Artikel Hadits : DUSTA, PENYAKIT KRONIS YANG SUSAH DISEMBUHKAN Jumat, 30 April 10 ÝÞÇá ÑÓæá Çááå Ýí ÇáÍÏíË ÇáÕÍíÍ ( ÓáÓáÉ ÇáÕÍíÍÉ2052) : « ãÇ ßÇä ÎáÞ ÃÈÛÖ Åáì ÑÓæá Çááå Õáì Çááå Úáíå æÓáã ãä ÇáßÐÈ… »
”Tidaklah ada akhlaq yang lebih dibenci oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam daripada dusta…”(Shahih, lihat Silsilah ash-Shahihah 2052)
Sesungguhnya dusta adalah penyimpangan akhlaq, dia adalah salah satu akhlak/perilaku yang paling buruk, dan sifat yang tercela. Ia menjadikan manusia seperti binatang yang tidak bisa diambil faidah dari ucapannya, bahkan binatang tidak berbahaya ucapannya, sedangkan para pendusta bisa menimpakkan bahaya dengan ucapannya. Maka dari sisi ini binatang lebih baik dari pendusta. Dan dusta termasuk perilaku orang-orang munafik dan perilaku yang dibenci oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala dan Rasul-Nya shallallahu 'alaihi wasallam. Barang siapa yang terbiasa dengannya, dia dicatat di sisi Allah sebagai “Kadzdzab”(orang yang banyak berdusta) dan dusta menjerumuskannya ke dalam keburukan. Berbeda dengan orang yang jujur dan berusaha untuk senantiasa jujur, maka kejujurannya akan menunjukkan ke pada jalan-jalan kebaikan, dan dia dicatat di sisi Allah sebagai”Shiddiq”(orang yang jujur). Maka setiap kali dia akan melakukan kesalahan, dia teringat bahwasanya orang-orang akan bertanya kepadanya:”Apakah engkau melakukannya (dosa)?” sedangkan dia tidak mungkin untuk berbohong,maka dia terhindar dari perkara-perkar buruk karena kejujurannya. Hal ini sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam:
« ÅíÇßã æÇáßÐÈ ÝÅä ÇáßÐÈ íåÏí Åáì ÇáÝÌæÑ ¡ æÅä ÇáÝÌæÑ íåÏí Åáì ÇáäÇÑ ¡ æÅä ÇáÑÌá áíßÐÈ ¡ æíÊÍÑì ÇáßÐÈ ¡ ÍÊì íßÊÈ ÚäÏ Çááå ßÐÇÈÇ ¡ æÚáíßã ÈÇáÕÏÞ ¡ ÝÅä ÇáÕÏÞ íåÏí Åáì ÇáÈÑ ¡ æÅä ÇáÈÑ íåÏí Åáì ÇáÌäÉ ¡ æÅä ÇáÑÌá áíÕÏÞ æíÊÍÑì ÇáÕÏÞ ¡ ÍÊì íßÊÈ ÚäÏ Çááå ÕÏíÞÇ » ( ÕÍíÍ ) _ æÃÎÑÌ ÇáÈÎÇÑí æãÓáã äÍæå ¡ ãÎÊÕÑ ÕÍíÍ ãÓáã 1809 ¡ ÕÍíÍ ÇáÌÇãÚ 4071 .
”Jauhilah oleh kalian dusta, karena dusta menjerumuskan kepada perbuatan dosa, dam perbuatan dosa mejerumuskan kepada Neraka. Dan sesungguhnya seseorang berdusta, dan membiasakan diri dengannya sehingga dicatat di sisi Allah sebagai “Kadzdzab”. Dan hedaklah kalian bersikap jujur, karena kejujuran menunjukkan kepada kebaikan, dan kebaikan menunjukkan kepada Surga. Dan sesungguhnya seorang laki-laki bersikap jujur dan bersungguh-sungguh untuk jujur, sehingga dicatat di sisi Allah sebagai ”Shiddiq”.” (Shahih, riwayat Imam al-Bukhari dan imam Muslim dengan sedikit perbedaan redaksi. Lihat Mukhtashar Shahih Muslim 1809, Shahih al-Jami’ 4071)
Maka betapa indahnya sifat ini (jujur) dan betapa besarnya manfaat yang diperolehnya.
Allah Subhanahu wa Ta'ala telah mengancam para pendusta dalam al-Qur’an dan as-Sunnah. Dalam al-Qur’an adalah firman Allah Subhanahu wa Ta'ala:
« Åä Çááå áÇ íåÏí ãä åæ ãÓÑÝ ßÐÇÈ » (ÛÇÝÑ: 28.)
”Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang melampui batas lagi pendusta.” (QS. Ghafir (al-Mu’min):28)
Dan firman Allah Subhanahu wa Ta'ala:
« æíá áßá ÃÝÇß ÃËíã » (ÇáÌÇËíÉ:7).
”Kecelakaan yang besarlah bagi tiap-tiap orang yang banyak berdusta lagi banyak berdusta.” (QS. Al-Jatsiyah: 7)
Dan dari hadits adalah sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam:
« ÅíÇßã æÇáßÐÈ ÝÅä ÇáßÐÈ íåÏí Åáì ÇáÝÌæÑ ¡ æÅä ÇáÝÌæÑ íåÏí Åáì ÇáäÇÑ ¡ æÅä ÇáÑÌá áíßÐÈ ¡ æíÊÍÑì ÇáßÐÈ ¡ ÍÊì íßÊÈ ÚäÏ Çááå ßÐÇÈÇ ¡ æÚáíßã ÈÇáÕÏÞ ¡ ÝÅä ÇáÕÏÞ íåÏí Åáì ÇáÈÑ ¡ æÅä ÇáÈÑ íåÏí Åáì ÇáÌäÉ ¡ æÅä ÇáÑÌá áíÕÏÞ æíÊÍÑì ÇáÕÏÞ ¡ ÍÊì íßÊÈ ÚäÏ Çááå ÕÏíÞÇ » ( ÕÍíÍ ) _ æÃÎÑÌ ÇáÈÎÇÑí æãÓáã äÍæå ¡ ãÎÊÕÑ ÕÍíÍ ãÓáã 1809 ¡ ÕÍíÍ ÇáÌÇãÚ 4071 .
”Jauhilah oleh kalian dusta, karena dusta menjerumuskan kepada perbuatan dosa, dam perbuatan dosa mejerumuskan kepada Neraka. Dan sesungguhnya seseorang berdusta, dan membiasakan diri dengannya sehingga dicatat di sisi Allah sebagai “Kadzdzab”. Dan hedaklah kalian bersikap jujur, karena kejujuran menunjukkan kepada kebaikan, dan kebaikan menunjukkan kepada Surga. Dan sesungguhnya seorang laki-laki bersikap jujur dan bersungguh-sungguh untuk jujur, sehingga dicatat di sisi Allah sebagai ”Shiddiq”.” (Shahih, riwayat Imam al-Bukhari dan imam Muslim dengan sedikit perbedaan redaksi. Lihat Mukhtashar Shahih Muslim 1809, Shahih al-Jami’ 4071)
Dusta adalah sember segala keburukan, oleh sebab itu Syari’at mengharamkannya dan mengancam pelakunya dengan berbagai hukuman, dikarenakan apa yang terkumpul di dalamnnya berupa bahaya-bahaya yang besar dan keburukan-keburukan yang banyak. Di antara keburukan-keburukan itu adalah:
1. Rusaknya reputasi pelakunya.
2. Jatuh kehormatannya.
3. Hilangnya akhlaq, maka dia tidak dipercaya dan tidak diterima persaksiannya. Tidak bisa dipegang janji dan kesepakatannya. Maka jadilah pembicaraan-pembicaraanya tak karuan dan menjengkelkan orang, sia-sia dan justru memalukan.
4. Lemahnya kepercayaan (sikap saling percaya) di antara sesama manusia. Dan goncanglah tatanan masyarakat islam dan hal itu tidak bisa dielakkan.
Kadang kala seseorang terbiasa berdusta karena faktor ketidak tahuan, atau keterbelakangan lingkungan….atau karena lemah agamanya!!! Dan ini adalah musibah besar. Dan sikap tamak (rakus) adalah salah satu faktor pendorong terkuat untuk berdusta dan memalsu, dalam rangka meralisasikan ketamakannya dan mengenyangkan rakusnya.
Bentuk-bentuk dusta
Bentuk-bentuk dusta dan keburukannya bertingkat-tingkat, sesuai dengan tingkat perbedaan bahaya dan dampak buruknya.
Pertama: Sumpah dusta
Ini adalah seburuk-buruk bentuk kedustaan, dan paling besar bahaya dan dosanya. Hal ini sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari:
Úä ÇáäÈí Õáì Çááå Úáíå æÓáã ÞÇá : « ÇáßÈÇÆÑ ÇáÅÔÑÇß ÈÇááå æÚÞæÞ ÇáæÇáÏíä æÞÊá ÇáäÝÓ æÇáíãíä ÇáÛãæÓ » ¡
Dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bahwasanya beliau bersabda:”Dosa-dosa besar adalah syirik (menyekutukan Allah), durhaka kepada orang tua, membunuh, dan sumpah yang membinasakan (palsu).
