Artikel : Al-Quran - Hikmah Al-Quran & Mutiara Hadits

Kaedah Ke-34 [Yahudi dan Nasrani Tidak Akan Rela Sampai Kalian Mengikuti Mereka]

Senin, 15 Nopember 21
Kaidah (Prinsip Pokok) ke-34


{æóáóäú ÊóÑúÖóì Úóäúßó ÇáúíóåõæÏõ æóáóÇ ÇáäøóÕóÇÑóì ÍóÊøóì ÊóÊøóÈöÚó ãöáøóÊóåõãú}


"Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka.”
{ Al-Baqarah: 120}

Ini adalah kaidah (prinsip pokok ajaran) al-Qur`an dalam masalah akidah, yang turun empat belas abad yang lalu, akan tetapi maknanya senantiasa terasa baru bagi orang-orang Islam di setiap zaman.
Tidak samar bahwa kaidah yang muhkam ini terdapat di Surat al-Baqarah, yaitu surat yang membicarakan secara detil tentang hakikat Ahli Kitab, dan lebih khususnya orang-orang Yahudi -karena mereka tinggal di Madinah-.
Ayat yang mulia ini turun -sebagaimana diisyaratkan oleh sejumlah ahli tafsir- setelah periode usaha Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam untuk menarik hati orang-orang Yahudi, agar mereka menjawab seruan (dakwah Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam), dan tunduk kepada Agama Islam, lalu datanglah kabar yang pasti ini bagi setiap usaha-usaha menarik hati yang dahulu dikerjakan Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam terhadap mereka.
Syaikhnya para ulama tafsir, Imam Ibnu Jarir ath-Thabari rahimahullah, berkata,
"Maknanya, orang-orang Yahudi dan Nasrani -wahai Muhammad- tidak akan ridha terhadapmu selama-lamanya, tinggalkanlah meminta sesuatu yang membuat mereka ridha dan sepakat, dan menghadaplah kepada meminta keridhaan Allah dalam dakwah mengajak mereka kepada kebenaran yang mana kamu diutus dengan membawanya, karena sesungguhnya apa yang kamu dakwahkan kepada mereka itu adalah jalan menuju persatuan denganmu di atas penyatuan hati dan agama yang lurus, dan tidak ada jalan untukmu untuk membuat mereka ridha dengan mengikuti agama mereka, karena orang-orang Yahudi berseberangan dengan orang-orang Nasrani, dan orang-orang Nasrani juga berseberangan dengan orang-orang Yahudi, dan orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak bersatu pada satu orang dalam keadaan yang sama, dan orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak bersatu dalam keadaan ridha terhadapmu, kecuali apabila kamu menjadi orang Yahudi atau Nasrani. Dan hal itu termasuk hal yang tidak akan terjadi pada dirimu selamanya; karena kamu adalah satu orang, dan tidak akan bersatu pada dirimu dua agama yang saling bertentangan dalam satu kondisi. Apabila tidak ada jalan kepada penyatuan kedua (agama ini) pada dirimu dalam waktu yang sama, maka tidak ada jalan bagimu untuk membuat kedua kelompok itu sama-sama ridha, dan apabila tidak ada jalan bagimu menuju hal itu, maka konsistenlah dalam petunjuk Allah yang memiliki jalan bagi seluruh makhluk kepada penyatuan hati." (Tafsir ath-Thabari, 2/484.)

Renungkanlah apa yang terkandung dalam lanjutan kaidah (prinsip pokok) ini berupa ancaman keras bagi orang-orang yang mengikuti hawa nafsunya, dan (tahukah Anda) ancaman yang besar ini (ditujukan) untuk siapa? Untuk nabi Muhammad shollallohu ‘alaihi wa sallam! Padahal hal itu tidak mungkin terjadi pada diri beliau karena penjagaan Allah terhadap beliau, Allah ta’ala berfirman dalam lanjutan kaidah (prinsip pokok) yang muhkam ini,


Þõáú Åöäøó åõÏóì Çááåö åõæó ÇáúåõÏóì æóáóÆöäö ÇÊøóÈóÚúÊó ÃóåúæóÇÁóåõãú ÈóÚúÏó ÇáøóÐöí ÌóÇÁóßó ãöäó ÇáúÚöáúãö ãóÇ áóßó ãöäó Çááåö ãöäú æóáöíøò æóáóÇ äóÕöíÑò (120)


"Katakanlah, 'Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar)'. Dan sungguh jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu." (Al-Baqarah: 120).

