Artikel : Al-Quran - Hikmah Al-Quran & Mutiara Hadits

Kaedah Ke-41 [Musibah Yang Menimpamu Disebabkan Perbuatanmu]

Jumat, 26 Nopember 21
Kaidah (Prinsip Pokok) ke-41


{ æóãóÇ ÃóÕóÇÈóßõãú ãöäú ãõÕöíÈóÉò ÝóÈöãóÇ ßóÓóÈóÊú ÃóíúÏöíßõãú æóíóÚúÝõæ Úóäú ßóËöíÑò }


" Dan musibah apa saja yang menimpamu, maka itu disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu.”
{Asy-Syura: 30}
Ini adalah sebuah prinsip pokok ajaran al-Qur`an yang muhkam (bermakna jelas) yang memiliki pengaruh dalam masalah keimanan dan pendidikan bagi orang yang memahami dan men-tadabburinya.
Prinsip pokok ajaran al-Qur`an yang muhkam ini diulang beberapa kali dengan lafazh yang hampir sama di beberapa tempat, sebagaimana juga maknanya diulang-ulang di beberapa tempat yang lain (dalam al-Qur`an).
Di antara yang semisal dengan kaidah ini dengan lafazh yang hampir sama, adalah Firman Allah ta’ala,


ÃóæóáóãøóÇ ÃóÕóÇÈóÊúßõãú ãõÕöíÈóÉñ ÞóÏú ÃóÕóÈúÊõãú ãöËúáóíúåóÇ ÞõáúÊõãú Ãóäøóì åóÐóÇ Þõáú åõæó ãöäú ÚöäúÏö ÃóäúÝõÓößõãú Åöäøó Çááåó Úóáóì ßõáøö ÔóíúÁò ÞóÏöíÑñ (165)


"Dan mengapa ketika kamu ditimpa musibah (pada peperangan Uhud), padahal kamu telah menimpakan kekalahan dua kali lipat kepada musuh-musuhmu (pada peperangan Badar), kamu berkata, 'Darimana datangnya (kekalahan) ini?' Katakanlah, 'Itu dari (kesalahan) dirimu sendiri.' Sesungguhnya Allah Mahakuasa atas segala sesuatu." (Ali Imran: 165).

Allah ta’ala juga berfirman,


ãóÇ ÃóÕóÇÈóßó ãöäú ÍóÓóäóÉò Ýóãöäó Çááåö æóãóÇ ÃóÕóÇÈóßó ãöäú ÓóíøöÆóÉò Ýóãöäú äóÝúÓößó æóÃóÑúÓóáúäóÇßó áöáäøóÇÓö ÑóÓõæáðÇ æóßóÝóì ÈöÇááøóåö ÔóåöíÏðÇ (79)


"Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana yang menimpamu, maka dari (kesalahan) dirimu sendiri." (An-Nisa`: 79).

Dan ayat-ayat yang menetapkan makna ini (secara kontekstual) berjumlah sangat banyak. Di antaranya adalah Firman Allah ta’ala,


æóãóÇ ßóÇäó ÑóÈøõßó ãõåúáößó ÇáúÞõÑóì ÍóÊøóì íóÈúÚóËó Ýöí ÃõãøöåóÇ ÑóÓõæáðÇ íóÊúáõæ Úóáóíúåöãú ÂíóÇÊöäóÇ æóãóÇ ßõäøóÇ ãõåúáößöí ÇáúÞõÑóì ÅöáøóÇ æóÃóåúáõåóÇ ÙóÇáöãõæäó (59)


"Dan tidaklah Tuhanmu membinasakan kota-kota, sehingga Dia mengutus di ibukota itu seorang rasul yang membacakan ayat-ayat Kami kepada mereka; dan tidak pernah (pula) Kami membinasakan kota-kota; kecuali penduduknya dalam keadaan melakukan kezhaliman." (Al-Qashash: 59).

Dan juga seperti Firman Allah ta’ala,


ÙóåóÑó ÇáúÝóÓóÇÏõ Ýöí ÇáúÈóÑøö æóÇáúÈóÍúÑö ÈöãóÇ ßóÓóÈóÊú ÃóíúÏöí ÇáäøóÇÓö áöíõÐöíÞóåõãú ÈóÚúÖó ÇáøóÐöí ÚóãöáõæÇ áóÚóáøóåõãú íóÑúÌöÚõæäó (41)


"Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka sendiri, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)." (Ar-Rum: 41).

