Sesungguhnya agama Islam merupakan agama rahmat (kasih sayang) yang tercermin pada maksud dan tujuannya, amal-amal dan muamalatnya. Nabi Islam-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó- adalah Nabi kasih sayang. Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-berfirman,
æóãóÇ ÃóÑúÓóáúäóÇßó ÅöáøóÇ ÑóÍúãóÉð áöáúÚóÇáóãöíäó [ÇáÃäÈíÇÁ : 107]
Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh alam. (al-Anbiya : 107)
Dan ummat islam adalah ummat yang saling berpesan untuk berkasih sayang. Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-berfirman,
æóÊóæóÇÕóæúÇ ÈöÇáÕøóÈúÑö æóÊóæóÇÕóæúÇ ÈöÇáúãóÑúÍóãóÉö [ÇáÈáÏ : 17]
Dan (mereka) saling berpesan untuk bersabar dan saling berpesan untuk berkasih sayang (al-Balad : 17)
**
Wahai hamba-hamba Allah ! Sesungguhnya rahmat agama Islam merupakan tanda yang terang benderang bagi penganutnya dan merupakan identitas yang sangat menonjol. Maka, barang siapa (di antara kaum Muslimin) yang keluar dari daerah rahmat ini, sesungguhnya ia hanyalah mencerminkan dirinya sendiri, tidak merepresentasikan Islam.
Karena, Nabi ummat Islam merupakan Nabiyu rahmah, dia diutus dengan membawa ajaran yang penuh dengan kasih sayang. Nabi-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-mengatakan tentang dirinya,
((Åöäøöí áóãú ÃõÈúÚóËú áóÚøóÇäðÇ æóÅöäøóãóÇ ÈõÚöËúÊõ ÑóÍúãóÉð ))
Sesungguhnya aku tidaklah diutus sebagai orang yang senang melaknat. Aku diutus hanyalah sebagai rahmat.
**
Wahai hamba-hamba Allah ! ÇóááøóÚøóÇäõ (Orang yang suka melaknat) dia adalah orang yang sibuk dengan tindakan melaknat, di mana lisannya di setiap waktu dan momentum tidak jemu-jemunya untuk melontarkan kata-kata ini. Hal ini, sungguh, sama sekali bukanlah kebiasaan pemeluk Islam sejati, dan bukan pula ajaran yang diserukan oleh rahmat Islam. Nabi-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-bersabda tentang para shiddiqin, di mana mereka adalah orang-orang yang memiliki tingkatan derajat tertinggi,
((áóÇ íóäúÈóÛöí áöáÕøóÏöíúÞö Ãóäú íóßõæäó áóÚøóÇäðÇ )) ¡
Tidak selayaknya bagi ash-Shiddiq untuk menjadi seorang yang gemar melaknat.
Dan, Nabi-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-juga bersabda tentang keumuman orang-orang yang beriman, yang merupakan orang-orang yang memiliki keutamaan dan kesempurnaan,
((áóíúÓó ÇáúãõÄúãöäõ ÈöÇáØøóÚøóÇäö æóáóÇ ÇááøóÚøóÇäö æóáóÇ ÇáúÝóÇÍöÔö æóáóÇ ÇáúÈóÐöíÁö )) ¡
Seorang yang beriman itu bukanlah orang yang suka mencerca, bukan pula orang yang suka dan banyak melaknat, bukan pula orang yang suka melakukan perbuatan keji, dan bukan pula orang yang keji ucapannya.
Dan, ketika seorang insan memiliki sifat ini, suka melaknat, suka mencerca dan gemar melaknat, niscaya ia tidak layak untuk menjadi saksi bagi orang-orang yang beriman dan tidak layak pula menjadi pemberi syafa’at bagi mereka (orang-orang yang beriman) di sisi Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-. Karena, syahadah (persaksian) pondasinya adalah penyebutan orang-orang yang beriman dengan kebaikan dan kebagusan. Sementara syafa’at itu pondasinya di atas doa bagi mereka berupa kebaikan dan kesudahan yang baik. Oleh karena itu, Nabi-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-bersabda,
((áóÇ íóßõæäõ ÇááøóÚøóÇäõæäó ÔõÝóÚóÇÁó æóáóÇ ÔõåóÏóÇÁó íóæúãó ÇáúÞöíóÇãóÉö)) .
