Artikel : Bulein Annur - Hikmah Al-Quran & Mutiara Hadits

Jumat, 04 Desember 20

ÇóáúÞóÏöíúÑõ, ÇóáúÞóÇÏöÑõ, ÇóáúãõÞúÊóÏöÑõ

Mahakuasa

(Serial Nama-nama Allah, Bagian 36)


Semua nama tersebut datang keterangannya di dalam al-Qur’an. Nama yang paling banyak disebutkan adalah ÇóáúÞóÏöíúÑõ, kemudian ÇóáúÞóÇÏöÑõ, dan terakhir ÇóáúãõÞúÊóÏöÑõ. Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- berfirman,


æóÇááøóåõ Úóáóì ßõáøö ÔóíúÁò ÞóÏöíÑñ


“Dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (Al-Baqarah: 284).

Dia -ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- juga berfirman,


Åöäøóåõ ßóÇäó ÚóáöíãðÇ ÞóÏöíÑðÇ


“Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa.” (Fathir: 44).


Þõáú åõæó ÇáúÞóÇÏöÑõ Úóáóì Ãóäú íóÈúÚóËó Úóáóíúßõãú ÚóÐóÇÈðÇ ãöäú ÝóæúÞößõãú Ãóæú ãöäú ÊóÍúÊö ÃóÑúÌõáößõãú Ãóæú íóáúÈöÓóßõãú ÔöíóÚðÇ æóíõÐöíÞó ÈóÚúÖóßõãú ÈóÃúÓó ÈóÚúÖò


”Katakanlah, ‘Dia yang berkuasa untuk mengirimkan adzab kepadamu, dari atas kamu atau dari bawah kakimu atau Dia mencampurkan kamu dalam golongan-golongan (yang saling bertentangan) dan merasakan kepada sebagian kamu kepada keganasan sebagian yang lain’." (al-An’am: 65).


æóßóÇäó Çááøóåõ Úóáóì ßõáøö ÔóíúÁò ãõÞúÊóÏöÑðÇ


"Dan adalah Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu." (Al-Kahfi: 45).

Kesemuanya menunjukkan bahwa qudrah (kekuasaan) adalah sifat bagi Allah, dan bahwasanya Dia -ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- Mahasempurna kekuasaanNya. Oleh karena itu, dengan kekuasaanNya itu Dia -ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- menjadikan semua makhluk yang ada, dengan kekuasaanNya Dia -ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- mengaturnya, dengan kekuasaanNya Dia -ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- menyempurnakan dan mengokohkannya dan dengan kekuasaanNya Dia -ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- menghidupkan dan mematikan serta membangkitkan seluruh hamba untuk mendapatkan balasan. Dia -ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- memberikan balasan kepada orang yang berbuat kebaikan dengan kebaikan dan membalas orang yang berbuat tidak baik dengan ketidakbaikan.

Dialah -ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- yang apabila menginginkan sesuatu tinggal berkata: ßõäú (Kun, Jadilah), maka ia akan jadi. Dengan kekuasaanNya, Dia -ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- membolak-balikkan hati dan memalingkannya kepada apa yang Dia -ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- kehendaki dan inginkan. Dia -ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- memberi petunjuk orang yang Dia -ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- kehendaki dan menyesatkan orang yang Dia -ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- kehendaki. Dia -ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- menjadikan orang yang beriman sebagai mukmin dan menjadikan orang yang kufur sebagai orang kafir, yang berbuat baik sebagai orang yang berbakti dan orang yang berbuat tidak baik sebagai fajir.

Karena kesempurnaan kekuasaanNya, tidak ada seorang pun yang dapat meliputi sedikitpun dari ilmuNya, kecuali apabila Dia -ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- berkehendak untuk mengajarkan ilmu itu kepadanya. Karena kesempurnaan kekuasaanNya, Dia -ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- menciptakan langit dan bumi serta apa yang ada di antara keduanya selama enam hari tanpa merasa letih dan lelah. Tak ada seorang pun dari makhlukNya yang dapat membuatNya lemah dan tidak pula dapat mengalahkannya. Bahkan makhluk itu ada dalam genggamanNya di mana pun ia berada.

Dia-lah ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- yang kekuasaanNya selamat dari kelelahan, keletihan, ketidakmampuan, dan kelemahan dari apa yang Dia -ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-inginkan. Karena kesempurnaanNya pula, segala sesuatu tunduk kepada perintahNya dan di bawah pengaturanNya. Oleh karena itu, apa yang Dia -ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- kehendaki akan jadi dan apa yang tidak Dia -ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- kehendaki tidak akan jadi.
Di antara pokok keimanan yang agung adalah iman kepada takdir. Allah -ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- berfirman,


ÅöäøóÇ ßõáøó ÔóíúÁò ÎóáóÞúäóÇåõ ÈöÞóÏóÑò


"Sungguh, Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran." (Al-Qamar: 49).


