Artikel : Bulein Annur - Hikmah Al-Quran & Mutiara Hadits

Hujan, Antara Nikmat dan Azab

Jumat, 27 Nopember 20

Pada Asalnya Hujan adalah Nikmat

Hujan merupakan bagian dari nikmat yang Allah –ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- berikan kepada kita, manusia. Bahkan Allah -ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- berikan pula kepada makhlukNya yang lain. Bagaimana bukan merupakan nikmat, sementara Allah -ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- menyifati air yang diturunkanNya ini dengan ãóÇÁð ãõÈóÇÑóßðÇ “ma-an mubarak”, sebagaimana ditegaskanNya di dalam firmanNya dan juga Allah –ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáó– sebutkan beberapa contoh bentuk keberkahan dan manfaatnya, seraya berfirman,


æóäóÒøóáúäóÇ ãöäó ÇáÓøóãóÇÁö ãóÇÁð ãõÈóÇÑóßðÇ ÝóÃóäúÈóÊúäóÇ Èöåö ÌóäøóÇÊò æóÍóÈøó ÇáúÍóÕöíÏö . æóÇáäøóÎúáó ÈóÇÓöÞóÇÊò áóåóÇ ØóáúÚñ äóÖöíÏñ . ÑöÒúÞðÇ áöáúÚöÈóÇÏö æóÃóÍúíóíúäóÇ Èöåö ÈóáúÏóÉð ãóíúÊðÇ ßóÐóáößó ÇáúÎõÑõæÌõ


“Dan Kami turunkan dari langit air yang banyak manfaatnya lalu Kami tumbuhkan dengan air itu pohon-pohon dan biji-biji tanaman yang diketam, dan pohon kurma yang tinggi-tinggi yang mempunyai mayang yang bersusun-susun, untuk menjadi rezki bagi hamba-hamba (Kami), dan Kami hidupkan dengan air itu tanah yang mati (kering). Seperti itulah terjadinya kebangkitan.” (Qaf: 9-11).

Yakni, Kami turunkan dari langit hujan yang banyak manfaatnya, lalu Kami tumbuhkan dengannya kebun-kebun yang banyak pohonnya dan biji-biji tanaman yang dipanen.

Dan Kami tumbuhkan pohon kurma yang tinggi-tinggi, yang mempunyai mayang yang bersusun satu sama lain.

Kami menumbuhkannya sebagai rizki bagi para hamba yang mereka gunakan untuk bahan makanan sesuai kebutuhan mereka. Dan Kami hidupkan dengan air yang Kami turunkan dari langit negeri yang kekeringan sehingga tidak ada tumbuhan di dalamnya. Sebagaimana halnya Kami menghidupkan dengan air itu tanah yang mati, untuk mengeluarkan kalian pada hari Kiamat dalam keadaan hidup setelah mati. (at-Tafsir al-Muyassar, 9/249).

Allah -ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- juga berfirman,


åõæó ÇáøóÐöí ÃóäúÒóáó ãöäó ÇáÓøóãóÇÁö ãóÇÁð áóßõãú ãöäúåõ ÔóÑóÇÈñ æóãöäúåõ ÔóÌóÑñ Ýöíåö ÊõÓöíãõæäó . íõäúÈöÊõ áóßõãú Èöåö ÇáÒøóÑúÚó æóÇáÒøóíúÊõæäó æóÇáäøóÎöíáó æóÇáúÃóÚúäóÇÈó æóãöäú ßõáøö ÇáËøóãóÑóÇÊö Åöäøó Ýöí Ðóáößó áóÂíóÉð áöÞóæúãò íóÊóÝóßøóÑõæäó


“Dia-lah, Yang telah menurunkan air hujan dari langit untuk kamu, sebagiannya menjadi minuman dan sebagiannya (menyuburkan) tumbuh-tumbuhan, yang pada (tempat tumbuhnya) kamu menggembalakan ternakmu. Menumbuhkan bagi kamu dengan air hujan itu tanam-tanaman; zaitun, kurma, anggur dan segala macam buah-buahan. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang memikirkan.” (an-Nahl: 10-11).

