Artikel : Bulein Annur - Hikmah Al-Quran & Mutiara Hadits

Di Tangan-Mu Segala Kebaikan

Jumat, 09 Oktober 20

Allah –ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- berfirman,


Þõáö Çááøóåõãøó ãóÇáößó Çáúãõáúßö ÊõÄúÊöí Çáúãõáúßó ãóäú ÊóÔóÇÁõ æóÊóäúÒöÚõ Çáúãõáúßó ãöãøóäú ÊóÔóÇÁõ æóÊõÚöÒøõ ãóäú ÊóÔóÇÁõ æóÊõÐöáøõ ãóäú ÊóÔóÇÁõ ÈöíóÏößó ÇáúÎóíúÑõ Åöäøóßó Úóáóì ßõáøö ÔóíúÁò ÞóÏöíúÑñ


“Katakanlah: ‘Wahai Allah Yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebaikan. Sesungguhnya Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu’.” (Qs. Ali Imran: 26).

Imam ath-Thabari -ÑóÍöãóåõ Çááåõ - berkata dalam kitab tafsirnya, “ÈöíóÏößó ÇáúÎóíúÑõ” (Di tangan Engkaulah segala kebaikan), maksudnya semua kebaikan berada di tangan-Mu dan kembali kepada-Mu; tidak ada seorang pun yang kuasa atas hal itu, karena Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu. Tidak seperti makhluk-Mu atau apa saja yang dijadikan sebagai ilah (sesembahan) dan rabb (tuhan) yang diibadahi selain-Mu oleh orang-orang musyrik dari kalangan ahlul kitab dan bangsa Arab yang ummi (buta huruf) -seperti al-Masih ‘Isa (putera Maryam) -Úóáóíúåö ÇáÓøóáóÇãõ-, dan tandingan-tandingan lainnya- yang mereka jadikan sebagai rabb (tuhan). (Jami’ al-Bayan Fi Takwili al-Qur’an, III/222-223).

Imam al-Bukhari -ÑóÍöãóåõ Çááåõ - meriwayatkan dalam kitab shahihnya, dari Abu Sa'id al-Khudri -ÑóÖöíó Çááåõ Úóäúåõ-, dari Nabi -Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-, beliau bersabda,


íóÞõæúáõ Çááøóåõ ÊóÚóÇáóì : íóÇ ÂÏóãõ, ÝóíóÞõæúáõ : áóÈøóíúßó æóÓóÚúÏóíúßó æóÇáúÎóíúÑõ Ýöí íóÏóíúßó. ÝóíóÞõæúáõ : ÃóÎúÑöÌú ÈóÚúËó ÇáäøóÇÑö. ÞóÇáó : æóãóÇ ÈóÚúËõ ÇáäøóÇÑö ¿ ÞóÇáó : ãöäú ßõáøö ÃóáúÝò ÊöÓúÚó ãöÇÆóÉò æóÊöÓúÚóÉð æóÊöÓúÚöíúäó


“Allah -ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- berfirman, ’Hai Adam!’. Adam menjawab, ’Labbaik wa sa'daika (aku penuhi panggilan-Mu dengan senang hati) dan kebaikan berada di kedua tangan-Mu’. Allah berfirman, ‘Keluarkanlah (pisahkanlah) ba'tsun naar (golongan pengguni Neraka).’ Adam bertanya, ‘Siapakah ba'tsun naar itu?’ Allah berfirman, ‘Yaitu, dari setiap 1000 (seribu) orang, 999 (sembilan ratus sembilan puluh sembilan) orang." (Shahihul Bukhari, IV/109)

Imam Muslim -ÑóÍöãóåõ Çááåõ - meriwayatkan di dalam kitab shahihnya, dari Ali bin Abi Thalib –ÑóÖöíó Çááåõ Úóäúåõ-, dari Rasulullah -Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-, bahwasanya ketika beliau berdiri dalam shalat, beliau membaca, “æóÌøóåúÊõ æóÌúåöíó áöáøóÐöí ÝóØóÑó ÇáÓøóãóÇæóÇÊö æóÇáúÃóÑúÖó (Aku hadapkan wajahku kepada Dzat Yang menciptakan langit dan bumi)” -hingga bacaan-,