æóßóÇäó ÃóãúÑõ Çááøóåö ÞóÏóÑðÇ ãóÞúÏõæÑðÇ


"Dan adalah ketetapan Allah itu suatu ketetapan yang pasti berlaku." (Al-Ahzab: 38).


æóÎóáóÞó ßõáøó ÔóíúÁò ÝóÞóÏøóÑóåõ ÊóÞúÏöíÑðÇ


"Dia telah menciptakan segala sesuatu, dan Dia menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya." (Al-Furqan: 2).

Muslim meriwayatkan dalam kitab shahihnya dari Abu Hurairah -ÑóÖöíó Çááåõ Úóäúåõ- ia berkata,


ÌóÇÁó ãõÔúÑößõæ ÞõÑóíúÔò íõÎóÇÕöãõæäó ÑóÓõæáó Çááøóåö -Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó- Ýöì ÇáúÞóÏóÑö ÝóäóÒóáóÊú (Åöäøó ÇáúãõÌúÑöãöíäó Ýöí ÖóáóÇáò æóÓõÚõÑò. íóæúãó íõÓúÍóÈõæäó Ýöì ÇáäøóÇÑö Úóáóì æõÌõæåöåöãú ÐõæÞõæÇ ãóÓøó ÓóÞóÑó ÅöäøóÇ ßõáøó ÔóìúÁò ÎóáóÞúäóÇåõ ÈöÞóÏóÑò)


“Orang-orang musyrik suku Quraisy datang untuk mendebat Rasulullah -Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó- seputar takdir, maka turunlah ayat (yang artinya): ‘Sungguh, orang-orang yang berdosa berada dalam kesesatan (di dunia) dan akan berada dalam Neraka (di akhirat). Pada hari mereka diseret ke Neraka pada wajahnya (dikatakan kepada mereka), ‘Rasakanlah sentuhan api Neraka.’ Sungguh, Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran’.” (Qamar: 47-49).

Barangsiapa tidak beriman kepada takdir, maka ia tidak beriman kepada Allah -ÚóÒøó æóÌóáøó-. Imam Ahmad -ÑóÍöãóåõ Çááåõ- berkata, "Takdir adalah kekuasaan Allah." Oleh karena itu, mengingkari takdir sama saja dengan mengingkari kekuasaan Allah -ÚóÒøó æóÌóáøó- dan memungkiri sifat-sifat Allah -ÚóÒøóæóÌóáøó- atau salah satunya berseberangan dengan keimanan kepadaNya. Sebab di antara pokok keimanan kepadaNya adalah beriman kepada takdir-takdirNya.
Ibnu Abbas -ÑóÖöíó Çááåõ ÚóäúåõãóÇ- berkata, "Takdir adalah aturan tauhid. Barangsiapa yang mentauhidkan Allah -ÚóÒøó æóÌóáøó- dan beriman kepada takdir, maka itulah tali yang kokoh yang tidak akan dapat putus. Barangsiapa yang mentauhidkan Allah -ÚóÒøó æóÌóáøó- dan mendustakan takdir, maka dia telah membatalkan tauhidnya." (al-Qadr, 205; al-Ibanah, 1624; Usulul ‘Itiqad, 1224).

Auf -ÑóÍöãóåõ Çááåõ- berkata, "Aku pernah mendengar al-Hasan -ÑóÍöãóåõ Çááåõ- bertutur bahwa barangsiapa yang mendustakan takdir, maka dia telah mendustakan Islam. Sesungguhnya Allah –ÊóÈóÇÑóßó æóÊóÚóÇáóì- telah menentukan takdir, menciptakan makhluk dengan takdir, membagi ajal dengan takdir, membagi rezeki dengan takdir, membagi ujian dan cobaan dengan takdir, dan Dia –ÊóÈóÇÑóßó æóÊóÚóÇáóì- membagi keselamatan juga dengan takdir." (al-Ibanah, 1676; Usulul ‘Itiqad, 1255).

