Artikel : Bulein Annur - Hikmah Al-Quran & Mutiara Hadits

Haji Madrasah Penuh Berkah

Jumat, 17 Mei 24
***

Sesungguhnya haji merupakan madrasah yang penuh berkah untuk mendidik jiwa, menyucikan hati dan menguatkan iman. Maka, melalui ibadah nan agung ini dan syiar yang penuh berkah ini, orang-orang Islam akan menemukan berbagai bentuk pelajaran yang besar, pelajaran yang berkesan, dan berbagai macam faedah nan agung dalam bidang akidah, ibadah dan akhlak. Maka, haji benar-benar merupakan sekolah pendidikan keimanan di mana orang-orang yang beriman dan bertakwa bakal tertempa di dalamnya, dan para hamba Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-yang terbimbing akan meneguk dari mata airnya yang penuh berkah. Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- berfirman,


æóÃóÐøöäú Ýöí ÇáäøóÇÓö ÈöÇáúÍóÌøö íóÃúÊõæßó ÑöÌóÇáðÇ æóÚóáóì ßõáøö ÖóÇãöÑò íóÃúÊöíäó ãöäú ßõáøö ÝóÌøò ÚóãöíÞò . áöíóÔúåóÏõæÇ ãóäóÇÝöÚó áóåõãú


Dan suruhlah manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, atau mengendarai setiap unta yang kurus, mereka datang dari segenap penjuru yang jauh. Agar mereka menyaksikan berbagai manfaat untuk mereka...[1]

Sedangkan manfaat haji dan berbagai faedahnya tak mungkin membatasinya. Demikian pula halnya ibrah dan pelajarannya tak mungkin untuk dihinggakan jumlahnya. Karena sesungguhnya firman Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇÇóáì-( ãóäóÇÝöÚó ) di dalam ayat ini merupakan bentuk jamak dari kata ‘ãóäúÝóÚóÉñ’ dan disebutkannya kata tersebut dalam bentuk ‘nakirah’ sebagai sebuah isyarat tentang beraneka ragamnya bentuk dan macamnya kemanfaatan tersebut, serta banyaknya jumlahnya. Dan menyaksikan berbagai bentuk kemanfaatan tersebut merupakan perkara yang dimaksudkan dalam ibadah haji, karena huruf ‘lam’ dalam firman-Nya,


( áöíóÔúåóÏõæÇ ãóäóÇÝöÚó áóåõãú )


(agar mereka menyaksikan berbagai manfaat untuk mereka)

Merupakan ‘áÇã ÇáÊÚáíá ‘ (lam yang digunakan sebagai ungkapan untuk menunjukan alasan) dan hal tersebut berkaitan dengan firman-Nya,


(æóÃóÐøöäú Ýöí ÇáäøóÇÓö ÈöÇáúÍóÌøö íóÃúÊõæßó ÑöÌóÇáðÇ æóÚóáóì ßõáøö ÖóÇãöÑò)


Dan suruhlah manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, atau mengendarai setiap unta yang kurus.

Yakni, jika kamu menyeru mereka untuk mengerjakan ibadah haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki dan berkendara, hal demikian itu agar mereka menyaksikan berbagai manfaat haji. Yakni, agar medatangi berbagai manfaatnya. Dan, yang dimaksudkan dengan kedatangan mereka kepada manfaat-manfaat tersebut adalah diperolehnya kemanfaatan tersebut oleh mereka dan mereka pun dapat mengambil kemanfaatan dari manfaat-manfaat tersebut.

Oleh karena itu, menjadi hal yang musti diupayakan oleh setiap orang yang diberi taufik oleh Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-untuk menunaikan ketaatan ini dan dimudahkan-Nya untuk mengerjakan ibadah ini adalah bersungguh-sungguh dan bersemangat dengan optimal untuk memperoleh berbagai kemanfaatan haji dan mengambil faedah dari pelajarannya. Ditambah dengan apa yang akan didapatkannya dalam ibadah hajinya berupa balasan yang sangat besar, pahala yang banyak, ampunan bagi dosa-dosanya, dan dihapuskannya kesalahan-kesalahannya. Sungguh telah valid riwayat dari Rasulullah-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó- bahwa beliau bersabda,