æÚä ÇÈä ãÓÚæÏ ÑÖí Çááå Úäå ÞÇá ßäÇ äÚÏ ãä ÇáÐäÈ ÇáÐí áíÓ áå ßÝÇÑÉ Çáíãíä ÇáÛãæÓ Þíá æãÇ Çáíãíä ÇáÛãæÓ ÞÇá ÇáÑÌá íÞÊØÚ Èíãíäå ãÇá ÇáÑÌá ÑæÇå ÇáÍÇßã æÞÇá ÕÍíÍ Úáì ÔÑØåãÇ .
Dan dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu 'anhu berkata:”Kami menganggap bahwa salah satu dosa yang tidak ada kafarat (tebusannya) adalah ”Yamin Ghamus”” dikatakan kepada beliau:’Apa yang dimaksud dengan”Yamin Ghamus”?” Beliau menjawab:”seseorang mengambil harta orang lain dengan sumpahnya.” (HR. al-Hakim dan dia berkata shahih, berdasarkan syarat keduanya (bukhari muslim))
Dan dengan hadits ini jelaslah bahaya ”Yamin Ghamus”.
Kedua: Persaksian palsu
Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta'ala:
((æÇÌÊäÈæÇ Þæá ÇáÒæÑ))( ÇáÍÌ:30).
”Dan jauhilah oleh kalian perkataan dusta”(al-Hajj: 30)
Oleh sebab itu Imam Thabrani meriwayatkan dan al-Kabir secara mauquf terhadap Ibnu Mas’ud dengan sanad hasan, beliau berkata:”Persaksian palsu setara (dosanya) dengan syirik, dan beliau membaca firman Allah di atas.
æÚä ÃäÓ ÑÖí Çááå Úäå ÞÇá ÐßÑ ÑÓæá Çááå Õáì Çááå Úáíå æÓáã ÇáßÈÇÆÑ ÝÞÇá ÇáÔÑß ÈÇááå æÚÞæÞ ÇáæÇáÏíä æÞÊá ÇáäÝÓ æÞÇá ÃáÇ ÃäÈÆßã ÈÃßÈÑ ÇáßÈÇÆÑ Þæá ÇáÒæÑ Ãæ ÞÇá ÔåÇÏÉ ÇáÒæÑ .ÑæÇå ÇáÈÎÇÑí æãÓáã »
Dan dari Anas radhiyallahu 'anhu berkata:”Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menyebutkan dosa-dosa besar, maka beliau berkata:’Menyekutukan Allah (syirik), durhaka kepada kedua orang tua, dan membunuh.” Kemudian beliau berkata:’Apakah kalian mau aku beritahukan tentang dosa besar yang paling besar, yaitu perkataan dusta’. atau beliau berkata:’sumpah palsu’.(HR. al-Bukhari dan Muslim)
Ketiga: Dusta
Allah Subhanahu wa Ta'ala mengabarkan bahwa para pendusta tidak akan beruntung. Dia berfirman:
æãä ÃÕÏÞ ãä Çááå ÍÏíËÇð : « Þõáú Åöäøó ÇáøóÐöíäó íóÝúÊóÑõæäó Úóáóì Çááøåö ÇáúßóÐöÈó áÇó íõÝúáöÍõæäó (íæäÓ : 69 ) »
”Katakanlah:"Sesungguhnya orang-orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah tidak beruntung". (QS. Yunus: 69)
Dan Allah Subhanahu wa Ta'ala juga berfirman:
« ÅöäøóãóÇ íóÝúÊóÑöí ÇáúßóÐöÈó ÇáøóÐöíäó áÇó íõÄúãöäõæäó ÈöÂíóÇÊö Çááøåö æóÃõæúáÜÆößó åõãõ ÇáúßóÇÐöÈõæäó (ÇáäÍá : 105 ) »
”Sesungguhnya yang mengada-adakan kebohongan, hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada ayat-ayat Allah, dan mereka itulah orang-orang pendusta,” (QS.an-Nahl: 105)
Dan siapakah yang lebih jujur perkataannya dari Allah Subhanahu wa Ta'ala
Dan tidak diragukan lagi bahwa dusta adalah akhlaq rendah dan hina yang merusak rasa aman di dalam kehidupan bermasyarakat. Sebagian manusia telah menjadikan dusta sebagai senjata bagi mereka untuk tidak menunjukkan jatidirinya yang sebenarnya di hadapan orang lain yang ditipunya. Dan itu adalah penyakit yang berbahaya yang bisa menjerumuskan pelakunya kedalam kebinasan di akherat dan kehinaan di dunia. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
« ãÇ ßÇä ÎáÞ ÃÈÛÖ Åáì ÑÓæá Çááå Õáì Çááå Úáíå æÓáã ãä ÇáßÐÈ… »
”Tidaklah ada akhlaq yang lebih dibenci oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam daripada dusta…”(Shahih, lihat Silsilah ash-Shahihah 2052)
Dan juga sebagaimana telah diketahui bahwa salah satu tanda dekatnya hari kiamat adalah banyaknya kedustaan.
