Artikel : Bulein Annur - Hikmah Al-Quran & Mutiara Hadits

Maha Memiliki Segala Keagungan

Jumat, 13 Januari 23

**

Nama tersebut hanya diterangkan pada satu tempat dalam ayat al-Qur’an, yaitu firman Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-,


åõæó Çááøóåõ ÇáøóÐöí áóÇ Åöáóåó ÅöáøóÇ åõæó Çáúãóáößõ ÇáúÞõÏøõæÓõ ÇáÓøóáóÇãõ ÇáúãõÄúãöäõ Çáúãõåóíúãöäõ ÇáúÚóÒöíÒõ ÇáúÌóÈøóÇÑõ ÇáúãõÊóßóÈøöÑõ ÓõÈúÍóÇäó Çááøóåö ÚóãøóÇ íõÔúÑößõæäó [ÇáÍÔÑ : 23]


“Dialah Allah Yang tiada Ilah (yang berhak disembah) selain Dia, Raja, Yang Maha Suci, Yang Maha Sejahtera, Yang Mengaruniakan keamanan, Yang Maha Memelihara, Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuasa, Yang Memiliki Segala Keagungan, Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan.“ (Qs. al-Hasyr : 23)

Al-Mutakabbir (Maha Memiliki segala keagungan) adalah sebuah nama yang menunjukkan sifat Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-dengan segala keagungan. Huruf Ê pada kata ÇóáúãõÊóßóÈøöÑõ bukan Ê menunjukkan makna memberi atau berlebih-lebihan, tetapi Ê tersebut menunjukkan makna keesaan dan kekhususan. Al-Kibriya’ (keagungan) adalah sifat Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-yang tidak pantas disandang kecuali hanya oleh-Nya semata. Oleh karena itu, akan dijelaskan nanti ancaman yang keras bagi orang yang mutakabbir (sombong) dan hukuman Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-bagi mereka, baik cepat maupun lambat. [1]

Qatadah-ÑóÍöãóåõ Çááåõ-berkata, “Yaitu Mahaagung atas segala sesuatu.” Ia juga berkata, “Yaitu Yang Mahaagung dari segala keburukan. Ia juga berkata, “Yakni Mahaagung dari segala kejahatan.”

Muqatil-ÑóÍöãóåõ Çááåõ-berkata, “Dia adalah Mahaagung dari segala hal yang jelek.”

Abu Ishaq As-Subai’i-ÑóÍöãóåõ Çááåõ-bertutur, “Yaitu Yang Mahabesar dari perbuatan zhalim terhadap para hamba-Nya.”

Maimun bin Mihran-ÑóÍöãóåõ Çááåõ-berkata, “Dia Mahaagung dari kejelekan dan keburukan, tidak ada yang keluar dari Diri-Nya, melainkan hal-hal yang baik.”

Kesimpulan dari semua itu adalah bahwa nama ini menunjukkan ketinggian Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-atas seluruh sifat makhluk, keagungan-Nya dari permisalan dan keserupaan seperti-Nya, ketinggian-Nya dari segala kekurangan dan aib. Dia-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-adalah Maha memiliki segala keagungan (yang jauh) dari kejahatan, keburukan, kezhaliman dan dari segala kekurangan. Hal ini mengandung adanya kesempurnaan bagi-Nya pada nama-nama, sifat-sifat, dan perbuatan-perbuatan-Nya.

