Artikel : Bulein Annur - Hikmah Al-Quran & Mutiara Hadits

Hidup Selamat Bersama al-Qur’an

Kamis, 29 April 21

“Keselamatan” merupakan bagian dari harapan yang diidam-idamkan oleh setiap orang. Setiap orang sedemikian berharap bahkan menempuh beragam cara dan jalan demi untuk mendapatkan keselamatan yang diharapkannya tersebut. Namun, tidak jarang di antara manusia yang melupakan al-Qur’an sebagai panduan hidupnya yang akan menunjukkannya ke jalan keselamatan yang sesungguhnya, bukan hanya selamat di kehidupan dunia, bahkan selamat pula di kehidupan akhirat, kehidupannya yang sesungguhnya.

Allah -ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- berfirman,


ÞóÏú ÌóÇÁóßõãú ãöäó Çááøóåö äõæÑñ æóßöÊóÇÈñ ãõÈöíäñ . íóåúÏöí Èöåö Çááøóåõ ãóäö ÇÊøóÈóÚó ÑöÖúæóÇäóåõ ÓõÈõáó ÇáÓøóáóÇãö æóíõÎúÑöÌõåõãú ãöäó ÇáÙøõáõãóÇÊö Åöáóì ÇáäøõæÑö ÈöÅöÐúäöåö æóíóåúÏöíåöãú Åöáóì ÕöÑóÇØò ãõÓúÊóÞöíãò


“Sungguh, telah datang kepadamu cahaya dari Allah, dan kitab yang menjelaskan, dengan kitab itulah Allah memberi petunjuk kepada orang yang mengikuti keridhaan-Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang itu dari gelap gulita kepada cahaya dengan izin-Nya, dan menunjukkan ke jalan yang lurus.” (al-Maidah: 15-16)

Telah datang kepada kalian cahaya dan kitab yang nyata, yaitu al-Qur’an al-Karim. Dengan kitab yang nyata tersebut Allah memberikan petunjuk kepada orang-orang yang mengikuti ridha-Nya untuk meniti jalan keamanan dan keselamatan, mengeluarkan mereka dengan izin-Nya dari kegelapan kekufuran menuju cahaya iman, dan memberi mereka taufik kepada agama yang lurus (At-Tafsir Al-Muyassar, 2/190)

Karenanya, siapa yang mengharapkan keselamatan haruslah ia hidup bersama al-Qur’an. Yakni, hidupnya senantiasa diterangi dengan cahaya al-Qur’an dan ia berjalan menyusuri jalan-jalan kehidupan dengan mengikuti petunjuk-petunjuk al-Qur’an. Demikian inilah yang senantiasa menghiasi kehidupan sang teladan Rasulullah -Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó. Beliau -Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó- senantiasa mengikuti petunjuk Rabbnya, al-Qur’an, yang diwahyukan oleh Allah -ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- kepadanya.

Allah -ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- berfirman,


Þõáú ãóÇ ßõäúÊõ ÈöÏúÚðÇ ãöäó ÇáÑøõÓõáö æóãóÇ ÃóÏúÑöí ãóÇ íõÝúÚóáõ Èöí æóáóÇ Èößõãú Åöäú ÃóÊøóÈöÚõ ÅöáøóÇ ãóÇ íõæÍóì Åöáóíøó æóãóÇ ÃóäóÇ ÅöáøóÇ äóÐöíÑñ ãõÈöíäñ


Katakanlah (Muhammad), “Aku bukanlah Rasul yang pertama di antara rasul-rasul, dan aku tidak tahu apa yang akan diperbuat terhadapku dan terhadapmu. Aku hanya mengikuti apa yang diwahyukan kepadaku, dan aku hanyalah pemberi peringatan yang menjelaskan.” (al-Ahqaf: 9)

Aku hanya mengikuti apa yang diwahyukan kepadaku, yakni, aku tidak mengikuti kecuali al-Qur’an, aku tidak membuat-buat hal baru dari sisiku sedikitpun (Ma’alim At-Tanzil, 7/254)

