Artikel : Bulein Annur - Hikmah Al-Quran & Mutiara Hadits

Keutamaan Nabi dan Kewajiban Mengikuti

Jumat, 29 September 23
**

Kebutuhan penduduk bumi terhadap para Rasul tidak seperti kebutuhan mereka terhadap matahari, bulan, angin, dan hujan. Tidak pula seperti kebutuhan seseorang terhadap kehidupannya. Tidak pula seperti kebutuhan mata terhadap cahaya, kebutuhan tubuh terhadap makanan dan minuman. Bahkan, kebutuhan mereka terhadap para Rasul lebih besar dari itu, dan lebih membutuhkan daripada setiap hal yang terlintas di pikiran; karena para Rasul itu adalah mediator antara Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-dan makhluk-Nya dalam penyampaian perintah dan larangan-Nya, dan mereka adalah para duta antara Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- dan antara para hamba-Nya. Mereka menyeru para hamba-Nya kepada agama Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-. Mereka menyampaikan risalah Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-kepada para hamba-Nya. Dan, mereka menunjukkan para hamba Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-kepada jalan-Nya yang lurus.

Penutup para Rasul itu dan penghulunya, serta yang paling mulia di antara mereka di sisi Rabbnya, yaitu Muhammad bin Abdullah- Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó –pernah mengatakan,


íóÇ ÃóíøõåóÇ ÇáäøóÇÓõ ÅöäøóãóÇ ÃóäóÇ ÑóÍúãóÉñ ãõåúÏóÇÉñ


Wahai sekalian manusia ! Sesungguhnya aku adalah rahmat yang diberi petunjuk.[1]

Dan Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-berfirman,


{æóãóÇ ÃóÑúÓóáúäóÇßó ÅöáøóÇ ÑóÍúãóÉð áöáúÚóÇáóãöíäó} [ÇáÃäÈíÇÁ:107] .


Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh alam (al-Anbiya : 107)

Maka, Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-mengutusnya sebagai rahmat bagi seluruh alam dan sebagai pedoman bagi orang-orang yang menempuh jalan (kepada Rabb semesta alam), serta sebagai hujjah atas semua makhluk seluruhnya. Dan, Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-pun mewajibkan kepada para hamba-Nya untuk mentaatinya dan mencintainya, memuliakannya dan menghormatinya, serta menunaikan hal-hal yang menjadi hak-haknya. Dan, Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-menutup semua jalan, sehinga Dia-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- tidak membuka (satu jalan pun) bagi seseorang (yang ingin menuju kepada-Nya) melainakn harus melalui jalannya. Dan, Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-pun mengambil janji terhadap seluruh para Nabi dan Rasul, untuk beriman kepadanya dan mengikutinya, dan Dia-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- memerintkan mereka agar mengambil janji tersebut terhadap siapa saja yang mengikuti mereka dari kalangan orang-orang yang beriman.

Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-mengutusnya mendekati tibanya hari Kiamat dengan membawa petunjuk dan agama yang benar sebagai pemberi kabar gembira dan ancaman, dan untuk menjadi penyeru kepada (agama) Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-dengan izin-Nya dan sebagai cahaya yang menerangi. Maka, Dia-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-menutup risalahnya dengan mengutusnya, Dia-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-menunjuki dengannya dari kesesatan. Dia-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- mengajari dengannya dari kebodohan. Dengan risalah yang dibawanya, Dia-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-membuka mata-mata yang buta, telinga-telinga yang tuli dan hati-hati yang tertutup. Dengan risalahnya bumi menjadi terang benderang setelah berada dalam kegelapannya. Hati-hati menyatu setelah bercerai berai. Maka, dengan syariat yang dibawanya itu, dia menegakkan dan meluruskan agama yang bengkok. Dan dengannya pula Dia-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-menjelaskan hujjah yang terang. Dia-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- melapangkan dadanya, menurunkan bebannya darinya, meninggikan sebutan namanya baginya. Dan, Dia-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-menjadikan kehinaan dan kerendahan bagi orang yang menyelisihi perintahnya.