(( ãóäú ÍóÌøó åóÐóÇ ÇáúÈóíúÊó Ýóáóãú íóÑúÝõËú æóáóãú íóÝúÓõÞú ÑóÌóÚó ßóíóæúãö æóáóÏóÊúåõ Ãõãøõåõ )) ÑæÇå ÇáÈÎÇÑí æãÓáã


Barang siapa berhaji (mengunjungi) rumah ini (Ka’bah), sementara itu ia tidak berbuat rafats dan tidak pula melakukan kefasikan/kemaksiatan, niscaya ia akan kembali seperti hari dilahirkan oleh ibunya (HR. al-Bukhari dan Muslim) [2]

Dan telah valid pula riwayat dari beliau-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó- bahwa beliau bersabda,


(( ÊóÇÈöÚõæúÇ Èóíúäó ÇáúÍóÌøö æóÇáúÚõãúÑóÉö¡ ÝóÅöäøóåõãóÇ íóäúÝöíóÇäö ÇáúÝóÞúÑó æóÇáÐøõäõæúÈó ßóãóÇ íóäúÝöí ÇáúßöíúÑõ ÎóÈóËó ÇáúÍóÏöíúÏö )) ÑæÇå ÇáäÓÇÆí


“Lanjutkan haji dengan umrah, karena sesungguhnya keduanya menghilangkan kemiskinan dan dosa, sebagaimana api dapat menghilangkan kotoran besi.” (HR. an-Nasai) [3]

Seyogyanya, orang yang mendapatkan keuntungan ini dan beruntung dengan mendapatkan laba ini, ia kembali ke negerinya dengan keadaan suci dan jiwa yang baik, serta kehidupan yang baru penuh dengan iman dan ketakwaan, makmur dengan kebaikan dan perbaikan, keistiqamahan dan memelihara ketaatan kepada Allah- ÚÒøó æÌáøó-.

Para ulama-semoga Allah merahmati mererka-telah menyebutkan bahwa perbaikan dan kesucian jiwa jika ada pada diri seorang hamba, maka hal tersebut termasuk bagian dari pertanda keridhaan dan diterimanya amal. Karena, sesungguhnya barang siapa keadaannya menjadi baik setelah haji dengan berubahnya keadaan dari buruk menjadi baik atau dari keaadaan baik menjadi lebih baik, hal tersebut merupakan sebuah pejunjuk yang menunjukkan akan kebaikannya di dalam mengambil manfaat dari ibadah hajinya, karena termasuk pahala kebaikan adalah kebaikan setelahnya, sebagaimana Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-berfirman,


{ åóáú ÌóÒóÇÁõ ÇáúÅöÍúÓóÇäö ÅöáøóÇ ÇáúÅöÍúÓóÇäõ }


Tidak ada balasan untuk kebaikan selain kebaikan (pula)[4]

Maka, barang siapa yang telah bertindak baik di dalam hajinya, dan bersungguh-sungguh di dalam menyempurnakannya, menjauhkan diri dari hal-hal yang akan menguranginya dan hal-hal yang akan dapat merusaknya, niscaya ia akan keluar darinya dengan keadaan yang terbaik, dan berbalik menjadi hasil akhir yang terbaik pula.

Dan telah valid pula riwayat dari Nabi-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-bahwa beliau bersabda,


(( ÇóáúÍóÌøõ ÇáúãóÈúÑõæúÑõ áóíúÓó áóåõ ÌóÒóÇÁñ ÅöáÇøó ÇáúÌóäøóÉ ))


Haji yang mabrur itu tidak ada balasannya kecuali Surga [5]

Tidak ada keraguan bahwa setiap orang yang berhaji tentunya sangat menginginkan dan mengharapkan agar hajinya menjadi haji yang mabrur, sainya disyukuri, dan amalnya menjadi amal shaleh yang diterima, sementara tanda yang jelas untuk baiknya ibadah haji dan diterimanya ibadah tersebut adalah bahwa seseorang menunaikannya dengan penuh keikhlasan semata-mata untuk mengharapkan wajah-Nya, selaras dengan sunnah Rasulullah-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-, karena sesungguhnya dua syarat ini, tak ada amal apa pun bentuknya yang akan diterima melainkan dengan terpenuhinya kedua syarat tersebut, dan hendaknya keadaannya setelah haji lebih baik daripada keadaannya sebelumnya.

