***

Isa bin Maryam-عَلَيْهِ السَّلَامُ- merupakan sosok manusia istimewa yang disebutkan di dalam ayat-ayat al-Qur’an. Banyak ayat al-Qur’an yang mengabarkan tentangnya. Namun dalam tulisan ini hanya beberapa ayat saja yang ingin kami sebutkan dan mengkajinya lebih mendalam melalui keterangan para ahli tafsir, seperti al-Qurthubi, Ibnu Katsir, dan yang lainnya-semoga Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-merahmati mereka semuanya. Selamat membaca dan mengambil manfaatnya.
***

Isa-عَلَيْهِ السَّلَامُ-Berbicara Saat Masih dalam Buaian dan Menyatakan Dirinya adalah Hamba Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-

Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-berfirman menuturkan tentang kata-kata yang diucapkan Isa-عَلَيْهِ السَّلَامُ-kepada kaum Maryam,

قَالَ إِنِّي عَبْدُ اللَّهِ آتَانِيَ الْكِتَابَ وَجَعَلَنِي نَبِيًّا [مريم : 30]

Dia (Isa) berkata, “Sesungguhnya aku hamba Allah. Dia (akan) memberiku Kitab (Injil) dan menjadikan aku seorang nabi. (Maryam : 30)

Kata-kata pertama yang diucapkan Isa-عَلَيْهِ السَّلَامُ-adalah pengakuan bahwa dirinya hamba Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-.

Dengan pernyataan ini, Isa-عَلَيْهِ السَّلَامُ-mensucikan Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-dari memiliki anak. Selain itu juga membebaskan ibunya, Maryam, dari segala tudingan batil (zina) terkait dirinya.

Firman-Nya, آتَانِيَ الْكِتَابَ “Dia (akan) memberiku Kitab” yaitu kitab Injil,وَجَعَلَنِي نَبِيًّا “dan menjadikan aku seorang nabi” yang diberi wahyu oleh Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-seperti yang Dia kehendaki (al-Qurthubi, XI : 102; dan Ibnu Katsir, III : 119)

وَجَعَلَنِي مُبَارَكًا أَيْنَ مَا كُنْتُ وَأَوْصَانِي بِالصَّلَاةِ وَالزَّكَاةِ مَا دُمْتُ حَيًّا [مريم : 31]

Dia menjadikan aku seorang yang diberkahi di mana saja aku berada dan memerintahkan kepadaku (untuk melaksanakan) shalat serta (menunaikan) zakat sepanjang hayatku (Maryam : 31)

Firman-Nya, وَجَعَلَنِي مُبَارَكًا “Dia menjadikan aku seorang yang diberkahi” , yaitu yang memiliki banyak kebaikan di mana saja aku berada, memiliki berkah dan manfaat dalam agama, menyeru manusia menuju agama, dan mengajarkan agama kepada umat manusia (al-Qurthubi, XI : 103)

Ungkapan dengan menggunakan bentuk kata kerja lampau pada tiga kata, آتَانِيَ الْكِتَابَ “Dia memberiku Kitab (Injil) ”, وَجَعَلَنِي نَبِيًّا “Dia menjadikan aku seorang nabi”, dan وَجَعَلَنِي مُبَارَكًا ”Dia menjadikan aku seorang yang diberkahi”, kemungkinan untuk mengungkapkan sesuatu yang sudah diputuskan sejak dahulu, atau akan dijadikan seperti itu di kemudian hari, hingga seakan sudah terjadi.

وَأَوْصَانِي بِالصَّلَاةِ وَالزَّكَاةِ مَا دُمْتُ حَيًّا

“dan memerintahkan kepadaku (untuk melaksanakan) salat serta (menunaikan) zakat sepanjang hayatku”

Yaitu, Dia-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-memerintahkan aku beribadah dan berinfak sepanjang hidupku (al-Qasimi, XI : 120)

وَبَرًّا بِوَالِدَتِي وَلَمْ يَجْعَلْنِي جَبَّارًا شَقِيًّا [مريم : 32]

dan berbakti kepada ibuku serta Dia tidak menjadikanku orang yang sombong lagi celaka (Maryam : 32)

