Artikel Fatwa : Hukum Mengadakan Ritual di Kuburan dengan Berkeliling dan Memohon kepada Para Penghuninya (Bag.2) Kamis, 02 September 21 Ketahuilah, bahwa Allah bisa saja menguji seseorang dengan salah satu dari hal-hal ini; bisa jadi seseorang menggantungkan hatinya kepada sebuah kuburan lalu memohon kepada penghuninya atau mengambil sesuatu dari tanahnya untuk mencari berkah lantas terkabul keinginannya. Itu adalah cobaan dari Allah terhadap orang ini sebab kita mengetahui bahwa kuburan tersebut tidak dapat mengabulkan permohonan, demikian pula tanah itu tidak dapat dijadikan sebagai penyebab hilangnya suatu marabahaya atau didapatnya suatu manfaat. Kita mengetahui hal ini berdasarkan firman-firman Allah -ÓÈÍÇäå æÊÚÇáì-,
æóãóäú ÃóÖóáøõ ãöãøóäú íóÏúÚõæ ãöäú Ïõæäö Çááøóåö ãóäú áóÇ íóÓúÊóÌöíÈõ áóåõ Åöáóì íóæúãö ÇáúÞöíóÇãóÉö æóåõãú Úóäú ÏõÚóÇÆöåöãú ÛóÇÝöáõæäó (5) æóÅöÐóÇ ÍõÔöÑó ÇáäøóÇÓõ ßóÇäõæÇ áóåõãú ÃóÚúÏóÇÁð æóßóÇäõæÇ ÈöÚöÈóÇÏóÊöåöãú ßóÇÝöÑöíäó (6)
"Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang menyembah sembahan-sembahan selain Allah yang tiada dapat memperkenankan (doanya) sampai Hari Kiamat dan mereka lalai dari (memperhatikan) doa mereka. Dan apabila manusia dikumpulkan (pada Hari Kiamat) niscaya sembahan-sembahan mereka itu menjadi musuh mereka dan mengingkari pemujaan-pemujaan mereka." (Al-Ahqaf: 5-6).
æóÇáøóÐöíäó íóÏúÚõæäó ãöäú Ïõæäö Çááøóåö áóÇ íóÎúáõÞõæäó ÔóíúÆðÇ æóåõãú íõÎúáóÞõæäó (20) ÃóãúæóÇÊñ ÛóíúÑõ ÃóÍúíóÇÁò æóãóÇ íóÔúÚõÑõæäó ÃóíøóÇäó íõÈúÚóËõæäó (21)
"Dan berhala-berhala yang mereka seru selain Allah, tidak dapat membuat sesuatu apapun, sedang berhala-berhala itu (sendiri) dibuat orang. (Berhala-berhala itu) benda mati tidak hidup, dan berhala-berhala itu tidak mengetahui bilakah penyembah-penyembahnya akan dibangkitkan." (An-Nahl: 20-21).
Dan ayat-ayat yang semakna dengan itu banyak sekali yang menunjukkan bahwa setiap orang yang memohon kepada selain Allah, maka ia tidak akan dapat mengabulkan permohonan tersebut dan tidak akan bermanfaat bagi si pemohonnya, akan tetapi bisa saja apa yang diinginkannya dalam permohonannya tersebut terkabul ketika dia memohon (berdoa) kepada selain Allah sebagai fitnah dan ujian dariNya.
Kami tegaskan, jika sesuatu yang diinginkan itu terkabul ketika berdoa tersebut, yakni doa yang dimohonkan kepada selain Allah, bukan lantaran doanya itu sendiri (hal itu terkabul, pent.). Dalam hal ini adalah berbeda antara pengertian sesuatu terjadi dengan (karena) sesuatu dan sesuatu terjadi di sisi sesuatu secara kebetulan (ketika melakukan sesuatu itu), maka kita mengetahui secara yakin berdasarkan ayat-ayat yang banyak sekali yang disebutkan oleh Allah -ÓÈÍÇäå æÊÚÇáì- di dalam kitabNya bahwa permohonan kepada selain Allah bukanlah faktor yang menyebabkan didapatinya suatu manfaat atau tertolaknya suatu mudharat (marabahaya) akan tetapi bisa saja sesuatu terjadi ketika bermohon (melakukan doa) sebagai bentuk fitnah dan ujian. Sebab, Allah terkadang menguji seseorang melalui faktor-faktor yang dapat menyebabkannya melakukan perbuatan maksiat agar Dia mengetahui siapa orang yang menjadi hambaNya dan siapa pula yang menjadi hamba (budak) nafsunya. Sebagai contoh, bukankah kita mengetahui perihal orang-orang Yahudi yang melanggar ketentuan Allah pada hari Sabtu (Ashhab asSabt) di mana Allah telah mengharamkan bagi mereka berburu ikan pada hari tersebut, lalu Allah -ÓÈÍÇäå æÊÚÇáì- menguji mereka dengan menjadikan keberadaan ikan-ikan tersebut banyak sekali pada hari Sabtu tersebut sedangkan pada hari lainnya malah tidak muncul dan kondisi seperti ini berlangsung lama sehingga mereka berkata, "Kenapa kita mesti melarang diri kita dari berburu ikan-ikan ini?" Kemudian mereka berfikir, menaksir-naksir, merenung lalu memutuskan sembari berkata, "Kalau begitu, kita buat saja jaring ikan dan kita pasang pada hari Jum'at lalu pada hari Ahad kita akan mengambil ikan-ikan tersebut." Mereka berani nekad melakukan hal itu, tidak lain sebagai akal bulus mereka untuk melanggar larangan-larangan Allah. Karenanya, Allah menjadikan mereka kera-kera yang hina, sebagaimana firmanNya,
æóÇÓúÃóáúåõãú Úóäö ÇáúÞóÑúíóÉö ÇáøóÊöí ßóÇäóÊú ÍóÇÖöÑóÉó ÇáúÈóÍúÑö ÅöÐú íóÚúÏõæäó Ýöí ÇáÓøóÈúÊö ÅöÐú ÊóÃúÊöíåöãú ÍöíÊóÇäõåõãú íóæúãó ÓóÈúÊöåöãú ÔõÑøóÚðÇ æóíóæúãó áóÇ íóÓúÈöÊõæäó áóÇ ÊóÃúÊöíåöãú ßóÐóáößó äóÈúáõæåõãú ÈöãóÇ ßóÇäõæÇ íóÝúÓõÞõæäó (163)
"Dan tanyakanlah kepada Bani Israil tentang negeri yang terletak di dekat laut ketika mereka melanggar aturan pada hari Sabtu, di waktu datang kepada mereka ikan-ikan (yang berada di sekitar) mereka terapung-apung di permukaan air, dan di hari-hari bukan Sabtu, ikan-ikan itu tidak datang kepada mereka. Demikianlah Kami mencoba mereka disebabkan mereka berlaku fasik." (Al-A'raf: 163).
