Artikel : Hikmah Al-Quran & Mutiara Hadits
Muhasabah Di Bulan Muharam
Selasa, 12 Nopember 13

Åöäø ÇáúÍóãúÏó öááåö äóÍúãóÏõåõ æóäóÓúÊóÚöíúäõåõ æóäóÓúÊóÛúÝöÑõåõ æóäóÚõæúÐõ ÈöÇááåö ãöäú ÔõÑõæúÑö ÃóäúÝõÓöäóÇ æóÓóíøÆóÇÊö ÃóÚúãóÇáöäóÇ ãóäú íóåúÏöåö Çááåõ ÝóáÇó ãõÖöáø áóåõ æóãóäú íõÖúáöáú ÝóáÇó åóÇÏöíó áóåõ ÃóÔúåóÏõ Ãóäú áÇó Åöáåó ÅöáÇø Çááåõ æóÃóÔúåóÏõ Ãóäø ãõÍóãøÏðÇ ÚóÈúÏõåõ æóÑóÓõæúáõåõ

íóÇÃóíøåóÇ ÇáøÐóíúäó ÂãóäõæúÇ ÇÊøÞõæÇ Çááåó ÍóÞø ÊõÞóÇÊöåö æóáÇó ÊóãõæúÊõäø ÅöáÇø æóÃóäúÊõãú ãõÓúáöãõæúäó

íóÇÃóíøåóÇ ÇáäóÇÓõ ÇÊøÞõæúÇ ÑóÈøßõãõ ÇáøÐöí ÎóáóÞóßõãú ãöäú äóÝúÓò æóÇÍöÏóÉò æóÎóáóÞó ãöäúåóÇ ÒóæúÌóåóÇ æóÈóËø ãöäúåõãóÇ ÑöÌóÇáÇð ßóËöíúÑðÇ æóäöÓóÇÁð æóÇÊøÞõæÇ Çááåó ÇáóÐöí ÊóÓóÇÁóáõæúäó Èöåö æóÇúáÃóÑúÍóÇã ó Åöäø Çááåó ßóÇäó Úóáóíúßõãú ÑóÞöíúÈðÇ

íóÇÃóíøåóÇ ÇáøÐöíúäó ÂãóäõæúÇ ÇÊøÞõæÇ Çááåó æóÞõæúáõæúÇ ÞóæúáÇð ÓóÏöíúÏðÇ íõÕúáöÍú áóßõãú ÃóÚúãóÇáóßõãú æóíóÛúÝöÑúáóßõãú ÐõäõæúÈóßõãú æóãóäú íõØöÚö Çááåó æóÑóÓõæúáóåõ ÝóÞóÏú ÝóÇÒó ÝóæúÒðÇ ÚóÙöíúãðÇ¡ ÃóãøÇ ÈóÚúÏõ ...


Sidang Jum’ah yang berbahagia.
Setelah kita bersyukur kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala dan bershalawat kepada nabi kita Muhammad Shallallaahu alaihi wasalam. Kita berharap dan memohon semoga Allah Subhanahu wa Ta'ala, meridhoi dan menerima amalan yang kita lakukan sebagai amalan ibadah yang diterima serta kita memohon pula untuk senantiasa dijadikan pengikut Rasulullah Shallallaahu alaihi wasalam yang setia hingga akhir hayat serta kita tidak kembali keharibaanNya kecuali dalam keadaan berserah diri kepadaNya, sebagaimana yang Allah perintahkan kepada kita di dalam surat Ali Imran ayat 102,

æóáóÇ ÊóãõæÊõäøó ÅöáøóÇ æóÃóäúÊõãú ãõÓúáöãõæäó [Âá ÚãÑÇä : 102]


“Dan janganlah kamu mati, kecuali dalam keadaan beragama Islam.” (QS. Ali Imran 102)

Sidang Jum’at yang berbahagia

Perputaran waktu terus bergulir seiring dengan perputaran matahari. Dari hari ke hari, minggu ke minggu dan bulan ke bulan, tanpa terasa kita sampai pada suatu putaran bulan Muharam yang merupakan permulaan dari putaran bulan dalam kalender hijriyah. Banyak dari saudara kita yang menjadikan bulan Muharram ini sebagai momentum, sehingga memperingatinya merupakan suatu hal yang menjadi keharusan bahkan terkadang sampai keluar dari syari’at Islam. Padahal Rasul Shallallaahu alaihi wasalam dan para sahabatnya serta ulama pendahulu umat tidak pernah melakukan hal tersebut.