æóÇáúÎóíúÑõ ßõáøõåõ Ýöì íóÏóíúßó æóÇáÔøóÑøõ áóíúÓó Åöáóíúßó ÃóäóÇ Èößó æóÅöáóíúßó ÊóÈóÇÑóßúÊó æóÊóÚóÇáóíúÊó ÃóÓúÊóÛúÝöÑõßó æóÃóÊõæúÈõ Åöáóíúßó


“dan semua kebaikan berada di kedua tangan-Mu dan keburukan tidaklah kembali kepada-Mu. Aku memohon taufik dan berlindung kepada-Mu. Mahasuci dan Mahatinggi Engkau, aku memohon ampunan dan bertaubat kepada-Mu.” (Shahih Muslim, I/534).

Berdasarkan nash-nash di atas, jelaslah bahwa semua kebaikan itu berada di tangan Allah –ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- bukan pada makhluk-Nya, karena Dia –ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- Mahakuasa atas segala sesuatu.

Selain itu, terdapat nash-nash lain yang menunjukkan bahwa kenikmatan -yang merupakan salah satu jenis kebaikan- hanya berasal dari Allah -ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- yang Dia anugerahkan kepada makhluk-Nya, dan tidak dapat dihitung banyaknya, serta bahwa manusia sangat membutuhkan Rabb mereka. Di antaranya firman Allah –ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-,


æóãóÇ Èößõãú ãöäú äöÚúãóÉò Ýóãöäó Çááøóåö


“Dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari Allahlah (datangnya).” (Qs. an-Nahl: 53).


Þõáú Åöäøó ÇáúÝóÖúáó ÈöíóÏö Çááøóåö


“Katakanlah, ‘Sesungguhnya karunia itu di tangan Allah’.” (Qs. Ali Imran: 73).


Ãóáóãú ÊóÑóæúÇ Ãóäøó Çááøóåó ÓóÎøóÑó áóßõãú ãóÇ Ýöí ÇáÓøóãóÇæóÇÊö æóãóÇ Ýöí ÇáúÃóÑúÖö æóÃóÓúÈóÛó Úóáóíúßõãú äöÚóãóåõ ÙóÇåöÑóÉð æóÈóÇØöäóÉð


“Tidakkah kamu perhatikan sesungguhnya Allah telah menundukkan untuk (kepentingan)mu apa yang di langit dan apa yang di bumi dan menyempurnakan untukmu nikmat-Nya lahir dan batin.” (Qs. Luqman: 20).


æóÅöäú ÊóÚõÏøõæúÇ äöÚúãóÊó Çááøóåö áóÇ ÊõÍúÕõæúåóÇ


“Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya.” (Qs. Ibrahim: 34).


Åöäøó Çááøóåó åõæó ÇáÑøóÒøóÇÞõ Ðõæ ÇáúÞõæøóÉö ÇáúãóÊöíúäõ


“Sesungguhnya Allah Dialah Maha Pemberi rizki Yang mempunyai kekuatan lagi sangat kokoh.” (Qs. adz-Dzariyat: 58).


íóÇ ÃóíøõåóÇ ÇáäøóÇÓõ ÃóäúÊõãõ ÇáúÝõÞóÑóÇÁõ Åöáóì Çááøóåö æóÇááøóåõ åõæó ÇáúÛóäöíøõ ÇáúÍóãöíúÏõ


“Hai manusia, kamulah yang memerlukan Allah; dan Allah Dialah Yang Mahakaya (tidak memerlukan sesuatu) lagi Maha Terpuji.” (Qs. Fathir: 15).

