Artikel : Hikmah Al-Quran & Mutiara Hadits
Pujian
Senin, 15 Juli 13


Memberi pujian kepada pasangan dalam waktu-waktu dan kesempatan-kesempatan tertentu meninggalkan kesan baik pada diri pasangan Anda, jangankan pasangan, orang lain saja akan senang bila dipuji, hal ini karena seseorang memerlukan pengakuan baik yang terungkapkan melalui sanjungan.

Pujian karena sesuatu yang diucapkan atau dilakukan oleh pasangan, atau pujian fisik seperti kata-kata ‘cantik’ atau ‘baik’ atau ‘kamu perhatian’ dan sejenisnya membuat pasangan merasa dihargai dan diperhatikan, dia merasa keberadaannya berarti dan diperlukan dan tidak ragu ini memberikan saham positif dalam mempererat keharmonisan dan kemesraan suami istri.

Pujian adalah kata-kata yang baik, dan kata-kata baik laik diucapkan, “Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaknya berkata-kata baik atau diam.” Begitu pesan Rasulullah.

Pujian menenteramkan dan menenangkan hati. Pujian yang baik dan tepat memberi dorongan kepada pasangan yang dipuji untuk melakukan lebih baik daripada apa yang telah dilakukan atau paling tidak mempertahankannya. Pujian yang baik dan tepat mengobati ucapan dan sikap kepada pasangan yang mungkin keliru dan tidak patut untuk diucapkan dan dilakukan, ia menjembatani keduanya untuk lebih mendekat.


وَعَنْ أُمِّ كُلْثُوْمٍ بِنْتِ عُقْبَةَ بن أَبِي مُعَيط رضي الله عنها قالت : سَمِعْتُ رسول الله صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلًّمَ يقول : " لَيْسَ الكَذَّابُ الّذِي يُصْلحُ بَيْنَ النَّاسِ فَيَنْمِي خَيْرًا ، أَوْ يَقُوْلُ خَيْرًا وفي رواية مسلم زيادة ، قالت : وَلَمْ أَسْمَعْهُ يُرَخِّصُ فِي شَيْءٍ مِمَّا يَقُوْلُهُ النَّاسُ إِلاَّ فِي ثَلاَثٍ تَعْنِي : الحَرْبَ ، وَلإِصْلاَحَ بَيْنَ النَّاسِ ، وَحَدِيثَ الرَّجُلِ امْرَأَتَهُ ، وَحَدِيثَ المَرْأَةِ زَوْجَهَا .


Dari Ummu Kultsum binti Uqbah bin Abu Muaith berkata, aku mendengar Rasulullah shallallohu 'alaihi wasallam bersabda, “Bukan pendusta orang yang memperbaiki di antara manusia lalu dia menyampaikan berita kebaikan atau berkata kebaikan.” (Muttafaq alaihi).

Tambahan riwayat Muslim dia berkata, “Aku tidak mendengar Rasulullah shallallohu 'alaihi wasallam memberi keringanan pada sesuatu dari apa-apa yang diucapkan oleh manusia kecuali pada tiga perkara yakni perang, islah (perbaikan) di antara manusia dan pembicaraan suami kepada istri, pembicaraan istri kepada suami.”

Maklum bila tidak ada manusia sempurna, termasuk suami atau istri Anda, menyanjung atau memuji kelebihan, barang kali sudah lumrah, karena itu memang sasaran pujian, sementara kekurangan atau aib adalah sasaran celaan. Tetapi yang lumrah ini tidak selamanya perlu diikuti, karena ternyata kekurangan pun bisa menjadi sasaran pujian, itu kalau kita menganut paham yang berkata, manusia itu sempurna dengan kekurangannya, kalau pun tidak kekurangan tetapi bisa dijadikan bahan sanjungan, caranya dengan tidak mencelanya, itu sudah merupakan pujian terhadap kekurangan.

Anda pikir Allah tidak tahu bahwa manusia itu penuh kekuarangan, namun demikian Allah melarang manusia saling menghina, sebagian mengejek sebagian yang lain,

لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِنْ قَوْمٍ عَسَى أَنْ يَكُونُوا خَيْرًا مِنْهُمْ [الحجرات : 11]


Janganlah satu kaum mengejek kaum yang lain, bisa jadi yang diejek lebih baik daripada yang mengejek.” Al-Hujurat: 11. Dan sudah barang tentu yang menjadi bahan ejekan adalah sesuatu yang buruk, tidak baik, dan sangat terbuka kemungkinan memang demikian, tetapi itu dilarang, berarti yang dibolehkan adalah tidak mengejek kekurangan, itulah pujian kepadanya.

Bila Anda menyanjung orang lain, maka pasangan Anda lebih berhak. Bila orang lain suka disanjung, maka pasangan Anda lebih dari orang lain. Wallahu a'lam.
Hikmah Al-Quran & Mutiara Hadits : index.php
Versi Online : index.php?pilih=lihatsakinah&id=336