Itulah kesungguhan sang teladan, beliau -Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó- mengikuti petunjuk al-Qur’an sebagai bentuk ketaatan beliau -Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó- kepada Rabbnya yang memerintahkannya untuk mengikuti al-Qur’an. Sebagaimana firman-Nya kepadanya,


ÇÊøóÈöÚú ãóÇ ÃõæÍöíó Åöáóíúßó ãöäú ÑóÈøößó áóÇ Åöáóåó ÅöáøóÇ åõæó æóÃóÚúÑöÖú Úóäö ÇáúãõÔúÑößöíäó


“Ikutilah apa yang telah diwahyukan Tuhanmu kepadamu (Muhammad); tidak ada tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia; dan berpalinglah dari orang-orang musyrik.” (al-An’am: 106)

Kepatuhan beliau -Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó- terhadap perintah Rabbnya untuk mengikuti petunjuk al-Qur’an sedemikian melekat pada dirinya, sehingga hal itu menjadi bagian dari akhlak beliau -Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó- yang sedemikian agung.

Sa’ad bin Hisyam bin Amir -ÑóÖöíó Çááåõ Úóäúåõ- mengatakan, “Aku pernah datang kepada ‘Aisyah, lalu aku katakan (kepadanya), ‘Wahai Ummul Mukminin! kabarkan kepadaku tentang akhlak Rasulullah -Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúå æóÓóáøóãó-. Aisyah pun mengatakan,


ßóÇäó ÎõáõÞõåõ ÇáúÞõÑúÂäõ ÃóãóÇ ÊóÞúÑóÃõ ÇáúÞõÑúÂäó Þóæúáó Çááåö ÚóÒøó æó Ìóáøó { æóÅöäøößó áóÚóáóì ÎõáõÞò ÚóÙöíúãò}


“Akhlak beliau -Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó- adalah al-Qur’an. Tidakkah engkau pernah membaca firman Allah – ÚóÒøó æó Ìóáøó-,


æóÅöäøößó áóÚóáóì ÎõáõÞò ÚóÙöíúãò


“Dan sesungguhnya engkau benar-benar, berbudi pekerti yang luhur.” (al-Qalam: 4)

Aku katakan, ‘Sesungguhnya aku ingin hidup membujang (tidak menikah).’

Aisyah menanggapi seraya mengatakan, ‘Janganlah engkau lakukan, tidakkah engkau membaca (firman-Nya),


áóÞóÏú ßóÇäó áóßõãú Ýöí ÑóÓõæáö Çááøóåö ÃõÓúæóÉñ ÍóÓóäóÉñ


“Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu” (al-Ahzab: 21)

Sungguh, Rasulullah -Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó- telah menikah dan mempunyai anak” (HR. Ahmad di dalam al-Musnad, no. 24645. Syu’aib al-Arnauth berkata : Hadis Shahih)

Karena itu, barang siapa menginginkan keselamatan dan kebahagiaan haruslah ia mengikuti jejak sang teladan Muhammad -Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-, berakhlak dengan al-Qur’an dengan mengikuti petunjuk-petunjuk al-Qur’an.

Petunjuk al-Qur’an Mencakup Kebahagiaan Dunia dan Akhirat

Jumlah nash-nash yang termaktub dalam al-Qur’an dan hadis Rasulullah -Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó- mengenai petunjuk al-Qur’an yang mencakup kebahagiaan dunia dan akhirat banyak sekali. Dalam tulisan ini, akan disebutkan beberapa saja di antaranya sekedar untuk mengingatkan.

Allah -ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- berfirman sebagai pujian atas kitab-Nya yang mulia dan pemberi petunjuk bagi hamba-hamba-Nya untuk diperhatikan.


