Artikel : Bulein Annur - Hikmah Al-Quran & Mutiara Hadits

Jalan Pintas Menuju Kemuliaan Akhlak

Jumat, 30 Juli 21
Jalan Pintas Menuju Kemuliaan Akhlak

Sesungguhnya berbicara adalah pekerjaan yang tidak membuat orang lelah. Oleh karena itu, sangat mudah sekali seseorang berbicara dengan lisannya dan sangat mudah sekali setan memperdaya untuk banyak bicara, menghancurkan harga diri manusia, dan terjerumus dalam ghibah (menggunjing), namimah (mengadu domba), dan lain sebagainya. Karena setan telah mengancam Adam –Úóáóíúåö ÇáÓøóáóÇãõ- dan anak keturunannya, sebagaimana yang telah Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-kabarkan dalam firman-Nya,


ÞóÇáó ÑóÈøö ÈöãóÇ ÃóÛúæóíúÊóäöí áóÃõÒóíøöäóäøó áóåõãú Ýöí ÇáúÃóÑúÖö æóáóÃõÛúæöíóäøóåõãú ÃóÌúãóÚöíäó [ÇáÍÌÑ : 39]


Iblis berkata : Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, pasti Aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan maksiat) di muka bumi, dan pasti Aku akan menyesatkan mereka semuanya (Qs. al-Hijr : 39)

Suatu hal yang maklum, bahwa tipu daya setan sangatlah lemah. Dengan demikian, dia tidak mampu menguasai seluruh manusia secara mutlak, melainkan hanya mampu menguasai orang-orang yang bukan mukhlis. Oleh karena itu, ketika iblis mengancam anak keturunan Adam dia berkata, -sebagaimana yang telah Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-kabarkan kepada kita-:


ÅöáøóÇ ÚöÈóÇÏóßó ãöäúåõãõ ÇáúãõÎúáóÕöíäó [ÇáÍÌÑ : 40]


Kecuali hamba-hamba Engkau yang mukhlis [1] di antara mereka." (Qs. al-Hijr : 40)

Jadi, wajib atas manusia untuk mewaspadai tipu daya setan dan mengerahkan semua kemampuan untuk menjadi hamba-hamba Allah yang mukhlis. Wajib atas manusia untuk mengetahui, bahwa banyak berbicara dapat menjerumuskannya pada kesalahan. Karena setiap kalimat yang dia ucapkan akan diperhitungkan, sebagaimana yang telah Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-kabarkan dalam firman-Nya :


ãóÇ íóáúÝöÙõ ãöäú Þóæúáò ÅöáøóÇ áóÏóíúåö ÑóÞöíÈñ ÚóÊöíÏñ [Þ : 18]


Tiada suatu ucapan pun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat Pengawas yang selalu hadir (Qs. Qaaf : 18)

Oleh karena itu, Rasulullah-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-mengancam kita dari syahwat ucapan, sebagaimana yang telah disebutkan dalam hadis di bawah ini :


Úóäú ÃóÈöí åõÑóíúÑóÉó ÞóÇáó : ÓõÆöáó ÑóÓõæúáõ Çááåö Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æó Óóáøóãó Úóäú ÃóßúËóÑö ãóÇ íõÏúÎöáõ ÇáäøóÇÓõ ÇáúÌóäøóÉó ¿ ÝóÞóÇáó ÊóÞúæóì Çááåö æóÍõÓúäõ ÇáúÎõáõÞö æóÓõÆöáó Úóäú ÃóßúËóÑö ãóÇ íõÏúÎöáõ ÇáäøóÇÓó ÇáäøóÇÑó ÝóÞóÇáó ÇóáúÝóãõ æóÇáúÝóÑúÌõ


Dari Abu Hurairah-ÑóÖöíó Çááåõ Úóäúåõ-berkata : Rasulullah-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-pernah ditanya


tentang perkara yang paling banyak menyebabkan manusia masuk Surga. Beliau-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-menjawab : Takwa kepada Allah dan akhlak yang mulia.
Beliau-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-juga pernah ditanya tentang perkara yang paling banyak menyebabkan manusia masuk Neraka. Beliau -Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó – menjawab : "Mulut dan kemaluan." [2]