Disebutkan dalam hadits yang diriwayatkan oleh al-Bukhari -ÑóÍöãóåõ Çááåõ - dari Syaddad bin Aus –ÑóÖöíó Çááåõ Úóäúåõ-, dari Nabi -Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-, tentang doa sayyidul istighfar,


ÃóÈõæúÁõ áóßó ÈöäöÚúãóÊößó Úóáóíøó æóÃóÈõæúÁõ áóßó ÈöÐóäúÈöí ÝóÇÛúÝöÑú áöí


“Aku mengakui nikmat-Mu yang Engkau berikan kepadaku dan aku mengakui dosaku, maka ampunilah aku…” (Shahihul Bukhari, VIII/145).

Disebutkan dalam Shahihul Bukhari dan Shahih Muslim dari Abdullah bin 'Umar -ÑóÖöíó Çááåõ ÚóäúåõãóÇ-, bahwa bacaan talbiyah Rasulullah -Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó – adalah,


áóÈøóíúßó Çááøóåõãøó áóÈøóíúßó áóÈøóíúßó áóÇ ÔóÑöíúßó áóßó áóÈøóíúßó Åöäøó ÇáúÍóãúÏó æóÇáäøöÚúãóÉó áóßó æóÇáúãõáúßó áóÇ ÔóÑöíúßó áóßó


“Aku penuhi panggilan-Mu, ya Allah, Aku penuhi panggilan-Mu. Aku penuhi panggilan-Mu. Sesungguhnya segala puji dan kenikmatan hanya milik-Mu, begitu pula kerajaan. Tidak ada sekutu bagi-Mu.” (Shahihul Bukhari, II/147 dan Shahih Muslim, II/841).

Disebutkan dalam kitab Shahih Muslim: Setiap selesai shalat, ketika telah membaca salam, Abdullah bin Zubair –ÑóÖöíó Çááåõ Úóäúåõ- membaca,


áÇó Åöáóåó ÅöáÇøó Çááøóåõ æóÍúÏóåõ áÇó ÔóÑöíßó áóåõ. áóåõ Çáúãõáúßõ æóáóåõ ÇáúÍóãúÏõ æóåõæó Úóáóì ßõáøö ÔóìúÁò ÞóÏöíÑñ .áÇó Íóæúáó æóáÇó ÞõæøóÉó ÅöáÇøó ÈöÇááøóåö. áÇó Åöáóåó ÅöáÇøó Çááøóåõ æóáÇó äóÚúÈõÏõ ÅöáÇøó ÅöíøóÇåõ áóåõ ÇáäøöÚúãóÉõ æóáóåõ ÇáúÝóÖúáõ æóáóåõ ÇáËøóäóÇÁõ ÇáúÍóÓóäõ. áÇó Åöáóåó ÅöáÇøó Çááøóåõ ãõÎúáöÕöíúäó áóåõ ÇáÏøöíúäó æóáóæú ßóÑöåó ÇáúßóÇÝöÑõæúäó


“Tidak ada ilah (sesembahan) yang berhak diibadahi melainkan Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya. Bagi-Nya kerajaan dan pujian. Dia Mahakuasa atas segala sesuatu dan tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan (pertolongan) Allah. Tidak ada ilah (sesembahan) yang berhak diibadahi melainkan hanya Allah, dan kami tidak beribadah kecuali kepada-Nya. Bagi-Nya nikmat, anugerah, dan pujian yang baik. Tidak ada ilah (sesembahan) yang berhak diibadahi melainkan hanya Allah dengan memurnikan ibadah hanya kepada-Nya, meskipun orang-orang kafir tidak menyukai.”

Abdullah bin Zubai r-ÑóÖöíó Çááåõ Úóäúåõ- berkata, ‘Rasulullah -Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó- selalu bertahlil dengan bacan ini setiap selesai shalat’.” (Shahih Muslim, I/415).