Renungkanlah bagaimana Allah ta’ala membagi perkara ini, pada pokok yang agung ini, menjadi dua bagian: petunjuk dan hawa nafsu. Petunjuk adalah petunjuk Allah, dan tidak ada sesuatu selain itu melainkan mengikuti hawa nafsu, æóáóÆöäö ÇÊøóÈóÚúÊó ÃóåúæóÇÁóåõãú "Dan sungguh jika kamu mengikuti kemauan mereka." Ibnu Jarir rahimahullah berkata dalam lanjutan komentar beliau terhadap ayat ini,
"Maksud Allah Yang Mahamulia dengan FirmanNya, æóáóÆöäö ÇÊøóÈóÚúÊó "Dan sungguh jika kamu mengikuti", wahai Muhammad, hawa nafsu orang-orang Yahudi dan Nasrani tersebut, yang membuat mereka ridha terhadapmu, berupa mengikuti agama Yahudi dan Nasrani, maka engkau telah berusaha dengan sikap itu untuk membuat mereka ridha, dan engkau telah berbuat sesuai dengan kecintaan mereka, setelah apa yang datang kepadamu berupa pengetahuan tentang kesesatan dan kekufuran mereka terhadap Tuhan mereka, dan setelah apa yang telah Aku ceritakan kepadamu tentang berita mereka yang terdapat dalam surat ini, ãóÇ áóßó ãöäó Çááåö ãöäú æóáöíøò "maka Allah tidak lagi menjadi pelindung bagimu". Artinya, engkau tidak lagi mempunyai seorang pelindung yang akan mengurusi urusanmu, dan seorang penjaga yang akan menjaga urusanmu itu, æóáóÇ äóÕöíÑò "dan tidak pula seorang penolong" dari hukuman Allah, yang akan menolongmu, sehingga dia menolak hukuman Allah yang akan turun menimpamu, dan mencegahmu dari hal itu, apabila Tuhanmu menimpakan hal itu kepadamu."(Tafsir ath-Thabari, 2/484.)
Apabila perkataan ini ditujukan kepada Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam saja, maka siapa lagi manusia setelah beliau (yang tidak pantas ditujukan kepadanya perkataan keras ini)?!
Kaidah (prinsip pokok) yang muhkam ini diucapkan oleh Dzat Yang Maha Mengetahui rahasia dan yang lebih tersembunyi, yang tidak ada sesuatu pun dari kondisi makhlukNya yang tersembunyi bagiNya, baik (kondisi) yang sekarang maupun yang akan datang, maka yang mengucapkan perkataan ini adalah Dzat yang telah berfirman,


ÃóáóÇ íóÚúáóãõ ãóäú ÎóáóÞó æóåõæó ÇááøóØöíÝõ ÇáúÎóÈöíÑõ (14)


"Apakah Allah Yang menciptakan itu tidak mengetahui (yang kamu lahirkan atau rahasiakan); padahal Dia itu Mahahalus lagi Maha Mengetahui?" (Al-Mulk: 14).

Al-Allamah as-Sayyid Muhammad Rasyid Ridha telah melakukan upaya yang baik, ketika beliau meringkas kaidah-kaidah yang dikandung oleh Surat al-Baqarah, maka beliau menjadikan kaidah yang sedang kita bicarakan ini termasuk ke dalam kaidah-kaidah ini. Beliau berkata tentang ayat ini, "Sesungguhnya ini adalah ayat bagi Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam yang menyingkap kondisi pemeluk dua agama (Yahudi dan Nasrani) pada masa beliau, dan masih tetap berlaku umum bagi umat beliau sesudah beliau (wafat), dan sungguh para pembesar sebagian negara Islam telah tertipu, sehingga mereka berusaha membuat ridha sebagian negara dengan (melakukan) sesuatu yang lebih rendah dari kekufuran mengikuti agama mereka, maka mereka tidak ridha, dan kalaupun mereka mengikuti agama mereka, niscaya mereka mensyaratkan agar mereka mengikuti mereka dalam pemahaman dan bentuk-bentuk realisasi agama, sehingga mereka tidak memiliki kedaulatan yang paling rendah sekalipun dalam agama dan diri mereka."(Tafsir al-Manar, 1/95.)