Dia-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-mengutus beliau-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-ketika terputus pengiriman rasul-rasul dan ketika terputus pelajaran-pelajaran dari kitab-kitab, seperti kata beliau-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-


Åöäøó Çááøóåó äóÙóÑó Åöáóì Ãóåúáö ÇáúÃóÑúÖö ÝóãóÞóÊóåõãú ÚóÑóÈóåõãú æóÚóÌóãóåõãú ÅöáøóÇ ÈóÞóÇíóÇ ãöäú Ãóåúáö ÇáúßöÊóÇÈö


Sesungguhnya Allah memandang kepada penduduk bumi, lalu Dia murka terhadap mereka, kalangan Arabnya dan kalangan non-Ababnya, kecuali sisa-sisa kalangan ahli kitab (yang masih berpegang teguh dengan agama mereka yang benar sebelum ada pengubahan) [2]

Dia-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-mengutus beliau-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-ketika perkataan-perkataan diubah, syariat-syariat diganti, setiap kaum bersandar kepada pendapat mereka yang paling zhalim, mereka memutuskan perkara atas nama Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- di antara para hamba-Nya dengan ucapan-ucapan mereka yang rusak dan hawa nafsu-hawa nafsu mereka.

Maka, Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-memberikan hidayah kepada para makhluk dengan lantaran beliau-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-. Menjelasakan kepada mereka jalan tersebut. Mengeluarkan manusia dari kegelapan-kegelapan kepada cahaya. Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-berfirman,


{ÞóÏú ÃóäúÒóáó Çááøóåõ Åöáóíúßõãú ÐößúÑðÇ (10) ÑóÓõæáðÇ íóÊúáõæ Úóáóíúßõãú ÂíóÇÊö Çááøóåö ãõÈóíøöäóÇÊò áöíõÎúÑöÌó ÇáøóÐöíäó ÂãóäõæÇ æóÚóãöáõæÇ ÇáÕøóÇáöÍóÇÊö ãöäó ÇáÙøõáõãóÇÊö Åöáóì ÇáäøõæÑö} [ÇáØáÇÞ:10-11]


Sungguh Allah telah menurunkan peringatan kepadamu. (dengan mengutus) seorang Rasul yang membacakan ayat-ayat Allah kepadamu yang menerangkan (bermacam-macam hukum), agar Dia mengeluarkan orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, dari kegelapan kepada cahaya (ath-Thalaq : 10-11)

Maka, dengannya Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-menjadikan melihat orang yang buta. Dengannya pula Dia-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-membimbing orang-orang yang tersesat jalannya. Dia-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-menjadikannya sebagai pembagi antara Surga dan Neraka. Dia-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-membedakan antara orang-orang yang berbakti dan orang-orang yang durhaka. Dia-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-menjadikan petunjuk dan kebahagiaan terletak pada mengikutinya dan mencocokinya. Dia-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-menjadikan kesesatan dan kesengsaraan terletak pada bermaksiat kepadanya dan menyelisihinya.

Dan, dengannya Dia-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-menguji para makhluk-Nya di kubur mereka. Maka, di alam kubur mereka bakal ditanya tentang beliau-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó- dan dengan beliau mereka diuji.

Anas (bin Malik)- ÑóÖöíó Çááåõ Úóäúåõ- meriwayatkan dari Nabi -Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-, beliau bersabda,


