Artikel Fatwa : Bagaimana Agar Berada di Antara Harapan dan Ketakutan Senin, 23 September 24 ***
Soal :
Seorang penanya wanita berasal dari Dammam bertanya, ‘Syaikh yang mulia ! Bagaimana agar seorang mukmin berada di antara harapakan dan ketakutan ? dan bila seseorang memiliki rasa takut yang banyak, dan aku tahu bahwa karunia Allah azza wa jalla kepada para hamba-Nya itu besar. Dan bahwa rahamat-Nya mendahului kemurkaan-Nya, maka aku selalu takut sekali karena keteledoranku. Dan aku memohon kepada Allah azza wa jalla agar menganugerahkan kepada kami dan Anda pemaafan-Nya dan karunia-Nya. Bimbinglah kami dalam naungan pertanyaan ini.’
Jawab :
Syaikh ÑóÍöãóåõ Çááåõ menjawab, “Seorang mukmin wajib berjalan menuju kepada Allah ÊóÈóÇÑóßó æóÊóÚóÇáóì dengan berada di antara rasa ketakukan dan penuh harapan seperti dua sayap burung. Imam Ahmad ÑóÍöãóåõ Çááåõ mengatakan, ‘Hendanya rasa takutnya dan harapannya menjadi satu, karena mana saja dari kedua hal tersebut lebih dominan, niscaya akan binasalah pemiliknya.’
Maka, seseorang bila ia melihat dosa-dosanya dan kekurangan atau keteledoran dirinya dalam memenuhi hak-hak Allah azza wa jalla dan hak-hak para hamba-Nya, hendaknya ia merasa takut. Dan bila ia merenungkan karunia Allah azza wa jalla dan luasnya rahmat-Nya dan pemaafan-Nya, maka hendaknya ia sangat menginginkannya dan segera kembali (kepada-Nya). Atas dasar hal tersebut, maka hendaknya rasa takut seseorang dan harapannya bergabung menjadi satu kesatuan. Karena, jika rasa harapan itu yang mendominasinya, dikhawatirkan ia akan merasa aman dari makar Allah ÊóÈóÇÑóßó æóÊóÚóÇáóì , dan jika rasa takut itulah yang mendominasinya, dikhawatirkan ia bakal berputus asa dari rahmat Allah ÊóÈóÇÑóßó æóÊóÚóÇáóì , sedangkan kedua hal tersebut (yakni, merasa aman dari makar Allah ÊóÈóÇÑóßó æóÊóÚóÇáóì dan berputus asa terhadap rahmat-Nya-pen) merupakan perkara yang terlarang dan berbahaya. Allah azza wa jalla telah berfirman tentang para wali-Nya dan para Nabi-Nya,
Åöäøóåõãú ßóÇäõæÇ íõÓóÇÑöÚõæäó Ýöí ÇáúÎóíúÑóÇÊö æóíóÏúÚõæäóäóÇ ÑóÛóÈðÇ æóÑóåóÈðÇ æóßóÇäõæÇ áóäóÇ ÎóÇÔöÚöíäó [ÇáÃäÈíÇÁ : 90]
Sesungguhnya mereka selalu bersegera dalam (mengerjakan) kebaikan dan berdoa kepada Kami dengan penuh harap dan cemas. Mereka adalah orang-orang yang khusyuk kepada Kami (al-Anbiya : 90)
Dan, ada ulama yang mengatakan : Jika seseorang melakukan berbagai bentuk ketaatan, maka hendaklah seseorang mengunggulkan sisi harapan dan penerimaan, dan bahwa Allah ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì tidak akan pernah menyia-nyiakan pahala orang yang mengerjakan perbuatan baik. Dan jika seseorang telah mengerjakan hal-hal yang diharamkan, hendaknya ia mengungulkan sisi rasa takutnya, dan ia takut kalau-kalau keburukan yang telah dilakukanya tersebut akan mengakibatkan datangnya berbagai macam bentuk hukuman yang bersifat disegerakan atau pada masa-masa yang akan datang.
Ada juga di antara ulama yang lainnya yang mengatakan : Saat dalam kondisi sehat hendaknya seseorang mengedepankan sisi rasa takutnya, agar hal itu mendorongnya untuk melakukan kewajiban-kewajiban dan meninggalkan hal-hal yang diharamkan. Sedangkan pada saat kondisi sakit yang dikhawatirkan ia akan segera menemui rabbnya karena hal tesebut, hendaknya ia mengedepankan sisi harapannya, agar supaya ia mati nantinya dalam keadaan berprasangka baik kepada Allah azza wa jalla.
Bagaimana pun kondisinya, seorang insan wajib berupaya agar tidak dikuasai oleh rasa takut hingga ia akan berputus asa dari rahmat Allah ÊóÈóÇÑóßó æóÊóÚóÇáóì , atau agar ia tidak dikuasai oleh harapan hingga ia akan merasa aman dari makar Allah ÊóÈóÇÑóßó æóÊóÚóÇáóì . Dan, hendaknya ia berjalan menuju kepada rabbnya dengan berada di antara ini (yakni, rasa takut/cemas) dan ini (yakni, harapan).
Wallahu A’lam
Sumber :
Fatawa Nur ‘Ala ad-Darb, Muhammad bin Shaleh al-Utsaimin, Jilid 1, hal. 84-85, soal : 47.
Hit : 147 |
Index Fatwa |
Beritahu teman |
Versi cetak |
Bagikan
| Index Tazkiyatunnufus dan Dzikir |
|