Orang-orang yang suka dan gemar melaknat itu tidak akan menjadi para pemberi syafa’at dan tidak pula akan menjadi para saksi pada hari Kiamat.
**
Wahai hamba-hamba Allah ! Melaknat merupakan doa supaya dijauhkan dari rahmat Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-, sementara Islam menyeru kepada saling berkasih sayang, saling menyambung hubungan baik, saling mendoakan agar mendapat keselamatan, rahmat dan keberkahan. Dan syiar kaum muslimin kala mereka berjumpa dengan saudara mereka adalah ucapan, " ÇóáÓøóáóÇãõ Úóáóíúßõãú æóÑóÍúãóÉõ Çááåö æóÈóÑóßóÇÊõåõ " (Semoga keselamatan, rahmat Allah dan keberkahan-Nya dicurahkan kepadamu)
Sementara manusia-kita berlindung kepada Allah ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-ada banyak orang di antara mereka yang lisannya melontarkan laknat jauh lebih banyak ketimbang mengucapkan " ÇóáÓøóáóÇãõ Úóáóíúßõãú æóÑóÍúãóÉõ Çááåö æóÈóÑóßóÇÊõåõ "
**
Wahai hamba-hamba Allah ! Melaknat ursannya serius, bahayanya sangat besar, dampak dan akibatnya sangat jelek atas pelakunya di dunia dan di akhirat. Dan, tindakan melaknat yang paling berat, paling jelek, paling buruk, dan paling berat nilai kejahatannya adalah melaknat Rabb semesta alam (Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-), atau melaknat agama Islam, atau melaknat Nabi yang mulia-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-. Dan, laknat seperti ini jika muncul dari seorang muslim niscaya ia telah menjadi murtad dari Islam karenanya. Ia telah keluar dari lingkarannya, tidak lagi termasuk bagian dari pemeluknya. Ia telah menjadi orang kafir, murtad, penentang dan seorang zindiq. Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-tidak akan menerima amalan fardu dan tidak pula amalan sunnahnya. Dan adakah perkara haram yang lebih buruk dan lebih keji dari hal ini ?!
Kemudian setelah itu-wahai hamba-hamba Allah- adalah melaknat orang-orang yang beriman, terlebih orang-orang yang terbaik di kalangan mereka, semisal orang-orang yang beriman dari kalangan para sahabat Nabi yang mulia-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-. Nabi -Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó- mengistimewakan mereka (para sahabatnya) dalam hal ini seraya bersabda,
(( áóÇ ÊóÓõÈøõæÇ ÃóÕúÍóÇÈöí ÝóæóÇáøóÐöí äóÝúÓöí ÈöíóÏöåö áóæú ÃóäúÝóÞó ÃóÍóÏõßõãú ãöËúáó ÃõÍõÏò ÐóåóÈðÇ ãóÇ ÈóáóÛó ãõÏøó ÃóÍóÏöåöãú æóáóÇ äóÕöíÝóåõ ))
Janganlah kalian mencela para sahabatku. Karena, demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, andai kata salah seorang di antara kalian berinfak emas sebesar gunung Uhud, niscaya hal itu (pahalanya) tidak akan mencapai satu mud pun dari infak yang dikeluarkan oleh mereka, tidak pula setengahnya.
Dan perkaranya akan semakian bertambah parah dan besar ketika laknat itu ditujukan kepada para penghulu para sahabat dan orang-orang terbaik di antara mereka, seperti orang yang paling membenarkan (terhadap Rasulullah-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-) dari kalangan Umat ini (yaitu, Abu Bakar-ÑóÖöíó Çááåõ Úóäúåõ-) dan penggantinya (yang meneruskan estafet kepemimpinan ummat ini), yaitu, Umar-ÑóÖöíó Çááåõ Úóäúåõ – dan dua orang khalifah berikutnya (yaitu, Utsman-ÑóÖöíó Çááåõ Úóäúåõ –dan Ali-ÑóÖöíó Çááåõ Úóäúåõ -), kemudian sepuluh orang sahabat yang dipersaksikan bakal masuk Surga, dan para istri Nabi yang mulia-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-.