Sifat takabbur tersebut tidak pantas dipakai kecuali oleh-Nya. Karena Dia-lah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-semata Yang Maha Berkuasa, dan selain-Nya adalah dikuasai. Dia-lah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-Rabb, sedangkan selain-Nya adalah diatur. Dia-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-semata adalah Maha Pencipta, sedangkan yang lainnya adalah makhluk (diciptakan). Dia-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-semata Yang Maha Esa dengan seluruh sifat kesempurnaan, kemuliaan, keagungan, dan ketinggian. Sebagaimana Rasulullah-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-dahulu menggabungkan semua itu dalam pujiannya kepada Rabbnya ketika rukuk dan sujud, beliau-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-berkata,


« ÓõÈúÍóÇäó Ðöì ÇáúÌóÈóÑõæÊö æóÇáúãóáóßõæÊö æóÇáúßöÈúÑöíóÇÁö æóÇáúÚóÙóãóÉö »


Mahasuci (Rabb) Pemilik kekuasaan, kerajaan, keagungan, dan kesempurnaan Dzat [2]

Dia-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-Mahasuci dari segala kekurangan. Bagi-Nya semata, kerajaan, pengaturan alam semesta, dan keagungan pada nama-nama, sifat-sifat, dan perbuatan-perbuatan-Nya. Dia-lah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-semata Yang Maha memiliki keagungan, tiada sekutu bagi-Nya.

Adapun hamba sebagai ciptaan, maka maqamnya adalah beribadah, tunduk, meredahkan diri, pasrah, rukuk dan sujud kepada Yang Mahabesar, Mahatinggi, Mahaagung lagi Maha Pemilik kemuliaan. Boleh jadi pada semua ini ada sebuah rahasia di antara sekian rahasia dzikir kepada Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- dengan takbir ketika turun untuk rukuk dan sujud, dan dengan keagungan-Nya tatkala dalam keadaan rukuk dan sujud.

Adapun apabila seorang hamba sombong –kita berlindung kepada Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- dari hal tersebut-, terutama dari tujuan dia diadakan dan diciptakan untuk mewujudkannya, yaitu beribadah kepada Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-dan mengesakan-Nya semata dengan kerendahan dan ketundukan serta pasrah. Sesungguhnya Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-akan menghukumnya dengan hukuman paling dahsyat dan Dia-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-akan menghinakannya, baik di dunia maupun di akhirat.

Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-telah menyebutkan pada banyak tempat di dalam kitab-Nya yang mulia, aneka ragam hukuman yang akan Dia-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-turunkan kepada orang-orang yang sombong. Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-berfirman,


Åöäøó ÇáøóÐöíäó íóÓúÊóßúÈöÑõæäó Úóäú ÚöÈóÇÏóÊöí ÓóíóÏúÎõáõæäó Ìóåóäøóãó ÏóÇÎöÑöíäó [ÛÇÝÑ : 60]


“Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina.” (Qs. Ghafir : 60)

Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-juga berfirman,


ÃóáóíúÓó Ýöí Ìóåóäøóãó ãóËúæðì áöáúãõÊóßóÈøöÑöíäó [ÇáÒãÑ : 60]


“Bukankah dalam neraka Jahannam itu ada tempat bagi orang-orang yang menyombongkan diri ?” (Qs. Az-Zumar : 60)


ÇÏúÎõáõæÇ ÃóÈúæóÇÈó Ìóåóäøóãó ÎóÇáöÏöíäó ÝöíåóÇ ÝóÈöÆúÓó ãóËúæóì ÇáúãõÊóßóÈøöÑöíäó [ÛÇÝÑ : 76]


“Dikatakan (kepada mereka) : “Masukilah pintu-pintu neraka Jahannam itu, sedang kamu kekal di dalamnya.” Maka neraka Jahannam itulah seburuk-buruk tempat bagi orang-orang yang menyombongkan diri.” (Ghafir : 76)


æóÇáøóÐöíäó ßóÐøóÈõæÇ ÈöÂíóÇÊöäóÇ æóÇÓúÊóßúÈóÑõæÇ ÚóäúåóÇ ÃõæáóÆößó ÃóÕúÍóÇÈõ ÇáäøóÇÑö åõãú ÝöíåóÇ ÎóÇáöÏõæäó [ÇáÃÚÑÇÝ : 36]


“Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan menyombongkan diri terhadapnya, mereka itu penghuni-penghuni neraka ; mereka kekal di dalamnya.” (al-A’raf : 36)


Åöäøó ÇáøóÐöíäó ßóÐøóÈõæÇ ÈöÂíóÇÊöäóÇ æóÇÓúÊóßúÈóÑõæÇ ÚóäúåóÇ áóÇ ÊõÝóÊøóÍõ áóåõãú ÃóÈúæóÇÈõ ÇáÓøóãóÇÁö æóáóÇ íóÏúÎõáõæäó ÇáúÌóäøóÉó ÍóÊøóì íóáöÌó ÇáúÌóãóáõ Ýöí Óóãøö ÇáúÎöíóÇØö æóßóÐóáößó äóÌúÒöí ÇáúãõÌúÑöãöíäó [ÇáÃÚÑÇÝ : 40]


“Sesungguhnya orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan menyombongkan diri terhadapnya, sekali-kali tidak dibukakan bagi mereka pintu-pintu langit dan tidak (pula) mereka masuk surga, hingga unta masuk ke lobang jarum. Demikianlah Kami memberi pembalasan kepada orang-orang yang berbuat kejahatan. “ (al-A’raf : 40)

Dan Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-telah menyebutkan pula dalam kitab-Nya yang mulia beberapa contoh orang-orang sombong dari individu-individu tertentu dan umat, dan Dia-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- menjelaskan hukuman yang akan menimpa mereka di dunia serta siksa yang dipersiapkan untuk mereka di akhirat kelak. Hal tersebut dimaksudkan agar nampak jelas jalannya orang-orang yang suka berdosa, dan agar disebutkannya kondisi mereka dapat menjadi nasehat bagi orang-orang yang mau mengambil nasihat, dan menjadi pelajaran bagi mereka yang mau mengambil pelajaran.

Lalu Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-menyebutkan pemimpin bagi orang-orang yang sombong, yaitu iblis sebagai musuh Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- dan musuh bagi agama-Nya, juga musuh bagi para hamba-Nya yang beriman, Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-berfirman,


ÅöáøóÇ ÅöÈúáöíÓó ÇÓúÊóßúÈóÑó æóßóÇäó ãöäó ÇáúßóÇÝöÑöíäó [Õ : 74]


“Kecuali iblis ; dia menyombongkan diri dan adalah dia termasuk orang-orang kafir.” (Qs. Shad : 74)

Dan Dia-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-menyebutkan tentang Fir’aun dan sifat congkaknya terhadap kebenaran, yaitu dia dan bala tentaranya. Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- berfirman,


æóÇÓúÊóßúÈóÑó åõæó æóÌõäõæÏõåõ Ýöí ÇáúÃóÑúÖö ÈöÛóíúÑö ÇáúÍóÞøö [ÇáÞÕÕ : 39]


“Dan berlaku angkuhlah Fir’aun dan bala tentaranya di bumi (Mesir) tanpa alasan yang benar.” (Qs. al-Qashash : 39)

Dan Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-menyebutkan di antara orang-orang yang sombong adalah Al-Walid bin al-Mughirah, penolak kebenaran, yang berani menantang Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- dan Rasul-Nya dengan peperangan dan permusuhan, maka itu Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- mencelanya dengan celaan yang tidak pernah dilontarkan kepada selainnya, dan itu adalah balasan bagi orang-orang yang congkak lagi sombong. Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- berfirman,