Bersama jelasnya nash (teks) al-Qur`an yang muhkam ini, maka sungguh Anda akan merasa sakit karena keraguan sebagian kaum Muslimin terhadap hakikat ini, dan keraguan ini memiliki bentuk yang beragam, dimulai dari keraguan dalam kondisi mereka sebagai orang-orang kafir yang asli! Dan berakhir tatkala dituntut untuk berbaur secara sempurna dengan mereka, dalam penghapusan secara jelas terhadap salah satu pokok di antara pokok-pokok (agama) yang besar, yaitu al-Wala` (loyalitas) dan al-Bara` (sikap berlepas diri dari orang-orang kafir)!
Dan mereka sama sekali tidak bisa membedakan antara apa yang layak diambil dari mereka dan diambil manfaat darinya dalam urusan-urusan dunia, dengan kebanggaan seorang Mukmin dengan Agamanya, dan keunggulannya dengan akidahnya! Pembicaraan ini bukan tentang musibah ini yang tidak mungkin dikatakan oleh orang yang berakal yang membaca sejarah, apalagi orang yang memahami perkataan Allah dan RasulNya.
Dan sesungguhnya orang Mukmin, pada saat dia mendengar perkataan-perkataan yang seperti ini, benar-benar akan bertanya-tanya tentang para penulis yang menamakan diri dengan nama-nama Islami, "Bukankah Allah ta’ala telah berfirman,


íóÓúÃóáõæäóßó Úóäö ÇáÔøóåúÑö ÇáúÍóÑóÇãö ÞöÊóÇáò Ýöíåö Þõáú ÞöÊóÇáñ Ýöíåö ßóÈöíÑñ æóÕóÏøñ Úóäú ÓóÈöíáö Çááåö æóßõÝúÑñ Èöåö æóÇáúãóÓúÌöÏö ÇáúÍóÑóÇãö æóÅöÎúÑóÇÌõ Ãóåúáöåö ãöäúåõ ÃóßúÈóÑõ ÚöäúÏó Çááåö æóÇáúÝöÊúäóÉõ ÃóßúÈóÑõ ãöäó ÇáúÞóÊúáö æóáóÇ íóÒóÇáõæäó íõÞóÇÊöáõæäóßõãú ÍóÊøóì íóÑõÏøõæßõãú Úóäú Ïöíäößõãú Åöäö ÇÓúÊóØóÇÚõæÇ æóãóäú íóÑúÊóÏöÏú ãöäúßõãú Úóäú Ïöíäöåö ÝóíóãõÊú æóåõæó ßóÇÝöÑñ ÝóÃõæáóÆößó ÍóÈöØóÊú ÃóÚúãóÇáõåõãú Ýöí ÇáÏøõäúíóÇ æóÇáúÂÎöÑóÉö æóÃõæáóÆößó ÃóÕúÍóÇÈõ ÇáäøóÇÑö åõãú ÝöíåóÇ ÎóÇáöÏõæäó (217)


"Mereka bertanya kepadamu tentang berperang pada bulan Haram. Katakanlah, 'Berperang dalam bulan itu adalah dosa besar; tetapi menghalangi (manusia) dari jalan Allah, kafir kepada Allah, (menghalangi masuk) Masjidil Haram dan mengusir penduduknya dari sekitarnya, lebih besar (dosanya) di sisi Allah. Dan berbuat fitnah lebih besar (dosanya) daripada membunuh. Mereka tidak henti-hentinya memerangi kamu sampai mereka (dapat) mengembalikan kamu dari agamamu (kepada kekafiran), seandainya mereka sanggup. Barangsiapa yang murtad di antara kamu dari agamanya, lalu dia mati dalam kekafiran, maka mereka itulah yang sia-sia amalannya di dunia dan di akhirat, dan mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya." (Al-Baqarah: 217)

Di mana posisi mereka dari Firman Allah ta’ala,


æóÏøó ßóËöíÑñ ãöäú Ãóåúáö ÇáúßöÊóÇÈö áóæú íóÑõÏøõæäóßõãú ãöäú ÈóÚúÏö ÅöíãóÇäößõãú ßõÝøóÇÑðÇ ÍóÓóÏðÇ ãöäú ÚöäúÏö ÃóäúÝõÓöåöãú ãöäú ÈóÚúÏö ãóÇ ÊóÈóíøóäó áóåõãõ ÇáúÍóÞøõ ÝóÇÚúÝõæÇ æóÇÕúÝóÍõæÇ ÍóÊøóì íóÃúÊöíó Çááåõ ÈöÃóãúÑöåö Åöäøó Çááåó Úóáóì ßõáøö ÔóíúÁò ÞóÏöíÑñ (109)


"Sebagian besar Ahli Kitab menginginkan agar mereka dapat mengembalikan kamu kepada kekafiran setelah kamu beriman, karena dengki yang (timbul) dari diri mereka sendiri, setelah nyata kebenaran bagi mereka." (Al-Baqarah: 109)?!