ÇáúÚóÈúÏõ ÅöÐóÇ æõÖöÚó Ýöí ÞóÈúÑöåö æóÊõæõáøöíó æóÐóåóÈó ÃóÕúÍóÇÈõåõ ÍóÊøóì Åöäøóåõ áóíóÓúãóÚõ ÞóÑúÚó äöÚóÇáöåöãú ÃóÊóÇåõ ãóáóßóÇäö ÝóÃóÞúÚóÏóÇåõ ÝóíóÞõæáóÇäö áóåõ : ãóÇ ßõäúÊó ÊóÞõæáõ Ýöí åóÐóÇ ÇáÑøóÌõáö ãõÍóãøóÏò Õóáøóì Çááøóåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó ¿ ÝóíóÞõæáõ : ÃóÔúåóÏõ Ãóäøóåõ ÚóÈúÏõ Çááøóåö æóÑóÓõæáõåõ ¡ ÝóíõÞóÇáõ : ÇäúÙõÑú Åöáóì ãóÞúÚóÏößó ãöäú ÇáäøóÇÑö ÃóÈúÏóáóßó Çááøóåõ Èöåö ãóÞúÚóÏðÇ ãöäú ÇáúÌóäøóÉö . ÞóÇáó ÇáäøóÈöíøõ Õóáøóì Çááøóåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó: ÝóíóÑóÇåõãóÇ ÌóãöíÚðÇ ¡ æóÃóãøóÇ ÇáúßóÇÝöÑõ Ãóæú ÇáúãõäóÇÝöÞõ ÝóíóÞõæáõ áóÇ ÃóÏúÑöí ßõäúÊõ ÃóÞõæáõ ãóÇ íóÞõæáõ ÇáäøóÇÓõ ¡ ÝóíõÞóÇáõ áóÇ ÏóÑóíúÊó æóáóÇ ÊóáóíúÊó . Ëõãøó íõÖúÑóÈõ ÈöãöØúÑóÞóÉò ãöäú ÍóÏöíÏò ÖóÑúÈóÉð Èóíúäó ÃõÐõäóíúåö ÝóíóÕöíÍõ ÕóíúÍóÉð íóÓúãóÚõåóÇ ãóäú íóáöíåö ÅöáøóÇ ÇáËøóÞóáóíúäö


“Seorang hamba (yang beriman) kala telah diletakkan di dalam kuburnya dan orang-orang yang mengantarkannya sampai ke kuburnya telah pergi meninggalkannya, sungguh ia dapat mendengar derap suara sandal-sandal mereka, dua malaikat mendatanginya, lalu mendudukkannya, kedua malaikat itu akan menanyainya, ‘Apa yang dulu kamu telah katakan tentang lelaki ini Muhammad- Õóáøóì Çááøóåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó- ? .’‘ Lalu ia akan mengatakan, ‘Aku bersaksi bahwa dia adalah hamba Allah dan Rasul-Nya.’ lalu, akan dikatakan (kepadanya),’lihatlah kepada tempat dudukmu dari Nereka, Allah telah menggantinya menjadi tempat duduk dari Surga.’ Nabi- Õóáøóì Çááøóåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-bersabda, ‘Maka orang tersebut melihat keduanya (kedua tempat duduk tersebut) semuanya.

Adapun orang kafir atau orang Munafik, niscaya ia akan mengatakan, ‘Aku tidak tahu, dulu aku mengatakan apa yang dikatakan orang-orang.’ Maka, dikatakan (kepadanya), ‘Engkau tidak tahu dan Engkau tidak mengikuti.’ Kemudian ia akan dipukul satu kali pukulan dengan menggunakan palu dari besi pada bagian antara kedua telinganya. Ia pun akan menjerit dengan jeritan yang dapat didengar oleh makhluk yang berada di sekitarnya kecuali ats-Tsaqalain (manusia dan jin) [3]

Dan dari Abu Hurairah- ÑóÖöíó Çááåõ Úóäúåõ-, ia berkata, Rasulullah- Õóáøóì Çááøóåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó- bersabda,


