Artikel : Bulein Annur - Hikmah Al-Quran & Mutiara Hadits

Air Hujan dan Pelajaran

Selasa, 09 Nopember 21

Air Dibutuhkan Setiap Makhluk
Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-berfirman,


æóÌóÚóáúäóÇ ãöäó ÇáúãóÇÁö ßõáøó ÔóíúÁò Íóíøò ÃóÝóáóÇ íõÄúãöäõæäó [ÇáÃäÈíÇÁ : 30]


Dan Kami jadikan segala sesuatu yang hidup berasal dari air; maka mengapa mereka tidak beriman ? (al-Anbiya ‘ : 30)

Maka, seluruh makhluk tidak ada yang tidak membutuhkan air. Dan, air hujan termasuk sumber air nan segar di bumi yang sangat dibutuhkan oleh makhluk hidup, seperti manusia, hewan, tumbuhan, dan lain sebagainya. Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-berfirman,


Ãóæóáóãú íóÑóæúÇ ÃóäøóÇ äóÓõæÞõ ÇáúãóÇÁó Åöáóì ÇáúÃóÑúÖö ÇáúÌõÑõÒö ÝóäõÎúÑöÌõ Èöåö ÒóÑúÚðÇ ÊóÃúßõáõ ãöäúåõ ÃóäúÚóÇãõåõãú æóÃóäúÝõÓõåõãú ÃóÝóáóÇ íõÈúÕöÑõæäó [ÇáÓÌÏÉ : 27]


Dan tidakkah mereka memperhatikan, bahwa Kami mengarahkan (awan yang mengandung) air ke bumi yang tandus, lalu Kami tumbuhkan (dengan air hujan itu) tanaman-tanaman sehingga hewan-hewan ternak mereka dan mereka sendiri dapat makan darinya. Maka mengapa mereka tidak memperhatikan ? (as-Sajdah : 27)

Air Mubarak
Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-mensifati air hujan ini dengan ãóÇÁð ãõÈóÇÑóßðÇ (Maa-an Mubaa-rakan) dalam firman-Nya,


æóäóÒøóáúäóÇ ãöäó ÇáÓøóãóÇÁö ãóÇÁð ãõÈóÇÑóßðÇ ...[Þ : 9]


Dan dari langit Kami turunkan air yang memberi berkah...(Qaf : 9)

Yakni, air yang bermanfaat, bahkan banyak kebaikannya dan banyak pula manfaatnya (Lihat, Tafsir Ibnu Katsir, 7/396 dan Tafsir Abu Sa’ud, 8/127). Dan, di dalamnya terdapat (sumber) kehidupan segala sesuatu, itulah dia air hujan (Lihat, Tafsir al-Baghawiy, 7/357).

Hikmah Turunnya Hujan
Diturunkannya air hujan dari langit terdapat beberapa hikmah yang agung.
Ibnul Qayyim-ÑóÍöãóåõ Çááåõ – mengatakan, “Renungkanlah hikmah yang mendalam yang terdapat di dalam peristiwa turunnya hujan ke bumi dari arah atas untuk menyirami keseluruhan bagian bumi, baik di bagian pegunungan, dataran tinggi, lembah, atau pun dataran rendah dan lain sebagainya. Andai kata Rabb-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-yang mengaturnya menurunkan hujan itu hanya pada bagian tertentu saja dari bumi niscaya air tidak akan datang dari arah dataran tinggi kecuali bila air itu terkumpul di bagian bawah dan air tersebut banyak. Hal tersebut tentu saja akan menimbulkan kerusakan. Maka, termasuk hikmah-Nya adalah bahwa Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-menyiramkannya dari atasnya, Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- menciptakan awan, kemudian Dia-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-mengirimkan angin, lalu angin tersebut membawa air dari laut dan mengawinkannya dengan awan seperti halnya hewan jantan mengawani hewan betina...” Selesai perkataan beliau (Miftah Daar as-Sa’adah, 1/323)