Allah Yang Mahamulia dan Mahatinggi juga berfirman,


áóÞóÏú ÓóãöÚó Çááåõ Þóæúáó ÇáøóÐöíäó ÞóÇáõæÇ Åöäøó Çááåó ÝóÞöíÑñ æóäóÍúäõ ÃóÛúäöíóÇÁõ ÓóäóßúÊõÈõ ãóÇ ÞóÇáõæÇ æóÞóÊúáóåõãõ ÇáúÃóäúÈöíóÇÁó ÈöÛóíúÑö ÍóÞøò æóäóÞõæáõ ÐõæÞõæÇ ÚóÐóÇÈó ÇáúÍóÑöíÞö (181) Ðóáößó ÈöãóÇ ÞóÏøóãóÊú ÃóíúÏöíßõãú æóÃóäøó Çááøóåó áóíúÓó ÈöÙóáøóÇãò áöáúÚóÈöíÏö (182)


"Dan Kami akan mengatakan (kepada mereka), 'Rasakanlah olehmu azab yang membakar.' (Azab) yang demikian itu adalah disebabkan perbuatan tanganmu sendiri, dan bahwasanya Allah sekali-kali tidak menganiaya hamba-hambaNya." (Ali Imran: 181-182) dan yang seperti ini disebutkan pada tiga tempat dalam Kitab Allah ‘azza wa jalla.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata -menyimpulkan apa yang ditunjukkan oleh ayat-ayat yang mulia ini dengan sebuah kesimpulan yang merupakan bukti kedalaman ilmu seorang alim yang senantiasa mengikuti dan mengamati nash-nash al-Qur`an al-Karim-, "Dan al-Qur`an menjelaskan bukan hanya pada satu tempat saja, bahwa Allah tidak akan membinasakan dan menyiksa seseorang kecuali karena suatu dosa (yang dilakukannya)." (Majmu' al-Fatawa, 14/424.)

Makna yang ditunjukkan oleh ayat-ayat yang mulia ini ditunjukkan juga oleh teks-teks wahyu yang lain, yaitu sunnah nabawiyah, semoga shalawat dan salam yang paling utama tercurahkan kepada pemilik (sunnah nabawiyah) itu. Dan di antara hal itu adalah apa yang diriwayatkan oleh Muslim dalam Shahihnya dari hadits Abu Dzar radhiyallohu ‘anhu, dia berkata, Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda dalam sebuah hadits qudsi yang agung yang diriwayatkannya dari Rabbnya ‘azza wa jalla, Allah ta’ala berfirman,


ÅöäøóãóÇ åöíó ÃóÚúãóÇáõßõãú¡ ÃõÍúÕöíúåóÇ áóßõãú Ëõãøó ÃõæóÝøöíúßõãú ÅöíøóÇåóǺ Ýóãóäú æóÌóÏó ÎóíúÑðÇ ÝóáúíóÍúãóÏö Çááøåó¡ æóãóäú æóÌóÏó ÛóíúÑó Ðáößó ÝóáóÇ íóáõæúãóäøó ÅöáøóÇ äóÝúÓóåõ.


"Sesungguhnya ia adalah amal-amal kalian, Aku menghitungnya untuk kalian, kemudian Aku memberi balasan yang penuh kepada kalian atasnya; maka barangsiapa yang mendapatkan kebaikan, maka hendaklah dia memuji Allah, dan barangsiapa yang mendapatkan keburukan, maka janganlah dia mencela kecuali dirinya sendiri." (Diriwayatkan oleh Muslim, no. 2577.)

Dan dalam Shahih al-Bukhari dari hadits Syaddad bin Aus radhiyallohu ‘anhu, beliau berkata, Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda,


ÓóíøöÏõ ÇáúÇöÓúÊöÛúÝóÇÑö Ãóäú ÊóÞõæúáó: Çóááøåõãøó ÃóäúÊó ÑóÈøöíú áóÇ Åöáåó ÅöáøóÇ ÃóäúÊó¡ ÎóáóÞúÊóäöíú æóÃóäóÇ ÚóÈúÏõßó æóÃóäóÇ Úóáóì ÚóåúÏößó æóæóÚúÏößó ãóÇ ÇÓúÊóØóÚúÊõ¡ ÃóÚõæúÐõ Èößó ãöäú ÔóÑøö ãóÇ ÕóäóÚúÊõ¡ ÃóÈõæúÁõ áóßó ÈöäöÚúãóÊößó Úóáóíøó¡ æóÃóÈõæúÁõ áóßó ÈöÐóäúÈöíúº ÝóÇÛúÝöÑú áöíú¡ ÝóÅöäøóåõ áóÇ íóÛúÝöÑõ ÇáÐøõäõæúÈó ÅöáøóÇ ÃóäúÊó... ÇóáúÍóÏöíúËó.


