Artikel : Bulein Annur - Hikmah Al-Quran & Mutiara Hadits

Adab-adab Pengajar al-Qur’an

Kamis, 15 Oktober 20

Adab-adab Pengajar al-Qur’an

1. Bertujuan (hanya) mencari ridha Allah Ta’ala.
2. Tidak bertujuan –dengan mengajarkan al-Qur`an– mencari harta benda dunia. Allah Ta’ala berfirman,


ãóäú ßóÇäó íõÑöíÏõ ÍóÑúËó ÇáúÂÎöÑóÉö äóÒöÏú áóåõ Ýöí ÍóÑúËöåö æóãóäú ßóÇäó íõÑöíÏõ ÍóÑúËó ÇáÏøõäúíóÇ äõÄúÊöåö ãöäúåóÇ æóãóÇ áóåõ Ýöí ÇáúÂÎöÑóÉö ãöäú äóÕöíÈò


"Dan barangsiapa yang menghendaki keuntungan di dunia, niscaya Kami berikan kepadanya sebagian dari keuntungan dunia dan tidak ada baginya suatu bagian pun di akhirat." (Asy-Syura: 20).
Maka hendaklah dia berwaspada dari menjadikan al-Qur’an sebagai alat untuk mencari penghidupan materi. Dan para ulama telah berbeda pendapat tentang hukum mengambil upah dari mengajarkan al-Qur’an. Dan barangkali yang lebih dekat kepada kebenaran adalah boleh, berdasarkan hadits Abu Sa’id yang menyebutkan tentang para sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam yang mengambil sejumlah kambing sebagai upah menyembuhkan seseorang yang mereka ruqyah dengan membacakan Surat al-Fatihah.
3. Hendaklah benar-benar waspada dari sengaja memperbanyak aktivitas seperti ini (yakni mencari upah dengan mengajarkan al-Qur’an) dengan alasan banyaknya orang yang berprofesi demikian dan banyaknya orang yang berminat belajar kepadanya (dengan cara seperti itu).
4. Hendaklah pengajar waspada dari sikap membenci tindakan para muridnya yang belajar pada guru lain dari kalangan orang-orang yang dapat diambil manfaatnya dengan belajar membaca di hadapannya.
5. Berakhlak dengan adab-adab syar'i.
6. Berzuhud terhadap dunia dan meminimalisir kebutuhan terhadapnya.
7. Hendaklah menjadi orang yang tenang, penuh wibawa dan rendah hati.
8. Menghindari sikap banyak tawa dan canda.
9. Menggunakan hadits-hadits yang warid (secara shahih) berkaitan dengan dzikir tasbih dan doa serta keutamaan-keutamaan amal.
10. Senantiasa waspada dari penyakit hati (dengki, ujub, riya’, tinggi hati, merendahkan orang …).
11. Hendaklah tidak melihat diri sendiri lebih baik daripada orang lain.
12. Hendaklah bersikap lembut kepada orang-orang yang belajar membaca al-Qur’an kepadanya dan bersikap penuh kasih terhadap mereka serta senantiasa memotivasi mereka untuk terus belajar.
13. Mengerahkan segenap daya untuk memberikan nasihat, khususnya terhadap orang yang belajar kepadanya semampunya.
14. Hendaklah si pengajar menjadi seorang yang mudah (fleksibel) dalam pengajarannya.
15. Penuh kasih sayang kepada murid-muridnya, dan memperhatikan segala kemaslahatan mereka sebagaimana dia memperhatikan kemaslahatan untuk diri sendiri dan anak-anaknya. Pengajar hendaklah memperlakukan murid-muridnya seperti dia memperlakukan anak-anaknya sendiri dalam hal memberikan kasih sayang, dan bersabar terhadap sikap acuh dan kurang sopan mereka, dan memberitahukan kepada mereka keburukan hal tersebut dengan lembut agar tidak mengulangi sikap seperti itu.
16. Hendaklah seorang pengajar al-Qur’an mencintai kebaikan bagi murid-muridnya, sebagaimana dia mencintai kebaikan itu untuk dirinya sendiri, dan membenci keburukan akan menimpa mereka sebagaimana dia membenci keburukan akan menimpa dirinya sendiri.
17. Senantiasa mengingatkan segala keutamaan menuntut ilmu agar menjadi sebab bertambahnya semangat mereka, sebagaimana juga harus berusaha menumbuhkan sikap zuhud mereka terhadap dunia.
18. Lebih mendahulukan kemaslahatan para murid daripada kemaslahatan duniawi dirinya sendiri yang tidak prinsipil.
19. Memberikan setiap orang secara proporsional, sehingga tidak memberikan beban yang banyak kepada orang yang tidak sanggup mengemban yang banyak, dan tidak boleh memberikan beban yang sedikit kepada orang yang mampu mengemban lebih banyak.
20. Senantiasa memotivasi mereka untuk mengulang hafalan-hafalan mereka.
21. Memberikan pujian kepada orang yang tampak kepandaiannya.
22. Dalam mengajar mereka, apabila jumlah mereka banyak, hendaklah memulai dengan yang paling awal, kemudian yang awal berikutnya (secara urut), dan tidak memungkinkan untuk mendahulukan giliran orang yang menyerobot, kecuali untuk suatu maslahat.
23. Senantiasa memantau kondisi mereka dan menanyakan siapa yang tidak hadir di antara mereka.
24. Menjaga kedua tangannya dari gerakan yang tidak perlu, dan menjaga kedua matanya dari pandangan yang tidak dibutuhkan pada saat muridnya sedang membaca al-Qur’an di hadapannya.
25. Duduk dalam keadaan suci, menghadap kiblat dengan tenang, mengenakan pakaian putih bersih, dan bila telah sampai di majelis (di masjid tempatnya mengajar), hendaklah dia shalat dua rakaat sebelum duduk.
26. Diriwayatkan dari Ibnu Mas'ud radhiyallahu ‘anhu, “Bahwasanya dia membacakan al-Qur’an di hadapan orang-orang dengan berlutut pada kedua lututnya.”
27. Hendaklah ruang majelisnya itu luas, agar orang-orang yang ingin duduk (mengambil faidah darinya) merasa nyaman duduk di sana.
28. Hendaklah dia tidak merendahkan ilmu.

Referensi:

Panduan Lengkap dan Praktis Adab & Akhlak Islami Berdasarkan Al-Qur’an dan As-Sunnah, Majid Sa’ud al-Ausyan, Darul Haq, Cetakan VI, Dzulhijjah 1440 H. (08. 2019 M.)

Hikmah Al-Quran & Mutiara Hadits : index.php
Versi Online : index.php/?pilih=lihatannur&id=881