Awan Pengingat Adzab
Pada ghalibnya keadaan langit sebelum turunnya hujan terlihat mendung atau berawan. Ketika melihat hal itu, Rasulullah-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó- berubah keadaannya. Istri tercinta beliau ‘Aisyah-ÑóÖöíó Çááåõ ÚóäúåóÇ – menuturkan,


ßóÇäó ÇáäøóÈöíøõ Õóáøóì Çááøóåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó ÅöÐóÇ ÑóÃóì ãóÎöíáóÉð Ýöí ÇáÓøóãóÇÁö ÃóÞúÈóáó æóÃóÏúÈóÑó æóÏóÎóáó æóÎóÑóÌó æóÊóÛóíøóÑó æóÌúåõåõ ÝóÅöÐóÇ ÃóãúØóÑóÊú ÇáÓøóãóÇÁõ ÓõÑøöíó Úóäúåõ ÝóÚóÑøóÝóÊúåõ ÚóÇÆöÔóÉõ Ðóáößó ÝóÞóÇáó ÇáäøóÈöíøõ Õóáøóì Çááøóåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó ãóÇ ÃóÏúÑöí áóÚóáøóåõ ßóãóÇ ÞóÇáó Þóæúãñ {ÝóáóãøóÇ ÑóÃóæúåõ ÚóÇÑöÖðÇ ãõÓúÊóÞúÈöáó ÃóæúÏöíóÊöåöãú} ÇáúÂíóÉó


Adalah Nabi-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-ketika melihat mendung di langit beliau mondar mandir, masuk dan keluar, dan roman muka beliau-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó- berubah. Lalu, apabila langit mengucurkan air hujan, tesingkaplah rasa takut dari wajah beliau.
(Atha ibnu Abi Rabah, rawi yang meriwayatkan hadis ini dari ‘Aisyah mengatakan), ‘Maka Aisyah pun tahu sebab hal itu. Maka, Nabi Õóáøóì Çááøóåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó mengatakan (kepadanya), “Aku tidak tahu, barang kali saja hal itu seperti kata suatu kaum, (yang Allah sebutkan dalam firman-Nya)
ÝóáóãøóÇ ÑóÃóæúåõ ÚóÇÑöÖðÇ ãõÓúÊóÞúÈöáó ÃóæúÏöíóÊöåöãú [ÇáÃÍÞÇÝ : 24]
Maka ketika mereka melihat adzab itu berupa awan yang menuju ke lembah-lembah mereka...sampai akhir ayat...(HR. al-Bukhari)

Demikianlah, kondisi langit berawan atau mendung sebelum turunnya hujan menjadikan beliau - Õóáøóì Çááøóåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó- teringat dengan adzab Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-yang pernah ditimpakan-Nya kepada suatu kaum.

Adapun suatu kaum yang beliau Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãómaksudkan adalah kaum ‘Ad, yaitu kaum Nabi Hud-Úóáóíúåö ÇáÓøóáóÇãõ-.

Dan, perubahan roman muka beliau Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó ketika melihat hal tersebut adalah karena beliau Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó takut umatnya tertimpa hukuman suatu dosa yang bersifat umum sebagaimana azab yang pernah menimpa orang-orang yang mengatakan, åóÐóÇ ÚóÇÑöÖñ ãõãúØöÑõäóÇ “Inilah awan yang akan menurunkan hujan kepada kita.” (yakni, kaum ‘Ad, kaum Nabi Hud-Úóáóíúåö ÇáÓøóáóÇãõ-).(Umdatul Qari Syarah Shahih al-Bukhari, 22/442)

Apa adzab yang pernah menimpa kaum ‘Ad, orang-orang yang mengatakan perkataan ini, “Inilah awan yang akan menurunkan hujan kepada kita.” ?

