Sesungguhnya membuat bacaan dzikir dan do`a yang disusun berdasarkan konteks waktu, seperti do`a untuk jam tertentu, siang, malam, pekan, bulan dan tahun, yang tidak ada landasan dalil syar’i-nya adalah perbuatan bid’ah di dalam agama dan merupakan bentuk ibadah yang tidak diperbolehkan oleh syariat, dan dapat menyeret kepada prilaku menyerupai tindakan orang-orang kafir dari kaum Yahudi, Nasrani dan para penyembah berhala dalam mengagungkan momen-momen tahunan dan yang lainnya, beserta dzikir-dzikir dan nyanyian-nyanyian yang mereka ciptakan di dalamnya, seperti pada hari-hari perayaan dan momen-momen ritual mereka serta hari-hari kelahiran para pembesar mereka.
Bid’ah seperti ini juga telah melanda sebagian kaum muslimin. Sebagian di antaranya ada yang sudah hilang, dan sebagian yang lain masih ada di sebagian negara, sebagian lagi ada yang justeru muncul pada masa belakangan. Setelah penelitian yang penulis lakukan, maka saya temukan di sana terdapat lima belas waktu, dan tidak satu pun yang bersumber dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, bahkan sebagiannya sama sekali tidak pernah ada riwayatnya. Waktu-waktu tersebut, adalah:
1. Do`a awal tahun
Tidak satu pun dari dzikir atau do`a awal tahun yang berasal dari ajaran Islam, baik untuk siang ataupun malam harinya dari hari pertama bulan Muharram. Pada hari ini (awal tahun, menyambut tahun baru), banyak orang yang telah melakukan hal baru (bid`ah) dari mulai do`a, dzikir, kenang-kenangan, saling mengucapkan selamat, berpuasa pada hari pertama, memeriahkan malam tahun baru (malam pertama dari bulan Muharram) dengan shalat, dzikir dan do`a, berpuasa di akhir tahun (hari terakhir), sampai hal-hal lain yang sama sekali tidak ada dalilnya.
2. Do`a akhir tahun(Ishlah al-Masajid, hal. 129; dan as-Sunan wa al-Mubtada’at, hal. 167):
Tidak satu pun dzikir atau do`a untuk akhir tahun yang mempunyai dasar dalil di dalam syariat Islam. Pada akhir tahun, banyak orang yang berdo`a dan menyusun do`a yang tidak diperbolehkan oleh syariat Islam. Itu semua adalah perbuatan bid’ah yang tidak punya landasan syar’i.
3 & 4 Musim panas dan musim semi (al-I’tisham, (2/19))
Di antara keanehan-keanehan kaum sufi adalah mengkhususkan beberapa musim dengan ibadah tertentu, seperti musim panas, menurut sebagian mereka, dan musim semi, menurut sebagian yang lain.
5. Do`a awal bulan
Dari Ibnu Umar radhiyallahu 'anhu, ia berkata, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam jika melihat hilal, beliau bersabda,
Çááåõ ÃóßúÈóÑõ¡ Çááóøåõãóø Ãóåöáóøåõ ÚóáóíúäóÇ ÈöÇúáÃóãúäö æóÇúáÅöíúãóÇäö¡ æóÇáÓóøáÇóãóÉö æóÇúáÅöÓúáÇóãö¡ æóÇáÊóøæúÝóíúÞö áöãóÇ ÊõÍöÈõø æóÊóÑúÖóí¡ ÑóÈöøíú æóÑóÈõøßó Çááåõ.
“Allah Maha Besar. Ya Allah, mulakanlah bulan baru ini bagi kami dengan membawa keamanan, keimanan, keselamatan, Islam dan taufik kepada apa yang Engkau cintai dan ridhai. Tuhanku dan Tuhanmu adalah Allah.” (HR. ad-Darimi, dan mempunyai banyak riwayat penguat).
Dan di antara bid’ah yang dilakukan oleh banyak orang adalah: perkataan mereka sewaktu melihat hilal pada awal bulan:
“Bulan-Mu telah terbit, bulan yang diberkahi atas kami dan atas-Mu, wahai Tuhan kami..” Ini merupakan kebodohan yang paling buruk terhadap dzikir dan do`a.