Jika segala kebaikan dan kenikmatan -di dunia dan di akhirat- merupakan karunia Allah -ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- terhadap hamba-hamba-Nya, maka tetap dan langgengnya kebaikan tersebut bagi manusia, serta banyak dan bertambahnya ia, tak lain juga berasal dari Allah -ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-, dan itulah yang dinamakan dengan berkah.

Jadi, semua keberkahan itu hanya milik Allah -ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- dan berasal dari-Nya. Dialah -ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- satu-satunya yang memberikan keberkahan.
Allah -ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- sendiri menyifati diri-Nya dengan ÊóÈóÇÑóßó (penuh keberkahan). Sifat ini hanya layak dan dikhususkan untuk-Nya. Jadi Allah -ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- adalah ÇóáúãõÊóÈóÇÑóßõ. (Bada-i’ al-Fawaid, II/185). Dan, di antara makna kata ÊóÈóÇÑóßó ini adalah bahwa semua kebaikan berasal dari Allah -ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-.

Hikmah Penyandaran 'Berkah' Kepada Allah -ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-

Di dalam kitabnya, Bada-i' al-Fawaid, ketika membahas tentang salam penghormatan dalam Islam, yaitu, ucapan,


ÇóáÓøóáóÇãõ Úóáóíúßõãú æóÑóÍúãóÉõ Çááåö æóÈóÑóßóÇÊõåõ


“Semoga keselamatan, ramat Allah dan berkah-Nya tercurah kepadamu.”

Imam Ibnul Qayyim-ÑóÍöãóåõ Çááåõ- menjelaskan bahwa hikmah disandarkannya lafazh ÑóÍúãóÉñ "rahmat" dan ÈóÑóßóÇÊñ "berkah-berkah" kepada Allah -ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-, terpisahnya lafazh ÇóáÓøóáóÇãõ “salam” dari penyandaran ini. Di antaranya karena "rahmat" dan "berkah" itu tidak boleh disandarkan kecuali kepada Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- semata. Karena alasan inilah, tidak boleh dikatakan: ÑóÍúãóÊöí æóÈóÑóßóÇÊöí Úóáóíúßõãú (rahmatku dan berkahku atas kalian), namun boleh dikatakan: ÓóáóÇãñ ãöäøöí Úóáóíúßõãú (ucapan salam dariku kepada fulan) atau ÓóáóÇãñ ãöäú ÝõáóÇäò Úóáóì ÝõáóÇäò (ucapan salam dari fulan kepada fulan). Alasan lainnya, rahmat dan berkah itu lebih sempurna dari sekedar keselamatan, karena keselamatan itu jauh dari keburukan, sedangkan rahmat dan berkah itu menghasilkan kebaikan, melanggengkan, mengokohkan, dan menambahnya. Tentu ini lebih sempurna, dan memang inilah tujuan utamanya. Sedangkan yang pertama –yaitu keselamatan- lebih merupakan sarana untuk mendapatkan kesempurnaan tersebut. (Lihat, Bada-i' al-Fawaid, II/181-182).

Di antara ayat yang menunjukkan bahwa berkah itu berasal dari Allah -ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- adalah firman-Nya tentang kisah Nabi Nuh -Úóáóíúåö ÇáÓøóáóÇãõ- :


Þöíúáó íóÇ äõæÍõ ÇåúÈöØú ÈöÓóáóÇãò ãöäøóÇ æóÈóÑóßóÇÊò Úóáóíúßó...


“Difirmankan, ‘Hai Nuh, turunlah dengan selamat sejahtera dan penuh keberkahan dari Kami atasmu’.” (Hud: 48).

Juga firman-Nya -ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- :


ÑóÍúãóÊõ Çááøóåö æóÈóÑóßóÇÊõåõ Úóáóíúßõãú Ãóåúáó ÇáúÈóíúÊö


“(Itu adalah) rahmat Allah dan keberkahan-keberkahan-Nya yang dicurahkan atas kamu, hai ahlul bait.” (Hud: 73).