Beliau-Õóáøóì Çááåñ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó- juga bersabda,


ãóäú íóÖúãóäú áöí ãóÇ Èóíúäó áóÍúíóíúåö æóãóÇ Èóíúäó ÑöÌúáóíúåö ÃóÖúãóäú áóåõ ÇáúÌóäøóÉó


Siapa yang menjamin apa yang ada di antara dua rahangnya (mulut) dan yang ada di antara dua kakinya (kemaluan) untukku, maka aku akan menjamin surga untuknya. [3]

Yang ada di antara dua rahangnya adalah mulut dan yang ada di antara dua kakinya adalah kemaluan. Dengan demikian, apabila seseorang bangun pagi, seluruh anggota tubuh (kedua tangan, kedua kaki, kedua mata...) akan mengingkari lisan. Karena terkadang lisan mengucapkan suatu kalimat yang tidak dipikirkan lagi lalu menjerumuskannya ke dalam api Neraka. `

Mari kita perhatikan dengan seksama percakapan yang terjadi antara Muadz bin Jabal-ÑóÖöíó Çááåõ Úóäúåõ – dan Rasulullah-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-, nicaya kita akan banyak mendapatkan pelajaran dan nasehat :


Úóäú ãõÚóÇÐö Èúäö ÌóÈóáò ÞóÇáó : ßõäúÊõ ãóÚó ÇáäøóÈöíøö Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æó Óóáøóãó Ýöí ÓóÝóÑò ÝóÃóÕúÈóÍúÊõ íóæúãðÇ ÞóÑöíúÈðÇ ãöäúåõ æóäóÍúäõ äóÓöíúÑõ ÝóÞõáúÊõ íóÇ ÑóÓõæúáó Çááåö ÃóÎúÈöÑúäöí ÈöÚóãóáò íõÏúÎöáõäöí ÇáúÌóäøóÉó æóíõÈóÇÚöÏõäöí ãöäó ÇáäøóÇÑö ÞóÇáó áóÞóÏú ÓóÃóáúÊóäöí Úóäú ÚóÙöíúãò æóÅöäøóåõ áóíóÓöíúÑñ Úóáóì ãóäú íóÓøóÑóåõ Çááåõ Úóáóíúåö ÊóÚúÈõÏõ Çááåó æóáóÇ ÊõÔúÑößú Èöåö ÔóíúÆðÇ æóÊõÞöíúãõ ÇáÕøóáóÇÉó æóÊõÄúÊöí ÇáÒøóßóÇÉó æóÊóÕõæúãõ ÑóãóÖóÇäó æóÊóÍõÌøõ ÇáúÈóíúÊó Ëõãøó ÞóÇáó ÃóáóÇ ÃóÏõáøõßó Úóáóì ÃóÈúæóÇÈö ÇáúÎóíúÑö ÇóáÕøóæúãõ ÌõäøóÉñ æóÇáÕøóÏóÞóÉõ ÊõØúÝöÆõ ÇáúÎóØöíúÆóÉó ßóãóÇ ÊõØúÝöÆõ ÇáúãóÇÁõ ÇáäøóÇÑó æóÕóáóÇÉõ ÇáÑøóÌõáö ãöäú ÌóæúÝö Çááøóíúáö ÞóÇáó Ëõãøó ÊóáóÇ { ÊóÊóÌóÇÝóì ÌõäõæúÈõåõãú Úóäö ÇáúãóÖóÇÌöÚö } ÍóÊøóì ÈóáóÛó { íóÚúãóáõæúäó } Ëõãøó ÞóÇáó ÃóáóÇ ÃõÎúÈöÑõßó ÈöÑóÃúÓö ÇúáÃóãúÑö ßõáøöåö æóÚóãõæúÏöåö æóÐöÑúæóÉö ÓóäóÇãöåö ¿ ÞõáúÊõ Èóáóì íóÇ äóÈöíøó Çááåö ÞóÇáó ÑóÃúÓõ ÇúáÃóãúÑö ÇóáúÅöÓúáóÇãõ æóÚóãõæúÏõåõ ÇóáÕøóáóÇÉõ æóÐöÑúæóÉõ ÓóäóÇãöåö ÇóáúÌöåóÇÏõ Ëõãøó ÞóÇáó : ÃóáóÇ ÃõÎúÈöÑõ ßó ÈöãóáóÇßö Ðóáößó ßõáøöåö ¿ ÞõáúÊõ : Èóáóì íóÇ äóÈöíøó Çááåö.ÞóÇáó : ÑóÃúÓõ ÇúáÃóãúÑö ÇáÅöÓúáóÇãõ, æóÚóãõæúÏõåõ ÇáÕøóáóÇÉõ, æóÐöÑúæóÉõ ÓóäóÇãöåö ÇáúÌöåóÇÏõ. Ëõãøó ÞóÇáó : ÃóáóÇ ÃõÎúÈöÑõ ßó ÈöãóáóÇßö Ðóáößó ßõáøöåö ÞõáúÊõ : Èóáóì íóÇ äóÈöíøó Çááåö.
ÝóÃóÎóÐó ÈöáöÓóÇäöåö ÞóÇáó ßõÝøó Úóáóíúßó åóÐóÇ ÝóÞõáúÊõ íóÇ äóÈöíøó Çááåö æóÅöäøóÇ áóãõÄóÇÎóÐõæúäó ÈöãóÇ äóÊóßóáøóãõ Èöåö ¿ ÝóÞóÇáó ËóßöáóÊúßó Ãõãøõßó íóÇ ãõÚóÇÐõ æóåóáú íóßõÈøõ ÇáäøóÇÓó Ýöí ÇáäøóÇÑö Úóáóì æõÌõæúåöåöãú Ãóæú Úóáóì ãóäóÇÎöÑöåöãú ÅöáøóÇ ÍóÕóÇÆöÏõ ÃóáúÓöäóÊöåöãú !