"Penghulu istighfar adalah engkau mengucapkan, 'Ya Allah, Engkau adalah Tuhanku, tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Engkau, Engkau telah menciptakanku, aku adalah hambaMu, dan aku akan melaksanakan perjanjian denganMu dan di atas janjiMu sebatas kemampuanku. Aku berlindung kepadaMu dari keburukan apa yang telah aku lakukan, aku mengakui akan nikmatMu yang Engkau berikan kepadaku, dan aku mengakui akan dosa-dosaku; maka ampunilah aku, karena sesungguhnya tidak ada yang dapat mengampuni dosa-dosa selain Engkau...." al-Hadits. Diriwayatkan oleh al-Bukhari, no. 6306.

Dan dalam ash-Shahihain, tatkala Abu Bakar radhiyallohu ‘anhu meminta Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam untuk mengajarkannya sebuah doa yang akan dia baca di dalam shalatnya, Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda kepadanya,


Þõáú: Çóááøåõãøó Åöäøöíú ÙóáóãúÊõ äóÝúÓöíú ÙõáúãðÇ ßóËöíúÑðÇ æóáóÇ íóÛúÝöÑõ ÇáÐøõäõæúÈó ÅöáøóÇ ÃóäúÊó¡ ÝóÇÛúÝöÑú áöíú ãóÛúÝöÑóÉð ãöäú ÚöäúÏößó æóÇÑúÍóãúäöíú¡ Åöäøóßó ÃóäúÊó ÇáúÛóÝõæúÑõ ÇáÑøóÍöíúãõ.


"Katakanlah, 'Ya Allah, sesungguhnya aku telah menzhalimi diriku sendiri dengan kezhaliman yang banyak, dan tidak ada yang dapat mengampuni dosa-dosa kecuali Engkau, maka ampunilah aku dengan pengampunan dari sisiMu, dan rahmatilah aku, sesungguhnya Engkau adalah Dzat Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang'." Diriwayatkan oleh al-Bukhari, no. 834; dan Muslim, no. 2705.

Renungkanlah hadits-hadits ini dengan baik! Siapakah yang bertanya? Dan siapakah yang menjawab? Yang bertanya adalah Abu Bakar, ash-Shiddiq al-Akbar, yang mana Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam bersaksi untuknya dalam banyak hadits bahwa dia akan masuk surga. Dan yang menjawab adalah Rasul shollallohu ‘alaihi wa sallam yang selalu menasihati, yang besar kasih sayangnya, semoga shalawat dan salam Allah tercurah untuk beliau! Dan bersama ini, Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam meminta Abu Bakar agar dia mengakui dosa-dosanya dan kezhalimannya yang besar dan banyak, dan agar dia meminta kepada Tuhannya ampunan dan pemaafan dari dosa-dosanya itu, dan pertanyaannya di sini adalah: Siapakah orang (yang lebih baik) setelah Abu Bakar radhiyallohu ‘anhu?
Apabila hakikat syariat ini telah ditetapkan, yaitu bahwasanya dosa-dosa merupakan sebab bagi hukuman-hukuman umum dan khusus, maka selayaknya orang yang berakal memulai dengan dirinya, memeriksa tempat-tempat terjadinya kesalahan, dan hendaknya dia memohon kepada Tuhannya agar Dia memberinya petunjuk untuk mengetahui hal itu, karena di antara manusia ada yang selalu melakukan dosa setelah dosa, maksiat setelah maksiat, bahkan boleh jadi dia tidak peduli! Dan boleh jadi dia menganggapnya sebagai kebaikan -kita berlindung kepada Allah dari hal itu- sehingga hukuman-hukuman datang silih berganti kepadanya namun dia tidak menyadarinya, sehingga musibahnya pada saat itu menjadi berlipat ganda!
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata, pada saat beliau berbicara tentang perkara-perkara yang melahirkan kesabaran dalam diri hamba dan membantunya melaksanakannya agar dia mencapai derajat kepemimpinan dalam Agama, beliau berkata, "Hendaknya seseorang mengakui dosa-dosanya, dan bahwasanya Allah menguasakan manusia terhadapnya adalah disebabkan dosanya, sebagaimana Allah ta’ala berfirman,