ÅöÐóÇ ÞõÈöÑó ÇáúãóíøöÊõ Ãóæú ÞóÇáó ÃóÍóÏõßõãú ÃóÊóÇåõ ãóáóßóÇäö ÃóÓúæóÏóÇäö ÃóÒúÑóÞóÇäö íõÞóÇáõ áöÃóÍóÏöåöãóÇ ÇáúãõäúßóÑõ æóÇáúÂÎóÑõ ÇáäøóßöíÑõ ÝóíóÞõæáóÇäö : ãóÇ ßõäúÊó ÊóÞõæáõ Ýöí åóÐóÇ ÇáÑøóÌõáö ¿ ÝóíóÞõæáõ ãóÇ ßóÇäó íóÞõæáõ åõæó ÚóÈúÏõ Çááøóåö æóÑóÓõæáõåõ ¡ ÃóÔúåóÏõ Ãóäú áóÇ Åöáóåó ÅöáøóÇ Çááøóåõ æóÃóäøó ãõÍóãøóÏðÇ ÚóÈúÏõåõ æóÑóÓõæáõåõ ¡ ÝóíóÞõæáóÇäö ÞóÏú ßõäøóÇ äóÚúáóãõ Ãóäøóßó ÊóÞõæáõ åóÐóÇ ¡ Ëõãøó íõÝúÓóÍõ áóåõ Ýöí ÞóÈúÑöåö ÓóÈúÚõæäó ÐöÑóÇÚðÇ Ýöí ÓóÈúÚöíäó Ëõãøó íõäóæøóÑõ áóåõ Ýöíåö ¡ Ëõãøó íõÞóÇáõ áóåõ äóãú ¡ ÝóíóÞõæáõ ÃóÑúÌöÚõ Åöáóì Ãóåúáöí ÝóÃõÎúÈöÑõåõãú ¿ ÝóíóÞõæáóÇäö äóãú ßóäóæúãóÉö ÇáúÚóÑõæÓö ÇáøóÐöí áóÇ íõæÞöÙõåõ ÅöáøóÇ ÃóÍóÈøõ Ãóåúáöåö Åöáóíúåö ¡ ÍóÊøóì íóÈúÚóËóåõ Çááøóåõ ãöäú ãóÖúÌóÚöåö Ðóáößó . æóÅöäú ßóÇäó ãõäóÇÝöÞðÇ ÞóÇáó : ÓóãöÚúÊõ ÇáäøóÇÓó íóÞõæáõæäó ÝóÞõáúÊõ ãöËúáóåõ áóÇ ÃóÏúÑöí ¡ ÝóíóÞõæáóÇäö: ÞóÏú ßõäøóÇ äóÚúáóãõ Ãóäøóßó ÊóÞõæáõ Ðóáößó ¡ ÝóíõÞóÇáõ áöáúÃóÑúÖö ÇáúÊóÆöãöí Úóáóíúåö ¡ ÝóÊóáúÊóÆöãõ Úóáóíúåö ÝóÊóÎúÊóáöÝõ ÝöíåóÇ ÃóÖúáóÇÚõåõ ¡ ÝóáóÇ íóÒóÇáõ ÝöíåóÇ ãõÚóÐøóÈðÇ ÍóÊøóì íóÈúÚóËóåõ Çááøóåõ ãöäú ãóÖúÌóÚöåö Ðóáößó


‘Apabila orang yang meninggal dunia telah dikuburkan-atau beliau mengatakan,’salah seorang di antara kalian (telah dikuburkan) – dua malaikat berwarna hitam-biru mendatanginya. Dikatakan, satunya bernama Munkar dan yang satunya lagi bernama Nakir. Lalu, kedua malaikat itu mengatakan, ‘Apa yang dulu kamu katakan tentang laki-laki ini ? Maka orang itu mengatakan apa yang dulu pernah ia katakan, ‘Dia adalah hamba Allah dan rasul-Nya. Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang hak kecuali Allah dan bahwa Muhammad adalah hamba-Nya dan utusan-Nya.’

Lalu, kedua malaikat itu mengatakan (kepadanya), ‘Sungguh kami tahu bahwa engkau mengatakan ini.’ Kemudian dilapangkan kuburnya 70 hasta kali 70 hasta, kemudian diterangi cahaya. Kemudian, dikatakan kepadanya, ‘Tidurlah.’ Namun, ia mengatakan, ‘Bisakah aku kembali ke keluargaku, agar aku dapat memberitahukan kepada mereka (tentang nikmat ini).? Tetapi, kedua malaikat tersebut mengatakan (kepadanya), ‘Tidurlah layaknya tidurnya serorang pengantin yang tidak ada orang yang akan membangunkannya kecuali keluarganya yang paling mencintainya,’ hingga Allah membangkitkannya dari tempat pembaringannya tersebut.

Dan bila si mayit itu adalah orang munafik, ia akan mengatakan, ‘Aku mendengar orang-orang mengatakan (tentang lelaki itu demikian dan demikian) maka aku mengatakan seperti itu, aku tidak tahu. Maka, kedua malaikat itu mengatakan (kepadanya), ‘Sungguh kami dulu telah mengetahui bahwa engkau mengatakan hal itu.’ Lalu, dikatakan kepada bumi, ‘himpitlah ia’ maka bumi pun menghimpit orang tersebut, sehingga retak tulang-tulang rusuknya. Maka, orang tersebut selalu saja disiksa di dalam kubur sampai Allah membangkitkannya dari tempat pembaringannya tersebut.[4]