Tentang adzab yang menimpa kaum ‘Ad, orang-orang yang mengatakan perkataan ini dan betapa dahsyat dampak dari azab tersebut, Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-berfirman,


ÝóáóãøóÇ ÑóÃóæúåõ ÚóÇÑöÖðÇ ãõÓúÊóÞúÈöáó ÃóæúÏöíóÊöåöãú ÞóÇáõæÇ åóÐóÇ ÚóÇÑöÖñ ãõãúØöÑõäóÇ Èóáú åõæó ãóÇ ÇÓúÊóÚúÌóáúÊõãú Èöåö ÑöíÍñ ÝöíåóÇ ÚóÐóÇÈñ Ãóáöíãñ (24) ÊõÏóãøöÑõ ßõáøó ÔóíúÁò ÈöÃóãúÑö ÑóÈøöåóÇ ÝóÃóÕúÈóÍõæÇ áóÇ íõÑóì ÅöáøóÇ ãóÓóÇßöäõåõãú ßóÐóáößó äóÌúÒöí ÇáúÞóæúãó ÇáúãõÌúÑöãöíäó (25) [ÇáÃÍÞÇÝ : 24 - 26]


Maka ketika mereka melihat azab itu berupa awan yang menuju ke lembah-lembah mereka, mereka berkata, “Inilah awan yang akan menurunkan hujan kepada kita.” (Bukan!) Tetapi itulah adzab yang kamu minta agar disegerakan datangnya, (yaitu) angin yang mengandung azab yang pedih.
Yang menghancurkan segala sesuatu dengan perintah Tuhannya, sehinga mereka (kaum ‘Ad) menjadi tidak tampak lagi (di bumi) kecuali hanya (bekas-bekas) tempat tinggal mereka. Demikianlah Kami memberi balasan kepada kaum yang berdosa (al-Ahqaf : 24-25)

Yakni, inilah ketentuan hukum Kami bagi orang-orang yang mendustakan para utusan Kami dan menyelisihi perintah Kami. (Tafsir Ibnu Katsir, 7/286).

Kaum ‘Ad, adalah contoh kaum yang mendustakan utusan Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-dan menyelisihi perintah-Nya. Kesyirikan adalah salah satu contoh pendustaan dan penyelisihan yang dilakukan oleh mereka. Perhatikanlah firman Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-berikut ini,


æóÇÐúßõÑú ÃóÎóÇ ÚóÇÏò ÅöÐú ÃóäúÐóÑó Þóæúãóåõ ÈöÇáúÃóÍúÞóÇÝö æóÞóÏú ÎóáóÊö ÇáäøõÐõÑõ ãöäú Èóíúäö íóÏóíúåö æóãöäú ÎóáúÝöåö ÃóáøóÇ ÊóÚúÈõÏõæÇ ÅöáøóÇ Çááøóåó Åöäøöí ÃóÎóÇÝõ Úóáóíúßõãú ÚóÐóÇÈó íóæúãò ÚóÙöíãò (21) ÞóÇáõæÇ ÃóÌöÆúÊóäóÇ áöÊóÃúÝößóäóÇ Úóäú ÂáöåóÊöäóÇ ÝóÃúÊöäóÇ ÈöãóÇ ÊóÚöÏõäóÇ Åöäú ßõäúÊó ãöäó ÇáÕøóÇÏöÞöíäó (22) [ÇáÃÍÞÇÝ : 21 ¡ 22 [


Dan ingatlah (Hud) saudara kaum ‘Ad, yaitu ketika dia mengingatkan kaumnya tentang bukit-bukit pasir, dan sesungguhnya telah berlalu beberapa orang pemberi peringatan sebelumnya dan setelahnya (dengan berkata), ‘Janganlah kalian menyembah selain Allah, aku sungguh khawatir nanti kamu ditimpa azab pada hari yang besar.”
Mereka menjawab, “Apakah engkau datang kepada kami untuk memalingkan kami dari (menyembah) tuhan-tuhan kami ? Maka datangkanlah kepada kami azab yang telah engkau ancamkan kepada kami, jika engkau termasuk orang yang benar.” (al-Ahqaf : 21-22)

Kaum yang Diazab dengan Hujan atau Air
Kaum ‘Ad juga merupakan salah satu contoh kaum yang diadzab oleh Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-dengan hujan. Contoh kaum yang lainnya, yaitu, Kaum Nabi Nuh-Úóáóíúåö ÇáÓøóáóÇãõ-, kaum Nabi Luth-Úóáóíúåö ÇáÓøóáóÇãõ- dan Kaum Saba.
Kaum-kaum ini juga mendustakan utusan Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-dan menyelisihi perintah-Nya-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-.