Dan, tidak hanya seorang ulama mengatagorikan hal tersebut (yakni, cercaan dan laknat yang ditujukan kepada mereka) merupakan sebuah kekufuran yang memindahkan pelakunya dari agama Islam. Mereka berdalil dengan al-Qur’an, yaitu dengan firman Allh-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-,
áöíóÛöíÙó Èöåöãõ ÇáúßõÝøóÇÑó [ÇáÝÊÍ : 29]
karena Allah hendak membuat marah orang-orang kafir (al-Fath : 29)
**
Kemudian-wahai hamba-hamba Allah- sesungguhnya laknat seorang muslim terhadap saudaranya merupakan perkara yang sangat berbahaya. Bahkan, telah shahih dari Nabi-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó – bahwa beliau bersabda,
((áóÚúäõ ÇáúãõÄúãöäö ßóÞóÊúáöåö ))
Melaknat orang yang beriman seperti membunuhnya (HR. al-Bukhari dan Muslim)
Dalam hadis yang lain, Nabi-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó–bersabda,
((ÓöÈóÇÈõ ÇáúãõÓúáöãö ÝõÓõæÞñ æóÞöÊóÇáõåõ ßõÝúÑñ ))
Cercaan terhadap seorang muslim merupakan kefasikan dan membunuhnya (tanpa hak yang benar) merupakan kekufuran.
Dan, ketika laknat itu terlontar dari seorang insan terhadap sesuatu yang tidak berhak berupa benda-benda mati, atau binatang, atau manusia, niscaya laknat itu bakal kembali ke pelakunya (pengucapnya).
Abu Dawud di dalam sunannya meriwayatkan dengan sanad yang valid dari Abu Darda-ÑóÖöíó Çááåõ Úóäúåõ-bahwa Nabi-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó –bersabda,
(( Åöäøó ÇáúÚóÈúÏó ÅöÐóÇ áóÚóäó ÔóíúÆðÇ ÕóÚöÏóÊú ÇááøóÚúäóÉõ Åöáóì ÇáÓøóãóÇÁö ÝóÊõÛúáóÞõ ÃóÈúæóÇÈõ ÇáÓøóãóÇÁö ÏõæäóåóÇ Ëõãøó ÊóåúÈöØõ Åöáóì ÇáúÃóÑúÖö ÝóÊõÛúáóÞõ ÃóÈúæóÇÈõåóÇ ÏõæäóåóÇ Ëõãøó ÊóÃúÎõÐõ íóãöíäðÇ æóÔöãóÇáðÇ ÝóÅöÐóÇ áóãú ÊóÌöÏú ãóÓóÇÛðÇ ÑóÌóÚóÊú Åöáóì ÇáøóÐöí áõÚöäó ÝóÅöäú ßóÇäó áöÐóáößó ÃóåúáðÇ æóÅöáøóÇ ÑóÌóÚóÊú Åöáóì ÞóÇÆöáöåóÇ ))
Sesungguhnya seorang hamba itu apabila ia melaknat sesuatu niscaya laknat itu akan naik ke langit. Namun, pintu-pintu langit akan ditutup. Kemudian laknat akan turun ke bumi. Namun, pintu-pintu bumi pun bakal ditutup. Kemudian, laknat itu akan bergerak ke kanan dan ke kiri (tak tahu arah kemana akan pergi), lalu apabila laknat itu tidak mendapatkan jalan (yang akan dilaluinya untuk menetap di sebuah tempat) niscaya ia akan kembali kepada yang dilaknat. Jika hal itu (yakni, yang dilaknat) layak mendapatkannya (niscaya laknat itu akan mengenainya). Jika ternyata (yang dilaknat itu) tidak (layak mendapatkannya), niscaya laknat tersebut akan kembali kepada pengucapnya.
