Artikel : Bulein Annur - Hikmah Al-Quran & Mutiara Hadits

Keselamatan Hati dan Lisan Orang yang Berpuasa

Jumat, 07 April 23

**

Imam al-Hakim dan yang lainnya meriwayatkan dari Abu Hurairah-ÑóÖöíó Çááåõ Úóäúåõ- bahwa Nabi-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-bersabda,


áóíúÓó ÇáÕøöíóÇãó ãöäó ÇáúÃóßúáö æóÇáÔøõÑúÈö ¡ ÅöäøóãóÇ ÇáÕøöíóÇãõ ãöäó ÇááøóÛúæö æóÇáÑøóÝóËö ¡ ÝóÅöäú ÓóÇÈøóßó ÃóÍóÏñ¡ æóÌóåöáó Úóáóíúßó ÝóÞõáú : Åöäøöí ÕóÇÆöãñ


"Bukanlah puasa itu hanya menahan dari makan dan minum, hakikat puasa adalah menahan diri dari perkataan sia-sia dan kotor. Jika ada seseorang mencelamu dan bertindak bodoh (usil) terhadap dirimu, maka katakanlah (kepadanya), ‘aku sedang berpuasa."[1]

Dan, imam Ahmad meriwayatkan dari Yazid bin Abdillah asy-Syikhir dari al-‘Arabiy, ia berkata, ‘Aku pernah mendengar Rasulullah-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-bersabda,


Õóæúãõ ÔóåúÑö ÇáÕøóÈúÑö æóËóáóÇËóÉö ÃóíøóÇãò ãöäú ßõáøö ÔóåúÑò íõÐúåöÈúäó æóÍóÑó ÇáÕøóÏúÑö


Puasa bulan kesabaran dan tiga hari setiap bulan akan menghilangkan kedengkian hati [2]

Sesungguhnya termasuk karakter yang agung dan sifat yang mulia yang menunjukkan sempurnanya iman orang-orang yang berpuasa yang taat kepada Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-dan kebaikan akhlak mereka adalah keselamatan hati mereka dan lisan mereka terhadap saudara-saudara mereka orang-orang yang beriman. Maka, tidak ada di dalam hati mereka rasa dendam atau dengki atau kebencian. Tidak pula ada pada lisan mereka gunjingan, atau adu domba, atau dusta, atau umpatan, atau fitnah. Bahkan, mereka hanya membawa rasa cinta, kebaikan, kasih sayang, kelembutan dan pemuliaan terhadap saudara-saudara mereka. Tidaklah terlontar dari lisan-lisan mereka kecuali kata-kata yang bermanfaat dan perkataan-perkataan yang penuh faedah, serta doa-doa yang jujur. Maka, mereka termasuk kelompok orang-orang dipuji Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊÚóÇáóì-dan disucuikan-Nya dengan firman-Nya,


æóÇáøóÐöíäó ÌóÇÁõæÇ ãöäú ÈóÚúÏöåöãú íóÞõæáõæäó ÑóÈøóäóÇ ÇÛúÝöÑú áóäóÇ æóáöÅöÎúæóÇäöäóÇ ÇáøóÐöíäó ÓóÈóÞõæäóÇ ÈöÇáúÅöíãóÇäö æóáóÇ ÊóÌúÚóáú Ýöí ÞõáõæÈöäóÇ ÛöáøðÇ áöáøóÐöíäó ÂãóäõæÇ ÑóÈøóäóÇ Åöäøóßó ÑóÁõæÝñ ÑóÍöíãñ [ÇáÍÔÑ : 10]


Orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Ansar) berdoa, “Ya Tuhan kami, ampunilah kami serta saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu daripada kami dan janganlah Engkau jadikan dalam hati kami kedengkian terhadap orang-orang yang beriman. Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Penyantun lagi Maha Penyayang.” (al-Hasyr : 10)

Rabb mereka menyifati mereka dengan dua hal nan agung dan mulia ; satunya berkaitan dengan lisan, maka tidak ada pada lisan mereka terhadap saudara mereka melainkan nasehat untuk kebaikan dan doa yang dipanjatkan untuk kebaikan mereka dan kebaikan saudara-saudara mereka.