Beriman kepada takdir merupakan salah satu sifat mulia para ulama. Ibnu Jarir -ÑóÍöãóåõ Çááåõ- meriwayatkan dalam tafsirnya, dari Ibnu Abbas -ÑóÖöíó Çááåõ ÚóäúåõãóÇ- seputar firman Allah -ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-,


ÅöäøóãóÇ íóÎúÔóì Çááøóåó ãöäú ÚöÈóÇÏöåö ÇáúÚõáóãóÇÁõ Åöäøó Çááøóåó ÚóÒöíÒñ ÛóÝõæÑñ


“Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.” (Fathir: 28) .

Ibu Abbas -ÑóÖöíó Çááåõ ÚóäúåõãóÇ- mengatakan bahwa mereka adalah orang-orang yang berkata, "Sesungguhnya Allah Maha Berkuasa atas segala sesuatu."
Ibnul Qayyim -ÑóÍöãóåõ Çááåõ- berkata, "Ini merupakan pemahaman dan ilmu Ibnu Abbas -ÑóÖöíó Çááåõ ÚóäúåõãóÇ- dalam menafsirkan, pengetahuannya tentang hakikat nama-nama dan sifat, karena kebanyakan para ulama tidak menyempurnakan permasalahan ini sesuai takaran yang benar, meskipun mereka menetapkannya. Sedangkan orang-orang yang mengingkari takdir dan menyatakan bahwa perbuatan hamba adalah makhluk, maka mereka tidak menetapkannya sesuai dengan kadarnya dan orang-orang yang mengingkari perbuatan-perbuatan Rabb ÊóÚóÇáóì yang ada padaNya, tidak pula menetapkan sesuai dengan yang semestinya, bahkan dengan terang-terangan mereka menyatakan bahwa Allah -ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- tidak dapat menakdirkan perbuatan yang akan Dia lakukan.

Barangsiapa yang tidak menetapkan bahwa Allah -ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- di setiap hari dalam kesibukan, melakukan apa yang Dia -ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- kehendaki, maka dia tidak menetapkan bahwa Allah -ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- Maha Berkuasa atas segala sesuatu. Barangsiapa yang tidak menetapkan bahwa hati para hamba berada di antara dua jari dari jari jemari ar-Rahman, Dia -ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- membolak-baliknya sesuai kehendak-Nya dan bahwasanya Dia -ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- benar-benar Maha Membolak-balikkan hati, dan bahwasanya apabila Dia -ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- berkehendak untuk meluruskan hati pasti dapat meluruskannya, dan apabila berkehendak untuk menyesatkannya, maka Dia -ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- pasti dapat menyesatkannya, maka ia tidak menetapkan bahwa Allah -ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- Maha Berkuasa atas segala sesuatu, dan seterusnya dari keadaan-keadaanNya dan perbuatan-perbuatanNya yang barangsiapa tidak menetapkannya, maka dia tidak menetapkan bahwa Allah -ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- Maha Berkuasa atas segala sesuatu. Duhai, alangkah indahnya untaian kalimat alim umat ini dan penafsir al-Qur’an -ÑóÖöíó Çááåõ ÚóäúåõãóÇ-. (Syifa’ al-‘Alil, 1/130-131).

Pengaruh dan Buah Iman kepada Kekuasaan Allah -ÚóÒøó æóÌóáøó-

Sesungguhnya iman kepada kekuasaan Allah -ÚóÒøó æóÌóáøó- yang ditunjukkan oleh namaNya ÇóáúÞóÏöíúÑõ, ÇóáúÞóÇÏöÑõ dan ÇóáúãõÞúÊóÏöÑõ memiliki pengaruh yang begitu agung dan buah yang penuh berkah yang kembali kepada hamba, baik di dunia maupun di akhirat. Bagaimana tidak, sebab iman kepadaNya merupakan poros berputarnya tauhid beserta aturannya, prinsip iman dan kesempurnaannya, pokok agama dan penegaknya, dan ini adalah salah satu rukun iman dan kaidah dasar kebaikan.
Di antara buahnya yang penuh berkah adalah permohonan pertolongan kepada Allah -ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- dan bertawakal kepadaNya serta permohonan perlindungan dariNya akan menjadi kuat pada diri seorang hamba. At-Tirmidzi meriwayatkan dalam kitab Jami’nya dari Ibnu Abbas -ÑóÖöíó Çááåõ ÚóäúåõãóÇ- da berkata, "Pada suatu hari aku pernah berada di belakang Rasulullah -Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-, lalu beliau berkata kepadaku,