íóÇ ÃóíøõåóÇ ÇáäøóÇÓõ ÞóÏú ÌóÇÁóÊúßõãú ãóæúÚöÙóÉñ ãöäú ÑóÈøößõãú æóÔöÝóÇÁñ áöãóÇ Ýöí ÇáÕøõÏõæÑö æóåõÏðì æóÑóÍúãóÉñ áöáúãõÄúãöäöíäó


“Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (Yunus: 57)

Ibnu Katsir -ÑóÍöãóåõ Çááåõ– berkata, “ãóæúÚöÙóÉñ“(pelajaran) maksudnya pencegah dari hal-hal yang keji. “æóÔöÝóÇÁñ áöãóÇ Ýöí ÇáÕøõÏõæÑö” (dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada) maksudnya dari syubhat (yang tidak jelas) dan syak (ragu-ragu) seperti menghapus kotoran dan najis. (Tafsir Ibnu Katsir, 4/21)

Allah -ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- berfirman,


æóäóÒøóáúäóÇ Úóáóíúßó ÇáúßöÊóÇÈó ÊöÈúíóÇäðÇ áößõáøö ÔóíúÁò æóåõÏðì æóÑóÍúãóÉð æóÈõÔúÑóì áöáúãõÓúáöãöíäó


“Dan Kami turunkan kepadamu al-Kitab (al-Qur’an) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri.” (an-Nahl: 89)

Ibnu Mas’ud -ÑóÖöíó Çááåõ Úóäúåõ- berkata tentang maksud ayat ini bahwa Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- menjelaskan pada kita dalam al-Qur’an segala ilmu dan segala sesuatu.

Mujahid -ÑóÍöãóåõ Çááåõ- berkata, “Setiap yang halal dan yang haram.”

Ibnu Katsir -ÑóÍöãóåõ Çááåõ- setelah mengisahkan dua perkataan di atas menjelaskan bahwa perkataan Ibnu Mas’ud -ÑóÖöíó Çááåõ Úóäúåõ- lebih umum dan mencakup segala ilmu yang bermanfaat pada zaman dahulu dan ilmu-ilmu yang belum terungkap. Al-Qur’an juga menegaskan setiap yang halal dan haram serta apa-apa yang dibutuhkan oleh manusia dalam perkara dunia, agama, kehidupan dan tempat mereka kembali (Tafsir Ibnu Katsir, 4/513)

Allah -ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- berfirman,


Ýóãóäö ÇÊøóÈóÚó åõÏóÇíó ÝóáóÇ íóÖöáøõ æóáóÇ íóÔúÞóì


“Barang siapa yang mengikuti petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka” (Thaha: 123)

Ibnu Abbas -ÑóÖöíó Çááåõ Úóäúåõ- berkata, “Allah menjamin bagi orang yang membaca al-Qur’an dan mengamalkan isinya, maka ia tidak akan sesat di dunia dan tidak akan celaka di akhirat.” (Tafsir al-Qurthubi, 11/258)

Allah -ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- berfirman,


Ðóáößó ÇáúßöÊóÇÈõ áóÇ ÑóíúÈó Ýöíåö åõÏðì áöáúãõÊøóÞöíäó


“Kitab (al-Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa.” (al-Baqarah: 2)

Ibnu Sa’di -ÑóÍöãóåõ Çááåõ- berkata, “al-Huda yaitu apa yang menghasilkan petunjuk dari kesesatan dan kesamaran, dan apa yang dengannya didapatkan petunjuk ke jalan yang bermanfaat.”

Firman Allah -ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-, “åõÏðì (hudan)” yang dibuang Ma’mulnya (yakni, tanpa disebutkan objeknya) bukannya petunjuk untuk kemaslahatan seseorang, tidak pula sesuatu yang bersifat khusus bagi seseorang, melainkan dengan lafazh umum, karena maksudnya adalah petunjuk bagi seluruh kemaslahatan dunia dan akhirat. Maka al-Qur’an memberi petunjuk bagi para hamba dalam masalah-masalah agama yang pokok dan cabang. Juga penjelas antara kebenaran dengan kebatilan, yang shahih dengan yang lemah serta bagaimana menempuh jalan yang bermanfaat bagi dunia dan akhirat mereka (Tafsir as-Sa’diy, 1/40)

Allah -ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- berfirman,


Åöäøó åóÐóÇ ÇáúÞõÑúÂäó íóåúÏöí áöáøóÊöí åöíó ÃóÞúæóãõ


“Sesungguhnya al-Qur’an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus.” (al-Isra: 9).