íóÞõæáõæäó ÑóÈøóäóÇ ÇÛúÝöÑú áóäóÇ æóáöÅöÎúæóÇäöäóÇ ÇáøóÐöíäó ÓóÈóÞõæäóÇ ÈöÇáúÅöíãóÇäö


mereka berdoa, “Ya Tuhan kami, ampunilah kami serta saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu daripada kami”

Hal yang keduanya, terkait dengan hati. Maka, hati mereka selamat terhadap saudara-saudara mereka orang-orang yang beriman. Tidak ada dalam hati mereka rasa dendam, atau kedengkian, atau kebencian, atau yang lainnya.

Dan, keselamatan hati dan lisan, keduanya termasuk dalil yang paling jelas dan bukti yang paling jujur yang menunjukkan kesempurnaan puasa. Para salaf-semoga Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-merahmati mereka-mengkategorikan orang yang paling utama di kalangan mereka adalah orang yang paling selamat hati dan lisannya. Iyas bin Mu’awiyah bin Qurrah-ÑóÍãóåõ Çááåõ-mengatakan,


ßóÇäó ÃóÝúÖóáõåõãú ÚöäúÏóåõãú - Ãóíú : ÇáÓøóáóÝõ - ÃóÓúáóãóåõãú ÕõÏõæúÑðÇ æóÃóÞóáøóåõãú ÛöíúÈóÉð


Orang yang paling utama di tengah-tengah mereka –yakni, salaf-adalah orang yang paling selamat hatinya atau orang yang paling sedikit ghibahnya [3]

Dan, Sufyan bin Dinar-ÑóÍöãóåõ Çááåõ-mengatakan,


ÞõáúÊõ áöÃóÈöí ÈóÔöíúÑò - æóßóÇäó ãöäú ÃóÕúÍóÇÈö Úóáöíøò - : ÃóÎúÈöÑúäöí Úóäú ÃóÚúãóÇáö ãóäú ßóÇäó ÞóÈúáóäóÇ ¡ ÞóÇáó : ßóÇäõæúÇ íóÚúãóáõæúäó íóÓöíúÑðÇ æóíõÄúÌóÑõæúäó ßóËöíúÑðÇ ¡ ÞóÇáó ÞõáúÊõ : æóáöãó Ðóáößó ¿ ÞóÇáó : áöÓóáóÇãóÉö ÕõÏõæúÑöåöãú


Aku pernah mengatakan kepada Abu Basyir –beliau termasuk sahabat Ali-ÑóÖöíó Çááåõ Úóäúåõ- : Beritahukan kepadaku tentang amal-amal orang-orang sebelum kita ! Abu Basyir pun mengatakan : Mereka mengerjakan amal sedikit, namun mereka dibalas dengan pahala yang banyak.’

Sufyan bin Dinar-ÑóÍöãóåõ Çááåõ- mengatakan, ‘Aku pun bertanya kepada beliau,’Mengapa demikian ?’

Abu Basyir pun menjawab, ‘Karena keselamatan hati-hati mereka.’ [4]

Dan Ramadhan merupakan kesempatan emas dan pemberian ilahi untuk menyelamatkan hati dan lisan dari segala kekeruhan dan penyakit. Maka, bukanlah hal yang menjadi pelajaran dari puasamu adalah engkau menolak diri dari makan dan minum, namun hatimu berbuka dengan rasa dendam, kedengkian, dan kebencian terhadap hamba-hamba Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-. Atau, lisanmu berbuka dengan menggunjing orang lain, mengadu domba orang lain, atau menipu orang lain, berdusta dan membohongi orang lain, dan menghina dan mencaci orang lain. Karena, barang siapa yang keadaannya demikian ini, maka ia tidak mengambil faedah dari puasanya melainkan rasa lapar dan dahaga semata. Di dalam hadis disebutkan,


ÑõÈøó ÕóÇÆöãò ÍóÙøõåõ ãöäú ÕöíóÇãöåö ÇáúÌõæÚõ æóÇáúÚóØóÔõ ¡ æóÑõÈøó ÞóÇÆöãò ÍóÙøõåõ ãöäú ÞöíóÇãöåö ÇáÓøóåóÑõ


Betapa banyak orang yang berpuasa, bagian yang didapatkannya dari puasanya hanya lapar dan dahaga semata. Dan, betapa banyak pula orang yang shalat malam, bagian yang didapatkannya dari shalat malamnya hanya begadang saja. [5] Diriwayatkan oleh Ahmad dari hadis Abu Hurairah-ÑóÖöíó Çááåõ Úóäúåõ-secara marfu’ kepada Nabi-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-.