Dari Muadz bin Jabal-ÑóÖöíó Çááåõ Úóäúåõ –berkata, aku pernah bersafar bersama Nabi –Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-. Pada suatu hari aku berdekatan dengan beliau sambil berjalan bersama. Aku berkata kepada beliau : Wahai Rasulullah, kabarkanlah kepadaku tentang suatu amalan yang dapat memasukanku ke Surga dan menjauhkanku dari api Neraka! Beliau bersabda, "Sungguh kamu telah bertanya kepadaku tentang perkara yang besar, padahal perkara itu sangat mudah untuk diamalkan bagi orang yang Allah berikan kemudahan : (hendaknya) Kamu menyembah Allah dan tidak berbuat kesyirikan kepadanya sedikitpun, kamu melaksanakan shalat, kamu membayar zakat, kamu berpuasa pada bulan Ramadhan, dan kamu melaksanakan ibadah haji ." Kemudian beliau bersabda, Maukah kamu aku tunjukkan pintu-pintu kebaikan ? Puasa adalah tameng, sedekah dapat memadamkan dosa sebagaimana air dapat memadamkan api, dan shalat seseorang di tengah malam."
Kemudian Muadz berkata : Kemudian beliau membaca :


ÊóÊóÌóÇÝóì ÌõäõæúÈõåõãú Úóäö ÇáúãóÖóÇÌöÚö


Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya [4]...(Qs. as-Sajdah : 16) Lalu beliau bersabda, "Maukah kamu aku kabarkan tentang pokok perkara itu semua, tiangnya, juga puncaknya ? " Aku menjawab : Tentu wahai Rasulullah. Beliau bersabda, "Pokok perkara adalah Islam, tiangnya adalah shalat, dan puncaknya adalah jihad." Kemudian beliau bersabda, "Maukah kamu aku kabarkan tentang penentu perkara itu semua ?" Aku menjawab, Tentu wahai Nabiyullah. Lalu beliau menunjuk lisannya seraya bersabda, "Tahanlah ini olehmu !" Aku berkata, Wahai Nabiyullah, apakah kami akan disiksa oleh karena perkataan-perkataan yang kami ucapkan ? Beliau menjawab : "Celakalah kamu wahai Muadz, tidak ada perkara yang menjerumuskan manusia ke dalam Neraka di atas wajah atau hidung mereka melainkan hasil panen lisan (perkataan-perkataan) mereka [5]

