Surat ash-Shafat
70. Mengumpulkan ayat-ayat perdamaian nomer, 79, 109, 120 130 dan 181, menuliskannya lalu dicelup ke dalam air, kemudian meminumnya.
71. Membaca ayat-ayat berikut pada dua raka’at dalam shalat setelah al-Fatihah:
ÓõÈúÍóÇäó ÑóÈøößó ÑóÈøö ÇáúÚöÒøóÉö ÚóãøóÇ íóÕöÝõæäó {180} æóÓóáÇóãñ Úóáóì ÇáúãõÑúÓóáöíäó {181} æóÇáúÍóãúÏõ áöáøóåö ÑóÈøö ÇáúÚóÇáóãöíäó {182}
“Maha Suci Rabbmu Yang mempunyai keperkasaan dari apa yang mereka katakan. Dan kesejahteraan dilimpahkan atas para rasul. Dan segala puji bagi Allah Rabb seru sekalian alam.” (ash-Shaffat: 180-182).
Surat ar-Rahman
72. Membaca surat ar-Rahman pada hari ketujuh setelah dikuburnya mayit. Yaitu firman Allah:
ßõáøõ ãóäú ÚóáóíúåóÇ ÝóÇäò {26}
“Semua yang ada di bumi itu akan binasa.” (ar-Rahman: 26).
Pembahasan akan diuraikan pada bab
al-Janaiz (jenazah).
Surat al-Jumu’ah dan al-Munafiqun
73. Membaca surat ini dalam shalat Subuh pada hari Jum’at, agar menjadi tanda bagi semua orang bahwa hari itu adalah hari Jum’at. Tentu saja yang demikian itu tidak disyari’atkan, bahkan sangat bertentangan dengan ketetapan syari’at, dan termasuk perbuatan bid’ah.
Surat at-Taghabun
74. Membaca ayat berikut di atas kuburan ahli kitab:
ÒóÚóãó ÇáøóÐöíäó ßóÝóÑõæÇ Ãóä áøóä íõÈúÚóËõæÇ Þõáú Èóáóì æóÑóÈøöí áóÊõÈúÚóËõäøó Ëõãøó áóÊõäóÈøóÄõäøó ÈöãóÇ ÚóãöáúÊõãú æóÐóáößó Úóáóì Çááåö íóÓöíÑñ {7}
“Orang-orang yang kafir mengatakan, bahwa mereka sekali-kali tidak akan dibangkitkan. Katakanlah: “Tidak demikian, demi Rabbku, benar-benar kamu akan dibangkitkan.” (at-Taghabun: 7).
Surat al-Muddatsir
75. Membaca surat
al-Muddatsir, al-Muzzammil atau
al-Insyirah pada malam maulid Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam, yaitu di saat shalat Isya’ atau Subuh. Yang demikian ini adalah bid’ah yang tidak berdasar. Saya telah menelusurinya dan mendapati bahwa semua ini perbuatan yang dilakukan oleh orang-orang masa kini. Saya pun tidak pernah mendapatinya dilakukan oleh orang-orang terdahulu.
Surat Abasa
76. Mengabaikan pembacaan surat ini dengan anggapan, bahwa Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam merasa sakit jika dibacakan surat ini. Tentu saja anggapan ini sesat.
Surat al-Insan
77. Membaca ayat-ayat tadabbur. Akan dibahas pada bab al-Mulaqabat.
Surat al-Muzammil
Lihat surat al-Muddatsir.
Surat ath-Thariq
78. Membaca firman Allah:
Åöäøóåõ Úóáóì ÑóÌúÚöåö áóÞóÇÏöÑõõ{8}
“Sesungguhnya Allah benar-benar kuasa untuk mengembalikannya (hidup sesudah mati).” (ath-Thariq: 8), sebanyak dua ratus kali agar barang yang telah hilang dapat kembali. Hal ini tentu saja merupakan bid’ah yang tidak mempunyai dasar.
Surat al-Insyirah
79. Membaca surat al-Insyirah dan al-Fil dalam shalat Subuh dan Maghrib, dengan keyakinan akan mendatangkan ganjaran dan manfaat bagi tubuh. Juga lihat surat al-Muddatsir.
Surat at-Tin
80. Ucapan:
Bala wa ana ‘ala dzalika minasyahidin, yang tertera dalam sebuah hadîts adalah hadîts yang tidak shahih.
Surat al-Qadr
81. Membaca surat ini setelah wudhu` adalah perbuatan bid’ah yang tidak ada dasarnya.
82. Membaca surat al-Qadr di dalam shalat Isya`, pada malam-malam ganjil sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan.
Surat al-Ashr
83. Membaca surat al-‘Ashr ketika menutup suatu acara adalah perbuatan bid’ah yang tidak ada dasarnya di dalam syari’at yang suci.
Catatan: Adapun jika surat ini dibacakan dari salah seorang pembaca, maka hal ini telah disebutkan dalam riwayat Abu Madinah ad-Darimi, ia berkata, “Dua orang sahabat Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam jika berjumpa, tidak akan berpisah kecuali masing-masing membacakan kepada yang lain;
Wal ‘Ashri Innal Insana…, lalu keduanya saling mengucapkan salam.” HR. ath-Thabrani dalam
Al-Mu’jam al-Ausath. Disebutkan oleh Ibnu Katsir dalam Tafsirnya, Al-Haitsami dalam
Majamma’ al-Fawa’id 10/307. Ia berkata, “Para perawinya adalah shahih kecuali Ibnu Aisyah, yaitu tsiqah (terpercaya)”. Dalam hal ini saya belum mendapati keshahihannya.
Surat al-Fil
84. Telah disebutkan bersamaan dengan surat al-Insyirah.
85. Membaca surat al-Fil, dengan mengulang-ulang kata
‘ka’ashfin’ beberapa kali untuk membungkam lolongan anjing.
Surat Quraisy
86. Membaca surat ini saat makan agar mendapatkan berkah.
87. Membaca surat,
Li Ila fi Qurasy.., Sakhawi berkata, “Aku tidak pernah menemukan dasar hadîtsnya.”
[
Sumber: Dinukil dari kitab Tashhîh ad-Du’â`, karya Syaikh Bakar bin Abdullah Abu Zaid, edisi bahasa Indonesia: Koreksi Doa dan Zikir, pent. Darul Haq Jakarta]