íóÇ ÛõáóÇãõ Åöäøöí ÃõÚóáøöãõßó ßóáöãóÇÊò : ÇöÍúÝóÙö Çááåó íóÍúÝóÙúßó ÇöÍúÝóÙö Çááåó ÊóÌöÏúåõ ÊõÌóÇåóßó ÅöÐóÇ ÓóÃóáúÊó ÝóÇÓúÃóáö Çááåó æóÅöÐóÇ ÇÓúÊóÚóäúÊó ÝóÇÓúÊóÚöäú ÈöÇááåö æóÇÚúáóãú Ãóäøó ÇáúÃõãøóÉó áóæö ÇÌúÊóãóÚóÊú Úóáóì Ãóäú íóäúÝóÚõæúßó ÈöÔóíúÁò áóãú íóäúÝóÚõæúßó ÅöáøóÇ ÈöÔóíúÁò ÞóÏú ßóÊóÈóåõ Çááåõ áóßó æóáóæö ÇÌúÊóãóÚõæúÇ Úóáóì Ãóäú íóÖõÑøõæúßó ÈöÔóíúÁò áóãú íóÖõÑøõæúßó ÅöáøóÇ ÈöÔóíúÁò ÞóÏú ßóÊóÈóåõ Çááåõ Úóáóíúßó ÑõÝöÚóÊö ÇúáÃóÞúáóÇãõ æóÌóÝøóÊö ÇáÕøõÍõÝõ


“Wahai anak kecil! Sesungguhnya aku akan mengajarkan kepadamu beberapa kalimat; jagalah Allah niscaya Dia akan menjagamu, jagalah Allah niscaya engkau akan mendapatiNya di hadapanmu, apabila engkau meminta maka mintalah hanya kepada Allah, dan apabila engkau memohon pertolongan maka mohonlah kepada Allah semata. Ketahuilah, bahwasanya umat ini berkumpul untuk memberikan suatu manfaat kepadamu maka mereka tidak akan bisa melakukannya sedikitpun kecuali dengan apa yang telah Allah tuliskan untukmu. Dan seandainya mereka berkumpul untuk menimpakan suatu bahaya kepadamu maka mereka tidak dapat melakukannya sedikitpun kecuali dengan sesuatu yang telah Allah gariskan untukmu. Pena-pena telah diangkat dan catatan (takdir) telah kering" (HR. at-Tirmidzi).

Di antara buahnya juga adalah disempurnakannya kesabaran dan ridha yang baik atas keputusan Allah -ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-.

Ibnul Qayyim -ÑóÍöãóåõ Çááåõ- berkata, "Barangsiapa yang memenuhi hatinya dengan ridha terhadap takdir, maka Allah -ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- akan memenuhi dadanya dengan kecukupan, keamanan dan qana'ah, dan Dia -ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- akan memusatkan hatinya untuk mencintai-Nya, kembali dan bertawakal kepadaNya. Namun, barangsiapa yang bagian dari ridha tersebut luput darinya, maka hatinya akan dipenuhi dengan kebalikannya dan dia tersibukkan dengan hal yang dapat menjauhkannya dari kebahagiaan dan keberuntungannya." (Madarij As-Salikin, 2/202).

Di antara pengaruhnya adalah diselamatkannya manusia dari penyakit-penyakit hati seperti iri, dengki, dan yang lainnya lantaran keimanannya bahwa segala perkara dan urusan terjadi karena takdir Allah -ÚóÒøó æóÌóáøó- dan bahwasanya Dia -ÚóÒøó æóÌóáøó- yang memberi hamba dan menentukan bagi mereka rezekinya, Dia - ÚóÒøó æóÌóáøó- memberi kepada yang Dia -ÚóÒøó æóÌóáøó- kehendaki dan menahan (tidak memberi) siapa saja yang Dia -ÚóÒøó æóÌóáøó- kehendaki. Seluruh karunia adalah milikNya. Oleh karena itu, ada perkataan tentang orang yang hasad, "Sesungguhnya dia adalah musuh bagi nikmat Allah -ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- yang ada pada para hambaNya."