Sungguh hal yang menjadi sebab terbesar untuk keselamatan hati dan lisan mereka orang-orang pilihan itu adalah kuatnya hubungan mereka dengan Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-dan sangat kuatnya keridhaan mereka terhadap-Nya. Ibnul Qayyim-ÑóÍöãóåõ Çááåõ –mengatakan, “Keridhaan membukakan pintu keselamatan baginya ; sehingga menjadikan hatinya selamat lagi bersih dari kecurangan, rasa dendam, dan kedengkian, sementara tidak akan selamat dari azab Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-melainkan siapa yang datang kepada Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-dengan hati yang selamat, demikian pula mustahil akan terjadi keselamatan hati yang disertai kebencian dan ketidakridhaan. Semakin seorang hamba kuat keridhaannya niscaya hatinya semakin selamat. Maka, kekejian, dendam, dan kecurangan merupakan teman dekat kebencian, sedangkan keselamatan hati dan kebaikannya merupakan teman dekat keridhaan. Begitu pula hasad, ia termasuk buah kebencian, dan keselamatan hati dari kebencian termasuk buah keridhaan.” [6]

Dan buah keselamatan hati yang merupakan buah dari buah-buah keridhaan tidaklah terhitung banyaknya. Karena keselamatan hati merupakan ketentraman dan kenyamanan, kesenangan dan ketenangan di dunia. Pahalanya di akhirat termasuk palaha yang paling baik. Ghanimahnya ketika itu merupakan ghanimah yang terbesar. Dan di dalam al-Khabar, Zaed bin Aslam-ÑóÍöãóåõ Çááåõ-mengatakan, ‘Seorang masuk menemui Abu Dujanah-ÑóÖöíó Çááåõ Úóäúåõ – saat beliau tengah sakit, -ketika itu wajah beliau terlihat sedemikian ceria-, lalu dikatakan kepadanya, ‘Apa gerangan yang membuat wajah Anda terlihat sedemikian ceria ?’ Maka, Abu Dujanah-ÑóÖöíó Çááåõ Úóäúåõ–pun menjawab ,’ Tidak ada dari amalku sesuatu pun yang lebih kuat menurutku daripada dua hal ; (pertama) aku tidak berbicara dalam hal-hal tidak berguna, dan (kedua) hatiku selamat tehadap kaum Muslimin.’ [7]

Dan di antara hal yang akan dapat membantu seorang muslim agar selamat hati dan lisannya terhadap saudara-saudaranya kaum Muslimin adalah berlindung kepada Allah-ÚóÒøóæóÌóáøó-dan meminta kepada-Nya hal tersebut dengan jujur dan penuh keikhlasan, melihat kepada akibatnya yang terpuji dan hasilnya yang penuh berkah di dunia dan di akhirat kala seseorang memiliki hati dan lisan yang selamat. Dan, demikian pula dengan melihat kepada dampak yang buruk dan hasil yang tidak baik bila mana pada hati seseorang terdapat dendam atau permusuhan atau kedengkian atau yang lainnya.

Telah shahih diriwayatkan dari Nabi-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-doa-doa yang cukup banyak yang berisikan permintaan kepada Allah-ÚóÒøóæóÌóáøó-agar hatinya diberi hidayah, diselamatkan dan dikokohkan.