Yakni, Dia-lah Allah yang menurunkan hujan dari awan untuk kalian, lalu Dia menjadikan sebagian darinya air untuk kalian minum, dan Dia mengeluarkan dengan hujan itu tumbuh-tumbuhan yang padanya kalian menggembalakan ternak-ternak kalian, lalu susunya dan kemanfaatannya kembali untuk kalian.

Dia mengeluarkan untuk kalian dari tanah dengan air yang sama tanaman yang bermacam-macam. Dengannya Dia mengeluarkan zaitun, kurma, dan anggur. Dengannya Dia mengeluarkan segala macam buah-buahan. Sesungguhnya dalam mengeluarkan semua itu benar-benar terdapat tanda-tanda yang jelas bagi kaum yang mau memperhatikan lalu mengambil pelajaran darinya. (at-Tafsir al-Muyassar, 4/385).

Allah -ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- juga berfirman,


æóåõæó ÇáøóÐöí ÃóÑúÓóáó ÇáÑøöíóÇÍó ÈõÔúÑðÇ Èóíúäó íóÏóíú ÑóÍúãóÊöåö æóÃóäúÒóáúäóÇ ãöäó ÇáÓøóãóÇÁö ãóÇÁð ØóåõæÑðÇ . áöäõÍúíöíó Èöåö ÈóáúÏóÉð ãóíúÊðÇ æóäõÓúÞöíóåõ ãöãøóÇ ÎóáóÞúäóÇ ÃóäúÚóÇãðÇ æóÃóäóÇÓöíøó ßóËöíÑðÇ . æóáóÞóÏú ÕóÑøóÝúäóÇåõ Èóíúäóåõãú áöíóÐøóßøóÑõæÇ ÝóÃóÈóì ÃóßúËóÑõ ÇáäøóÇÓö ÅöáøóÇ ßõÝõæÑðÇ


“Dia–lah yang meniupkan angin (sebagai) pembawa kabar gembira dekat sebelum kedatangan rahmat-Nya (hujan); dan Kami turunkan dari langit air yang amat bersih, agar Kami menghidupkan dengan air itu negeri (tanah) yang mati, dan agar Kami memberi minum dengan air itu sebagian besar dari makhluk Kami, binatang-binatang ternak dan manusia yang banyak.

Dan sesungguhnya Kami telah mempergilirkan hujan itu diantara manusia supaya mereka mengambil pelajaran (dari padanya); maka kebanyakan manusia itu tidak mau kecuali mengingkari (nikmat).” (al-Furqan: 48-50).

Yakni, Dia-lah yang meniupkan angin yang membawa awan sebagai pembawa kabar gembira dengan adanya hujan sebagai rahmat dariNya. Dan Kami turunkan air (yang amat bersih) dari langit untuk bersuci (dan lain sebagainya) dengannya, sebagaimana firmanNya,


æóíõäóÒøöáõ Úóáóíúßõãú ãöäó ÇáÓøóãóÇÁö ãóÇÁð áöíõØóåøöÑóßõãú Èöåö


“Dan Allah menurunkan kepadamu hujan dari langit untuk mensucikan kamu dengan hujan itu.” (al-Anfal: 11).

Dan agar Kami menumbuhkan tanaman di tempat yang tidak ada tanamannya, kemudian tempat yang tandus akan hidup kembali setelah mati. Dan Kami beri minum dengan air tersebut para makhluk Kami, banyak di antaranya adalah hewan ternak dan manusia.