Yaitu, Dia-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-memerintahkan aku berbakti kepada ibuku. Firman-Nya, وَالِدَتِي “Ibuku”, menjelaskan bahwa Isa-عَلَيْهِ السَّلَامُ-tidak punya ayah. Dengan kata-kata ini, Isa-عَلَيْهِ السَّلَامُ-membebaskan ibunya dari tudingan kaumnya. وَلَمْ يَجْعَلْنِي جَبَّارًا شَقِيًّا “Dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka”. Yaitu, Dia-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-tidak membuatku sombong untuk taat kepada-Nya, sombong terhadap perintah-Nya untuk beribadah kepada-Nya, dan berbakti kepada ibuku, sehingga dengan itu aku menjadi orang yang celaka. Sebagian salaf berkata, ‘Yaitu tidaklah engkau mendapati seseorang yang durhaka kepada kedua orang tuanya, melainkan engkau mendapatinya orang yang sombong lagi celaka. Setelah itu ia membaca, وَلَمْ يَجْعَلْنِي جَبَّارًا شَقِيًّا “Dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka”(Ibnu Katsir, III : 120)

وَالسَّلَامُ عَلَيَّ يَوْمَ وُلِدْتُ وَيَوْمَ أَمُوتُ وَيَوْمَ أُبْعَثُ حَيًّا [مريم : 33]

Kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku pada hari kelahiranku, hari wafatku, dan hari aku dibangkitkan hidup (kembali).”(Maryam : 33)

Yaitu, kesejahteraan dilimpahkan kepadaku dari Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-, يَوْمَ وُلِدْتُ “pada hari kelahiranku” yaitu di dunia, وَيَوْمَ أَمُوتُ “pada hari wafatku” lalu aku dikubur, وَيَوْمَ أُبْعَثُ حَيًّا “dan hari aku dibangkitkan hidup (kembali) ”, di akhirat. Karena, ia mengalami tiga kondisi; di dunia dalam keadaan hidup, di dalam (alam) kubur dalam keadaan mati, dan di akhirat dalam keadaan dibangkitkan kembali. Ia mendapat kesejahteraan di seluruh kondisi tersebut (al-Qurthubi, XI : 104-105)

Ibnu Katsir-رَحِمَهُ اللهُ-berkata terkait ayat ini, “Ayat ini menujukkan penegasan Isa-عَلَيْهِ السَّلَامُ-sebagai hamba Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-, bahwa ia adalah salah satu makhluk ciptaan Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- yang hidup, mati, kemudian setelah itu dibangkitkan lagi seperti halnya manusia lainnya. Hanya saja, ia sejahtera di semua kondisi itu, kondisi-kondisi yang paling berat dialami para hamba (Ibnu Katsir, III : 120)

Perkataan yang Benar Tentang Isa -عَلَيْهِ السَّلَامُ-

Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-berfirman,

ذَلِكَ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ قَوْلَ الْحَقِّ الَّذِي فِيهِ يَمْتَرُونَ [مريم : 34]

Itulah (hakikat) Isa putra Maryam, perkataan benar yang mereka ragukan (Maryam : 34)

Yaitu, Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-berfirman kepada Rasul-Nya, Muhammad-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-“Kisah Isa yang Kami ceritakan kepadamu itu adalah perkataan yang benar, yang mereka ragukan kebenarannya, ” yaitu yang mereka ragukan dan perselisihkan.

Firman-Nya,

مَا كَانَ لِلَّهِ أَنْ يَتَّخِذَ مِنْ وَلَدٍ سُبْحَانَهُ إِذَا قَضَى أَمْرًا فَإِنَّمَا يَقُولُ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ [مريم : 35]

Tidak patut bagi Allah mempunyai anak. Mahasuci Dia. Apabila hendak menetapkan sesuatu, Dia hanya berkata kepadanya, “Jadilah!” Maka, jadilah sesuatu itu. (Maryam : 35)

“Tidak patut bagi Allah mempunyai anak” , yaitu tidak patut dan tidak boleh bagi Allah memiliki anak. Selanjutnya Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-memahasucikan diri-Nya dari perkataan mereka. Dia berfirman, سُبْحَانَهُ “Mahasuci Dia” bahwa Dia-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-memiliki anak.