Bayangkanlah-wahai hamba-hamba Allah !-berapa banyaknya laknat-naknat itu akan berbalik mengenai seseorang (pengucapnya) ketika lisannya banyak melaknat, selalu saja ia melakukannya !! niscaya laknat-laknat itu akan terus saja datang bertubi-tubi mengenai dirinya, sehingga dirinyalah yang menyebabkan dirinya sendiri terkena laknat.
**
Wahai hamba-hamba Allah ! Dan sesuatu yang terberat dalam hal melaknat terkait dengan manusia adalah laknat seseorang terhadap kedua orang tuanya-kita berlindung kepada Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-dari hal tersebut-, baik karena suatu hubungan sebab akibat (semisal, seseorang mencerca ayah orang lain, maka orang yang dicerca itu berbalik mencerca ayah dan ibu orang yang mencerca ayahnya) atau pun sedari awal secara langsung ia melakukan cercaan dan laknat tersebut.
Telah shahih dari Nabi-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó –bahwa beliau bersabda,
((áóÚóäó Çááøóåõ ãóäú áóÚóäó æóÇáöÏóíúåö ))
Allah akan melaknat orang yang melaknat kedua orang tuanya sendiri.
**
Wahai hamba-hamba Allah ! Adapun yang datang di dalam sunah yang shahih dari Nabi -Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó –berupa laknat dengan sifat-sifat, maka yang wajib adalah berpegang teguh pada sunah terkait hal tersebut sebagaimana adanya, seperti laknat Nabi -Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó – terhadap pemakan riba, orang yang memberikan makan riba, pencatatnya, dan dua orang saksinya.
Seperti juga laknat Nabi -Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó –terkait dengan khamer, di mana ada sepuluh hal yang dilaknat beliau terkait hal tersebut.
Seperti juga laknat beliau -Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó – terhadap wanita yang menyambung rambutnya, wanita yang minta disambungkan rambutnya, wanita yang mentato (tubuhnya) dan wanita yang minta ditatokan (tubuhnya), dan para wanita yang merenggangkan gigi-giginya untuk mempercantik diri.
Seperti juga laknat beliau -Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó – terhadap wanita yang meniru-niru lelaki dan lelaki yang meniru-niru wanita. Dan lain sebagainya berupa laknat dengan menggunakan sifat-sifat, tidak secara tunjuk hidung kepada orangnya.
Dalam kasus-kasus seperti ini-wahai hamba-hamba Allah-seseorang hendaknya mengemukakan masalah ini sebagaimana datang di dalam Sunah Nabi-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó –. Karena telah datang keterangan dari sunah Nabi-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó –laknat dengan menggunakan sifat, tidak tunjuk hidung secara langsung kepada orangnya. Oleh karena itu, barang siapa melihat seseorang melakukan sesuatu dari tindakan-tindakan (yang terlaknat) ini, tidak halal baginya untuk melaknat pelakunya dengan tunjuk hidung secara langsung. Karena, boleh jadi orang yang melakukan perbutaan terlaknat tersebut kemudian bertaubat. Atau, boleh jadi ada hal-hal yang menghalangi dirinya berhak dilaknat. Sehingga, boleh jadi laknat itu akan kembali kepada orang yang mengucapkannya, sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya.
Dan, para ulama telah membedakan antara laknat yang disampaikan secara umum dengan laknat yang disampaikan secara tunjuk hidung langsung tertuju kepada pelaku perbuatan yang terlaknat, sebagaimana yang ditetapkan di dalam Sunah Nabi kita-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-. Karena Nabi kita-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-melaknat 10 orang terkait dengan khamer. Dan, ketika didatangkan seorang lelaki yang berulang kali meminum khamer, lalu salah seorang sahabat mengatakan, “Semoga Allah melaknatnya, alangkah seringnya ia didatangkan kepada Rasulullah-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-.” Nabi pun mengatakan,
(( áóÇ ÊóáúÚóäõæúåõ ÝóÅöäøóåõ íõÍöÈøõ Çááåó æóÑóÓõæúáóåõ ))
Janganlah kalian melaknatnya karena sesungguhnya ia mencintai Allah dan Rasul-Nya.