Tentang kaum Nabi Nuh-Úóáóíúåö ÇáÓøóáóÇãõ-, Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-berfirman,


ßóÐøóÈóÊú ÞóÈúáóåõãú Þóæúãõ äõæÍò ÝóßóÐøóÈõæÇ ÚóÈúÏóäóÇ æóÞóÇáõæÇ ãóÌúäõæäñ æóÇÒúÏõÌöÑó (9) ÝóÏóÚóÇ ÑóÈøóåõ Ãóäøöí ãóÛúáõæÈñ ÝóÇäúÊóÕöÑú (10) ÝóÝóÊóÍúäóÇ ÃóÈúæóÇÈó ÇáÓøóãóÇÁö ÈöãóÇÁò ãõäúåóãöÑò (11) æóÝóÌøóÑúäóÇ ÇáúÃóÑúÖó ÚõíõæäðÇ ÝóÇáúÊóÞóì ÇáúãóÇÁõ Úóáóì ÃóãúÑò ÞóÏú ÞõÏöÑó (12) æóÍóãóáúäóÇåõ Úóáóì ÐóÇÊö ÃóáúæóÇÍò æóÏõÓõÑò (13) ÊóÌúÑöí ÈöÃóÚúíõäöäóÇ ÌóÒóÇÁð áöãóäú ßóÇäó ßõÝöÑó (14) æóáóÞóÏú ÊóÑóßúäóÇåóÇ ÂíóÉð Ýóåóáú ãöäú ãõÏøóßöÑò (15) ÝóßóíúÝó ßóÇäó ÚóÐóÇÈöí æóäõÐõÑö (16) [ÇáÞãÑ : 9 - 61]


Sebelum mereka, kaum Nuh juga telah mendustakan (rasul), maka mereka mendustakan hamba Kami (Nuh) dan mengatakan, “Dia orang gila !” Lalu diusirnya dengan ancaman.
Maka dia (Nuh) mengadu kepada Tuhannya, “Sesungguhnya aku telah dikalahkan, maka tolonglah (aku).”
Lalu Kami bukakan pintu-pintu langit dengan (menurunkan) air yang tercurah.
Dan Kami jadikan bumi menyemburkan mata-mata air maka bertemulah (air-air) itu sehingga (meluap menimbulkan) keadaan (bencana) yang telah ditetapkan.
Dan Kami angkut dia (Nuh) ke atas (kapal) yang terbuat dari papan dan pasak,
Yang berlayar dengan pemeliharaan (pengawasan) Kami sebagai balasan bagi orang yang telah diingkari (kaumnya)
Dan sungguh, kapal itu telah kami jadikan sebagai tanda (pelajaran). Maka adakah orang yang mau mengambil pelajaran ?
Maka betapa dahsyatnya azab-Ku dan peringatan-Ku! (al-Qamar : 9-16)

Tentang kaum Nabi Luth-Úóáóíúåö ÇáÓøóáóÇãõ- , Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-berfirman,


ßóÐøóÈóÊú Þóæúãõ áõæØò ÇáúãõÑúÓóáöíäó [ÇáÔÚÑÇÁ : 160]


Kaum Luth telah mendustakan para rasul (asy-Syu’ara : 160)
...sampai dengan firmanNya...


æóÃóãúØóÑúäóÇ Úóáóíúåöãú ãóØóÑðÇ ÝóÓóÇÁó ãóØóÑõ ÇáúãõäúÐóÑöíäó [ÇáÔÚÑÇÁ : 173]


Dan Kami hujani mereka, maka betapa buruk hujan yang menimpa orang-orang yang telah diberi peringatan itu. (asy-Syu’ara : 173)

Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-telah mengirimkan kepada mareka batu dari sijjil karena pendustaan mereka terhap rasul yang diutus kepada mereka (Tafsir al-Qurthubiy, 13/133 dan Ibnu Katsir, 6/21)
Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-berfirman,