إِذَا قَضَى أَمْرًا فَإِنَّمَا يَقُولُ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ “Apabila hendak menetapkan sesuatu, Dia hanya berkata kepadanya, “Jadilah!” Maka, jadilah sesuatu itu.”

Yaitu ketika Dia-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-menghendaki sesuatu, Dia-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- cukup memerintahkannya lalu jadilah sesuatu itu seperti yang Dia-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- inginkan.

Ini seperti yang Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- sebutkan dalam firman-Nya,

إِنَّ مَثَلَ عِيسَى عِنْدَ اللَّهِ كَمَثَلِ آدَمَ خَلَقَهُ مِنْ تُرَابٍ ثُمَّ قَالَ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ (59) الْحَقُّ مِنْ رَبِّكَ فَلَا تَكُنْ مِنَ الْمُمْتَرِينَ (60) [آل عمران : 59 ، 60]

Sesungguhnya perumpamaan (penciptaan) Isa bagi Allah adalah seperti (penciptaan) Adam. Dia menciptakannya dari tanah kemudian berfirman kepadanya, “Jadilah!” Maka, jadilah sesuatu itu. Kebenaran itu dari Tuhanmu. Oleh karena itu, janganlah engkau (Nabi Muhammad) termasuk orang-orang yang ragu.(Ali Imran : 59-60) (Al-Qurthubi, XI : 107; Ibnu Katsir, III : 120)

Isa-عَلَيْهِ السَّلَامُ-Memerintahkan Beribadah kepada Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-Semata

Firman-Nya,

وَإِنَّ اللَّهَ رَبِّي وَرَبُّكُمْ فَاعْبُدُوهُ هَذَا صِرَاطٌ مُسْتَقِيمٌ [مريم : 36]

(Isa berkata) “Sesungguhnya Allah itu Tuhanku dan Tuhanmu. Sembahlah Dia! Ini adalah jalan yang lurus.” (Maryam : 36)

Yaitu, di antara perintah Isa-عَلَيْهِ السَّلَامُ-terhadap kaumnya ketika ia masih dalam buaian adalah Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-adalah Rabbnya dan Rabb mereka. Isa-عَلَيْهِ السَّلَامُ-memerintahkan mereka beribadah kepada-Nya. Ia berkata, فَاعْبُدُوهُ هَذَا صِرَاطٌ مُسْتَقِيمٌ “Maka sembahlah Dia. Ini adalah jalan yang lurus” , yaitu apa yang aku sampaikan kepada kalian dari Allah ini adalah jalan lurus. Siapa mengikuti jalan ini, ia mendapat petunjuk. Dan siapa menyalahi jalan ini, ia tersesat (Ibnu Katsir, III : 120)

Perselisihan Ahli Kitab Terkait Isa-عَلَيْهِ السَّلَامُ-

Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-berfirman,

فَاخْتَلَفَ الْأَحْزَابُ مِنْ بَيْنِهِمْ فَوَيْلٌ لِلَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ مَشْهَدِ يَوْمٍ عَظِيمٍ [مريم : 37]

Golongan-golongan di antara mereka (Yahudi dan Nasrani) berselisih. Celakalah orang-orang yang kufur pada waktu menyaksikan hari yang sangat agung! (Maryam : 37)

Yaitu pandangan ahli kitab terkait Isa-عَلَيْهِ السَّلَامُ-berbeda-beda setelah urusan dan kondisinya nampak dengan jelas bahwa ia seorang hamba dan utusan Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-, kalimat-Nya yang disampaikan-Nya kepada Maryam, dan (dengan tiupan) roh dari ciptaan-Nya. Mayoritas Yahudi-semoga laknat Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-menimpa mereka-berpendapat bahwa Isa-عَلَيْهِ السَّلَامُ-adalah anak zina dan mereka mengatakan kata-kata Isa-عَلَيْهِ السَّلَامُ-adalah sihir. Sekelompok lainnya berpendapat bahwa yang berbicara adalah Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-. Ada juga yang berpendapat bahwa Isa-عَلَيْهِ السَّلَامُ- anak Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-. Yang lain berpendapat bahwa Isa-عَلَيْهِ السَّلَامُ- adalah yang ketiga dari tiga tuhan. Ada juga yang berpendapat bahwa Isa-عَلَيْهِ السَّلَامُ- adalah hamba dan utusan Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-. Pendapat terakhir inilah yang benar sesuai petunjuk yang Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- sampaikan kepada orang-orang mukmin.