æóãóÇ ÃóÕóÇÈóßõãú ãöäú ãõÕöíÈóÉò ÝóÈöãóÇ ßóÓóÈóÊú ÃóíúÏöíßõãú æóíóÚúÝõæ Úóäú ßóËöíÑò


"Dan musibah apa saja yang menimpamu, maka itu disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu)." (Asy-Syura: 30).

Maka apabila hamba telah menyaksikan bahwasanya semua yang dia alami berupa hal yang dibencinya itu disebabkan oleh dosa-dosanya, niscaya dia akan menyibukkan diri dengan taubat dan istighfar dari dosa-dosa yang mana Allah membuat orang lain menguasai mereka disebabkan dosa mereka, celaan mereka, dan hal-hal buruk yang terjadi pada mereka. Dan apabila Anda melihat seorang hamba mencela manusia apabila mereka menyakitinya, dan tidak mengembalikannya kepada dirinya sendiri dengan celaan dan istighfar, maka ketahuilah bahwasanya musibahnya itu adalah musibah yang sebenarnya, dan apabila dia bertaubat dan beristighfar, dan berkata, 'Ini disebabkan dosa-dosaku', maka hal itu menjadi nikmat bagi dirinya. Ali radhiyallohu ‘anhu mengucapkan sebuah kalimat yang termasuk ke dalam kata-kata mutiara,


áóÇ íóÑúÌõæóäøó ÚóÈúÏñ ÅöáøóÇ ÑóÈøóåõ æóáóÇ íóÎóÇÝóäøó ÚóÈúÏñ ÅöáøóÇ ÐóäúÈóåõ.


'Janganlah seorang hamba berharap kecuali kepada Tuhannya, dan janganlah dia takut kecuali terhadap dosa-dosanya.'

Dan diriwayatkan juga dari beliau dan dari yang lainnya,


ãóÇ äóÒóáó ÈóáóÇÁñ ÅöáøóÇ ÈöÐóäúÈò æóáóÇ ÑõÝöÚó ÅöáøóÇ ÈöÊóæúÈóÉò.


'Tidaklah suatu musibah turun kecuali karena suatu dosa, dan tidaklah ia diangkat kecuali dengan taubat'." (Qa'idah fi ash-Shabr, dicetak dalam risalah-risalah beliau yang ditahqiq oleh Aziz Syams, 1/169.)