Maka, inilah dua tanda diterimanya amal, satu tanda ada ketika melakukan haji, yaitu, seseorang melakukannya murni karena mengharap wajah Allah, selaras dengan sunnah Rasul-Nya-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó – dan satu tanda lagi ada setelah haji, yaitu, baiknya keadaan seseorang setelah haji, di mana ia semakin bertambah ketaatannya dan semakin menjauhi kemaksiatan dan dosa-dosa, dan memulai kehidupan yang baik yang penuh berisikan kebaikan dan keistiqamahan.

Dan selayaknya diingatkan di sini bahwa seorang muslim tidak memiliki jalan untuk memastikan diterimanya amal yang dilakukannya betapa pun ia telah baik dalam mengerjakannya. Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-berfirman menjelaskan keadaan orang-orang yang beriman yang sempurna dan keadaan mereka dalam hal mendekatkan diri kepada Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- dengan melakukan berbagai bentuk ketaatan,


{ æóÇáøóÐöíäó íõÄúÊõæäó ãóÇ ÂÊóæúÇ æóÞõáõæÈõåõãú æóÌöáóÉñ Ãóäøóåõãú Åöáóì ÑóÈøöåöãú ÑóÇÌöÚõæäó }


Dan mereka yang memberikan apa yang mereka berikan (sedekah) dengan hati penuh rasa takut (karena mereka tahu) bahwa sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhannya. [6]

Yakni, mereka memberikan dari diri mereka sendiri apa-apa yang diperintahkan untuk dilakukan berupa ibadah, semisal shalat, zakat, haji, puasa dan yang lainnya, sementara mereka takut saat amal-amal mereka tersebut dipertunjukkan kepada Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- dan saat mereka berdiri di hadapan Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-, ternyata amal-amal mereka tidak dapat menjadi sebab keselamatan mereka dan ketaatan-ketaatan mereka pun tidak diterima.

Imam Ahmad di dalam Musnadnya telah meriwayatkan dari Ummul Mukminin ‘Aisyah-ÑóÖöíó Çááåõ ÚóäúåóÇ – bahwa ia mengatakan : Aku pernah mengatakan (kepada Rasulullah-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó –), ‘Wahai Rasulullah ! (Firman Allah)


{ æóÇáøóÐöíäó íõÄúÊõæäó ãóÇ ÂÊóæúÇ æóÞõáõæÈõåõãú æóÌöáóÉñ Ãóäøóåõãú Åöáóì ÑóÈøöåöãú ÑóÇÌöÚõæäó }


Dan mereka yang memberikan apa yang mereka berikan (sedekah) dengan hati penuh rasa takut (karena mereka tahu) bahwa sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhannya.

Apakah ia adalah seorang yang (dulunya) berzina dan meminum khamer ? Beliau-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó –menjawab : ‘Bukan,’ wahai putri Abu Bakar, atau, ‘tidak’ wahai putrinya ash-Shiddiq. Tetapi ia adalah seseorang yang berpuasa, shalat, dan bersedekah sementara ia takut tidak akan ditirima amalnya.[7]

Hasan al-Bashri-ÑóÍöãóåõ Çááåõ-mengatakan :


(( Åäøó ÇáúãõÄúãöäó ÌóãóÚó ÅöÍúÓóÇäÇð æóÔóÝóÞóÉð¡ æóÅöäøó ÇáúãõäóÇÝöÞó ÌóãóÚó ÅöÓóÇÁóÉð æóÃóãúäÇð ))


‘Sesungguhnya seorang mukmin itu menggabungkan tindak kebaikan dan rasa takut, sementara orang munafik itu menggabungkan tindak keburukan dan rasa aman.” [8]

Dan sungguh telah berlaku sunnah di kalangan orang-orang yang beriman di masa lalu dan di masa sekarang bahwa sebagian mereka mengatakan kepada sebagian yang lainnya di penghujung ketaatan ini, ‘semoga Allah menerima amal dari kami dan amal dari kalian’, maka masing-masing mereka mengharapkan akan diterimanya amal yang telah dilakukannya [9]

Dan sungguh Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-telah menyebutkan di dalam al-Qur’an al-Karim bahwa Nabi-Nya Ibrahim dan anaknya Ismail- ÚóáóíúåöãóÇ ÇáÕøóáóÇÉõ æóÇáÓøóáóÇãõ-keduanya berdoa dengan doa ini ketika membangun Ka’bah. Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-berfirman,