Firman-Nya,

فَوَيْلٌ لِلَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ مَشْهَدِ يَوْمٍ عَظِيمٍ

“Celakalah orang-orang yang kufur pada waktu menyaksikan hari yang sangat agung! “

Yaitu pada hari Kiamat. Firman ini merupakan ancaman keras bagi siapa yang berdusta terhadap Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-dan menyatakan bahwa Dia-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-memiliki anak. Namun demikian, Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- tetap memberi mereka waktu hingga hari Kiamat nanti. Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-menunda keputusan untuk mereka karena kesabaran-Nya terhadap mereka, juga karena percaya penuh pada kuasa-Nya untuk menimpakan azab kepada mereka. Sungguh, Dia-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-tidak terburu-buru menurunkan azab kepada siapa yang durhak kepada-Nya. Disebutkan dalam Ash-Shahihain dari Nabi-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-,

إِنَّ اللهَ لَيُمْلِي لِلظَّالِمِ حَتَّى إِذَا أَخَذَهُ لَمْ يُفْلِتْهُ

Sesungguhnya Allah memberi waktu kepada orang zhalim. Hingga ketika (tiba waktunya) Dia menyiksanya, Dia tidak membiarkannya bebas (dari siksa-Nya) (Ibnu Katsir, III : 121)

Larangan Berlebihan dalam Agama

Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-berfirman kepada ahli kitab,

يَا أَهْلَ الْكِتَابِ لَا تَغْلُوا فِي دِينِكُمْ وَلَا تَقُولُوا عَلَى اللَّهِ إِلَّا الْحَقَّ [النساء : 171]

Wahai Ahlulkitab, janganlah kamu berlebih-lebihan dalam (menjalankan) agamamu dan janganlah kamu mengatakan terhadap Allah, kecuali yang benar. (an-Nisa : 171)

Ghuluw adalah melampoi batas. Makna ayat ini seperti yang disebutkan para mufassir (ahli tafsir) ; Yahudi bersikap berlebihan terkait Isa-عَلَيْهِ السَّلَامُ-hingga mereka menuduh ibunya, Maryam, berbuat zina. Kaum Nasrani juga berlebihan terkait Isa hingga mereka menganggapnya sebagai Tuhan dan Rabb. Berlebihan dan meremehkan terkait Isa-عَلَيْهِ السَّلَامُ-sama-sama kafir.

Disebutkan dalam shahih al-Bukhari dari Nabi-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ -,

لَا تُطْرُونِي كَمَا أَطْرَتْ النَّصَارَى ابْنَ مَرْيَمَ فَإِنَّمَا أَنَا عَبْدُهُ فَقُولُوا عَبْدُ اللَّهِ وَرَسُولُهُ

Janganlah kalian memujiku seperti kaum Nasrani berlebihan memuji Isa putra Maryam. Aku ini hanyalah hamba-Nya. Maka katakanlah, ‘(Muhammad) hamba Allah dan Rasul-Nya.”

Firman-Nya,

وَلَا تَقُولُوا عَلَى اللَّهِ إِلَّا الْحَقَّ

dan janganlah kamu mengatakan terhadap Allah, kecuali yang benar

Yaitu janganlah kalian membuat-buat kebohongan terhadap Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-, dan janganlah kalian mengada-adakan sekutu, istri, atau anak untuk-Nya. Maha Tinggi Allah dari hal semacam itu dengan ketinggian yang setinggi-tingginya (al-Qurthubi, VI : 21)