Dan murid beliau, Ibnul Qayyim rahimahullah berkata pada saat beliau menjelaskan sesuatu dari makna-makna yang ditunjukkan oleh kaidah (prinsip pokok ajaran) al-Qur`an yang muhkam ini, "Tidaklah ada keburukan-keburukan dan penyakit di dunia dan akhirat melainkan sebabnya adalah dosa-dosa dan maksiat!
Apakah yang mengeluarkan kedua moyang kita (Nabi Adam dan Hawa ’alaihimassalam) dari surga, negeri (yang penuh dengan) kelezatan, kenikmatan, kebahagiaan, dan kesenangan, menuju negeri (yang penuh dengan) rasa sakit, kesedihan, dan musibah-musibah?
Dan apakah yang mengeluarkan iblis dari kerajaan langit, yang membuat dia terusir, terlaknat, serta lahir dan batinnya menjadi buruk? Sehingga rupanya menjadi rupa yang paling buruk dan paling jelek, dan batinnya lebih buruk dan lebih jelek lagi daripada rupanya, dan kedekatan diganti dengan kejauhan, rahmat diganti dengan laknat, keindahan diganti dengan keburukan, surga diganti dengan neraka yang menyala-nyala, iman diganti dengan kufur, loyalitas kepada Penolong Yang Maha Terpuji diganti dengan permusuhan dan penentangan yang paling besar; lantunan tasbih, taqdis, dan tahlil diganti dengan lantunan kufur, syirik, bohong, dusta, keburukan; pakaian keimanan diganti dengan pakaian kekufuran, kefasikan, dan kemaksiatan? Maka hinalah dia di hadapan Allah sehina-hinanya, jatuhlah kedudukannya di mataNya sejatuh-jatuhnya, dan dia ditimpa kemurkaan Tuhan ‘azza wa jalla, sehingga Allah menghempaskannya dari atas dan murka kepadanya dengan kemurkaan yang paling besar...
Dan apakah yang telah menenggelamkan penduduk bumi seluruhnya, sehingga air menjadi tinggi melebihi puncak gunung? Apakah yang membuat angin topan menguasai kaum 'Ad sehingga ia melemparkan mereka menjadi orang-orang yang mati bergelimpangan di permukaan bumi, seolah-olah mereka itu tunggul pohon kurma yang telah lapuk? Dan menghancurkan apa yang dilewatinya berupa rumah-rumah, tanaman-tanaman, ladang-ladang, dan ternak-ternak mereka? Sehingga mereka menjadi pelajaran bagi umat-umat sampai Hari Kiamat?
Dan apakah yang telah mengirimkan sebuah teriakan yang sangat keras kepada kaum Tsamud, sehingga ia memutuskan hati-hati mereka dalam tubuh-tubuh mereka dan mereka semua mati (dari orang pertama) sampai orang terakhir dari mereka?
Dan apakah yang telah mengangkat perkampungan orang-orang yang berbuat homo sehingga para malaikat mendengar gonggongan anjing-anjing mereka, lalu membalikkannya atas mereka dan menjadikan bagian atas menjadi bagian bawah? Maka Dia menghancurkan mereka semuanya kemudian Dia mengiringinya dengan batu-batu dari Sijjil, Dia menghujani mereka dengannya, sehingga Allah menyatukan hukuman atas mereka yang belum pernah Allah lakukan terhadap umat selain mereka dan saudara-saudara mereka, dan tidaklah ia jauh dari orang-orang yang zhalim.
Dan apakah yang mengirimkan kepada kaum Syu'aib awan-awan azab seperti naungan-naungan? Maka ketika ia sudah berada di atas kepala-kepala mereka, awan-awan itu menghujani mereka dengan api yang menyala-nyala?
Dan apakah yang telah menenggelamkan Fir'aun dan kaumnya di lautan, lalu arwah-arwah mereka dipindahkan ke Neraka Jahanam, sehingga jasad-jasad mereka ditenggelamkan dan arwah-arwah mereka dibakar (di neraka)?
Dan apakah yang telah menjungkirbalikkan Qarun, rumahnya, hartanya, dan keluarganya?
Dan apakah yang telah membinasakan generasi-generasi setelah Nuh dengan berbagai macam hukuman, dan menghancurkan mereka dengan sehancur-hancurnya?..."
Kemudian beliau (Ibnul Qayyim) berkata, "Imam Ahmad rahimahullah berkata, 'Al-Walid bin Muslim telah menceritakan kepada kami, Shafwan bin Umar telah menceritakan kepada kami, Abdurrahman bin Jubair bin Nufair telah menceritakan kepada kami, dari bapaknya, dia berkata, 'Tatkala kota Cyprus ditaklukkan, dan penduduknya dipisah-pisahkan, maka sebagian mereka menangis kepada sebagian yang lain, maka aku melihat Abu ad-Darda` duduk seorang diri sambil menangis, lalu aku bertanya, 'Wahai Abu ad-Darda`, apa yang membuat Anda menangis pada hari yang mana Allah memuliakan Islam dan pemeluknya padanya?' Lalu dia menjawab, 'Celaka engkau wahai Jubair! Alangkah hinanya makhluk di sisi Allah apabila mereka menyia-nyiakan perintahNya! Padahal sebelumnya ia adalah umat yang berkuasa yang selalu menang, lalu mereka meninggalkan perintah Allah, sehingga mereka menjadi apa yang engkau lihat sekarang!'"(Al-Jawab al-Kafi, hal. 26-27.)

