Artikel : Al-Quran - Hikmah Al-Quran & Mutiara Hadits

Obat bagi Hati Yang Terluka

Jumat, 20 Desember 19

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:


æóäõäóÒøöáõ ãöäó ÇáúÞõÑúÂäö ãóÇ åõæó ÔöÝóÇÁñ æóÑóÍúãóÉñ áöáúãõÄúãöäöíäó æóáóÇ íóÒöíÏõ ÇáÙøóÇáöãöíäó ÅöáøóÇ ÎóÓóÇÑðÇ


“Dan Kami turunkan dari Al-Qur`an suatu yang menjadi penawar (obat) dan rahmat bagi orang-orang yang beriman. Dan Al-Qur`an itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zhalim selain kerugian.” (QS. Al- Isra`: 82).

Ayat yang agung ini menjelaskan, bahwa Al-Qur`an, kitab suci yang paling mulia, adalah obat dan rahmat bagi orang yang beriman. Menjadi obat bagi segala penyakit hati seperti keraguan, syubhat, nifak, kefasikan, gundah, kesedihan, dan lain sebagainya. Dan menjadi obat bagi penyakit fisik dengan cara meruqyah secara syar’i dengan ayat-ayat Al-Qur`an tersebut.

Syaikh As-Sa’di mengatakan, “Maka, Al-Qur`an mengandung obat dan rahmat. Hal ini tidak diperuntukkan bagi setiap manusia, melainkan hanya kepada orang-orang yang mengimaninya, membenarkan ayat-ayatnya, serta mengamalkannya. Adapun orang-orang zhalim yang tidak membenarkan atau tidak mengamalkanya, maka Al-Qur`an tidak menambah bagi mereka melainkan kerugian, karena akan menjadi hujjah yang akan menuntut mereka.” (Lihat Taisir Al-Karim Ar-Rahman, hal. 465).

Al-Qur`an adalah obat bagi jasmani dan rohani

Al-Qur`an tidak hanya menjadi obat bagi hati, namun juga menjadi obat bagi jasmani, hal ini selaras dengan penjelasan Syaikh Muhammad Al-Amin Asy-Syinqithi dalam menafsiri ayat tersebut, “Obat yang terkandung di dalam Al-Qur`an meliputi obat bagi penyakit hati, seperti keraguan, kemunafikan, dan perkara lainnya, serta obat bagai jasmani jika dilakukan ruqyah kepada orang yang sakit. Sebagaimana ditunjukkan oleh kisah seorang sahabat ketika meruqyah orang yang tersengat dengan membaca Al Fatihah. Ini adalah kisah yang shahih dan masyhur.” (Lihat Adhwa` Al-Bayan, 3/181).

Hati membutuhkan asupan wahyu samawi

Manusia memiliki dua unsur yang berbeda, yaitu unsur bumi dan unsur langit. Unsur bumi, berupa jasad yang berasal dari tanah, dan akan kembali ke tanah, sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:


ãöäúåóÇ ÎóáóÞúäóÇßõãú æóÝöíåóÇ äõÚöíÏõßõãú æóãöäúåóÇ äõÎúÑöÌõßõãú ÊóÇÑóÉð ÃõÎúÑóì


“Dari bumi (tanah) itulah Kami menjadikan kamu, dan kepadanya Kami akan mengembalikan kamu, dan daripadanya Kami akan mengeluarkan kamu pada kali yang lain.” (QS. Thaha: 55).

Maka, jasad membutuhkan asupan makanan bergizi yang berasal dari bumi agar bertahan hidup, semakin bergizi makanannya, akan semakin sehat jasad tersebut. Namun, jika konsumsi gizi ini kurang, maka jasad akan sakit, bahkan bisa mati jika tidak diberikan makanan sama sekali.

Sedangkan unsur kedua, adalah unsur hati, atau rohani (ruh) yang berasal dari langit, maka energi untuk ruh ini pun berasal dari langit, berupa wahyu samawi, yaitu Al-Qur`an. Jika seorang hamba banyak berinteraksi dengan Al-Qur`an, maka hatinya akan menjadi sehat (qalbun salim). Semakin banyak berinteraksi dengan Al-Qur`an, hatinya akan semakin sehat. Begitu pula sebaliknya, semakin jarang interaksi hati dengan Al-Qur`an, menyebabkan hati menjadi keras dan sakit (qalbun maridh), atau bahkan mati (qalbun mayyit), jika tidak mengkonsumsi wahyu samawi ini sama sekali.

Terapi hati yang sakit dengan Al-Qur`an

Untuk menjaga hati kita agar tetap sehat, dan terhindar dari beragam penyakit syubhat dan syahwat, mari kita lakukan terapi Al-Qur`an berikut ini:

1. Menghafalkannya
Akal merupakan anugerah yang sangat agung dari Allah Subhanahu wa Ta’ala, dan tidak diragukan lagi, bahwa hal paling mulia yang terekam dalam memori manusia adalah Al-Qur`an. Semakin banyak muatan Ayat-ayat Al-Qur`an dalam
memori seseorang, menjadikan hamba tersebut semakin mulia di sisi-Nya. Dan Allah Subhanahu wa Ta’ala pun telah menjadikan Al-Qur`an mudah untuk difahami dan dihafal oleh manusia, dalam firman-Nya:


æóáóÞóÏú íóÓøóÑúäóÇ ÇáúÞõÑúÂäó áöáÐøößúÑö Ýóåóáú ãöäú ãõÏøóßöÑò


“Dan sungguh telah Kami mudahkan Al-Qur`an untuk peringatan, maka adakah orang yang mengambil pelajaran?” (QS. Al-Qamar: 17).