Semua lafazh ÈóÑóßóÇÊ, ÈóÇÑóßúäóÇ, dan ÈóÇÑóßó di dalam al-Qur'an selalu disandarkan kepada Allah -ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-. Begitu pula dengan bentuk isim maf'ulnya, ãõÈóÇÑóßñ (yang diberkahi), ia tidak disandangkan kepada sesuatu kecuali dengan penjelasan bahwa Allah -ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- lah yang menjadikan keberkahan padanya, sebagaimana dalam firman-Nya -ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- tentang Nabi Isa -Úóáóíúåö ÇáÓøóáóÇãõ- :


æóÌóÚóáóäöí ãõÈóÇÑóßðÇ Ãóíúäó ãóÇ ßõäúÊõ


“Dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkahi di mana saja aku berada.” (Qs. Maryam: 31).

Dan firman-Nya -ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- :


ÝóÅöÐóÇ ÏóÎóáúÊõãú ÈõíõæÊðÇ ÝóÓóáøöãõæúÇ Úóáóì ÃóäúÝõÓößõãú ÊóÍöíøóÉð ãöäú ÚöäúÏö Çááøóåö ãõÈóÇÑóßóÉð ØóíøöÈóÉð


“Maka apabila kamu memasuki (suatu rumah dari) rumah-rumah (ini) hendaklah kamu memberi salam (kepada penghuninya yang berarti memberi salam) kepada dirimu sendiri, salam yang ditetapkan dari sisi Allah, yang diberi berkah lagi baik.” (Qs. An-Nur: 61).

Hal yang sama juga ditemukan dalam hadits-hadits Nabi -Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-. Misalnya, hadits yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Mas'ud -ÑóÖöíó Çááåõ Úóäúåõ-bahwa para sahabat -ÑóÖöíó Çááåõ Úóäúåõãú- pernah melakukan perjalanan bersama Nabi -Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-. Ketika itu, air yang tersedia di dalam wadah mereka tidak mencukupi. Lalu Nabi -Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó - memasukkan tangan beliau ke dalam salah satu wadah mereka, kemudian berkata,


Íóíøó Úóáóì ÇáØøóåõæúÑö ÇáúãõÈóÇÑóßö æóÇáúÈóÑóßóÉõ ãöäó Çááøóåö


“Marilah bersuci dengan air yang suci dan diberkahi, dan keberkahan berasal dari Allah.”

Setelah itu, air pun keluar dari sela-sela jari-jari tangan -Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-. (Lihat, Shahihul al-Bukhari, IV/171).
Saya akhiri bahasan ini dengan kutipan perkataan Imam Ibnul Qayyim -ÑóÍöãóåõ Çááåõ- yang sangat berharga tentang betapa butuhnya makhluk kepada al-Khaliq (sang Pencipta, Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì -) dan betapa besarnya kenikmatan, kebaikan dan keberkahan yang Allah -ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì - berikan kepada semua makhluk-Nya.

Ibnul Qayyim –ÑóÍöãóåõ Çááåõ- berkata, "Setiap kesempurnaan dan kebaikan yang ada pada makhluk berasal dari kebaikan dan kesempurnaan Allah -ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- yang terdapat dalam Diri-Nya. Semua makhluk memohon bantuan dari-Nya, sedang Dia tidak membutuhkan pertolongan dari makhluk-Nya. Makhluk membutuhkan-Nya, sedang Dia tidak butuh kepada makhluk-Nya. Setiap makhluk meminta kesempurnaan kepada-Nya. Malaikat memohon kepada-Nya sesuatu yang tanpanya mereka tidak dapat hidup, memohon pertolongan-Nya agar dapat mengingat, bersyukur, dan beribadah dengan baik kepada-Nya, melaksanakan perintah-perintah-Nya, melaksanakan apa yang ditugaskan kepada mereka demi kemaslahatan alam atas (langit) dan alam bawah (bumi) yang ditugaskan kepada mereka, serta memohon kepada-Nya agar Dia mengampuni anak cucu Adam.