6. Hari Asyura (hari kesepulah dari bulan Muharram)
Ini adalah hari yang dijadikan oleh kelompok Rafidhah Syi`ah
-semoga Allah ta’ala memburukkan keadaan mereka- sebagai acara pertemuan untuk mengenang kematian Husain
radhiyallahu 'anhu, di dalamnya mereka melakukan berbagai macam bid’ah, kemungkaran dan kesesatan.
Yang sudah menjadi sandaran bagi pemeluk agama Islam adalah bahwa tidak ada satu pun hadîts tentang hari Asyura yang shahih, baik siangnya maupun malamnya. Semua hadîts yang diriwayatkan tentang hari ini dan tentang anjuran memberi keleluasaan kepada keluarga di dalamnya adalah palsu (
maudhu’) dan tidak benar.
Tidak ada hadîts shahih yang berkaitan dengannya selain melakukan puasa pada hari itu dan pada hari sebelumnya (hari kesembilan dari Muharram) mengingat pada hari kesembilan ini Allah
ta’ala telah menyelamatkan Nabi Musa
'alaihi sallam.
Di antara bid’ah-bid’ah dzikir dan do`a pada hari Asyura ini adalah: meramaikan malamnya dengan dzikir dan ibadah, lalu membacakan do`a khusus dengan nama “Do`a ‘Asyura”, dan (mereka meyakini) bahwasanya orang yang membacanya tidak akan mati pada tahun tersebut, lalu membaca surat dalam al-Qur’an yang berisikan tentang Nabi Musa
'alaihi sallam, mereka membacanya dalam shalat Subuh pada pagi hari Asyura, lalu berkumpul pada hari tersebut untuk berdzikir, berdo`a dan meratapi Husain
radhiyallahu 'anhu di atas mimbar, dan meyakini bahwasanya dupa (kemenyan) pada hari Asyura sebagai
ruqyah (terapi) untuk mengusir kedengkian, sihir, dan nasib buruk, dan lain sebagainya dari hal-hal yang diabaikan oleh Allah
ta’ala, Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman.
7. Hari Rabu akhir bulan Shafar
Di antara bid’ah-bid’ah yang dilakukan oleh banyak orang pada hari Rabu akhir bulan Shafar adalah mengumpulkan ayat-ayat yang mempunyai ungkapan salâm (kesejahteraan) di dalam al-Qur’an, yaitu firman Allah ta’ala: ÓáÇã Úáì äæÍ Ýí ÇáÚÇáãíä
“Kesejahteraan dilimpahkan atas Nuh di seluruh alam.” (ash-Shaffat: 79). ÓáÇã Úáì ÅÈÑÇåíã
“(yaitu) “Kesejahteraan dilimpahkan atas Ibrahim”, (ash-Shaffat: 109). ÓáÇã Úáì ãæÓì æåÇÑæä
“(yaitu): “Kesejahteraan dilimpahkan atas Musa dan Harun.” (ash-Shaffat: 120). ÓáÇã Úáì ÅáíÇÓíä
“(yaitu): “Kesejahteraan dilimpahkan atas Ilyas.” (ash-Shaffat: 130). æÓáÇã Úáì ÇáãÑÓáíä æÇáÍãÏ ááå ÑÈ ÇáÚÇáãíä
“Dan kesejahteraan dilimpahkan atas para rasul. Dan segala puji bagi Allah Rabb seru sekalian alam.” (ash-Shaffat: 181-182). Selanjutnya, menulisnya di kertas, kemudian dibasuh di dalam sebuah wadah, lalu diminum airnya dengan keyakinan berbagai macam kejelekan akan hilang.
[
Sumber: Dinukil dari kitab Tashhîh ad-Du’â`, karya Syaikh Bakar bin Abdullah Abu Zaid, edisi bahasa Indonesia: Koreksi Doa dan Zikir, pent. Darul Haq Jakarta]