Artikel Fatwa : Hukum Mengadakan Ritual di Kuburan dengan Berkeliling dan Memohon kepada Para Penghuninya (Bag.1) Kamis, 02 September 21 Pertanyaan:
Syaikh Ibnu Utsaimin ditanya tentang hukum orang yang kebiasaannya mengadakan ritual di kuburan dengan berkeliling di sekitarnya, memohon kepada para penghuninya, bernadzar untuk mereka dan (mengadakan) berbagai ritual lainnya.
Jawaban:
Ini pertanyaan yang amat serius dan jawabannya butuh pemaparan panjang-lebar, atas pertongan Allah-ÓÈÍÇäå æÊÚÇáì-kami katakan, sesungguhnya para penghuni kubur tersebut terbagi kepada dua klasifikasi:
Pertama, mereka yang meninggal dunia dalam kondisi Muslim dan manusia telah memuji mereka secara baik; orang yang dalam klasifikasi ini kita harapkan mendapat kebaikan, namun begitu, mereka amat membutuhkan doa dari saudara-saudara mereka, kaum Muslimin, agar mendapatkan ampunan dan rahmat dari Allah. Ini masuk kategori Firman Allah,
æóÇáøóÐöíäó ÌóÇÁõæÇ ãöäú ÈóÚúÏöåöãú íóÞõæáõæäó ÑóÈøóäóÇ ÇÛúÝöÑú áóäóÇ æóáöÅöÎúæóÇäöäóÇ ÇáøóÐöíäó ÓóÈóÞõæäóÇ ÈöÇáúÅöíãóÇäö æóáóÇ ÊóÌúÚóáú Ýöí ÞõáõæÈöäóÇ ÛöáøðÇ áöáøóÐöíäó ÂãóäõæÇ ÑóÈøóäóÇ Åöäøóßó ÑóÁõæÝñ ÑóÍöíãñ (10)
"Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshar), mereka berdoa, 'Ya Rabb kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman. Ya Rabb kami, sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyanyang." (Al-Hasyr: 10).
Dia sendiri tidak dapat memberikan manfaat kepada siapa pun karena kondisinya sebagai mayat, jasad tak bernyawa yang tidak bisa membentengi dirinya dari marabahaya apalagi terhadap selainnya. Dia juga tidak dapat mendatangkan manfaat buat dirinya apalagi buat orang lain selain dirinya, karenanya dia amat membutuhkan manfaat (jasa) yang diupayakan oleh saudara-saudaranya sementara dia tidak dapat memberikan manfaat kepada mereka.
Kedua, Orang-orang yang karena ulah perbuatan-perbuatan mereka sendiri, menyeret mereka kepada kefasikan yang mengeluarkan dari dien ini, seperti mereka yang mengaku sebagai para wali, mengetahui hal yang ghaib, dapat menyembuhkan penyakit serta dapat mendatangkan kebaikan dan manfaat melalui sebab-sebab yang tidak diketahui secara fisik dan syara'. Mereka itulah orang-orang yang telah meninggal dunia dalam kekafiran, tidak boleh berdoa untuk mereka, juga tidak boleh memohonkan rahmat buat mereka. Hal ini berdasarkan Firman Allah,
ãóÇ ßóÇäó áöáäøóÈöíøö æóÇáøóÐöíäó ÂãóäõæÇ Ãóäú íóÓúÊóÛúÝöÑõæÇ áöáúãõÔúÑößöíäó æóáóæú ßóÇäõæÇ Ãõæáöí ÞõÑúÈóì ãöäú ÈóÚúÏö ãóÇ ÊóÈóíøóäó áóåõãú Ãóäøóåõãú ÃóÕúÍóÇÈõ ÇáúÌóÍöíãö (113) æóãóÇ ßóÇäó ÇÓúÊöÛúÝóÇÑõ ÅöÈúÑóÇåöíãó áöÃóÈöíåö ÅöáøóÇ Úóäú ãóæúÚöÏóÉò æóÚóÏóåóÇ ÅöíøóÇåõ ÝóáóãøóÇ ÊóÈóíøóäó áóåõ Ãóäøóåõ ÚóÏõæøñ áöáøóåö ÊóÈóÑøóÃó ãöäúåõ Åöäøó ÅöÈúÑóÇåöíãó áóÃóæøóÇåñ Íóáöíãñ (114)
"Tiadalah sepatutnya bagi Nabi dan orang-orang yang beriman memintakan ampun (kepada Allah) bagi orang-orang musyrik, walaupun orang-orang musyrik itu adalah kaum kerabat(nya), sesudah jelas bagi mereka, bahwasanya orang-orang musyrik itu adalah penghuni neraka Jahanam. Dan permintaan ampun dari Ibrahim (kepada Allah) untuk bapaknya, tidak lain hanyalah karena suatu janji yang telah diikrarkannya kepada bapaknya itu. Maka tatkala jelas bagi Ibrahim bahwa bapaknya itu adalah musuh Allah, maka Ibrahim berlepas diri daripadanya. Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang yang sangat lembut hatinya lagi penyantun." (At-Taubah: 113-114).