Sungguh beruntung seorang muslim yang menyibukkan dirinya dengan menghafal Al-Qur`an, baik di Pesantren Tahfizh Al-Qur`an, Madrasah Diniyah, Sekolah, maupun beragam lembaga lainnya. Manakala kita tidak bisa menjadi bagian dari mereka, maka marilah kita menjadi pribadi yang mendukung kegiatan mereka dengan segala potensi yang kita miliki, baik dengan harta, pikiran, tenaga ataupun potensi lainnya, sehingga kita bisa berperan serta dalam menghidupkan dan membumikan Al-Qur`an, akhirnya kita menjadi insan yang beruntung dunia dan akhirat.

2. Mempelajari dan mentadabburinya
Selain menghafalkan, kita juga diwajibkan untuk mempelajari, merenungi, dan mentadabburi makna dan kandungan Al-Qur`an. Berupa kandungan akidah, hukum-hukum, maupun kisah-kisah di dalamnya, agar hati menjadi tunduk, lembut, bersih nan jernih dengan kejernihan Al-Qur`an. Maka, tidaklah mengherankan jika muslim terbaik adalah yang mempelajari dan mengajarkan Al-Qur`an, selaras dengan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam:


ÎóíúÑõßõãú ãóäú ÊóÚóáøóãó ÇáÞõÑúÂäó æóÚóáøóãóå


“Manusia terbaik di antara kalian adalah yang mempelajari dan mengajarkan Al-Qur`an.” (HR. Bukhari no. 5027, dari Utsman bin ‘Affan radhiyallahu ‘anhu).

3. Mengamalkannya
Setelah mempelajari Al-Qur`an, kewajiban berikutnya adalah mengamalkan kandungannya dalam kehidupan kita, baik berupa akidah ataupun hukum-hukumnya. Kita terapkan Al-Qur`an dalam kehidupan kita sehari-hari, di rumah, di masjid, di tempat kerja, dan di mana pun kita berada, sehingga Al-Qur`an menjadi pedoman dan tuntunan hidup kita dalam beribadah, berakhlak, dan bermuamalah dengan sesama manusia.

Sungguh, akhlak manusia terbaik sepanjang sejarah, yakni Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, adalah Al-Qur`an, tatkala ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha ditanya tentang akhlak beliau, maka ia menjawab:


ÝóÅöäøó ÎõáõÞó äóÈöíøö Çááåö Õóáøó Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó ßóÇäó ÇáúÞõÑúÂäó


“Sungguh, akhlak Nabi Allah a adalah Al-Qur`an.” (HR. Muslim no. 746).

4. Mengajarkannya
Setelah mengamalkan Al-Qur`an, kewajiban berikutnya adalah mengajarkannya kepada orang lain, agar muslim yang lain bisa mendapatkan kebaikan dan keberkahan Al-Qur`an. Selain menjadi muslim yang terbaik, orang yang mengajarkan Al-Qur`an akan mendapatkan pahala orang yang diajarinya, tanpa mengurangi pahala orang yang diajari sedikit pun, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:


ãóäú ÏóÚóÇ Åöáóì åõÏðì ßóÇäó áóåõ ãöäú ÇáúÃóÌúÑö ãöËúáõ ÃõÌõæÑö ãóäú ÊóÈöÚóåõ áóÇ íóäúÞõÕõ Ðóáößó ãöäú ÃõÌõæÑöåöãú ÔóíúÆðÇ


“Barangsiapa memberi petunjuk kepada hidayah (kebenaran), maka ia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang diajarinya, tanpa mengurangi pahala orang yang diajari sedikit pun…” (HR. Muslim 2674 dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu).

Sungguh bahagia manakala seorang hamba menghiasi hidupnya dengan mengajarkan Al-Qur`an dan segala disiplin ilmu agama yang berkaitan dengannya, seperti Tajwid, Tafsir, Fikih, Hadits, dan lain sebagainya. Sekali lagi saudaraku, manakala kita tidak bisa terjun langsung sebagai pribadi yang mengajarkan Al-Qur`an dengan beragam ilmu pendukungnya di pesantren atau semisalnya, maka marilah kita menjadi penyokong dakwah islam dalam penyebaran ilmu Al-Qur`an, dengan harta, pikiran, energi, tenaga, dan segala hal yang kita miliki, agar kita pun bisa meraih pahala yang melimpah seperti mereka.

Akhirnya, semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikan kita termasuk para hamba yang senantiasa mempelajari, mengamalkan dan mengajarkan Al-Qur`an, serta menjadi penyokong dakwah islam dalam menyebarkan Al-Qur`an dan beragam ilmu pendukungnya. Aamiin. Wallahu A’lam. (Abu Hasan Agus Dwiyanto, Lc., M.P.I).

Hikmah Al-Quran & Mutiara Hadits : index.php
Versi Online : index.php/?pilih=lihatquran&id=320