Úä ÃÈí åÑíÑÉ ÞÇá ÑÓæá Çááå : « áÇÊÞæã ÇáÓÇÚÉ ÍÊì ÊÙåÑ ÇáÝÊä ¡ æíßËÑ ÇáßÐÈ ¡ æÊÊÞÇÑÈ ÇáÃÓæÇÞ ¡ æíÊÞÇÑÈ ÇáÒãÇä ¡ æíßËÑ ÇáåÑÌ . Þíá : æãÇ ÇáåÑÌ ¿ ÞÇá : ÇáÞÊá . ( ÕÍíÍÉ 2772 ) . »
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:”Tidak terjadi hari kiamat hingga muncul banyak fitnah, banyak kedustaan-kedustaan, berdekatannya pasar-pasar, berdekatannya zaman dan banyaknya al-Harj.”Dikatakan:’Dan apa al-harj?’ beliau menjawab:”pembunuhan” (Silsilah ash-Shahiha 2772)
Maka sebagai orang yang berakal tentunya sudah menjadi suatu keharusan bagi kita untuk meniggalkan akhlaq yang buruk ini.
Dusta yang diperbeolehkan.
Dusta memang haram dan tidak diperbolehkan, hanya saja ada kondisi-kondisi tertentu di mana saat itu diperbolehkan. Kondisi itu di mana manfaat/ maslahat yang didapatkan dari dusta lebih besar daripada bahaya/mudharat yang ditimbulkan, maka saat itu pelakunya tidak tercela di hadapan manusia karena kedustaan di situ adalah kebaikan bukan sebuah keburukan dan sebagai bentuk perbaikan bukan perusakan. Kondisi-kondisi tersebut adalah sebagaimana yang disebutkan dalam hadits berikut:
"áÇ íÕáÍ ÇáßÐÈ ÅáÇ Ýí ËáÇË : íÍÏË ÇáÑÌá ÇãÑÃÊå æÇáßÐÈ Ýí ÇáÍÑÈ æÇáßÐÈ áíÕáÍ Èíä ÇáäÇÓ" ÑæÇå ÇáÊÑãÐí æÍÓäå ÇáÃáÈÇäí .
”Tidak dibenarkan berdusta kecuali dalam tiga hal:”Seorang laki-laki yang berbicara kepada istrinya, dusta dalam peperangan dan dusta untuk memperbaiki hubungan manusia (yang sedang berseteru).”(HR. at_tirmidzi dan dihasankan oleh Syaikh al-Albani rahimahullah)
Sesunguhnya dusta yang boleh di antara suami istri adalah yang bisa memperbaiki hubungan dan menyenagnkan hati, seperti seorang suami yangmengatakan kepada istrinya:”Aku mencintaimu, engkau sangat berharga bagiku, dan engkau cantik tidak ada yang lebih cantik cari engkau.” Dan sang istri pun berkata demikian juga kepada suaminya. Maka tidak diragukan lagi bahwa dusta yang seperti ini manfaatnya lebih besar, dan di dalamya ada upaya perbaikan dalam hubungan rumah tangga, dan hal itu tidak bisa tercapai kecuali dengan dusta. Seandainya semua suami yang kurang senang dengan istrinya terus terang dan jujur terhadapnya, tentu akan hancurlah keluarga tersebut, dan kehancuran tersebut akan membawa dampak kepada keburukan yang sangat banyak, dan akhir yang menyakitkan.
Kemudia kedustaan kedua yang diperbolehkan adalah kedustaan dalam peperangan, seandainya seorang muslim jujur kepada musuhnya dalam peperangan, maka kejujuran tersebut terhitung sebagai sebuah kelemahan dan sikap pengecut, disamping hal itu akan menimbulkan bahaya yang besar terhadap Islam dan kaum muslimin.Wallahu A'lam.
(Sumber:Al-Ahwal allati yajuzu fihaa al-Kadzib, dll. diterjemahkan oleh Abu Yusuf Sujono)
Hit : 1 |
Index Hadits | kirim ke teman | Versi cetak |
Bagikan
| Index Penjelasan Hadits |
|