ÝóÌóÚóáúäóÇ ÚóÇáöíóåóÇ ÓóÇÝöáóåóÇ æóÃóãúØóÑúäóÇ Úóáóíúåöãú ÍöÌóÇÑóÉð ãöäú ÓöÌøöíáò [ÇáÍÌÑ : 74]


Maka Kami jungkirbalikkan (negeri itu) dan Kami hujani mereka dengan batu dari tanah yang keras (al-Hijr : 74)


ÝóáóãøóÇ ÌóÇÁó ÃóãúÑõäóÇ ÌóÚóáúäóÇ ÚóÇáöíóåóÇ ÓóÇÝöáóåóÇ æóÃóãúØóÑúäóÇ ÚóáóíúåóÇ ÍöÌóÇÑóÉð ãöäú ÓöÌøöíáò ãóäúÖõæÏò ãõÓóæøóãóÉð ÚöäúÏó ÑóÈøößó æóãóÇ åöíó ãöäó ÇáÙøóÇáöãöíäó ÈöÈóÚöíÏò [åæÏ : -8382]


Maka ketika keputusan Kami datang, Kami menjungkirbalikkan negeri kaum Luth, dan Kami hujani mereka bertubi-tubi dengan batu dari tanah yang terbakar, yang diberi tanda oleh Tuhanmu. Dan siksaan itu tiadalah jauh dari orang yang zalim. (Huud : 82-83)

Tentang kaum Saba’, Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-berfirman,


áóÞóÏú ßóÇäó áöÓóÈóÅò Ýöí ãóÓúßóäöåöãú ÂíóÉñ ÌóäøóÊóÇäö Úóäú íóãöíäò æóÔöãóÇáò ßõáõæÇ ãöäú ÑöÒúÞö ÑóÈøößõãú æóÇÔúßõÑõæÇ áóåõ ÈóáúÏóÉñ ØóíøöÈóÉñ æóÑóÈøñ ÛóÝõæÑñ (15) ÝóÃóÚúÑóÖõæÇ ÝóÃóÑúÓóáúäóÇ Úóáóíúåöãú Óóíúáó ÇáúÚóÑöãö æóÈóÏøóáúäóÇåõãú ÈöÌóäøóÊóíúåöãú ÌóäøóÊóíúäö ÐóæóÇÊóíú Ãõßõáò ÎóãúØò æóÃóËúáò æóÔóíúÁò ãöäú ÓöÏúÑò Þóáöíáò (16) Ðóáößó ÌóÒóíúäóÇåõãú ÈöãóÇ ßóÝóÑõæÇ æóåóáú äõÌóÇÒöí ÅöáøóÇ ÇáúßóÝõæÑó (17) [ÓÈà : 15 - 17]


Sungguh, bagi kaum Saba’ ada tanda (kebesaran Tuhan) di tempat kediaman mereka yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah kiri, (kepada mereka dikatakan), “Makanlah olehmu dari rezeki yang (dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kepadaNya. (Negerimu) adalah negeri yang baik (nyaman) sedang (Tuhanmu) adalah Tuhan Yang Maha Pengampun.”
Tetapi mereka berpaling, maka Kami kirim kepada mereka banjir yang besar dan Kami ganti kedua kebun mereka dengan dua kebun yang ditumbuhi (pohon-pohon) yang berbuah pahit, pohon Asl dan sedikit pohon Sidr
Demikianlah Kami memberi balasan kepada mereka karena kekafiran mereka. Dan Kami tidak menjatuhkan azab (yang demikian itu), melainkan hanya kepada orang-orang yang sangat kafir (Saba’ : 15-17)

Ibnu Jarir ath-Thabariy-ÑóÍöãóåõ Çááåõ-berkata, ‘Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-berfirman, tetapi kaum Saba’ berpaling dari mentaati Rabbnya dan enggan mengikuti apa yang diserukan kepada mereka oleh para rasul yang diutus kepada mereka...Wahb bin Munabbih al-Yamani berkata, ’Allah -ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-telah mengutus kepada kaum Saba’ sebanyak 13 orang Nabi, tetapi mereka mendustakan para Nabi yang diutus kepada mereka tersebut. (Tafsir ath-Thabari, 20/378)