Mereka itu tidak dapat memberikan manfaat dan tidak pula menimpakan mudharat/marabahaya kepada siapa pun. Jadi, tidak boleh bagi siapa pun untuk menggantungkan diri kepada mereka. Bila ternyata ditakdirkan bahwa ada salah seorang yang menyaksikan kekeramatan mereka, seperti terlihat baginya seolah di kuburannya memancar cahaya, atau keluar bau semerbak dari kuburannya dan lain sebagainya, sementara mereka itu dikenal sebagai orang yang mati dalam kekafiran, maka hal ini semata adalah tipu daya iblis dan akal bulusnya untuk membuat mereka terkesan dengan para penghuni kuburan itu.
Saya ingin mengingatkan kaum Muslimin, dari ketergantungan hati kepada siapa pun selain Allah -ÓÈÍÇäå æÊÚÇáì- sebab di TanganNyalah kekuasaan langit dan bumi dan kepadaNyalah jua semua urusan akan kembali, tidak ada yang dapat mengabulkan permohonan orang yang berhajat selain Allah dan tidak ada yang dapat menyingkap kejahatan selain Allah. Dia berfirman,
æóãóÇ Èößõãú ãöäú äöÚúãóÉò Ýóãöäó Çááøóåö Ëõãøó ÅöÐóÇ ãóÓøóßõãõ ÇáÖøõÑøõ ÝóÅöáóíúåö ÊóÌúÃóÑõæäó (53)
"Dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari Allah-lah (da-tangnya), dan bila kamu ditimpa oleh kemudharatan, maka hanya kepadaNyalah kamu meminta pertolongan." (An-Nahl: 53).
Nasehat saya untuk mereka juga agar tidak hanya mentaklid (mengikuti tanpa dasar ilmu) dalam urusan Din (agama) mereka dan hendaknya mereka tidak mengikuti siapa pun selain Rasulullah -Õáì Çááå Úáíå æÓáã- sebagaimana Firman Allah,
áóÞóÏú ßóÇäó áóßõãú Ýöí ÑóÓõæáö Çááøóåö ÃõÓúæóÉñ ÍóÓóäóÉñ áöãóäú ßóÇäó íóÑúÌõæ Çááøóåó æóÇáúíóæúãó ÇáúÂÎöÑó æóÐóßóÑó Çááåó ßóËöíÑðÇ (21)
"Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) Hari Kiamat dan dia banyak menyebut Allah." (Al-Ahzab: 21).
Þõáú Åöäú ßõäúÊõãú ÊõÍöÈøõæäó Çááøóåó ÝóÇÊøóÈöÚõæäöí íõÍúÈöÈúßõãõ Çááåõ
"Katakanlah, 'Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihimu." (Ali Imran: 31).
Seluruh kaum Muslimin wajib menimbang perbuatan orang yang mengklaim sebagai wali tersebut dengan timbangan Kitabullah dan as-Sunnah; jika sesuai dengan keduanya, maka semoga saja dia termasuk salah seorang dari para wali Allah, dan jika dia menyelisihi Kitabullah dan as-Sunnah, maka dia bukanlah wali Allah sebab Allah sendiri berfirman,
ÃóáóÇ Åöäøó ÃóæúáöíóÇÁó Çááåö áóÇ ÎóæúÝñ Úóáóíúåöãú æóáóÇ åõãú íóÍúÒóäõæäó (62) ÇáøóÐöíäó ÂãóäõæÇ æóßóÇäõæÇ íóÊøóÞõæäó (63)
"Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (Yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa." (Yunus: 62-63).
Siapa saja yang beriman dan bertakwa, maka dialah wali Allah dan siapa saja yang bukan demikian, dia bukanlah waliNya. Siapa saja yang ada padanya sebagian iman dan takwa, maka padanya sesuatu dari kewalian itu, meskipun demikian, kita tidak dapat memastikan adanya sesuatu itu pada sosok tertentu akan tetapi kita akan mengatakannya secara keseluruhan bahwa setiap orang yang beriman dan bertakwa, maka dialah wali Allah.
Continu...
Kumpulan Fatwa dan Risalah Syaikh Ibnu Utsaimin, Juz II, hal. 227-231
Sumber: 'al-Fatawa asy-Syar'iyyah Fi al-Masail al-Ashriyyah Min Fatawa Ulama al-Balad al-Haram,'
(Fatwa-Fatwa Syar'i Terhadap Permasalahan Kontemporer Oleh Para Ulama Kota Suci dari syaikh Khalid bin Abdurrahman al-Juraisiy).
Diposting oleh: Abdul ððWakhid Hit : 2106 |
Index Fatwa |
Beritahu teman |
Versi cetak |
Bagikan
| Index Syirik dan Sejenisnya |
|