Syaikh Muhammad al-Amin asy-Syinqithiy -ÑóÍöãóåõ Çááåõ- berkata, “Allah menyebutkan pada ayat yang mulia ini bahwa al-Qur’an yang agung ini yang merupakan kitab samawi yang paling agung dan yang paling mencakup semua ilmu dan paling akhir waktu diturunkannya oleh Rabb semesta alam, íóåúÏöí áöáøóÊöí åöíó ÃóÞúæóãõ (memberi petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus), maksudnya jalan yang terbaik, teradil dan paling benar.” (Adh-waul Bayan, 3/17)

Pembaca yang budiman…

Dorongan untuk mendapatkan hidayah dan mengikuti petunjuk al-Qur’an juga datang dari hadis-hadis Rasulullah -Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-.

Zaid bin Arqam -ÑóÖöíó Çááåõ Úóäúåõ- bercerita, “Rasulullah -Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó- berkhutbah di sisi kami dekat sumber air bernama Khumman antara Makkah dan Madinah. Beliau -Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó- memuji Allah -ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- dan bersyukur kepada-Nya, kemudian memberi peringatan, lalu bersabda,


ÃóãøóÇ ÈóÚúÏõ ÃóáóÇ ÃóíøõåóÇ ÇáäøóÇÓõ ÝóÅöäøóãóÇ ÃóäóÇ ÈóÔóÑñ íõæÔößõ Ãóäú íóÃúÊöìó ÑóÓõæáõ ÑóÈøöì ÝóÃõÌöíúÈó æóÃóäóÇ ÊóÇÑößñ Ýöíßõãú ËóÞóáóíúäö ÃóæøóáõåõãóÇ ßöÊóÇÈõ Çááøóåö Ýöíúåö ÇáúåõÏóì æóÇáäøõæÑõ ÝóÎõÐõæúÇ ÈößöÊóÇÈö Çááøóåö æóÇÓúÊóãúÓößõæÇ Èöåö


“Wahai manusia! Sesungguhnya aku manusia yang khawatir jika datang seorang Rasul Tuhanku, lantas aku memenuhi panggilannya, maka aku tinggalkan bagi kalian dua perkara yang berat; Yang pertama, Kitabullah (al-Qur’an) yang di dalamnya terdapat petunjuk dan cahaya. Maka, berpegang teguhlah kalian dengannya.”

Lantas, beliau -Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó- memberikan dorongan agar timbul kecintaan dalam hati kami terhadap kitabullah…(Shahih Muslim, no. 6378)

Dalam riwayat lain,


ßöÊóÇÈõ Çááøóåö Ýöíúåö ÇáúåõÏóì æóÇáäøõæúÑõ ãóäö ÇÓúÊóãúÓóßó Èöåö æóÃóÎóÐó Èöåö ßóÇäó Úóáóì ÇáúåõÏóì æóãóäú ÃóÎúØóÃóåõ Öóáøó


“Kitabullah, di dalamnya terdapat petunjuk dan cahaya. Barang siapa berpegang teguh dengannya maka ia telah mendapatkan petunjuk dan barang siapa yang menyelisihinya akan sesat.” (Shahih Muslim, no. 6380).

Di dalam riwayat Jabir -ÑóÖöíó Çááåõ Úóäúåõ- yang panjang ketika mensifati cara Nabi -Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó- menunaikan ibadah haji bahwa beliau -Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúå æóÓóáøóãó- bersabda dalam khutbahnya di hari Arafah,


æóÅöäøöì ÞóÏú ÊóÑóßúÊõ Ýöíßõãú ãóÇ áóäú ÊóÖöáøõæÇ ÈóÚúÏóåõ Åöäö ÇÚúÊóÕóãúÊõãú Èöåö ßöÊóÇÈó Çááøóåö


“Aku telah meninggalkan pada kalian sesuatu yang jika kalian berpegang teguh dengannya niscaya kalian tidak akan sesat selamanya, yaitu Kitabullah…” (HR. Abu Dawud, no.1907 )

Pembaca yang budiman…

Dari penyebutan beberapa ayat dan hadis di atas, jelaslah bahwa Allah -ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- dan Rasul-Nya -Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó- sedemikian tegas mendorong kita untuk mengikuti petunjuk al-Qur’an, dan hal itu merupakan kunci bagi kita untuk membuka pintu keselamatan dalam kehidupan kita. Karenanya, tidak sepatutnya kita meninggalkan al-Qur’an dan berpaling darinya. Karena, meninggalkan al-Quran dan berpaling darinya merupakan kezhaliman dan pelakunya terancam dengan keburukan.