Sesungguhnya Kami telah menurunkan hujan di sebagian tempat dan tidak menurunkannya di tempat yang lain, agar orang-orang yang diberi hujan mengingat nikmat Allah -ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- yang dikaruniakan kepada mereka, lalu bersyukur kepada Allah -ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-. Dan agar orang-orang yang tidak diberi hujan ingat lalu mereka segera bertaubat kepada Allah –ÚóÒøó æóÌóáøó- agar Allah mengaruniakan rahmat-Nya dan memberi minum kepada mereka. Kebanyakan manusia berpaling dan kufur terhadap nikmat-nikmat yang telah Kami karuniakan kepada mereka, misalnya ucapan mereka, “Kami diberi hujan karena bintang ini dan bintang itu.” (at-Tafsir al-Muyassar,6/311)

Kufur Terhadap Nikmat Hujan

Ucapan mereka, “Kami diberi hujan karena bintang ini dan bintang itu.” Ini adalah contoh bentuk kufur terhadap nikmat hujan yang Allah -ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- turunkan. Sebagaimana yang disinyalir Rasulullah -Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó- dalam sabdanya,


ãóÇ ÃóäúÒóáó Çááøóåõ ãöäó ÇáÓøóãóÇÁö ãöäú ÈóÑóßóÉò ÅöáÇøó ÃóÕúÈóÍó ÝóÑöíúÞñ ãöäó ÇáäøóÇÓö ÈöåóÇ ßóÇÝöÑöíúäó¡ íõäúÒöáõ Çááøóåõ ÇáúÛóíúËó ÝóíóÞõæáõæäó : ÇáúßóæúßóÈõ ßóÐóÇ æóßóÐóÇ


“Tidaklah Allah menurunkan keberkahan dari langit melainkan ada satu kelompok manusia yang kufur terhadapnya. Allah menurunkan hujan, lalu mereka berkata, ‘Bintang ini dan itu (yang menurunkan hujan)’.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).

Dalam riwayat lain,


ÈößóæúßóÈö ßóÐóÇ æóßóÐóÇ


“(Hujan turun) Karena bintang ini dan itu.” (HR. Muslim).

Dikatakan “kufur” karena pengucapnya secara jelas mengingkari bahwa yang menurunkan hujan itu bukan Allah -ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-, padahal Allah-lah -ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- yang menurunkannya, ia menisbatkan nikmat tersebut bukan kepada Allah -ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- namun kepada bintang ini dan itu. Seharusnya, ia menisbatkan kenikmatan tersebut kepada pemberi nikmat, yaitu Allah -ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- bukan kepada bintang ini dan itu.

Pengucapnya dinyatakan “dialah orang yang kafir terhadap Allah” dengan jelas sebagaimana disebutkan dalam hadits. Di dalam Shahihul Bukhari dan Shahih Muslim, Rasulullah -Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó- berkata kepada para sahabat pada hari yang malamnya mereka diguyur hujan,


åóáú ÊóÏúÑõæäó ãóÇÐóÇ ÞóÇáó ÑóÈøõßõãú¿ ÞóÇáõæÇ: Çááøóåõ æóÑóÓõæáõåõ ÃóÚúáóãõ. ÞóÇáó: ÞóÇáó ÃóÕúÈóÍó ãöäú ÚöÈóÇÏöì ãõÄúãöäñ Èöì æóßóÇÝöÑñ. ÝóÃóãøóÇ ãóäú ÞóÇáó ãõØöÑúäóÇ ÈöÝóÖúáö Çááøóåö æóÑóÍúãóÊöåö¡ ÝóÐóáößó ãõÄúãöäñ Èöì æóßóÇÝöÑñ ÈöÇáúßóæúßóÈö. æóÃóãøóÇ ãóäú ÞóÇáó ãõØöÑúäóÇ ÈöäóæúÁö ßóÐóÇ æóßóÐóÇ. ÝóÐóáößó ßóÇÝöÑñ Èöì ãõÄúãöäñ ÈöÇáúßóæúßóÈö


