãóÇÁõ æóÑóËóÉõ ÇúáÃóäúÈöíóÇÁö.

“Ulama adalah pewaris para nabi” (HR. Amhad dan At-Tirmidzi dihasankan oleh Al-Hafidz dalam Fathul Bari).

Mereka adalah ulama Robbaniyyun yang mewarisi tugas Nabi shallallohu 'alaihi wasallam yang telah termasuk dalam surat Ali Imran: 164.

Tugas pertama adalah Tazkiyah, mensucikan akhlaq dan jiwa mereka dari syirik, riya, dusta, khiyanat, sombong, hasad dan sebagainya) dan Tazkiyah ini tidak bisa sempurna tanpa tarbiyah.

Tugas kedua adalah Ta’lim Al-Qur’an dan As-Sunnah, dan ta’lim ini tidak bisa sempurna tanpa Tashfiyah yaitu membersihkan Islam dari ajaran yang telah mengotori Islam. Tazkiyah dan Tashfiyah ialah tugas berat yang diemban oleh para Alim Robbani yang kehadiran mereka yang sangat kita dambakan demi membimbing umat manusia ke dalam jalan yang lurus Al-Kitab dan As-Sunnah.

äóÝóÚóäöí Çááåõ æóÅöíøóÇßõãú ÈöåõÏóì ßöÊóÇÈöåö. ÃóÞõæúáõ Þóæúáöí åóÐóÇ æóÃóÓúÊóÛúÝöÑõ Çááåó ÇáúÚóÙöíúãó áöí æóáóßõãú æóáöÓóÇÆöÑö ÇáúãõÓúáöãöíúäó ãöäú ßõáøö ÐóäúÈò ÝóÇÓúÊóÛúÝöÑõæúåõ Åöäøóåõ åõæó ÇáúÛóÝõæÑõ ÇáÑøóÍöíúãõ.



Khutbah Kedua

Åöäøó ÇáúÍóãúÏó áöáøóåö äóÍúãóÏõåõ æóäóÓúÊóÚöíúäõåõ æóäóÓúÊóÛúÝöÑõåú æóäóÚõæÐõ ÈöÇááåö ãöäú ÔõÑõæúÑö ÃóäúÝõÓöäóÇ æóãöäú ÓóíøöÆóÇÊö ÃóÚúãóÇáöäóÇ¡ ãóäú íóåúÏöåö Çááåõ ÝóáÇó ãõÖöáøó áóåõ æóãóäú íõÖúáöáú ÝóáÇó åóÇÏöíó áóåõ. ÃóÔúåóÏõ Ãóäú áÇó Åöáóåó ÅöáÇøó Çááåõ æóÍúÏóåõ áÇó ÔóÑöíúßó áóåõ æóÃóÔúåóÏõ Ãóäøó ãõÍóãøóÏðÇ ÚóÈúÏõåõ æóÑóÓõæúáõåõ Õóáøóì Çááåõ Úóáóì äóÈöíøöäóÇ ãõÍóãøóÏò æóÚóáóì Âáöåö æóÃóÕúÍóÇÈöåö æóÓóáøóãó ÊóÓúáöíúãðÇ ßóËöíúÑðÇ. ÞóÇáó ÊóÚóÇáóì: íóÇ ÃóíøõåÇó ÇáøóÐöíúäó ÁóÇãóäõæÇ ÇÊøóÞõæÇ Çááåó ÍóÞøó ÊõÞóÇÊöåö æóáÇó ÊóãõæúÊõäøó ÅöáÇøó æóÃóäÊõãú ãøõÓúáöãõæúäó. ÞóÇáó ÊóÚóÇáóì: {æóãóä íóÊøóÞö Çááåó íóÌúÚóá áøóåõ ãóÎúÑóÌðÇ} æóÞóÇáó: {æóãóä íóÊøóÞö Çááåó íõßóÝøöÑú Úóäúåõ ÓóíøöÆóÇÊöåö æóíõÚúÙöãú áóåõ ÃóÌúÑðÇ}