Allah -ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- berfirman,


æóãóäú ÃóÙúáóãõ ãöãøóäú ÐõßøöÑó ÈöÂíóÇÊö ÑóÈøöåö ÝóÃóÚúÑóÖó ÚóäúåóÇ æóäóÓöíó ãóÇ ÞóÏøóãóÊú íóÏóÇåõ


“Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang telah diperingatkan dengan ayat-ayat Tuhannya, lalu dia berpaling darinya dan melupakan apa yang telah dikerjakan oleh kedua tangannya?” (al-Kahfi: 57)

Syaikh Muhammad al-Amin asy-Syinqithi menjelaskan ayat ini dan yang semisalnya, seraya berkata, “Allah -ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- menyebutkan ayat yang mulia ini dengan menjelaskan bahwa tidak seorang pun yang lebih berbuat aniaya terhadap dirinya sendiri selain dari orang yang jika disebutkan/diingatkan dengan ayat-ayat Tuhannya (al-Qur’an) lalu berpaling…

Dan apa yang disebutkan dalam ayat ini bahwa sebesar-besarnya perbuatan aniaya adalah berpaling dari ayat-ayat Allah, disebutkan pula di tempat lain tambahan keterangan tentang apa yang dihasilkan oleh perbuatan tercela ini.

Di antara akibat buruk mereka adalah bahwa orang tersebut tergolong manusia yang paling berbuat aniaya, Allah menutup hatinya sehingga tidak mengetahui kebenaran dan tidak memperoleh petunjuk selamanya.


ÅöäøóÇ ÌóÚóáúäóÇ Úóáóì ÞõáõæÈöåöãú ÃóßöäøóÉð Ãóäú íóÝúÞóåõæåõ æóÝöí ÂÐóÇäöåöãú æóÞúÑðÇ æóÅöäú ÊóÏúÚõåõãú Åöáóì ÇáúåõÏóì Ýóáóäú íóåúÊóÏõæÇ ÅöÐðÇ ÃóÈóÏðÇ


“Sungguh, Kami telah menjadikan hati mereka tertutup, (sehingga mereka tidak) memahaminya, dan (Kami letakkan pula) sumbatan di telinga mereka. Kendatipun engkau (Muhammad) menyeru mereka kepada petunjuk, niscaya mereka tidak akan mendapat petunjuk untuk selama-lamanya.” (al-Kahfi: 57).

Di antaranya juga bahwa siksaan Allah -ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- akan ditimpakan kepada orang yang berpaling dari peringatan. Sebagaimana firman-Nya,


æóãóäú ÃóÙúáóãõ ãöãøóäú ÐõßøöÑó ÈöÂíóÇÊö ÑóÈøöåö Ëõãøó ÃóÚúÑóÖó ÚóäúåóÇ ÅöäøóÇ ãöäó ÇáúãõÌúÑöãöíäó ãõäúÊóÞöãõæäó


“Dan siapakah yang lebih zhalim daripada orang yang telah diperingatkan dengan ayat-ayat Tuhannya, kemudian ia berpaling darinya? Sungguh, Kami akan memberikan balasan kepada orang-orang yang berdosa” (as-Sajdah: 22)

Di antaranya pula bahwa keadaan orang yang berpaling dari peringatan itu seperti himar (keledai). Sebagaimana Allah -ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- berfirman,


ÝóãóÇ áóåõãú Úóäö ÇáÊøóÐúßöÑóÉö ãõÚúÑöÖöíäó . ßóÃóäøóåõãú ÍõãõÑñ ãõÓúÊóäúÝöÑóÉñ


“Lalu mengapa mereka (orang-orang kafir) berpaling dari peringatan (Allah)? seakan-akan mereka keledai liar yang lari terkejut.” (al-Muddatsir: 49-50)

Di antaranya pula bahwa orang yang berpaling dari peringatan itu terancam dengan bencana petir seperti petir yang ditimpakan kepada kaum ‘Aad dan Tsamud. Sebagaimana firman-Nya,