”Apakah kalian mengetahui apa yang difirmankan oleh Rabb kalian? Mereka menjawab, ‘Allah dan RasulNya yang lebih mengetahui.’ Beliau bersabda, ‘Dia berfirman: Di antara hamba-hamba-Ku terdapat orang yang beriman kepada-Ku dan kafir. Orang yang berkata, ‘Kami dihujani lantaran karunia dan rahmat dari Allah’, maka dialah orang yang beriman kepadaKu dan kafir terhadap bintang-bintang.’ Sedangkan orang yang berkata, ‘Kami dihujani lantaran bintang ini dan itu’, maka dialah orang yang kafir terhadapKu dan beriman kepada bintang-bintang’.” (Shahih al-Bukhari, no. 846 dan Shahih Muslim, no. 240).

Karena itu, tidak selayaknya bagi kita hambaNya mengucapkan semisal kata ini “Kami dihujani lantaran bintang ini dan itu” karena ini adalah ucapan kekufuran. Ucapan semisal ini menunjukkan bahwa pengucapnya tidak bersyukur kepada Allah atas nikmat diturunkannya hujan oleh Allah –ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-. Seharusnya, ia bersyukur kepadaNya atas diturunkannya nikmat hujan tersebut dengan menyandarkan kenikmatan itu kepadaNya, di antaranya dengan ucapan yang Nabi -Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó- ajarkan.


ãõØöÑúäóÇ ÈöÝóÖúáö Çááøóåö æóÑóÍúãóÊöåö


“Kami dihujani lantaran karunia dan rahmat dari Allah.” (HR. al-Bukhari dan Muslim).

Bahkan, Nabi -Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó- menganjurkan kepada kita untuk memohon kepada Allah agar hujan yang diturunkanNya tersebut dijadikanNya sebagai hujan yang bermanfaat. Anjuran tersebut beliau teladankan melalui tindakannya berupa ucapannya ketika melihat nikmat yang penuh berkah tersebut. Sebagaimana tercermin dalam hadits,


Úóäú ÚóÇÆöÔóÉó Ãóäøó ÑóÓõæáó Çááøóåö Õóáøóì Çááøóåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó ßóÇäó ÅöÐóÇ ÑóÃóì ÇáúãóØóÑó ÞóÇáó Çááøóåõãøó ÕóíøöÈðÇ äóÇÝöÚðÇ


Dari ‘Aisyah –ÑóÖöíó Çááåõ ÚóäúåóÇ–, bahwa Rasulullah -Õóáøóì Çááøóåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó– apabila melihat hujan (telah turun), beliau berdoa, “Ya Allah, jadikanlah hujan ini hujan yang bermanfaat.” (HR. Al-Bukhari, no. 1032).

Beliau -Õóáóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóã- memohon kepada Allah -ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- agar hujan yang diturunkanNya tersebut tersifati dengan “bermanfaat”.

Pertanyaan: Bagaimana Nabi -Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó- meminta agar hujan yang diturunkanNya tersebut dijadikan hujan yang bermanfaat, bukankah asalnya hujan itu sesuatu yang bermanfaat?

Jawabannya: Bahwa maksud dari doa beliau ini adalah –Wallahu A’lam– agar Allah -ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- memberi tambahan kebaikan dan keberkahan padanya dan agar kemanfaatannya bertambah pula. Sebagaimana yang diisyaratkan oleh Ibnu Bathal -ÑóÍöãóåõ Çááåõ-. (Lihat, Syarh Shahih al-Bukhari, Ibnu Baththal, 3/22).

Atau, mungkin juga ada maksud yang lainnya yaitu harapan agar hujan tersebut tidak berubah menjadi hujan yang menimbulkan dampak yang membahayakan. Hal ini seperti yang diisyaratkan oleh Al-Hafizh Ibnu Hajar –ÑóÍöãóåõ Çááåõ- dalam komentarnya terhadap doa yang dipanjatkan Nabi -Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó- ini, di mana beliau –ÑóÍöãóåõ Çááåõ- mengatakan, “Seakan-akan beliau -Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-meminta dengannya agar dijauhkan dari hujun yang berbahaya.” (Fathul Bari, 3/473).