Dan sungguh Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-telah memerintahkan untuk menaati rasul-Nya-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó –di lebih dari 30 tempat di dalam al-Qur’an. Dan, Dia-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-juga menggabungkan ketaatan kepadanya dengan ketaatan kepada-Nya. Dan Dia-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-pun menggabungkan antara penyelisihan kepadanya dan penyelisihan kepada-Nya. Sebagaimana Dia-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-menggabungkan antara namanya dan nama-Nya. Ibnu Abbas-ÑóÖöíó Çááåõ Úóäúåõ-ketika mengomentari firman Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-,


{æóÑóÝóÚúäóÇ áóßó ÐößúÑóßó} [ÇáÔÑÍ:4]


Dan Kami tinggikan sebutan (nama)mu bagimu (asy-Syarh : 4) mengatakan, ‘(Maknanya, yakni) ‘áÇ ÃÐßÑ ÅáÇ ÐßÑÊ ãÚí ‘ (Tidaklah Aku disebut melainkan engkau (juga) disebut bersama-Ku).’

Ini sepeti dalam tasyahhud, dalam khutbah, dan dalam adzan. Dikatakan dalam hal-hal tersebut, ‘ÃÔåÏ Ãä áÇ Åáå ÅáÇ Çááå æÃÔåÏ Ãä ãÍãÏÇð ÚÈÏå æÑÓæáå ‘ (Aku bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang hak kecuali Allah, dan bahwa Muhammad adalah hamba-Nya dan utusan-Nya). Maka, tidak sah keislaman seseorang melainkan dengan menyebut-Nya dan bersaksi akan kerasulannya. Demikian pula, adzan tidak sah kecuali dengan menyebut (nama)-Nya dan persaksian akan kerasulannya. Dan, tidak sah pula shalat kecuali dengan menyebut (nama)-Nya dan persaksian akan kerasulannya.

Dan sungguh Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-telah memperingatkan dari tindakan menyelisihinya dengan peringatan yang sangat keras, seraya berfirman,


ÝóáúíóÍúÐóÑö ÇáøóÐöíäó íõÎóÇáöÝõæäó Úóäú ÃóãúÑöåö Ãóäú ÊõÕöíÈóåõãú ÝöÊúäóÉñ Ãóæú íõÕöíÈóåõãú ÚóÐóÇÈñ Ãóáöíãñ [ÇáäæÑ : 63]


Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah Rasul-Nya takut akan mendapat cobaan atau ditimpa azab yang pedih (an-Nur : 63)

Dan, demikian pula Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-akan memakaikan pakaian kehinaan dan kerendahan terhadap orang yang menyalahi perintahnya.


Úóäú ÇÈúäö ÚõãóÑó ÑóÖöíó Çááåõ ÚóäúåõãóÇ ÞóÇáó : ÞóÇáó ÑóÓõæúáõ Çááåö Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó : ÈõÚöËúÊõ Èóíúäó íóÏóíú ÇáÓøóÇÚóÉö ÈöÇáÓøóíúÝö ÍóÊøóì íõÚúÈóÏó Çááøóåõ æóÍúÏóåõ áóÇ ÔóÑöíßó áóåõ ¡ æóÌõÚöáó ÑöÒúÞöí ÊóÍúÊó Ùöáøö ÑõãúÍöí ¡ æóÌõÚöáó ÇáÐøöáøóÉõ æóÇáÕøóÛóÇÑõ Úóáóì ãóäú ÎóÇáóÝó ÃóãúÑöí ¡ æóãóäú ÊóÔóÈøóåó ÈöÞóæúãò Ýóåõæó ãöäúåõãú


Dari Ibnu Umar-ÑóÖöíó Çááåõ Úóäúåõ-, ia berkata, Rasulullah-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-bersabda, ‘Aku diutus pada waktu telah dekatnya hari Kiamat, dengan memanggul pedang hingga Allah-lah semata yang disembah, tidak ada sekutu bagi-Nya, dan dijadikan rizki-ku di bawah naungan tombakku, dan dijadikan kehinaan dan kerendahan atas siapa saja yang menyelisihi perintahku. Dan barang siapa menyerupai suatu kaum, maka ia termasuk golongan mereka.[5]