ÝóÅöäú ÃóÚúÑóÖõæÇ ÝóÞõáú ÃóäúÐóÑúÊõßõãú ÕóÇÚöÞóÉð ãöËúáó ÕóÇÚöÞóÉö ÚóÇÏò æóËóãõæÏó


“Jika mereka berpaling maka katakanlah, “Aku telah memperingatkan kamu akan (bencana) petir seperti petir yang menimpa kaum ‘Aad dan kaum Tsamud.” (Fushshilat: 13)

Di antaranya pula bahwa orang yang berpaling dari peringatan itu akan menjalani kehidupan yang sempit dan kebutaan. Sebagaimana firman-Nya,


æóãóäú ÃóÚúÑóÖó Úóäú ÐößúÑöí ÝóÅöäøó áóåõ ãóÚöíÔóÉð ÖóäúßðÇ æóäóÍúÔõÑõåõ íóæúãó ÇáúÞöíóÇãóÉö ÃóÚúãóì


“Dan barang siapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sungguh, dia akan menjalani kehidupan yang sempit, dan Kami akan mengumpulkannya pada hari Kiamat dalam keadaan buta.” (Thaha: 124)

Di antaranya pula bahwa orang yang berpaling dari peringatan itu akan dimasukkan ke dalam azab yang amat berat. Sebagaimana firman-Nya,


æóãóäú íõÚúÑöÖú Úóäú ÐößúÑö ÑóÈøöåö íóÓúáõßúåõ ÚóÐóÇÈðÇ ÕóÚóÏðÇ


“Dan barang siapa berpaling dari peringatan Tuhannya, niscaya akan dimasukkan-Nya ke dalam azab yang sangat berat (Qs. al-Jinn : 17)

Di antaranya pula bahwa orang yang berpaling dari peringatan itu akan diadakan baginya setan sebagai teman karibnya yang menyesatkannya. Sebagaimana firman-Nya,


æóãóäú íóÚúÔõ Úóäú ÐößúÑö ÇáÑøóÍúãóäö äõÞóíøöÖú áóåõ ÔóíúØóÇäðÇ Ýóåõæó áóåõ ÞóÑöíäñ


“Dan barang siapa yang berpaling dari pengajaran Allah Yang Maha Pengasih (al-Qur’an), Kami biarkan setan (menyesatkannya) dan menjadi teman karibnya.” (az-Zukhruf: 36)

Dan banyak akibat lain dari yang disebutkan di atas yang merupakan akibat buruk dan siksa yang pedih akibat berpaling dari peringatan ayat-ayat Allah -ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-. (Adh-waul Bayan, 3/309-310)

Akhirnya, kita mohon kepada Allah -ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- agar menjauhkan kita dari hal-hal yang dibenci-Nya, semisal berpaling dari peringatan ayat-ayat-Nya, dan lain sebagainya. Dan, menunjukkan kita kepada hal-hal yang diridha-Nya, semisal memahami kitab-Nya, mengikuti petunjuk-petunjuk ayat-ayat-Nya, dan menegakkan hukumnya sepanjang siang dan malam sesuai dengan yang diinginkan-Nya. Sesungguhnya Dia-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- Maha Mulia dan Maha Memberi. Amin. Wallahu A’lam. (Redaksi).

Referensi :

1. Adh-waul Bayan Fii Idhahi al-Qur’an bil Qur’an, Muhammad al-Amin asy-Syinqithi.
2. An-Nashihah Li Kitabillah, Dr. Hafizh bin Muhammad al-Hikami.
3. At-Tafsir Al-Muyassar, Dr. Hikmat Basyir et. al.
4. Ma’alim At-Tanzil, al-Husain bin Mas’ud al-Baghawi.
5. Shahih Muslim, Muslim bin al-Hajjaj an-Naisaburi.
6. Sunan Abi Dawud, Sulaiman bin al-Asy’ats as-Sijistani.
7. Tafsir al-Qur’an al-‘Azhim, Ismail bin Umar bin Katsir ad-Dimasyqi.

Hikmah Al-Quran & Mutiara Hadits : index.php
Versi Online : index.php/?pilih=lihatannur&id=917