Di antara pengaruhnya juga adalah dapat memperkuat tekad dan keinginan seorang hamba dalam antusias untuk mendapatkan kebaikan dan mencarinya, serta untuk menjauhi kejahatan dan lari darinya. Dalam Shahih Muslim diriwayatkan dari Abu Hurairah -ÑóÖöíó Çááåõ Úóäúåõ- bahwasanya Nabi -Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-bersabda,


ÇÍúÑöÕú Úóáóì ãóÇ íóäúÝóÚõßó æóÇÓúÊóÚöäú ÈöÇááøóåö æóáÇó ÊóÚúÌöÒú æóÅöäú ÃóÕóÇÈóßó ÔóìúÁñ ÝóáÇó ÊóÞõáú áóæú Ãóäøöì ÝóÚóáúÊõ ßóÇäó ßóÐóÇ æóßóÐóÇ. æóáóßöäú Þõáú ÞóÏóÑõ Çááøóåö æóãóÇ ÔóÇÁó ÝóÚóáó ÝóÅöäøó áóæú ÊóÝúÊóÍõ Úóãóáó ÇáÔøóíúØóÇäö


“Antusiaslah untuk mendapatkan apa yang bermanfaat bagimu dan mohonlah bantuan kepada Allah serta jangan bersikap lemah, dan apabila engkau ditimpa sesuatu maka janganlah berkata, ‘Kalau saja aku berbuat demikian tentu akan menjadi demikian dan demikian’, akan tetapi ucapkanlah, ‘Takdir Allah dan apa yang Dia kehendaki maka akan Dia lakukan.’ Sebab kata ‘Seandainya’ dapat membuka amalan setan." (HR. Muslim).

Di antara pengaruhnya adalah berharap kepada Allah -ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- dengan baik dan selalu memohon kepadaNya serta memperbanyak berdoa kepadaNya. Sebab, seluruh urusan ada di tanganNya. Imam Ahmad -ÑóÍöãóåõ Çááåõ- meriwayatkan dalam kitab Az-Zuhd dari Mutharrif bin Abdullah bin Asy-Syikhkhir, ia berkata, "Aku mengingat-ingat hal apa saja yang mengumpulkan kebaikan, dan ternyata kebaikan itu banyak, seperti puasa dan shalat. Selain itu, ternyata semua itu ada di tangan Allah -ÚóÒøó æóÌóáøó-. Apabila engkau tidak bisa mendapatkan apa yang ada di tangan Allah -ÚóÒøó æóÌóáøó, melainkan dengan cara meminta kepadaNya sehingga Dia memberinya kepadamu, maka ternyata yang mengumpulkan semua kebaikan itu adalah doa."

Dahulu Nabi kita -Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó- sering membaca doa,


Çóááøóåõãøó íóÇ ãõÞóáøöÈó ÇáúÞõáõæúÈö ËóÈøöÊú ÞóáúÈöí Úóáóì Ïöíúäößó


"Ya Allah yang Maha membolak-balik hati, kokohkanlah hatiku di atas agamaMu." (HR. Ibu Khuzaimah)

At-Tirmidzi dan Ibnu Majah meriwayatkan dari Anas -ÑóÖöíó Çááåõ Úóäúåõ- ia berkata,


ßóÇäó ÑóÓõæúáõ Çááåö Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æó Óóáøóãó íõßúËöÑõ Ãóäú íóÞõæúáó íóÇ ãõÞóáøöÈó ÇáúÞõáõæúÈö ËóÈøöÊú ÞóáúÈöí Úóáóì Ïöíúäößó, ÝóÞõáúÊõ : íóÇ ÑóÓõæúáó Çááåö ÂãóäøóÇ Èößó æóÈöãóÇ ÌöÆúÊó Èöåö Ýóåóáú ÊóÎóÇõÝõ ÚóáóíúäóÇ ¿ ÞóÇáó äóÚóãú Åöäøó ÇáúÞõáõæúÈó Èóíúäó ÃõÕúÈõÚóíúäö ãöäú ÃóÕóÇÈöÚö Çááåö íõÞóáøöÈõåóÇ ßóãóÇ íóÔóÇÁõ


“Rasulullah -Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó – dahulu memperbanyak doa, ‘Wahai Maha Pembolak-balik hati, kokohkanlah hatiku di atas agamaMu.’ Aku berkata, ‘Wahai Rasulullah, kami beriman kepadamu dan dengan apa yang engkau bawa, apakah engkau mengkhawatirkan kami?’ Beliau bersabda, ‘Ya, sesungguhnya hati-hati (makhluk) ada di antara dua jari dari jari jemari Allah, Dia membolak-balikkannya sesuai kehendak-Nya’.” (HR. at-Tirmidzi dan Ibnu Majah). Wallahu A’lam.

(Redaksi)

Sumber:


Fikih Asma’ul Husna, Prof. Dr. Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin al-‘Abbad Al-Badr.

Hikmah Al-Quran & Mutiara Hadits : index.php
Versi Online : index.php/?pilih=lihatannur&id=892