Sidang Jum’at yang berbahagia
Mestinya kita banyak bertafakur untuk bermuhasabah atas bertambahnya umur ini, karena sesungguhnya dengan bertambahnya umur berarti hakekatnya berkurang kesempatan untuk hidup di dunia ini. Allah menciptakan kita hidup di muka bumi ini bukan untuk sia-sia. Tanpa tujuan yang jelas. Sebagaimana kita tahu bersama bahwa Allah menciptakan makhluk bernama manusia tiada lain hanya untuk beribadah kepadaNya. Allah berfirman di dalam surat Adz-Dzariyat ayat 56 sebagai berikut:

æóãóÇ ÎóáóÞúÊõ ÇáúÌöäøó æóÇáúÅöäúÓó ÅöáøóÇ áöíóÚúÈõÏõæäö [ÇáÐÇÑíÇÊ : 56]


Artinya: “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembahKu (beribadah kepadaKu).”

Sidang Jum’at yang berbahagia

Hidup di dunia ini sementara bukan kehidupan yang abadi atau kekal, dan dunia ini hanya merupakan persinggahan, yang tujuannya adalah kehidupan yang kekal abadi yaitu kehidupan akhirat. Berkenaan dengan ini Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

æóÇáúÂÎöÑóÉõ ÎóíúÑñ æóÃóÈúÞóì [ÇáÃÚáì : 17]


Artinya: “Sedangkan kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal”. (Al-A’la: 17).
Ayat ini menunjukkan bahwa kehidupan dunia dengan segala gemerlapan dan keindahannya tidak berarti apa-apa jika dibandingkan dengan kebaikan dan kekekalan kehidupan akhirat yang kekal abadi.

Sidang Jum’at yang berbahagia

Maka seorang yang beriman kepada Allah, dia harus lebih memanfaatkan kehidupan dunia ini dengan sebaik-baiknya untuk mempersiapkan kehidupan yang abadi tersebut. Dan menjadikan dunia ini sebagai sarana menuju kehidupan akhirat yang lebih baik. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman dalam surat Al-Hasyr:

íóÇ ÃóíøõåóÇ ÇáøóÐöíäó ÂãóäõæÇ ÇÊøóÞõæÇ Çááøóåó æóáúÊóäúÙõÑú äóÝúÓñ ãóÇ ÞóÏøóãóÊú áöÛóÏò æóÇÊøóÞõæÇ Çááøóåó Åöäøó Çááøóåó ÎóÈöíÑñ ÈöãóÇ ÊóÚúãóáõæäó [ÇáÍÔÑ : 18]


Artinya: “Hai orang-orang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akherat) dan bertaqwalah kepada Allah sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (Al-Hasyr: 18).

Sidang Jum’at yang berbahagia
Lalu bekal apa yang akan kita bawa menuju kehidupan yang penuh dengan kebaikan tersebut? Dengan hartakah? Pangkatkah yang kita banggakan? Atau keturunankah? Saya keturunan raja, bangsawan atau kyai. Ternyata bukan itu semua, sebab Allah Maha Kaya, Maha Berkuasa dan Maha Suci tidak memandang yang lain dari hambaNya kecuali taqwa hambaNya. Sebagaimana Allah ingatkan dalam firmanNya:

Åöäøó ÃóßúÑóãóßõãú ÚöäúÏó Çááøóåö ÃóÊúÞóÇßõãú [ÇáÍÌÑÇÊ : 13]


Artinya: “Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertaqwa di antara kamu”.(Qs.al-Hujurot : 13)

Sidang Jum’at yang berbahagia
Jelas bagi kita bahwa bekal yang harus kita persiapkan tiada lain hanyalah taqwa, karena taqwa adalah sebaik-baik bekal dan persiapan. Allah berfirman dan mengingatkan kita semua dalam surat Al-Baqarah:

æóÊóÒóæøóÏõæÇ ÝóÅöäøó ÎóíúÑó ÇáÒøóÇÏö ÇáÊøóÞúæóì æóÇÊøóÞõæäö íóÇ Ãõæáöí ÇáúÃóáúÈóÇÈö [ÇáÈÞÑÉ : 197]


Artinya: “Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah taqwa dan bertaqwalah kepadaKu hai orang-orang yang berakal”. (QS. Al. Baqarah: 197).

Sering kita mendengar kata takwa dari ustadz, mubaligh dan para penceramah, namun bagi kebanyakan kita antara perbuatan dengan apa yang didengar tentang takwa jauh dari semestinya. Mengapa demikian? Di antara sebabnya mereka belum tahu hakekat takwa, tingkatan dan buah dari takwa tersebut. Sehingga hanya masuk telinga kanan dan keluar telinga kiri tanpa adanya perhatian penuh terhadap pentingnya bertakwa yang merupakan sebaik-baik bekal bagi kehidupan dunia ini terlebih kehidupan akhirat nanti.