ÐóÑúäöí æóãóäú ÎóáóÞúÊõ æóÍöíÏðÇ (11) æóÌóÚóáúÊõ áóåõ ãóÇáðÇ ãóãúÏõæÏðÇ (12) æóÈóäöíäó ÔõåõæÏðÇ (13) æóãóåøóÏúÊõ áóåõ ÊóãúåöíÏðÇ (14) Ëõãøó íóØúãóÚõ Ãóäú ÃóÒöíÏó (15) ßóáøóÇ Åöäøóåõ ßóÇäó áöÂíóÇÊöäóÇ ÚóäöíÏðÇ (16) ÓóÃõÑúåöÞõåõ ÕóÚõæÏðÇ (17) Åöäøóåõ ÝóßøóÑó æóÞóÏøóÑó (18) ÝóÞõÊöáó ßóíúÝó ÞóÏøóÑó (19) Ëõãøó ÞõÊöáó ßóíúÝó ÞóÏøóÑó (20) Ëõãøó äóÙóÑó (21) Ëõãøó ÚóÈóÓó æóÈóÓóÑó (22) Ëõãøó ÃóÏúÈóÑó æóÇÓúÊóßúÈóÑó (23) ÝóÞóÇáó Åöäú åóÐóÇ ÅöáøóÇ ÓöÍúÑñ íõÄúËóÑõ (24) Åöäú åóÐóÇ ÅöáøóÇ Þóæúáõ ÇáúÈóÔóÑö (25) ÓóÃõÕúáöíåö ÓóÞóÑó (26) [ÇáãÏËÑ : 11 - 26]


“Biarkanlah Aku bertindak terhadap orang yang Aku telah menciptakannya sendirian. Dan Aku jadikan baginya harta benda yang banyak, dan anak-anak yang selalu bersama dia, dan Ku-lapangkan baginya (rizki dan kekuasaan) dengan selapang-lapangnya, kemudian dia ingin sekali supaya Aku menambahnya. Sekali-kali tidak (akan Aku tambah), karena sesungguhnya dia menentang ayat-ayat Kami (al-Qur’an). Aku akan membebaninya mendaki pendakian yang memayahkan. Sesungguhnya dia telah memikirkan dan menetapkan (apa yang ditetapkannya), maka celakalah dia ! Bagaimanakah dia menetapkan, kemudian dia memikirkan, sesudah itu dia bermasam muka dan merengut, kemudian dia berpaling (dari kebenaran) dan menyombongkan diri, lalu dia berkata : “(al-Qur’an) ini tidak lain hanyalah sihir yang dipelajari (dari orang-orang dahulu), ini tidak lain hanyalah perkataan manusia.” Aku akan memasukkannya ke dalam Saqar.” (Qs. al-Mudatsir : 11-26)

Demikian pula Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-menyebutkan kesombongan umat-umat terdahulu dari menerima kebenaran, Dia-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-berfirman tentang kaum nabi Nuh –Úóáóíúåö ÇáÓøóáóÇãõ-,


Ýóáóãú íóÒöÏúåõãú ÏõÚóÇÆöí ÅöáøóÇ ÝöÑóÇÑðÇ (6) æóÅöäøöí ßõáøóãóÇ ÏóÚóæúÊõåõãú áöÊóÛúÝöÑó áóåõãú ÌóÚóáõæÇ ÃóÕóÇÈöÚóåõãú Ýöí ÂÐóÇäöåöãú æóÇÓúÊóÛúÔóæúÇ ËöíóÇÈóåõãú æóÃóÕóÑøõæÇ æóÇÓúÊóßúÈóÑõæÇ ÇÓúÊößúÈóÇÑðÇ (7) [äæÍ : 6 ¡ 7]


Maka seruanku itu hanyalah menambah mereka lari (dari kebenaran). Dan sesungguhnya setiap kali aku menyeru mereka (kepada iman) agar Engkau mengampuni mereka, mereka memasukkan anak jari mereka ke dalam telinganya dan menutupkan bajunya (ke mukanya) dan mereka tetap (mengingkari) dan menyombongkan diri dengan sangat. “ (Qs. Nuh : 6-7)

Dia-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-berfirman tentang kaum Nabi Hud–Úóáóíúåö ÇáÓøóáóÇãõ-,