Kondisi dan Hakikat Isa-عَلَيْهِ السَّلَامُ-

Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-berfirman,

إِنَّمَا الْمَسِيحُ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ رَسُولُ اللَّهِ وَكَلِمَتُهُ أَلْقَاهَا إِلَى مَرْيَمَ وَرُوحٌ مِنْهُ فَآمِنُوا بِاللَّهِ وَرُسُلِهِ وَلَا تَقُولُوا ثَلَاثَةٌ انْتَهُوا خَيْرًا لَكُمْ إِنَّمَا اللَّهُ إِلَهٌ وَاحِدٌ سُبْحَانَهُ أَنْ يَكُونَ لَهُ وَلَدٌ لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ وَكَفَى بِاللَّهِ وَكِيلًا [النساء : 171]

Sesungguhnya Almasih, Isa putra Maryam, hanyalah utusan Allah dan (makhluk yang diciptakan dengan) kalimat-Nya yang Dia sampaikan kepada Maryam dan (dengan tiupan) roh dari-Nya. Maka, berimanlah kepada Allah dan rasul-rasul-Nya dan janganlah kamu mengatakan, “(Tuhan itu) tiga.” Berhentilah (dari ucapan itu). (Itu) lebih baik bagimu. Sesungguhnya hanya Allahlah Tuhan Yang Maha Esa. Mahasuci Dia dari (anggapan) mempunyai anak. Milik-Nyalah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Cukuplah Allah sebagai pelindung. (an-Nisa : 171)

Firman-Nya,

إِنَّمَا الْمَسِيحُ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ رَسُولُ اللَّهِ

Sesungguhnya Almasih, Isa putra Maryam, hanyalah utusan Allah

Firman-Nya ini menafikan ketuhanan dari Isa-عَلَيْهِ السَّلَامُ-, karena bagaimana orang yang dinisbatkan kepada ibunya bisa menjadi tuhan ?! Tuhan itu seharusnya sudah ada sejak dulu kala, bukanya diciptakan atau pun makhluk (al-Qurthubi, VI : 20)

Firman-Nya,

رَسُولُ اللَّهِ

hanyalah utusan Allah

Yaitu Isa-عَلَيْهِ السَّلَامُ-adalah utusan Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-yang diutus kepada Bani Israil, memerintahkan mereka beribadah kepada Allah semata, meninggalkan penyembahan kepada apa pun selain-Nya, dan perintah-perintah lainnya seperti yang ia terima dari Rabbnya (al-Manar, VI : 81-82)

Makna “Kalimat-Nya yang Disampaikan-Nya kepada Maryam”

Firman-Nya,

وَكَلِمَتُهُ

dan (makhluk yang diciptakan dengan) kalimat-Nya

karena Isa-عَلَيْهِ السَّلَامُ-diciptakan dengan kelimat Allah, “jadilah !” dan perintah-Nya, bukan dengan yang lain. Tanpa perantara seorang ayah dan tanpa air mani (al-Kasysyaf, I : 593). Orang Arab biasa menamakan sesuatu dengan sesuatu tersebut jika ia berasal darinya. Karena Isa-عَلَيْهِ السَّلَامُ-diciptakan dengan kalimat, “Jadilah!” berasal dari Allah, maka Isa-عَلَيْهِ السَّلَامُ- boleh disebut kalimat Allah (al-Qurthubi, VI : 22)

Makna firman-Nya,

أَلْقَاهَا إِلَى مَرْيَمَ

yang Dia sampaikan kepada Maryam

Yaitu kalimat yang dengannya Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-menciptakan Isa-عَلَيْهِ السَّلَامُ-, yaitu kalimat “Jadilah!” Kalimat ini disampaikan Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-kepada Maryam dengan tiupan Jibril (al-Kasysyaf, I : 593; Al-Qasimi, V : 675). Yaitu Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-menciptakan makhluk ini –menciptakan Isa-di dalam diri Maryam.(Ibnu Athiyyah, IV : 301)

Dikatakan dalam pendapat lain ; yang dimaksud “kalimat-Nya” adalah kabar gembira Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-yang disampaikan Jibril kepada Maryam, yaitu kabar gembira bahwa ia akan melahirkan Isa-عَلَيْهِ السَّلَامُ-. Itulah yang dimaksud firman Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-,