Sidang Jum’at yang berbahagia
Ar-Rafi’i menyatakan dalam Al-Mishbahul Munir Fi Gharibisy Syahril Kabir, “Waqahullahu Su’a” artinya Allah menjaga dari kejahatan. Dan kata Al-Wiqa’ yaitu segala sesuatu yang digunakan sebagai pelindung. Itulah arti takwa secara bahasa. Sedangkan takwa menurut syariat para ulama berbeda pendapat, namun semuanya bermuara pada satu pengertian, yaitu seorang hamba melindungi dirinya dari kemurkaan Allah, dan juga siksaNya. Hal itu dilakukan dengan melaksanakan yang diperintahkan dan menjauhi apa yang dilarangNya. Ibnu Qayyim menyatakan, hakikat takwa adalah mentaati Allah atas dasar iman dan ihtisab, baik terhadap perkara yang diperintahkan ataupun perkara yang dilarang. Maka dia melakukan perintah itu karena imannya terhadap apa yang diperintahkanNya disertai dengan pembenaran terhadap janjiNya, dengan imannya itu pula ia meninggalkan yang dilarangNya dan takut terhadap ancamanNya.

Sidang Jum’at yang berbahagia.
At-Takwa dalam Al-Qur’an mencakup tiga makna yaitu: pertama: takut kepada Allah dan pengakuan superioritas Allah. Hal itu seperti firmanNya:

æóÅöíøóÇíó ÝóÇÊøóÞõæäö [ÇáÈÞÑÉ : 41]


Artinya: “Dan hanya kepadaKulah kamu harus bertakwa.” (Al-Baqarah: 41).
Kedua: Bermakna taat dan beribadah, sebagaimana firmanNya:

íóÇ ÃóíøõåóÇ ÇáøóÐöíäó ÂãóäõæÇ ÇÊøóÞõæÇ Çááøóåó ÍóÞøó ÊõÞóÇÊöåö [Âá ÚãÑÇä : 102]


Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dengan sebenar-benarnya takwa”. (Ali Imran: 102).
Ibnu Abas Radhiallaahu anhu berkata, “Taatlah kepada Allah dengan sebenar-benarnya ketaatan.”
Mujahid berkata, “Takwa kepada Allah artinya, Allah harus ditaati dan pantang dimaksiati, selalu diingat dan tidak dilupakan, disyukuri dan tidak dikufuri.”
Ketiga, dengan makna pembersihan hati dari noda dan dosa. Maka inilah hakikat takwa dari makna takwa, selain pertama dan kedua. Allah berfirman,

æóãóäú íõØöÚö Çááøóåó æóÑóÓõæáóåõ æóíóÎúÔó Çááøóåó æóíóÊøóÞúåö ÝóÃõæáóÆößó åõãõ ÇáúÝóÇÆöÒõæäó [ÇáäæÑ : 52]


artinya: “Barangsiapa yang mentaati Allah dan rasulNya dan takut kepada Allah dan bertakwa kepadaNya maka mereka itulah orang yang beruntung”. (An-Nur: 52).

Sidang Jum’at yang berbahagia
Para mufassir juga berkata, bahwa takwa mempunyai tiga kedudukan:
1. Memelihara dan menjaga dari perbuatan syirik
2. Memelihara dan menjaga dari perbuatan bid’ah
3. Memelihara dan menjaga dari perbuatan maksiat.
Sehingga seorang disebut muttaqin, selalu berusaha sungguh-sungguh berada dalam keadaan taat secara menyeluruh, baik dalam perkara wajib, nawafil (sunnah), meninggalkan kemaksiatan berupa dosa besar dan kecil. Serta meninggalkan yang tidak bermanfaat karena khawatir terjerumus ke dalam dosa, itulah cakupan takwa sebagaimana dimengerti oleh salafush shalih.

Sidang Jum’at yang berbahagia.
Apa yang kita dapatkan bila bertakwa kepada Allah?
Allah Ta’ala menjanjikan kepada kita, akan berada dalam kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Di antara janji Allah yang merupakan buah dari takwa adalah memberikan jalan keluar dan mendatangkan rizki. Allah Ta’ala berfirman:

æóãóäú íóÊøóÞö Çááøóåó íóÌúÚóáú áóåõ ãóÎúÑóÌðÇ (2) æóíóÑúÒõÞúåõ ãöäú ÍóíúËõ áóÇ íóÍúÊóÓöÈõ [ÇáØáÇÞ : 2 ¡ 3]


“Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rizki dari arah yang tiada disangka-sangkanya.” (At-Thalaq: 2-3).