Karenanya, hendaklah kita bertakwa kepada Allah-wahai hamba-hamba Allah-. Dan, hendaknya pula kita waspada dari kemurkaan Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- dan hal-hal yang mewajibkan kita mendapatkan siksaan-Nya.
Ya Allah ! Tunjukkanlah kami jalan yang lurus menuju kepada-Mu. Jadikanlah kami sebagai orang-orang yang saling berkasih sayang dengan rahmat Islam. Orang yang mengikuti petunjuk Nabi yang mulia-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-.
Lidungilah kami-Ya Allah !-dari setan yang terkutuk, dan dari keburukan jiwa-jiwa kami dan kejelekan-kejelekan amal-amal kami.
**
Sesungguhnya ummat Islam, para pemeluk agama yang lurus lagi diberkahi ini, keadaannya tidaklah sama seperti keadaan mereka orang-orang kafir para penghuni Neraka, orang-orang yang keadaannya sebagaimana Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-sifati (dalam firman-Nya)
ßõáøóãóÇ ÏóÎóáóÊú ÃõãøóÉñ áóÚóäóÊú ÃõÎúÊóåóÇ [ÇáÃÚÑÇÝ : 38]
Setiap kali suatu umat masuk, dia melaknat saudaranya (al-A’raf : 38)
Maka, bukanlah ini keadaan orang-orang yang beriman. Bahkan, keadaan mereka (orang-orang yang beriman itu) saling berkasih sayang, saling menjalin hubungan (baik) dan saling tolong-menolong dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, sebagaimana Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-berfirman,
æóÊóæóÇÕóæúÇ ÈöÇáÕøóÈúÑö æóÊóæóÇÕóæúÇ ÈöÇáúãóÑúÍóãóÉö [ÇáÈáÏ : 17]
dan saling berpesan untuk bersabar serta saling berpesan untuk berkasih sayang. (al-Balad : 17)
Nabi-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-bersabda,
((ãóËóáõ ÇáúãõÄúãöäöíäó Ýöí ÊóæóÇÏøöåöãú æóÊóÑóÇÍõãöåöãú æóÊóÚóÇØõÝöåöãú ãóËóáõ ÇáúÌóÓóÏö ÅöÐóÇ ÇÔúÊóßóì ãöäúåõ ÚõÖúæñ ÊóÏóÇÚóì áóåõ ÓóÇÆöÑõ ÇáúÌóÓóÏö ÈöÇáÓøóåóÑö æóÇáúÍõãøóì )) .
Perumpamaan orang-orang yang beriman itu dalam saling cinta kasih mereka, kasih sayang mereka dan simpati mereka seperti satu tubuh; apabila satu anggota tubuh mengadukan rasa sakit niscaya seluruh tubuhnya akan ikut serta merasakannya dengan bergadang (tidak bisa tidur) dan demam.