إِذْ قَالَتِ الْمَلَائِكَةُ يَا مَرْيَمُ إِنَّ اللَّهَ يُبَشِّرُكِ بِكَلِمَةٍ مِنْهُ اسْمُهُ الْمَسِيحُ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ وَجِيهًا فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ وَمِنَ الْمُقَرَّبِينَ [آل عمران : 45]

(Ingatlah) ketika Malaikat (Jibril) berkata, “Wahai Maryam, sesungguhnya Allah menyampaikan kabar gembira kepadamu tentang (kelahiran anak yang diciptakan) dengan kalimat dari-Nya, namanya Isa Almasih putra Maryam, seorang terkemuka di dunia dan di akhirat serta termasuk orang-orang yang didekatkan (kepada Allah). (Ali Imran : 45) (Ibnu Athiyyah, IV : 301 ; al-Qurthubi, VI : 22)

Makna “Dan (dengan Tiupan) Ruh dari-Nya”

Firman Allah,

وَرُوحٌ مِنْهُ

dan (dengan tiupan) roh dari-Nya

Ada sejumlah pendapat terkait makna firman Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-tentang Isa-عَلَيْهِ السَّلَامُ- وَرُوحٌ مِنْهُ “dan (dengan tiupan) roh dari-Nya” yang secara keseluruhan membantah pernyataan batil kaum Nasrani yang menyatakan Isa-عَلَيْهِ السَّلَامُ- adalah bagian dari Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-. Mahatinggi Allah dari hal semacam itu dengan setinggi-tingginya.

Berikut sejumlah pendapat mufassir (ahli tafsir) terkait penjelasan firman Allah وَرُوحٌ مِنْهُ “dan (dengan tiupan) roh dari-Nya” :
1.

Isa-عَلَيْهِ السَّلَامُ-diciptakan dengan tiupan dari ruhullah, Jibril. Pendapat ini dijelaskan oleh firman Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-terkait ibu Isa-عَلَيْهِ السَّلَامُ-, Maryam,

وَالَّتِي أَحْصَنَتْ فَرْجَهَا فَنَفَخْنَا فِيهَا مِنْ رُوحِنَا وَجَعَلْنَاهَا وَابْنَهَا آيَةً لِلْعَالَمِينَ [الأنبياء : 91]

(Ingatlah pula Maryam) yang memelihara kehormatannya, lalu Kami meniupkan (roh) dari Kami ke dalam (tubuh)-nya. Kami menjadikan dia dan anaknya sebagai tanda (kebesaran Kami) bagi seluruh alam. (al-Anbiya : 91)

Sebagian mufassir berkata bahwa yang dimaksud ruh dalam ayat ini adalah tiupan malaikat Jibril kepada Maryam atas perintah Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-.
2.

Makna وَرُوحٌ مِنْهُ “dan (dengan tiupan) roh dari-Nya “ adalah Isa-عَلَيْهِ السَّلَامُ- dikuatkan dengan ruh dari Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-. Ruh yang dimaksud adalah Jibril yang dijuluki Ruhul Qudus. Pendapat ini dijelaskan firman Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-,

وَآتَيْنَا عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ الْبَيِّنَاتِ وَأَيَّدْنَاهُ بِرُوحِ الْقُدُسِ [البقرة : 253]

Kami telah menganugerahkan kepada Isa putra Maryam bukti-bukti yang sangat jelas (mukjizat) dan Kami memperkuat dia dengan Ruhulkudus (Jibril) (al-Baqarah : 253)
3.