Ëõãøó ÇÚúáóãõæúÇ ÝóÅöäøó Çááåó ÃóãóÑóßõãú ÈöÇáÕøóáÇóÉö æóÇáÓøóáÇóãö Úóáóì ÑóÓõæúáöåö ÝóÞóÇáó: {Åöäøó Çááåó æóãóáÇóÆößóÊóåõ íõÕóáøõæúäó Úóáóì ÇáäøóÈöíøö¡ íóÇ ÃóíøõåÇó ÇáøóÐöíúäó ÁóÇãóäõæúÇ ÕóáøõæúÇ Úóáóíúåö æóÓóáøöãõæúÇ ÊóÓúáöíúãðÇ}.

Çóááøóåõãøó Õóáøö Úóáóì ãõÍóãøóÏò æóÚóáóì Âáö ãõÍóãøóÏò ßóãóÇ ÕóáøóíúÊó Úóáóì ÅöÈúÑóÇåöíúãó æóÚóáóì Âáö ÅöÈúÑóÇåöíúãó¡ Åöäøóßó ÍóãöíúÏñ ãóÌöíúÏñ. æóÈóÇÑößú Úóáóì ãõÍóãøóÏò æóÚóáóì Âáö ãõÍóãøóÏò ßóãóÇ ÈóÇÑóßúÊó Úóáóì ÅöÈúÑóÇåöíúãó æóÚóáóì Âáö ÅöÈúÑóÇåöíúãó¡ Åöäøóßó ÍóãöíúÏñ ãóÌöíúÏñ. Çóááøóåõãøó ÇÛúÝöÑú áöáúãõÓúáöãöíúäó æóÇáúãõÓúáöãóÇÊö¡ æóÇáúãõÄúãöäöíúäó æóÇáúãõÄúãöäóÇÊö ÇúáÃóÍúíóÇÁö ãöäúåõãú æóÇúáÃóãúæóÇÊö¡ Åöäøóßó ÓóãöíúÚñ ÞóÑöíúÈñ. Çóááøóåõãøó ÃóÑöäóÇ ÇáúÍóÞøó ÍóÞøðÇ æóÇÑúÒõÞúäóÇ ÇÊøöÈóÇÚóåõ¡ æóÃóÑöäóÇ ÇáúÈóÇØöáó ÈÇóØöáÇð æóÇÑúÒõÞúäóÇ ÇÌúÊöäóÇÈóåõ. ÑóÈøóäóÇ ÂÊöäóÇ Ýöí ÇáÏøõäúíóÇ ÍóÓóäóÉð æóÝöí ÇáÂÎöÑóÉö ÍóÓóäóÉð æóÞöäóÇ ÚóÐóÇÈó ÇáäøóÇÑö. ÑóÈøóäóÇ åóÈú áóäóÇ ãöäú ÃóÒúæóÇÌöäóÇ æóÐõÑøöíøóÇÊöäóÇ ÞõÑøóÉó ÃóÚúíõäò æóÇÌúÚóáúäóÇ áöáúãõÊøóÞöíäó ÅöãóÇãðÇ. ÓõÈúÍóÇäó ÑóÈøößó ÑóÈøö ÇáúÚöÒøóÉö ÚóãøóÇ íóÕöÝõæúäó¡ æóÓóáÇóãñ Úóáóì ÇáúãõÑúÓóáöíúäó æóÇáúÍóãúÏõ áöáøóåö ÑóÈøö ÇáúÚóÇáóãöíúäó.

æóÕóáøóì Çááåõ Úóáóì ãõÍóãøóÏò æóÚóáóì Âáöåö æóÕóÍúÈöåö æóÓóáøóãó. æóÃóÞöãö ÇáÕøóáÇóÉó.

Oleh: Agus Hasan Bashori, Lc

Sumber: Khutbah Jum'at Pilihan jilid 1
Hikmah Al-Quran & Mutiara Hadits : index.php
Versi Online : index.php/?pilih=lihatkhutbah&id=312