Sesungguhnya keadaan seorang muslim-wahai hamba-hamba Allah-terhadap saudara-saudaranya adalah menyayangi mereka, berlaku baik terhadap mereka, dan mendoakan mereka dengan kebaikan dan memintakan ampunan untuk mereka. Tidak melaknat mereka, tidak pula mencerca dan menghina mereka. Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-berfirman kepada Nabi-Nya yang mulia-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-,
æóÇÓúÊóÛúÝöÑú áöÐóäúÈößó æóáöáúãõÄúãöäöíäó æóÇáúãõÄúãöäóÇÊö [ãÍãÏ : 19]
dan mohonlah ampunan atas dosamu dan (dosa) orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan. (Muhammad : 19)
Dan Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-berfirman tentang keadaan orang-orang yang beriman,
æóÇáøóÐöíäó ÌóÇÁõæÇ ãöäú ÈóÚúÏöåöãú íóÞõæáõæäó ÑóÈøóäóÇ ÇÛúÝöÑú áóäóÇ æóáöÅöÎúæóÇäöäóÇ ÇáøóÐöíäó ÓóÈóÞõæäóÇ ÈöÇáúÅöíãóÇäö æóáóÇ ÊóÌúÚóáú Ýöí ÞõáõæÈöäóÇ ÛöáøðÇ áöáøóÐöíäó ÂãóäõæÇ [ÇáÍÔÑ : 10]
Orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Ansar) berdoa, “Ya Tuhan kami, ampunilah kami serta saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu daripada kami dan janganlah Engkau jadikan dalam hati kami kedengkian terhadap orang-orang yang beriman. (al-Hasyr : 10)
Sungguh Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-bakal memberikan pahala yang agung dan keutamaan serta kebaikan yang besar terhadap orang yang mepersembahkan doa dan mememohonkan ampunan kepada Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-untuk saudara-saudaranya orang-orang yang beriman.
Renungkanlah satu hadis dari Nabi kalian Muhammad-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó- dalam masalah ini, yang diriwayatkan oleh ath-Thabraniy di dalam Musnad asy-Syamiyin dengan sanad hasan, dari hadis Ubadah bin Shamit-ÑóÖöíó Çááåõ Úóäúåõ-bahwa Nabi -Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó- bersabda,
(( ãóäö ÇÓúÊóÛúÝóÑó áöáúãõÄúãöäöíäó æóÇáúãõÄúãöäóÇÊö ßóÊóÈó Çááøóåõ áóåõ Èößõáøö ãõÄúãöäò æóãõÄúãöäóÉò ÍóÓóäóÉð ))
“Barang siapa memintakan ampunan (kepada Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-) untuk orang-orang yang beriman laki-laki dan perempuan, niscaya Allah tuliskan untuknya satu kebaikan (pahala) dengan setiap orang yang beriman laki-laki dan perempuan.”
Betapa banyaknya pahala yang bakal Anda raup, wahai saudaraku ! Ketika Anda mengatakan dalam doa yang Anda panjatkan,
Çóááøóåõãóø ÇÛúÝöÑú áöáúãõÓúáöãöíúäó æóÇáúãõÓúáöãóÇÊö ÇóÃó õÍúíóÇÁö ãöäúåõãú æóÇáúÃóãúæóÇÊö
“Ya Allah !, Berilah ampunan untuk kaum muslimin dan muslimat, yang masih hidup dan yang telah mati di antara mereka.”
Dengan ungkapan kata ini, niscaya Anda meperoleh kebaikan (pahala) sejumlah orang-orang yang beriman semenjak zaman Nabi Adam-Úóáóíúåö ÇáÓøóáóÇãõ-sampai Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-mewarisi bumi beserta semua yang ada di atasnya. Maka, pahala dan kebaikan-kebaikan yang akan diraup itu bukan ribuan, tetapi miliaran, bahkan trilyunan, bahkan bisa jadi lebih dari itu.
Karena itu-wahai hamba-hamba Allah- bertakwalah kepada Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-.
Nasehatilah diri kita dan saudara-saudara kita kaum Muslimin.
Jauhkanlah kedengkian dan kebencian dari hati-hati kita.
Dan sibukanlah lisan kita dengan kata-kata yang baik dan doa-doa nan indah (untuk saudara kita seiman).
Ya Allah ! Berikanlah taufik kepada kami untuk dapat melakukan apa-apa yang Engkau cintai dan Engkau ridhai.
Bantulah kami agar dapat melakukan kebaikan dan ketakwaan, wahai Dzat yang Maha Agung lagi Maha Mulia.
Ya Allah ! Kabulkanlah permohonan kami.
Wallahu A’lam
(Redaksi)
Sumber :
At-Tahdzir Min al-La’ni Wa as-Sabbi, Syaikh Prof. Dr. Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin al-Badr-ÍóÝöÙóåõ Çááåõ ÊóÚóÇáóì-