Seperti doa beliau-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-,


Çááøóåõãøó ÂÊö äóÝúÓöí ÊóÞúæóÇåóÇ æóÒóßøöåóÇ ÃóäúÊó ÎóíúÑõ ãóäú ÒóßøóÇåóÇ


Ya Allah ! Berikanlah kepada jiwaku ketakwaannya dan sucikanlah ia, Engaulah sebaik-baik Dzat yang dapat menyucikannya. [8]

Seperti juga doa beliau-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-,


Çááøóåõãøó Åöäøöí ÃóÚõæÐõ Èößó ãöäú ÞóáúÈò áóÇ íóÎúÔóÚõ


Ya Allah ! Sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari hati yang tidak khusyu’[9]

Seperti juga doa beliau-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-,


íóÇ ãõÞóáøöÈó ÇáúÞõáõæÈö ËóÈøöÊú ÞóáúÈöí Úóáóì Ïöíäößó


Wahai Dzat yang membolakbalikan hati, tetapkan hatiku di atas agama-Mu [10]

Seperti juga doa beliau-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-,


Çááøóåõãøó ÇÌúÚóáú áöí Ýöí ÞóáúÈöí äõæÑðÇ


Ya Allah ! Jadikanlah untukku cahaya di hatiku [11]

Karena itu, tidakkah kita jadikan bulan yang penuh berkah ini untuk menerapi dan mengobati penyakit-penyakit hati dan lisan, dan hendaklah kita bersungguh-sungguh dengan segenap kesungguhan untuk menyucikan dan menyelamatkan hati dan lisan. Karena kesematan hati dan lisan akan menyelamatkan diri, agama dan dunia seseorang, dan disebabkan karena kerusakannya akan merusak agama dan dunia. Sungguh Rasulullah-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-telah mengajarkan kepada kita sebuah doa nan agung yang hendaknya diucapkan oleh seorang muslim di pagi dan sore harinya dan ketika ia berbaring di tempat tidurnya, di mana di dalam doa tersebut seseorang memohon perlindungan kepada Allah-ÚóÒøóæóÌóáøó-dari dua sumber keburukan yang muncul dari keduanya dan berlindung pula dari dua tujuan yang mengarah kepada kedua hal tersebut.

At-Tirmidzi dan Abu Dawud meriwayatkan dari hadis Abu Hurairah-ÑóÖöíó Çááåõ Úóäúåõ-bahwa Abu Bakar ash-Shidiq-ÑóÖöíó Çááåõ Úóäúåõ- mengatakan (kepada Rasulullah-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-) ‘Ya Rasulullah ! Perintahkanlah kepadaku dengan beberapa ungkapan kata yang akan aku ucapkan apabila aku memasuki waktu pagi hari dan apabila aku memasuki waktu sore hari.’ Beliau-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-pun bersabda, ‘Ucapkanlah !


Çááøóåõãøó ÝóÇØöÑó ÇáÓøóãóæóÇÊö æóÇáúÃóÑúÖö ÚóÇáöãó ÇáúÛóíúÈö æóÇáÔøóåóÇÏóÉö ÑóÈøó ßõáøö ÔóíúÁò æóãóáöíßóåõ ÃóÔúåóÏõ Ãóäú áóÇ Åöáóåó ÅöáøóÇ ÃóäúÊó ÃóÚõæÐõ Èößó ãöäú ÔóÑøö äóÝúÓöí æóÔóÑøö ÇáÔøóíúØóÇäö æóÔöÑúßöåö


Ya Allah ! Pencipta langit dan bumi, Dia mengetahui yang gaib dan yang nyata, Rabb segala sesuatu dan yang menguasainya. Aku bersaksi bahwa tidak ada sesembahan kecuali Engkau. Aku berlindung kepada-Mu dari keburukan jiwaku dan keburukan setan dan sekutunya.

Beliau-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó- bersabda,


ÞõáúåóÇ ÅöÐóÇ ÃóÕúÈóÍúÊó æóÅöÐóÇ ÃóãúÓóíúÊó æóÅöÐóÇ ÃóÎóÐúÊó ãóÖúÌóÚóßó


Ucapkanlah olehmu ungkapan kata-kata tersebut apabila kamu telah memasuki waktu pagi dan apabila kamu telah memasuki waktu sore hari, serta apabila kamu telah membaringkan diri di tempat tidurmu. [12]

Dalam riwayat lain, (beliau-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-menambahkan doanya seraya mengatakan)


æóÃóäú ÃóÞúÊóÑöÝó Úóáóì äóÝúÓöí ÓõæÁðÇ Ãóæú ÃóÌõÑøóåõ Åöáóì ãõÓúáöãò


Dan (aku berlindung kepada-Mu dari) melakukan keburukan atas diriku atau aku hantarkan kepada seorang muslim [13]