Dan FirmanNya,
æóáóÞóÏú ÚóáöãúÊõãõ ÇáøóÐöíäó ÇÚúÊóÏóæúÇ ãöäúßõãú Ýöí ÇáÓøóÈúÊö ÝóÞõáúäóÇ áóåõãú ßõæäõæÇ ÞöÑóÏóÉð ÎóÇÓöÆöíäó (65) ÝóÌóÚóáúäóÇåóÇ äóßóÇáðÇ áöãóÇ Èóíúäó íóÏóíúåóÇ æóãóÇ ÎóáúÝóåóÇ æóãóæúÚöÙóÉð áöáúãõÊøóÞöíäó (66)
"Dan sesungguhnya telah Kami ketahui orang-orang yang melanggar di antaramu pada hari Sabtu, lalu Kami berfirman kepada mereka, "Jadilah kamu kera yang hina". Maka Kami jadikan yang demikian itu peringatan bagi orang-orang di masa itu dan bagi mereka yang datang kemudian, serta menjadi pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa." (Al-Baqarah: 65-66).
Mari kita renungkan, bagaimana Allah demikian memudahkan bagi mereka berburu ikan-ikan tersebut pada hari yang justru mereka dilarang melakukannya akan tetapi mereka -wal 'iyadzu billah- tidak mau bersabar, lantas menyiasatinya dengan akal bulus tersebut terhadap larangan-larangan Allah.
Dalam pada itu, mari kita renungkan pula ujian yang Allah berikan kepada para sahabat Nabi -Õáì Çááå Úáíå æÓáã- saat mereka dilarang berburu dalam kondisi sedang berihram padahal buruan-buruan tersebut dengan mudahnya dapat mereka tangkap akan tetapi mereka semua tidak berani melakukan sedikit pun dari larangan itu. Allah -ÓÈÍÇäå æÊÚÇáì- berfirman,
íóÇ ÃóíøõåóÇ ÇáøóÐöíäó ÂãóäõæÇ áóíóÈúáõæóäøóßõãõ Çááøóåõ ÈöÔóíúÁò ãöäó ÇáÕøóíúÏö ÊóäóÇáõåõ ÃóíúÏöíßõãú æóÑöãóÇÍõßõãú áöíóÚúáóãó Çááøóåõ ãóäú íóÎóÇÝõåõ ÈöÇáúÛóíúÈö Ýóãóäö ÇÚúÊóÏóì ÈóÚúÏó Ðóáößó Ýóáóåõ ÚóÐóÇÈñ Ãóáöíãñ (94)
"Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya Allah akan menguji kamu dengan sesuatu dari binatang buruan yang mudah didapat oleh tangan dan tombakmu supaya Allah mengetahui orang yang takut kepadaNya, biarpun ia tidak dapat melihatNya. Barangsiapa yang melanggar batas sesudah itu, maka baginya azab yang pedih." (Al-Ma`idah: 94).
Buruan-buruan itu dengan mudah dapat mereka tangkap; buruan biasa dapat mereka tangkap dengan tangan sedangkan buruan yang berupa burung, dapat mereka bunuh dengan tombak. Ini semua gampang sekali bagi mereka akan tetapi mereka lebih takut kepada Allah -ÓÈÍÇäå æÊÚÇáì-T sehingga tidak berani menangkap satupun dari buruan-buruan tersebut.
[P]Demikian seharusnya seseorang wajib bertakwa kepada Allah -ÓÈÍÇäå æÊÚÇáì- manakala faktor yang menyebabkan dilakukannya perbuatan yang diharamkan telah ada di depan mata, dan tidak malah nekat melakukannya. Dia wajib mengetahui bahwa faktor-faktor penyebabnya tersebut dipermudahkannya baginya adalah merupakan cobaan dan ujian, karenanya dia harus mengekang dirinya dan bersabar sebab pastilah hasil akhir yang baik akan diraih oleh orang yang bertakwa.
Kumpulan Fatwa dan Risalah Syaikh Ibnu Utsaimin, Juz II, hal. 227-231
Sumber: 'al-Fatawa asy-Syar'iyyah Fi al-Masail al-Ashriyyah Min Fatawa Ulama al-Balad al-Haram,'
(Fatwa-Fatwa Syar'i Terhadap Permasalahan Kontemporer Oleh Para Ulama Kota Suci dari syaikh Khalid bin Abdurrahman al-Juraisiy).
Diposting oleh: Abdul wakhid Hit : 2070 |
Index Fatwa |
Beritahu teman |
Versi cetak |
Bagikan
| Index Syirik dan Sejenisnya |
|