Dan sebagaimana halnya bahwa barang siapa menyelisihi beliau-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-, menentangnya, dan memusuhinya dialah orang yang sengsara dan binasa, maka demikian pula orang yang berpaling darinya dan berpaling dari apa-apa yang dibawanya dan merasa tenang dan nyaman dengan selainnya, dan ia pun rela dengan hal itu sebagai ganti dari syariat yang dibawanya, niscaya ia pun bakal binasa pula. Jadi, kesengsaraan dan kesesatan terletak pada tindakan berpaling darinya dan terletak pula pada tindakan mendusatakannya. Sedangkan petunjuk dan keuntungan terletak pada tindakan siap, menerima dan mengamalkan apa-apa yang dibawanya, dan mendahulukannya atas segala sesuatu selaiannya.

Dengan demikian, ada tiga golongan ; pertama, orang yang beriman terhadapnya, dialah orang yang mengikutinya, mencintainya, mendahulukannya atas yang lainnya. Adapun dua golongan yang lainnya, kedua dan ketiga adalah orang yang memusuhinya, mencampakkannya, dan berpaling dari apa-apa yang dibawanya (berupa risalah dan syariat Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-). Maka, golongan yang pertamalah, dialah orang yang akan berbahagia. Adapun dua golongan lainnya, kedua-duanya akan binasa dan sengsara. [6]

Sesungguhnya menghitung-hitung keutamaan-keutamaan Nabi-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-dan menyebutkan keistimewaannya dan kebaikan-kebaikanya merupakan perkara yang akan menentramkan hati orang yang beriman, menjadikan jiwa yang jujur berbinar-binar, dan mengharumkan majlis-majlis yang baik. Bagaimana tidak !! Sementara beliau-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó- adalah penghulu anak Adam, pemimpin para makhluk seluruhnya, hamba yang paling dicintai oleh Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì. Karena dia adalah Rasul-Nya dan kekasihnya yang terpilih.

Dan sungguh generasi pertama dari kalangan umat ini, yaitu, para sahabatnya yang mulia-semoga Allah meridhai mereka-telah mendapati dan mengetahui dengan pengetahuan yang sempurna tentang keutamaan dan kedudukan Nabi yang mulia ini. Maka, mereka mengedepankan kecintaan kepadanya atas jiwa dan hal-hal yang berharga lainnya. Mereka telah menggunakan segenap daya dan kekuatan, waktu, dan harta yang mereka miliki untuk menolongnya dan memuliakannya. Dan mereka pun telah menunaikan hak-haknya dengan lengkap dan sempurna. Sehingga, mereka (para sahabat Nabi-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó -) menjadi manusia-manusia yang paling berhak dan paling utama karena menemani beliau-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó -dan menjadi orang-orang yang paling lurus jalannya dalam mengikutinya dan melazimi metodenya.

Abdullah bin Umar-ÑóÖöíó Çááåõ Úóäúåõ-mengatakan, “Barang siapa ingin mengambil keteladan maka ambillah keteladanan dari orang-orang yang telah meninggal dunia. Mereka itulah para sahabat Muhammad -Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó - . Mereka adalah generasi terbaik umat ini. Orang-orang yang paling baik hatinya. Orang-orang yang paling mendalam ilmunya. Orang-orang yang tidak memberat-beratkan dirinya (dalam menjalankan agama). Sekelompok orang yang telah dipilih oleh Allah untuk menemani Nabi-Nya -Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó – dan menukilkan agamanya. Maka dari itu, tirulah akhlak mereka dan cara-cara mereka. Karena mereka para sahabat Muhammad-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó - , mereka telah berada di atas petunjuk yang lurus, demi Allah dan Rabb Ka’bah.”