Hadis di atas menunjukkan tentang bahaya melepaskan lisan dan pentingnya berpikir sebelum kamu ingin berbicara, apakah ucapan itu baik atau buruk ? Jika ucapan itu baik, maka bicaralah ! Jika ucapan itu buruk, maka diam dan berlindunglah kepada Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-dari setan yang terkutuk ! Kemudian, jika ucapan itu adalah laghwu yaitu ucapan yang tidak ada faedahnya, maka diamlah dan jangan ikut bicara ! Karena berbicara tentang hal yang laghwu sering menjerumuskan pelakunya dalam kesalahan.

Contoh : Apabila kamu ingin menceritakan tentang kejadian tertentu kepada temanmu yang pada akhirnya tidak membuahkan hasil sedikitpun, maka bisa saja kamu menambah-nambahkan kejadian tadi atau menguranginya. Selanjutnya kamu terjerumus pada kedustaan.

Dengan demikian, jika kamu meninggalkan perkataan yang laghwi, maka kamu akan termasuk dari para hamba-hamba Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- yang telah disifatkan-Nya dalam surat al-Furqan, Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-berfirman,


æóÇáøóÐöíäó áóÇ íóÔúåóÏõæäó ÇáÒøõæÑó æóÅöÐóÇ ãóÑøõæÇ ÈöÇááøóÛúæö ãóÑøõæÇ ßöÑóÇãðÇ [ÇáÝÑÞÇä : 72]


Dan orang-orang yang tidak memberikan persaksian palsu, dan apabila mereka bertemu dengan (orang-orang) yang mengerjakan perbuatan-perbuatan yang tidak berfaedah, mereka lalui (saja) dengan menjaga kehormatan dirinya (Qs. al-Furqan : 72)

Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-juga menjadikan meninggalkan perkataan yang laghwu termasuk dari sifat-sifat hamba-hamba-Nya yang mukmin, sebagaimana yang telah disebutkan dalam firman-Nya,


ÞóÏú ÃóÝúáóÍó ÇáúãõÄúãöäõæäó (1) ÇáøóÐöíäó åõãú Ýöí ÕóáóÇÊöåöãú ÎóÇÔöÚõæäó (2) æóÇáøóÐöíäó åõãú Úóäö ÇááøóÛúæö ãõÚúÑöÖõæäó (3) [ÇáãÄãäæä : 1 - 3]


Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyu' dalam shalatnya, dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tidak berguna." (Qs. al-Mukminun : 1-3)

Rasulullah-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-pernah menasehati Abu Dzar-ÑóÖöíó Çááåõ Úóäúåõ-untuk banyak diam, beliau bersabda, "Wahai Abu Dzar, maukah kamu aku tunjukkan kepada ibadah yang paling afdhal, yang paling mudah dilakukan oleh badan, yang paling berat di dalam timbangan, dan yang paling ringan diucapkan oleh lisan ? " Aku pun menjawab : Tentu, ibu dan ayahku jadi jaminanmu. Beliau-Õøáóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-bersabda, "Hendaknya kamu banyak diam dan selalu berakhlak mulia ! Wahai Abu Dzar. Sesungguhnya kamu tidak akan mengamalkan suatu amalan yang (pahalanya) sama dengan keduanya. [6]
Dengan demikian, banyak diam dan akhlak yang mulia adalah dua sifat yang tidak ada tandingannya di dalam kesempurnaan dan tatakrama masa kini bahkan dalam kemajuan sosial. Sedangkan banyak bicara adalah ciri-ciri akhlak yang jelek, karena dapat menyebabkan kedustaan, hancurnya harga diri orang lain, dan sifat-sifat tercela lainnya.