Beliau (Ibnul Qayyim) telah berkata panjang lebar dalam menjelaskan pengaruh dosa-dosa dan perbuatan-perbuatan maksiat terhadap pribadi dan masyarakat dalam buku beliau yang bermanfaat, al-Jawab al-Kafi, dan beliau menyebutkan sebuah perkataan yang berharga, maka ada baiknya kalau (kita) merujuk kepadanya dan mengambil manfaat darinya.
Dan hendaklah diketahui bahwasanya kita harus menyadari bahwa hukuman-hukuman tatkala ia telah disebutkan, maka tidaklah benar membatasinya pada hukuman-hukuman yang bersifat materi atau hukuman-hukuman yang bersifat kolektif -yang mana sebagiannya telah diisyaratkan oleh Ibnul Qayyim- seperti: penghancuran, tenggelam, teriakan yang sangat keras, penjara, azab yang bersifat materi, dan hal-hal yang semisalnya, maka ini tidak diragukan lagi adalah beberapa jenis hukuman, akan tetapi terdapat jenis-jenis hukuman yang lain yang boleh jadi lebih dahsyat dan lebih besar lagi, yaitu hukuman-hukuman yang menguasai hati, sehingga ia membuatnya lalai dan keras, sehingga apabila gunung-gunung yang ada di dunia bertabrakan di hadapannya, niscaya dia tetap tidak bisa mengambil pelajaran dan nasihat -kita berlindung kepada Allah- bahkan orang yang perlu dikasihani ini atau suatu umat di antara umat-umat ini, padahal dia melihat kenikmatan-kenikmatan datang silih berganti dan semakin bertambah dan dia terus-menerus berada jauh dari syariat Allah, mereka mengira bahwa hal itu adalah tanda keridhaan Allah ta’ala terhadapnya, padahal -demi Allah- itu semua termasuk di antara hukuman-hukuman yang paling besar yang mana seorang hamba dan suatu umat di antara umat-umat dicoba dengannya.
Renungkanlah dengan baik Firman Allah ta’ala,


æóáóÞóÏú ÃóÑúÓóáúäóÇ Åöáóì Ãõãóãò ãöäú ÞóÈúáößó ÝóÃóÎóÐúäóÇåõãú ÈöÇáúÈóÃúÓóÇÁö æóÇáÖøóÑøóÇÁö áóÚóáøóåõãú íóÊóÖóÑøóÚõæäó (42) ÝóáóæúáóÇ ÅöÐú ÌóÇÁóåõãú ÈóÃúÓõäóÇ ÊóÖóÑøóÚõæÇ æóáóßöäú ÞóÓóÊú ÞõáõæÈõåõãú æóÒóíøóäó áóåõãõ ÇáÔøóíúØóÇäõ ãóÇ ßóÇäõæÇ íóÚúãóáõæäó (43) ÝóáóãøóÇ äóÓõæÇ ãóÇ ÐõßøöÑõæÇ Èöåö ÝóÊóÍúäóÇ Úóáóíúåöãú ÃóÈúæóÇÈó ßõáøö ÔóíúÁò ÍóÊøóì ÅöÐóÇ ÝóÑöÍõæÇ ÈöãóÇ ÃõæÊõæÇ ÃóÎóÐúäóÇåõãú ÈóÛúÊóÉð ÝóÅöÐóÇ åõãú ãõÈúáöÓõæäó (44)


"Dan sungguh Kami telah mengutus (rasul-rasul) kepada umat-umat yang sebelum kamu, kemudian Kami siksa mereka dengan (menimpakan) kesengsaraan dan kemelaratan, supaya mereka memohon (kepada Allah) dengan tunduk merendahkan diri. Maka mengapa mereka tidak memohon (kepada Allah) dengan tunduk merendahkan diri ketika datang siksaan Kami kepada mereka, bahkan hati mereka telah menjadi keras, dan setan pun menampakkan kepada mereka kebagusan apa yang selalu mereka kerjakan. Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kami pun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa." (Al-An'am: 42-44).

Kita berlindung kepada Allah dari menjadi orang yang dimaksud oleh ayat ini, dan kita memohon kepadaNya dengan karunia dan kemurahanNya, agar Dia menerima taubat kita dan memperlihatkan kepada kita tempat-tempat kesalahan kita, tidak memberikan kita kekerasan hati, dan tidak menghukum kita dengan apa yang telah dilakukan oleh orang-orang yang lemah akalnya di antara kita. Sesungguhnya Rabbku Maha Mendengar lagi Maha Mengabulkan doa.

Hikmah Al-Quran & Mutiara Hadits : index.php
Versi Online : index.php/?pilih=lihatquran&id=390