Dan dalam kondisi besarnya kadar keterasingan agama ini dan minimnya pengetahuan dan pemahaman terhadap petunjuk penghulu para Nabi dan para Rasul, tumbuhlah di tengah-tengah sebagian kalangan orang-orang Islam perkara-perkara yang sangat mengherankan dan hal-hal baru nan menakjubkan. Sebagian orang di antara mereka menghendaki dengan itu sebagai ungkapan tentang kecintaan dirinya terhadap Nabi-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó – . Maka, mereka menjadikan hari kelahiran beliau-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó –sebagai sebuah perayaan. Mereka menjadikan hijrah beliau-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó –ke Madinah sebagai perayaan. Dan mereka menjadikan malam beliau -Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó – di-isra’kan sebagai musim yang diistimewakan. Dan, begitu pula hari-hari yang lainnya. Sehingga mereka berkumpul di hari-hari itu (pada siang harinya atau pun pada malam harinya) untuk mendendangkan syair-syair, melantunkan puji-pujian dan membacakan puisi-puisi (yang tidak jarang di dalamnya terdapat penyelisihan terhadap petunjuk-petunjuk Nabi-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó –). Mereka ini, sekali pun tujuan mereka melakukan hal-hal tersebut adalah menampakkan rasa cinta kepada Nabi-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó –, dan itu adalah tujuan yang baik, hanya saja menampakkan kecintaan seseorang kepada Nabi-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó – tidaklah benar kecuali dengan mengikuti beliau-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó –dan malazimi caranya, serta manapaki jejak langkahnya. Oleh kerena ini, perbuatan-perbuatan baru yang diada-adakan oleh mereka ini tidak sedikit pun dinukil dari seorang pun dari kalangan para sahabat, tidak pula dari kalangan para tabi’in, dan tidak pula dari kalangan para imam yang diakui (keimamannya, keilmuannya dan ketakwaannya).

Dan seorang yang terbimbing adalah siapa yang mengikuti jejak langkah mereka (para sahabat, para tabi’in dan para imam) dan melazimi cara mereka, serta menempuh jalan mereka. Karena mereka adalah umat Muhammad-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó –yang paling benar jalannya, paling lurus perkataannya, dan paling baik jalannya.

Semoga Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-mempertemukan kita dan kalian semuanya dengan mereka. Semoga pula Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-mengaruniakan rizki kepada kita dapat mengikuti jejak mereka dan menempuh jalan mereka. Dan, menjadikan kita semuanya termasuk hamba-hamba-Nya yang bertakwa.

Dan kita pun memohon kepada-Nya-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-agar menjadikan kita termasuk orang-orang yang mengikutinya dan beriman kepadanya, menghidupkan kita di atas sunnahnya dan mewafatkan kita di atas sunnhnya pula, mengumpulkan kita pada hari Kiamat kelak di golongannya dan di bawah panjinya, mengaruniakan kepada kita syafa’atnya, dan mengampuni kesalahan-kesalahan kita dan keteledoran-keteledoran kita. Sesungguhnya Dia -ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- Maha Mendengar doa dan Dzat yang layak diharapkan, dan cukuplah Dia-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-menjadi penolong bagi kita dan Dia-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-sebaik-baik pelindung.

Wallahu A’lam

(Redaksi)

Sumber :

Fadhlu An-Nabiy—shallallahu ‘alaihi wa sallam- Wa Wujubu Ittiba’ihi, Prof. Dr. Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin al-'Abbad-ÍóÝöÙóåõ Çááåõ ÊóÚóÇáóì.

Catatan :

[1] HR. al-Hakim (1/35) dari hadis Abu Hurairah-ÑóÖöíó Çááåõ Úóäúåõ-, dan dishahihkan oleh al-Albani-ÑóÍöãóåõ Çááåõ- di dalam (ash-Shahihah) (490)

[2] HR. Muslim (2865) dari hadis Iyadh bin Himar al-Mujasyi’i-ÑóÖöíó Çááåõ Úóäúåõ-.

[3] HR. al-Bukhari (1338) dan Muslim (2870)

[4] HR. at-Tirmidzi (1071) dan dihasankan oleh al-Albani-ÑóÍöãóåõ Çááåõ –di dalam (shahih sunan at-Tirmidzi) (856)

[5] HR. Ahmad (2/50), dan dishahihkan oleh al-Albani-ÑóÍöãóåõ Çááåõ –di dalam (Shahih al-Jami’) (2831)

[6] Lihat, Majmu’ al-Fatawa, karya : Ibnu Taimiyah (19/100-105)

Hikmah Al-Quran & Mutiara Hadits : index.php
Versi Online : index.php/?pilih=lihatannur&id=1039