Oleh karena itu, -sebagaimana yang telah dijelaskan pada hadis yang lalu-Rasulullah-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó –telah mengkategorikan banyak berbicara termasuk sebab jauhnya (kedudukan) seseorang dari beliau pada hari Kiamat. Beliau-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó –bersabda,


æóÃóÈúÚóÏóßõãú ãöäøöí ãóÌúáöÓðÇ íóæúãó ÇáúÞöíóÇãóÉö ÇáËøóÑúËóÇÑõæúäó æóÇáúãõÊóÔóÏøöÞõæúäó æóÇáúãõÊóÝóíúåöÞõæúäó


Orang yang paling jauh dariku tempat duduknya pada hari Kiamat adalah ats-Tsartsaarun (orang yang banyak berbicara), al-Mutasyaddiqun (orang yang sok fasih ketika berbicara), dan al-Mutafaihiqun (orang-orang yang sombong) [7]

Maka, waspadailah banyak bicara ! Berpikirlah selalu sebelum kamu berucap ! Ingatlah hadis Rasulullah-Õøáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó - :



ãóäú ßóÇäó íõÄúãöäõ ÈöÇááøóåö æóÇáúíóæúãö ÇáúÂÎöÑö ÝóáúíóÞõáú ÎóíúÑðÇ Ãóæú áöíóÕúãõÊú


Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari Akhir, maka hendaknya dia mengucapkan hal yang baik atau hendaknya diam [8]

Dari Mughirah bin Syu'bah-ÑóÖöíó Çááåõ Úóäúåõ-berkata,


ßóÇäó íóäúåóì Úóäú Þöíáó æóÞóÇáó æóßóËúÑóÉö ÇáÓøõÄóÇáö æóÅöÖóÇÚóÉö ÇáúãóÇáö


Nabi-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó –melarang : (1) Katanya dan katanya (menyebar isu), (2) banyak meminta (atau bertanya), dan menyia-nyiakan harta [9]

Wallahu A'lam
(Redaksi)

Sumber :
Ath-Thariiq Ilaa Husni al-Khuluq, Ummu Anas Sumayyah bintu Muhammad al-Anshariyyah, ei, hal. 28-35

Catatan :
[1] Yang dimaksud dengan mukhlis ialah orang-orang yang telah diberi taufiq untuk mentaati segala petunjuk dan perintah Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-.
[2] Hasan, diriwayatkan oleh Imam at-Tirmidzi (4/2004), Imam Ibnu Majah, no. 4246, Imam Ahmad no. 7847, 88852, 9403. Telah dishahihkan oleh Syaikh al-Albani –ÑóÍöãóåõ Çááåõ-.
[3] Shahih, diriwayatkan oleh imam al-Bukhari no. 6474, dari Sahl bin Sa'ad-ÑóÖöíó Çááåõ Úóäúåõ-.
[4] Maksudnya, mereka tidak tidur di waktu biasanya orang tidur untuk mengerjakan shalat malam.
[5] Shahih dengan jalur-jalurnya, diriwayatkan oleh imam at-Tirmidzi no. 2616, Imam al-Hakim dalam al-Mustadrak beliau berkata : Shahih menurut syarat Imam al-Bukhari dan imam Muslim (2/412-413). Imam Ahmad (5/230, 236, 237, 245), Imam Ibnu Hibban no. 214.
[6] Hasan, diriwayatkan oleh imam Abu Ya'la dalam al-Musnad (6/3298), al-Bazzar no. 3573. Lihat As-Silsilah Ash-Shahihah karya Syaikh Al-Albani no. 1938
[7] Shahih, diriwayatkan oleh Imam At-Tirmidzi (4/2017) dan dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam kitab Shahih Tirmidzi no. 1642.
[8] Shahih, diriwayatkan oleh imam al-Bukhari no. 6475, Imam Muslim no. 47 dari Abu Hurairah-ÑóÖöíó Çááåõ Úóäúåõ -.
[9] Shahih, diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari no. 7292.



Hikmah Al-Quran & Mutiara Hadits : index.php
Versi Online : index.php/?pilih=lihatannur&id=932