Tidakkah mereka merenungkan Firman Allah ta’ala tentang seluruh orang kafir,


íóÇ ÃóíøõåóÇ ÇáøóÐöíäó ÂãóäõæÇ Åöäú ÊõØöíÚõæÇ ÇáøóÐöíäó ßóÝóÑõæÇ íóÑõÏøõæßõãú Úóáóì ÃóÚúÞóÇÈößõãú ÝóÊóäúÞóáöÈõæÇ ÎóÇÓöÑöíäó (149) Èóáö Çááåõ ãóæúáóÇßõãú æóåõæó ÎóíúÑõ ÇáäøóÇÕöÑöíäó (150)


"Hai orang-orang yang beriman, jika kamu menaati orang-orang yang kafir itu, niscaya mereka mengembalikan kamu ke belakang (kepada kekafiran), lalu jadilah kamu orang-orang yang rugi. Tetapi (ikutilah Allah), Allahlah Pelindungmu, dan Dia-lah sebaik-baik Penolong." (Ali Imran: 149-150)?!

Ini adalah kesaksian dari Allah terhadap musuh-musuh kita mengenai apa yang mereka inginkan dari kita, dan usaha-usaha yang mereka lakukan untuk mencegah kita dari Agama kita. Maka apakah ada kesaksian (lain yang lebih terpercaya) setelah kesaksian (Allah) ini? Apakah Anda tidak merasa cukup dengan Rabb Anda bahwa Dia Maha Menyaksikan segala sesuatu?!
Sesungguhnya kaidah (prinsip pokok) yang muhkam (bermakna jelas) ini, æóáóäú ÊóÑúÖóì Úóäúßó ÇáúíóåõæÏõ æóáóÇ ÇáäøóÕóÇÑóì ÍóÊøóì ÊóÊøóÈöÚó ãöáøóÊóåõãú "Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka", dan ayat-ayat yang semakna dengannya yang telah saya sebutkan bahwa sebagiannya adalah berupa berita (khabar), dan berita tidak mungkin dinasakh, karena dinasakhnya berita tersebut berkonsekuensi bahwa yang mengabarkan berita ini telah berdusta, dan ini apabila terjadi pada individu-individu dari kalangan manusia yang utama, niscaya ia termasuk ke dalam kekurangan yang terbesar yang ada pada dirinya, maka bagaimana apabila yang berbicara dengan hal itu adalah Allah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal?!
Dan kalaulah kita ingin membuka-buka lembaran-lembaran sejarah, niscaya kita menemukan jawaban yang akan menambah keyakinan orang Mukmin terhadap kaidah (prinsip pokok) yang muhkam ini! Maka siapakah yang telah meracuni kambing (yang dimakan oleh Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam) yang mana Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam masih merasakan pengaruhnya sampai beliau bertemu dengan Tuhan beliau?! Siapakah yang telah membunuh al-Faruq radhiyallahu ‘anhu? Dan siapakah yang telah meracuni sejumlah khalifah kaum Muslimin yang memiliki pengaruh dalam lemahnya kekuatan orang-orang Yahudi atau Nasrani?!
Sungguh sebagian para pembicara tersebut telah terpedaya -dengan apa yang telah kami sebutkan barusan- oleh kondisi mereka yang mana mereka sering berinteraksi dengan sebagian individu-individu dari kalangan orang-orang Yahudi dan Nasrani, dan mereka tidak menemukan dari mereka itu selain interaksi yang baik -sebagaimana yang mereka katakan- dan ini terkadang terjadi. Akan tetapi tidak mungkin sampai kapan pun juga hal itu menjadi pemutus perkara terhadap berita yang muhkam ini yang berasal dari Firman Tuhan kita. Hal itu karena hubungan individual terkadang dicampuri oleh kepentingan-kepentingan, atau merupakan kondisi-kondisi pengecualian, sehingga apabila kesulitan semakin dahsyat, maka nampaklah akhlak-akhlak mereka yang sebenarnya, dan barangsiapa yang memiliki penglihatan dan bashirah (mata hati) yang paling rendah sekalipun, dia pasti mengetahui apa yang telah dilakukan oleh tentara-tentara salib yang telah menyerang negeri-negeri Syam sebelum dan sesudah (datangnya) Shalahuddin! Dan (dia pasti mengetahui) apa yang telah dilakukan oleh saudara-saudara mereka dan anak-anak mereka di Palestina, Afghanistan, Irak. Dan tidaklah perang Ghaza akhir-akhir ini melainkan ia adalah saksi yang paling besar, serta tidak ada yang mengingkari hal itu kecuali orang yang dibenamkan ilmunya oleh Allah, dan kita berlindung kepada Allah (dari hal itu)!
Kita memohon kepada Allah ta’ala agar Dia meneguhkan kita di atas agamaNya yang telah diridhaiNya untuk kita, dan agar Dia melindungi kita dari kekurangan setelah (kita diberikan) kelebihan.

Hikmah Al-Quran & Mutiara Hadits : index.php
Versi Online : index.php/?pilih=lihatquran&id=383