Mengadakan jalan keluar artinya menyelamatkannya dari setiap kesulitan di dunia dan akherat. Ibnu ‘Uyainah berkata itu artinya, ia mendapat keberkahan dalam rizkinya. Dan Abu Sa’id Al-Khudri berkata: Barangsiapa berlepas dari kuatnya kesulitan dengan kembali kepada Allah, niscaya Dia akan memberikan jalan keluar dari beban yang ia pikul. “ (Jami Ahkamiil Qur’an, VIII: 6638-3369, secara ringkas) Dan balasan bagi mereka di akhirat yang jelas adalah akan mewarisi tempat yang merupakan dambaan setiap insan yaitu Surga dengan segala kenikmatannya. Allah Ta’ala berfirman:

Êöáúßó ÇáúÌóäøóÉõ ÇáøóÊöí äõæÑöËõ ãöäú ÚöÈóÇÏöäóÇ ãóäú ßóÇäó ÊóÞöíøðÇ [ãÑíã : 63]


“Itulah Surga yang akan kami wariskan kepada hamba-hamba kami yang selalu bertakwa” (Maryam: 63).
Demikianlah kita sebagai hamba Allah, sudah semestinya dalam menghadapi bulan Muharam ini dengan bertafakkur, sudah sejauh mana persiapan kita menghadapi kehidupan yang abadi tersebut. Yang terkadang kita begitu bersemangat dan penuh antusias menggapai kehidupan yang fana ini. Mudah-mudahan dapat bermanfaat bagi kita semua. Amiin.

ÈóÇÑóßó Çááåõ áöíú æóáóßõãú Ýöí ÇáúÞõÑúÂäö ÇáúÚóÙöíúãö¡ æóäóÝóÚóäöíú æóÅöíøóÇßõãú ÈöãóÇ Ýöíúåö ãöäó ÇúáÂíóÇÊö æóÇáÐøößúÑö ÇáúÍóßöíúãö¡ æóÊóÞóÈóáøó Çááåõ ãöäøöíú æóãöäúßõãú ÊöáÇóæóÊóåõ¡ Åöäøóåõ åõæó ÇáÓøóãöíúÚõ ÇáúÚóáöíúãõ. ÃóÞõæúáõ Þóæúáöíú åóÐóÇ æóÃóÓúÊóÛúÝöÑõ Çááåó ÇáúÚóÙöíúãó áöíú æóáóßõãú æóáöÓóÇÆöÑö ÇáúãõÓúáöãöíúäó æóÇáúãõÓúáöãóÇÊö æóÇáúãõÄúãöäöíúäó æóÇáúãõÄúãöäóÇÊö. ÝóÇÓúÊóÛúÝöÑõæúåõ¡ Åöäøóåõ åõæó ÇáúÛóÝõæúÑõ ÇáÑøóÍöíúãõ.