Sungguh hadis nan agung ini berisikan permohonan perlindungan kepada Allah-ÚóÒøóæóÌóáøó-dari keburukan, sebab-sebabnya dan tujuan-tujuannya. Karena keburukan itu semuanya boleh jadi bersumber dari nafsu atau bisa jadi dari setan, maka beliau berlindung kepada Allah-ÚóÒøóæóÌóáøó- dari kedunya di dalam doanya,


ÃóÚõæÐõ Èößó ãöäú ÔóÑøö äóÝúÓöí æóÔóÑøö ÇáÔøóíúØóÇäö æóÔöÑúßöåö


Aku berlindung kepada-Mu dari keburukan jiwaku dan keburukan setan dan sekutunya.

Sedangkan tujuan atau target keburukan itu bisa jadi berpulang kepada pelaku itu sendiri, atau kepada saudaranya sesama muslim, maka beliau-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó- memohon perlindungan kepada Allah-ÚóÒøóæóÌóáøó-dengan doanya,


æóÃóäú ÃóÞúÊóÑöÝó Úóáóì äóÝúÓöí ÓõæÁðÇ Ãóæú ÃóÌõÑøóåõ Åöáóì ãõÓúáöãò


Dan (aku berlindung kepada-Mu dari) melakukan keburukan atas diriku atau aku hantarkan kepada seorang muslim.

Maka, demi Allah, alangkah sempurnanya doa ini dan alangkah agungnya yang menjadi maksudnya, dan alangkah indahnya pula apa yang ditunjukkannya. Dan, betapa bagusnya pula bila seorang muslim menjadikan ungkapan kata-kata ini senatiasa dilantunkan dalam dzikir-dzikir pagi dan sore harinya, serta ketika akan tidurnya di bulan yang peruh berkah ini dan di seluruh hari-hari sepanjang umurnya.

Ya Allah ! Sesungguhnya kami meminta kepada-Mu hati yang khusyu’, lisan yang senantiasa berdzikir, jiwa yang senantiasa taat dan tenang.

Dan kami berlindung kepada-Mu dari keburukan jiwa-jiwa kami dan kejelekan amal-amal kami. Kami pun berlindung kepada-Mu dari keburukan setan dan sekutunya, dan dari melakukan keburukan atas diri-diri kami atau kami hantarkan kepada seorang pun dari kalangan kaum muslimin.

Amin

Wallahu A’lam

(Redaksi)

Sumber :

Salamatul Qulubi Wal Alsuni, Prof. Dr. Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin al-'Abbad-ÍóÝöÙóåõ Çááåõ ÊóÚóÇáóì.

Catatan :

[1] al-Mustadrak, al-Hakim (1/595, no. 1570)

[2] Musnad al-Imam Ahmad (23070)

[3] HR. ath-Thabrani di dalam Makarim al-Akhlaq

[4] Diriwayatkan oleh Ibnu as-Sirriy di dalam kitabnya ‘az-Zuhdu’.

[5] Musnad al-Imam Ahmad (2/374, no. 8842)

[6] Madarij as-Salikin (fasal : Wa Min Manazili Iyya-ka Na’budu Wa Iyya-ka Nasta’in Manzilatu ar-Ridha)

[7] ath-Thabaqat al-Kubra, Ibnu Sa’d (3/557), Siyar A’lam an-Nubala (1/205), Tarikh al-Islam, adz-Dzahabiy (3/70)

[8] HR. Muslim (2722), an-Nasai (5460), dan Ahmad (19204)

[9] HR. at-Tirmidzi (3482) dan an-Nasai (5460)

[10] HR. at-Tirmidzi (2140)

[11] HR. al-Bukhari (6316) dan Muslim (763)

[12] HR. at-Tirmidzi (3529) dan Abu Dawud (5067)

[13] HR. at-Tirmidzi (3529) dari hadis Abdullah bin Amr bin al-Ash







Hikmah Al-Quran & Mutiara Hadits : index.php
Versi Online : index.php/?pilih=lihatannur&id=1016