Penulis tafsir al-Manar berkata setelah menyebutkan dua pendapat di atas, yang dimaksud firman Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- وَرُوحٌ مِنْهُ “dan (dengan tiupan) roh dari-Nya “ boleh dimaknai dengan kedua pendapat di atas. Yaitu, Isa-عَلَيْهِ السَّلَامُ-diciptakan dengan tiupan malaikat Jibril yang disebut Ruh dan Ruhul Qudus, yang meniup Maryam dengan tiupan seperti halnya proses pembuahan yang terjadi antara seorang suami dengan istrinya. Isa-عَلَيْهِ السَّلَامُ-dikuatkan dengan Ruh ini, Jibril, sepanjang hidupnya. Karena itulah sisi kerohaniannya nampak menonjol pada dirinya, dan tanda-tanda kekuasaan Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-juga nampak pada dirinya saat ia masih kecil maupun setelah dewasa. Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-berfirman,

إِذْ قَالَ اللَّهُ يَا عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ اذْكُرْ نِعْمَتِي عَلَيْكَ وَعَلَى وَالِدَتِكَ إِذْ أَيَّدْتُكَ بِرُوحِ الْقُدُسِ تُكَلِّمُ النَّاسَ فِي الْمَهْدِ وَكَهْلًا [المائدة : 110]

(Ingatlah) ketika Allah berfirman, “Wahai Isa putra Maryam, ingatlah nikmat-Ku kepadamu dan kepada ibumu sewaktu Aku menguatkanmu dengan Ruhulkudus. Engkau dapat berbicara dengan manusia pada waktu masih dalam buaian dan setelah dewasa. (Al-Maidah : 110)
4.

Ubay bin Ka’ab-رَضِيَ اللهُ عَنْهُ-berkata, “Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- menciptakan ruh-ruh anak turun Adam ketika Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-mengambil perjanjian dari mereka. Setelah itu Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-mengembalikan ruh-ruh mereka ke tulang sulbi Adam dan menahan ruh Isa-عَلَيْهِ السَّلَامُ-di sisi-Nya. Ketika Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-berkehendak menciptakan Isa-عَلَيْهِ السَّلَامُ-, Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-melepaskan ruh tersebut kepada Maryam, sehingga jadilah Isa putra Maryam dari ruh itu. Karena itulah Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- berfirman, وَرُوحٌ مِنْهُ “dan (dengan tiupan) roh dari-Nya” (Ibnu Athiyyah, IV : 301; al-Qurthubi, VI : 22)
5.

وَرُوحٌ مِنْهُ “dan (dengan tiupan) roh dari-Nya” , yaitu dengan penciptaan-Nya seperti halnya ruh-ruh lain yang Dia ciptakan. Seperti disebutkan dalam firman-Nya,

وَسَخَّرَ لَكُمْ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا مِنْهُ [الجاثية : 13]

Dia telah menundukkan (pula) untukmu apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi semuanya (sebagai rahmat) dari-Nya. (al-Jatsiyah : 13)

Yaitu semuanya dari ciptaan-Nya. Adanya ruh dinisbatkan kepada Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-tidak lain untuk memuliakan, sama seperti yang disebutkan dalam firman Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-, نَاقَةُ اللَّهِ (unta Allah) (Ibnu Katsir, I : 590 ; al-Qurthubi, VI : 92; Ibnu Athiyyah, IV : 301)
6.

وَرُوحٌ مِنْهُ “dan (dengan tiupan) roh dari-Nya” , yaitu rahmat dari-Nya. dengan demikian, Isa-عَلَيْهِ السَّلَامُ- adalah rahmat dari Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-untuk siapa pun yang mengikutinya. Maka rahmat juga disebut dengan kata ruh dalam firman Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-,

وَأَيَّدَهُمْ بِرُوحٍ مِنْهُ [المجادلة : 22]

Dan Allah telah menguatkan mereka dengan ruh yang datang dari-Nya (al-Mujadilah : 22) (Ibnu Katsir, I : 593 ; Ahkamu al-Qur’an, Ibnu Al-‘Arabi (I: 517)
7.

وَرُوحٌ مِنْهُ “dan (dengan tiupan) roh dari-Nya” , karena ia memiliki ruh yang diciptakan bukan dari bagian makhluk yang memiliki ruh, seperti air mani dari seorang ayah yang hidup. Isa-عَلَيْهِ السَّلَامُ- diciptakan secara baru dari sisi Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-dan dengan kuasa-Nya. (al-Kasysyaf, I : 593)

Wallahu A’lam

(Redaksi)

Sumber :

Al-Mustafad Min Qashashi al-Qur’an lid Da’wah wad Du’at, Dr. Abdul Karim Zaidan, ei, hal. 423-427