Khutbah Kedua

Åöäøó ÇáúÍóãúÏó áöáøóåö äóÍúãóÏõåõ æóäóÓúÊóÚöíúäõåõ æóäóÓúÊóÛúÝöÑõåú æóäóÚõæÐõ ÈöÇááåö ãöäú ÔõÑõæúÑö ÃóäúÝõÓöäóÇ æóãöäú ÓóíøöÆóÇÊö ÃóÚúãóÇáöäóÇ¡ ãóäú íóåúÏöåö Çááåõ ÝóáÇó ãõÖöáøó áóåõ æóãóäú íõÖúáöáú ÝóáÇó åóÇÏöíó áóåõ. ÃóÔúåóÏõ Ãóäú áÇó Åöáóåó ÅöáÇøó Çááåõ æóÍúÏóåõ áÇó ÔóÑöíúßó áóåõ æóÃóÔúåóÏõ Ãóäøó ãõÍóãøóÏðÇ ÚóÈúÏõåõ æóÑóÓõæúáõåõ Õóáøóì Çááåõ Úóáóì äóÈöíøöäóÇ ãõÍóãøóÏò æóÚóáóì Âáöåö æóÃóÕúÍóÇÈöåö æóÓóáøóãó ÊóÓúáöíúãðÇ ßóËöíúÑðÇ. ÞóÇáó ÊóÚóÇáóì: íóÇ ÃóíøõåÇó ÇáøóÐöíúäó ÁóÇãóäõæÇ ÇÊøóÞõæÇ Çááåó ÍóÞøó ÊõÞóÇÊöåö æóáÇó ÊóãõæúÊõäøó ÅöáÇøó æóÃóäÊõãú ãøõÓúáöãõæúäó. ÞóÇáó ÊóÚóÇáóì: {æóãóä íóÊøóÞö Çááåó íóÌúÚóá áøóåõ ãóÎúÑóÌðÇ} æóÞóÇáó: {æóãóä íóÊøóÞö Çááåó íõßóÝøöÑú Úóäúåõ ÓóíøöÆóÇÊöåö æóíõÚúÙöãú áóåõ ÃóÌúÑðÇ}
Ëõãøó ÇÚúáóãõæúÇ ÝóÅöäøó Çááåó ÃóãóÑóßõãú ÈöÇáÕøóáÇóÉö æóÇáÓøóáÇóãö Úóáóì ÑóÓõæúáöåö ÝóÞóÇáó: {Åöäøó Çááåó æóãóáÇóÆößóÊóåõ íõÕóáøõæúäó Úóáóì ÇáäøóÈöíøö¡ íóÇ ÃóíøõåÇó ÇáøóÐöíúäó ÁóÇãóäõæúÇ ÕóáøõæúÇ Úóáóíúåö æóÓóáøöãõæúÇ ÊóÓúáöíúãðÇ}.
Çóááøóåõãøó Õóáøö Úóáóì ãõÍóãøóÏò æóÚóáóì Âáö ãõÍóãøóÏò ßóãóÇ ÕóáøóíúÊó Úóáóì ÅöÈúÑóÇåöíúãó æóÚóáóì Âáö ÅöÈúÑóÇåöíúãó¡ Åöäøóßó ÍóãöíúÏñ ãóÌöíúÏñ. æóÈóÇÑößú Úóáóì ãõÍóãøóÏò æóÚóáóì Âáö ãõÍóãøóÏò ßóãóÇ ÈóÇÑóßúÊó Úóáóì ÅöÈúÑóÇåöíúãó æóÚóáóì Âáö ÅöÈúÑóÇåöíúãó¡ Åöäøóßó ÍóãöíúÏñ ãóÌöíúÏñ. Çóááøóåõãøó ÇÛúÝöÑú áöáúãõÓúáöãöíúäó æóÇáúãõÓúáöãóÇÊö¡ æóÇáúãõÄúãöäöíúäó æóÇáúãõÄúãöäóÇÊö ÇúáÃóÍúíóÇÁö ãöäúåõãú æóÇúáÃóãúæóÇÊö¡ Åöäøóßó ÓóãöíúÚñ ÞóÑöíúÈñ ãõÌöíúÈõ ÇáÏøóÚóæóÇÊö. Çóááøóåõãøó ÃóÑöäóÇ ÇáúÍóÞøó ÍóÞøðÇ æóÇÑúÒõÞúäóÇ ÇÊøöÈóÇÚóåõ¡ æóÃóÑöäóÇ ÇáúÈóÇØöáó ÈÇóØöáÇð æóÇÑúÒõÞúäóÇ ÇÌúÊöäóÇÈóåõ. ÑóÈøóäóÇ ÂÊöäóÇ Ýöí ÇáÏøõäúíóÇ ÍóÓóäóÉð æóÝöí ÇáÂÎöÑóÉö ÍóÓóäóÉð æóÞöäóÇ ÚóÐóÇÈó ÇáäøóÇÑö. ÑóÈøóäóÇ åóÈú áóäóÇ ãöäú ÃóÒúæóÇÌöäóÇ æóÐõÑøöíøóÇÊöäóÇ ÞõÑøóÉó ÃóÚúíõäò æóÇÌúÚóáúäóÇ áöáúãõÊøóÞöíäó ÅöãóÇãðÇ. ÓõÈúÍóÇäó ÑóÈøößó ÑóÈøö ÇáúÚöÒøóÉö ÚóãøóÇ íóÕöÝõæúäó¡ æóÓóáÇóãñ Úóáóì ÇáúãõÑúÓóáöíúäó æóÇáúÍóãúÏõ áöáøóåö ÑóÈøö ÇáúÚóÇáóãöíúäó.
æóÕóáøóì Çááåõ Úóáóì ãõÍóãøóÏò æóÚóáóì Âáöåö æóÕóÍúÈöåö æóÓóáøóãó. æóÃóÞöãö ÇáÕøóáÇóÉó.

Oleh: Faqihuddin

Hikmah Al-Quran & Mutiara Hadits : index.php
Versi Online : index.php/?pilih=lihatkhutbah&id=319