ÝóÃóãøóÇ ÚóÇÏñ ÝóÇÓúÊóßúÈóÑõæÇ Ýöí ÇáúÃóÑúÖö ÈöÛóíúÑö ÇáúÍóÞøö [ÝÕáÊ : 15]


‘Adapun kaum ‘Aad maka mereka menyombongkan diri di muka bumi tanpa alasan yang benar.” (Qs. Fushshilat : 15)

Dia-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-juga bercerita tentang kaum Nabi Syu’aib–Úóáóíúåö ÇáÓøóáóÇãõ-,


ÞóÇáó ÇáúãóáóÃõ ÇáøóÐöíäó ÇÓúÊóßúÈóÑõæÇ ãöäú Þóæúãöåö áóäõÎúÑöÌóäøóßó íóÇ ÔõÚóíúÈõ æóÇáøóÐöíäó ÂãóäõæÇ ãóÚóßó ãöäú ÞóÑúíóÊöäóÇ Ãóæú áóÊóÚõæÏõäøó Ýöí ãöáøóÊöäóÇ ÞóÇáó Ãóæóáóæú ßõäøóÇ ßóÇÑöåöíäó [ÇáÃÚÑÇÝ : 88]


“Pemuka-pemuka dari kaum Syu’aib yang menyombongkan diri berkata : “Sesungguhnya kami akan mengusir kamu hai Syu’aib dan orang-orang yang beriman bersamamu dari kota kami, kecuali kamu kembali kepada agama kami.” Berkata Syu’aib : “ Dan apakah (kamu akan mengusir kami), kendatipun kami tidak menyukainya.” (Qs. al-A’raf : 88)

Dan Dia-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-bercerita pula tentang kisah kaum Nabi Shalih–Úóáóíúåö ÇáÓøóáóÇãõ-,


ÞóÇáó ÇáúãóáóÃõ ÇáøóÐöíäó ÇÓúÊóßúÈóÑõæÇ ãöäú Þóæúãöåö áöáøóÐöíäó ÇÓúÊõÖúÚöÝõæÇ áöãóäú Âãóäó ãöäúåõãú ÃóÊóÚúáóãõæäó Ãóäøó ÕóÇáöÍðÇ ãõÑúÓóáñ ãöäú ÑóÈøöåö ÞóÇáõæÇ ÅöäøóÇ ÈöãóÇ ÃõÑúÓöáó Èöåö ãõÄúãöäõæäó (75) ÞóÇáó ÇáøóÐöíäó ÇÓúÊóßúÈóÑõæÇ ÅöäøóÇ ÈöÇáøóÐöí ÂãóäúÊõãú Èöåö ßóÇÝöÑõæäó (76) [ÇáÃÚÑÇÝ : 75 ¡ 76]


“Pemuka-pemuka yang menyombongkan diri di antara kaumnya berkata kepada orang-orang yang dianggap lemah yang telah beriman di antara mereka : “Tahukah kamu bahwa Shaleh diutus (menjadi rasul) oleh Rabbnya ?.” Mereka menjawab : “Sesungguhnya kami beriman kepada wahyu, yang Shaleh diutus untuk menyampaikannya.” Orang-orang yang menyombongkan diri berkata : “Sesungguhnya kami adalah orang yang tidak percaya kepada apa yang kamu imani itu.” (Qs. al-A’raf : 75-76)

Sungguh aneh, kemudian benar-benar sungguh aneh kondisi mereka orang-orang yang bodoh, kurang akal dan umurnya, bagaimana bisa mereka rela dengan kesombongan yang ada pada diri mereka dari peribadatan Rabb Yang Maha Esa lagi Maha berkuasa, congkak dari keikhlasan kepada Rabb Maha Perkasa lagi Maha Pengampun, kemudian mereka memalingkan peribadatan, kerendahan, dan ketundukan mereka kepada sebuah batu atau pohon, atau juga kepada makhluk lain yang tidak memiliki kecuali kerendahan dan ia selalu membutuhkan. Sungguh tiada ilah yang hak, kecuali Allah, bagaimana bisa akal-akal mereka pergi menjauh dari kebenaran dan petunjuk, dan mata mereka buta dari cahaya dan sinar, maha suci Allah, alangkah buruknya kondisi yang ada pada mereka.

Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-berfirman,


æóÅöÐóÇ ÐõßöÑó Çááøóåõ æóÍúÏóåõ ÇÔúãóÃóÒøóÊú ÞõáõæÈõ ÇáøóÐöíäó áóÇ íõÄúãöäõæäó ÈöÇáúÂÎöÑóÉö æóÅöÐóÇ ÐõßöÑó ÇáøóÐöíäó ãöäú Ïõæäöåö ÅöÐóÇ åõãú íóÓúÊóÈúÔöÑõæäó [ÇáÒãÑ : 45]


‘Dan apabila nama Allah saja yang disebut, kesallah hati orang-orang yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat; dan apabila nama sembahan-sembahan selain Allah yang disebut, tiba-tiba mereka bergirang hati.” (Qs. az-Zumar : 45)

Firman-Nya,


Åöäøóåõãú ßóÇäõæÇ ÅöÐóÇ Þöíáó áóåõãú áóÇ Åöáóåó ÅöáøóÇ Çááøóåõ íóÓúÊóßúÈöÑõæäó (35) æóíóÞõæáõæäó ÃóÆöäøóÇ áóÊóÇÑößõæ ÂáöåóÊöäóÇ áöÔóÇÚöÑò ãóÌúäõæäò (36) [ÇáÕÇÝÇÊ : 35 ¡ 36]


“Sesungguhnya mereka dahulu apabila dikatakan kepada mereka ‘ Laa ilaaha illallah” (Tiada Ilah yang berhak disembah melainkan Allah) mereka menyombongkan diri. Dan mereka berkata : “Apakah sesungguhnya kami harus meninggalkan sesembahan-sesembahan kami karena seorang penyair gila ?” (Qs. Ash-Shaffat : 35-36)


æóÅöÐóÇ ÐóßóÑúÊó ÑóÈøóßó Ýöí ÇáúÞõÑúÂäö æóÍúÏóåõ æóáøóæúÇ Úóáóì ÃóÏúÈóÇÑöåöãú äõÝõæÑðÇ [ÇáÅÓÑÇÁ : 46]


“Dan apabila kamu menyebut Rabbmu saja dalam al-Qur’an, niscaya mereka berpaling ke belakang karena bencinya (Qs. al-Isra’ : 46)

Ketahuilah, alangkah bodohnya akal yang ada pada mereka, kita berlindung kepada Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-dari kesesatan, dan kita memohon kepada-Nya semoga diberikan rezeki untuk selalu tunduk hanya kepada-Nya, semoga juga Dia-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-melindungi kita dari jalannya orang-orang yang sombong, karena Dia-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-semata Yang Mahasuci lagi Mahatinggi. Maha Pemberi karunia, dan Maha Penolong.

Wallahu A’lam

(Redaksi)

Sumber :
Fikih Asmaul Husna, Prof. Dr. Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin al-'Abbad-ÍóÝöÙóåõ Çááåõ ÊóÚóÇáóì.


Catatan :

[1] Sebab, kata Al-Mutakkabbir jika disandarkan kepada hamba, maka artinya sombong atau congkak. Sedangkan apabila dipakai oleh Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-, berarti Maha Pemilik segala keagungan. Oleh karena itu, nama tersebut tidak boleh dipakai, kecuali oleh Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- semata, Wallahu A’lam, pen.

[2] Diriwayatkan oleh an-Nasai, no. 1132, dari Auf bin Malik-ÑóÖöíó Çááåõ Úóäúåõ



Hikmah Al-Quran & Mutiara Hadits : index.php
Versi Online : index.php/?pilih=lihatannur&id=1006