Kala Hujan Menjadi Adzab

Hujan akan berbahanya jika menimbulkan dampak negatif seperti banjir dan lain sebagainya. Apalagi bila Allah –ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì menjadikannya sebagai adzab yang ditimpakanNya. Semoga Allah melindungi kita dari adzabNya. Seperti yang pernah ditimpakan kepada beberapa kaum sebelum kita, kaum Nabi Nuh -Úóáóíúåö ÇáÓøóáóÇãõ- misalnya. Allah -ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì– tenggelamkan kaum Nuh -Úóáóíúåö ÇáÓøóáóÇãõ- dengan hujan kala mereka menyombongkan diri terhadap perintah Rabb mereka. Allah -ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì – berfirman,


ßóÐøóÈóÊú ÞóÈúáóåõãú Þóæúãõ äõæÍò ÝóßóÐøóÈõæÇ ÚóÈúÏóäóÇ æóÞóÇáõæÇ ãóÌúäõæäñ æóÇÒúÏõÌöÑó . ÝóÏóÚóÇ ÑóÈøóåõ Ãóäøöí ãóÛúáõæÈñ ÝóÇäúÊóÕöÑú . ÝóÝóÊóÍúäóÇ ÃóÈúæóÇÈó ÇáÓøóãóÇÁö ÈöãóÇÁò ãõäúåóãöÑò . æóÝóÌøóÑúäóÇ ÇáúÃóÑúÖó ÚõíõæäðÇ ÝóÇáúÊóÞóì ÇáúãóÇÁõ Úóáóì ÃóãúÑò ÞóÏú ÞõÏöÑó . æóÍóãóáúäóÇåõ Úóáóì ÐóÇÊö ÃóáúæóÇÍò æóÏõÓõÑò . ÊóÌúÑöí ÈöÃóÚúíõäöäóÇ ÌóÒóÇÁð áöãóäú ßóÇäó ßõÝöÑó . æóáóÞóÏú ÊóÑóßúäóÇåóÇ ÂíóÉð Ýóåóáú ãöäú ãõÏøóßöÑò . ÝóßóíúÝó ßóÇäó ÚóÐóÇÈöí æóäõÐõÑö


”Sebelum mereka, telah mendustakan (pula) kamu Nuh, maka mereka mendustakan hamba Kami (Nuh) dan mengatakan: ‘Dia seorang gila dan dia sudah pernah diberi ancaman.’ Maka ia mengadu kepada Tuhannya: ‘Bahwasanya aku ini adalah orang yang dikalahkan, oleh sebab itu menangkanlah (aku).’ Maka Kami bukakan pintu-pintu langit dengan (menurunkan) air yang tercurah. Dan Kami jadikan bumi memancarkan mata air-mata air, maka bertemulah air-air itu untuk suatu urusan yang sungguh telah ditetapkan. Dan Kami angkut Nuh ke atas (bahtera) yang terbuat dari papan dan paku, yang berlayar dengan pemeliharaan Kami sebagai balasan bagi orang yang diingkari (Nuh). Dan sesungguhnya telah Kami jadikan kapal itu sebagai pelajaran, maka adakah orang yang mau mengambil pelajaran? Maka alangkah dahsyatnya azabKu dan ancaman-ancamanKu.” (Qs. al-Qamar : 9-16).

Tidak kalah dahsyatnya azabNya yang ditimpakanNya ini, yakni hujan. Ketika hujan tersebut bukan lagi berupa air yang mempunyai sifat yang lembut namun berupa batu yang memiliki sifat yang keras, sebagaimana yang Allah -ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì– timpakan kepada kaum Nabi Luth –Úóáóíúåö ÇáÓøóáóÇãõ-.