{æóÅöÐú íóÑúÝóÚõ ÅöÈúÑóÇåöíãõ ÇáúÞóæóÇÚöÏó ãöäó ÇáúÈóíúÊö æóÅöÓúãóÇÚöíáõ ÑóÈøóäóÇ ÊóÞóÈøóáú ãöäøóÇ Åöäøóßó ÃóäúÊó ÇáÓøóãöíÚõ ÇáúÚóáöíãõ }


Dan ingatlah ketika Ibrahm meninggikan fondasi Baitullah bersama Ismail (seraya berdoa), “Ya Tuhan kami, terimalah (amal) dari kami. Sungguh, Engkaulah Yang Maha Mendengar, Maha Mengetahui. “ [10]

Keduanya tengah berada dalam aktifitas amal shaleh nan agung sementara keduanya memohon kepada Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-agar Dia-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-menerima amal dari keduanya.

Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Wuhaib bin al-Ward bahwa ia pernah membaca ayat ini kemudian ia menangis, dan mengatakan, ‘Wahai khalilu ar-Rahman (kekasih Dzat yang Pengasih) engkau meninggikan pondosi-pondasi Baitur Rahman (Ka’bah) sementara engkau dalam kondisi takut Dia tak akan menerima amal darimu.” [11]

Bilamana inilah keadaan imam al-Hunafa dan suri teladan orang-orang yang mentauhidkan Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-, lantas bagaimana layaknya keadaan orang-orang yang dibawahnya.

Kita memohon kepada Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- penerimaan amal, taufik dan bimbingan-Nya untuk kita semuanya, dan semoga pula Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-mencatat dan menetapkan keselamatan dan afiyat untuk para jama’ah haji, orang-orang yang mengunjungi baitullah al-Haram. Semoga pula Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- menerima amal shaleh dari kita dan dari mereka. Semoga pula Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-menunjukkan kita semuanya ke jalan-Nya yang lurus. Sesungguhnya Dia Dzat yang Maha Dermawan, Maha Mulia.

(Redaksi)

Sumber :

Al-Hajju Wa al-Ishlahu, Prof. Dr. Abdurrazzaq bin Abdil Muhsin al-Badr-ÍóÝöÙóåõ Çááåõ ÊóÚóÇáóì-.

Catatan :

[1] Surat al-Hajj : 27-28

[2] Shahih al-Bukhari (1820) dan Shahih Muslim (1350)

[3] Sunan an-Nasai (5/115) dan dishahihkan oleh al-Abani-ÑóÍöãóåõ Çááåõ-di dalam Shahihul Jami’ (2901)

[4] Surat ar-Rahman : 60

[5] Shahih Muslim (1349)

[6] Surat al-Mukminun : 60

[7] al-Musnad (25705)

[8] Diriwayatkan oleh Ibnu Mubarak di dalam az-Zuhd (985)

[9] Ibnu Baththah di dalam kitab al-Ibanah (2/873) mengatakan : ...dan demikian pula orang yang datang dari hajinya setelah usai dari hajinya dan umrahnya serta menunaikan semua manasiknya, bila ia ditanya tentang hajinya, ia akan mengatakan : ‘Sungguh kami telah berhaji, tak ada yang tersisa selain penerimaannya.’ Dan demikian pula doa orang-orang untuk diri mereka sendiri dan doa sebagian mereka untuk sebagian yang lainnya, ‘Ya Allah ! Terimalah puasa kami dan zakat kami,’ dan dengan itu pula orang yang telah berhaji ketika dijumpai, maka akan dikatakan kepadanya, ‘Semoga Allah menerima hajimu dan mensucikan amalmu.’ Demikian pula kala manusia saling bertemu satu sama lainnya setelah usainya bulan Ramadhan, satu sama lainnya mengucapkan, ‘Semoga Allah menerima amal kami dan amal kalian.’ Dengan inilah berlaku sunnah kaum Muslimin. Di atas hal inilah berjalan tradisi dan kebiasaan mereka. Dan, orang-orang yang hidup belakangan di antara mereka mengambil kebiasaan hal ini dari pendahulu mereka.”

[10] Surat al-Baqarah : 127

[11] Diriwayatkan olah Ibnu Abi Hatim di dalam tafsirnya, seperti di dalam tafsir Ibnu Katsir (1/254) cetakan asy-Sya’b

Hikmah Al-Quran & Mutiara Hadits : index.php
Versi Online : index.php/?pilih=lihatannur&id=1073