Para Rasul memohon kepada Allah -ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- agar Dia menolong mereka dalam melaksanakan dan menyampaikan risalah-Nya, menolong mereka dari musuh-musuh mereka, serta urusan-urusan lain demi kemaslahatan hidup dunia dan akhirat. Umat manusia memohon kepada-Nya untuk mencukupi kemaslahatan hidup mereka yang terdiri dari kebutuhan dan tuntutan hidup yang beraneka ragam. Semua hewan meminta rizki, makanan, dan apa saja yang membuatnya dapat hidup, kepada-Nya. Pepohonan dan tumbuhan meminta makanannya dan apa saja yang dapat melengkapinya, kepada-Nya. Bahkan, seluruh alam semesta meminta pertolongan kepada-Nya dengan bahasa dan keadaannya (masing-masing). Allah -ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì - berfirman,


íóÓúÃóáõåõ ãóäú Ýöí ÇáÓøóãóÇæóÇÊö æóÇáúÃóÑúÖö ßõáøó íóæúãò åõæó Ýöí ÔóÃúäò


“Semua yang ada di langit dan di bumi selalu meminta kepada-Nya. Setiap waktu Dia dalam kesibukan.” (Qs. Ar-Rahman: 29).

Jadi, seisi alam memohon dan meminta kepada-Nya, dan tangan-Nya selalu terbuka untuk memberi dan menganugerahi. Sabda Nabi -Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó- ,


íóÏõ Çááøóåö ãóáúÃóì áóÇ íóÛöíúÖõåóÇ äóÝóÞóÉñ ÓóÍøóÇÁõ Çááøóíúáó æóÇáäøóåóÇÑö


“Tangan-Nya selalu penuh dan tidak akan berkurang karena pemberian. Dia selalu memberi dan memberkahi pada waktu malam dan siang.” (Shahihul Bukhari, V/213 dan Shahih Muslim, II/691).

Pemberian dan kebaikan-Nya itu dicurahkan kepada makhluk-makhluk-Nya yang berbakti maupun yang durhaka. Hanya milik-Nya segala kesempurnaan, dari-Nya semua kebaikan, kepunyaan-Nya segala pujian, hak-Nya semua sanjungan, di tangan-Nya segala kebaikan, dan kepada-Nya semua urusan dikembalikan. Mahasuci nama-Nya, Maha suci sifat-sifat-Nya, Mahasuci perbuatan-perbuatan-Nya, dan Mahasuci Dzat-Nya, sehingga semua keberkahan hanyalah milik-Nya dan berasal dari-Nya. Tidak ada satu kebaikan pun yang diminta yang memberatkan-Nya. Kekayaan-Nya pun tidak berkurang karena banyaknya pemberian dan anugerah-Nya.” (Syifa-ul 'Alil Fi Masa-il Qadha' wal Qadar wal Hikmah wat Ta'lil, 1/183-184).

Hanya milik Allah –ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- segala pujian di awal dan di akhir atas kebaikan-kebaikan-Nya yang berlimpah, keberkahan-Nya yang abadi, kenikmatan-Nya yang mencukupi, lahir dan batin. Segala anugerah hanya milik-Nya semata. Dzat Yang Mahasuci dan Mahatinggi. Wallahu A'lam.

(Redaksi)

Referensi :


1. Bada-i' al-Fawa-id, Ibnul Qayyim al-Jauziyah.
2. Jami' al-Bayan Fi Takwili al-Qur'an, Muhammad bin Jarir ath-Thabari.
3. Shahih Muslim, Muslim bin al-Hajjaj an-Naisaburi.
4. Shahihul Bukhari, Muhammad bin Ismail al-Bukhari.
5. Syifa-ul 'Alil Fi Masa-il Qadha' wal Qadar wal Hikmah wat Ta'lil, Ibnul Qayyim al-Jauziyah.

Hikmah Al-Quran & Mutiara Hadits : index.php
Versi Online : index.php/?pilih=lihatannur&id=880