Allah -ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì – berfirman,


æóÃóãúØóÑúäóÇ Úóáóíúåöãú ãóØóÑðÇ ÝóÓóÇÁó ãóØóÑõ ÇáúãõäúÐóÑöíäó


“Dan Kami hujani mereka dengan hujan, maka amat jeleklah hujan yang menimpa orang-orang yang telah diberi peringatan itu.” (asy-Syu’ara: 173).

Allah -ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì – juga berfirman,


ÝóáóãøóÇ ÌóÇÁó ÃóãúÑõäóÇ ÌóÚóáúäóÇ ÚóÇáöíóåóÇ ÓóÇÝöáóåóÇ æóÃóãúØóÑúäóÇ ÚóáóíúåóÇ ÍöÌóÇÑóÉð ãöäú ÓöÌøöíáò ãóäúÖõæÏò . ãõÓóæøóãóÉð ÚöäúÏó ÑóÈøößó æóãóÇ åöíó ãöäó ÇáÙøóÇáöãöíäó ÈöÈóÚöíÏò


“Maka tatkala datang azab Kami, Kami jadikan negeri kaum Luth itu yang di atas ke bawah (kami balikkan), dan Kami hujani mereka dengan batu dari tanah yang terbakar dengan bertubi-tubi, yang diberi tanda oleh Tuhanmu, dan siksaan itu tiadalah jauh dari orang-orang yang zalim.” (Hud: 82-83).

Allah -ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì – juga berfirman,


ÝóÃóÎóÐóÊúåõãõ ÇáÕøóíúÍóÉõ ãõÔúÑöÞöíäó . ÝóÌóÚóáúäóÇ ÚóÇáöíóåóÇ ÓóÇÝöáóåóÇ æóÃóãúØóÑúäóÇ Úóáóíúåöãú ÍöÌóÇÑóÉð ãöäú ÓöÌøöíáò . Åöäøó Ýöí Ðóáößó áóÂíóÇÊò áöáúãõÊóæóÓøöãöíäó


“Maka mereka dibinasakan oleh suara keras yang mengguntur, ketika matahari akan terbit. Maka Kami jadikan bagian atas kota itu terbalik ke bawah dan Kami hujani mereka dengan batu dari tanah yang keras. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang memperhatikan tanda-tanda.” (al-Hijr: 73-75).

Sungguh, dalam adzab yang menimpa mereka itu terkandung nasehat-nasehat bagi orang-orang yang melihat dan mengambil pelajaran. (at-Tafsir al-Muyassar, 4/357).

Kita mohon kepada Allah -ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì–, semoga kita termasuk orang-orang yang dapat mengambil pelajaran dari hal ini, semakin pandai bersyukur atas nikmat yang dianugerahkanNya kepada kita baik berupa hujan atau pun nikmatNya yang lainnya. Dan, semoga pula kita merasa takut dengan adzabNya, yang diancamkanNya dan yang ditimpakanNya terhadap orang-orang yang membangkang terhadap perintahNya dan melanggar laranganNya, semisal kaum Nabi Nuh -Úóáóíúåö ÇáÓøóáóÇãõ- dan kaum Nabi Luth –Úóáóíúåö ÇáÓøóáóÇãõ- yang mendustakan para rasul yang Allah -ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì – utus kepada mereka. Amin. Wallahu A’lam.

(Redaksi)


Referensi :


1. At-Tafsir al-Muyassar, Hikmat Basyir, dkk.
2. Fathul Bari, Al-Hafizh Ibnu Hajar al-Asqalani
3. Syarh Shahih al-Bukhari, Ibnu Baththal
4. Shahihul Bukhari, Muhammad bin Ismail al-Bukhari
5. Shahih Muslim, Muslim bin Hajjaj an-Naisaburi

Hikmah Al-Quran & Mutiara Hadits : index.php
Versi Online : index.php/?pilih=lihatannur&id=890