Mereka berpaling dari meng-Esa-kan Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-dan berpaling dari menyembahNya dan bersyukur kepada-Nya atas apa-apa yang dikaruniakan-Nya kepada mereka, dan mereka menggantinya dengan beribadah atau menyembah kepada Matahari, sebagaimana kata burung Hud-hud kepada Nabi Sulaiman-Úóáóíúåö ÇáÓøóáóÇãõ-,


{ æóÌöÆúÊõßó ãöäú ÓóÈóÅò ÈöäóÈóÅò íóÞöíäò . Åöäøöí æóÌóÏúÊõ ÇãúÑóÃóÉð Êóãúáößõåõãú æóÃõæÊöíóÊú ãöäú ßõáøö ÔóíúÁò æóáóåóÇ ÚóÑúÔñ ÚóÙöíãñ . æóÌóÏúÊõåóÇ æóÞóæúãóåóÇ íóÓúÌõÏõæäó áöáÔøóãúÓö ãöäú Ïõæäö Çááøóåö æóÒóíøóäó áóåõãõ ÇáÔøóíúØóÇäõ ÃóÚúãóÇáóåõãú ÝóÕóÏøóåõãú Úóäö ÇáÓøóÈöíáö Ýóåõãú áÇ íóåúÊóÏõæäó } [Çáäãá: 22¡ 24].


Aku datang kepadamu dari negeri Saba’ membawa suatu berita yang menyakinkan.
Sungguh, kudapati ada seorang perempuan yang memerintah mereka, dan dia dianugerahi segala sesuatu serta memiliki singgasana yang besar.
Aku (burung Hud-hud) dapati dia dan kaumnya menyembah matahari, bukan kepada Allah; dan setan telah menjadikan terasa indah bagi mereka perbuatan-perbuatan (buruk) mereka, sehingga menghalangi mereka dari jalan (Allah), maka mereka tidak mendapat petunjuk (Tafsir Ibnu Katsir, 6/507)

Demikianlah, bisa jadi air atau hujan yang Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-turunkan dapat menjadi sarana untuk mengazab suatu kaum. Ia keluar dari sifat asalnya sebagai ‘ãóÇÁð ãõÈóÇÑóßðÇ’ ( air yang memberi berkah).

Karena itu, maka waspadalah ! Dan, sepatutnya hal tersebut dapat kita ambil sebagai bagian dari pelajaran yang berharga bagi kita agar kita tidak merasa aman dari makar dan siksa-Nya dan agar kiranya kita menjauhi hal-hal yang bisa menyebabkan murka Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- dan mengundang turunnya azab Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-yang merata seperti perilaku keempat kaum di atas, yaitu kaum ‘Ad, kaum Nabi Nuh, kaum Nabi Luth-Úóáóíúåö ÇáÓøóáóÇãõ- dan Kaum Saba, di mana mereka mendustakan utusan Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-, menyelisihi perintah-Nya-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- dan mengkufuri atau tidak mensyukuri nikmat-nikmat yang dianugerahkanNya.

Akhirnya, kita memohon kepada-Nya dengan nama-namaNya yang indah dan sifat-sifat-Nya yang tinggi, semoga Dia-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- menolong dan membantu kita untuk senantiasa mensyukuri segala nikmat-nikmatNya, tidak menyelisihi perintah-perintah-Nya dan tidak mendustakan ajaran utusanNya yang terakhir, nabi kita Muhammad-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó -. Amin

Shalawat dan salam semoga tercurah atas Nabi kita Muhammad-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó - beserta keluarga dan para sahabatnya, serta orang-orang yang mengikuti jejak mereka hingga hari Pembalasan.

Wallahu A’lam

(Redaksi)

Sumber :
Al-Matharu ; Ahkamun Wa ‘Ibarun, Dr. Nayif bin Ahmad al-Hamdu. Dengan gubahan dan tambahan dari beberapa sumber lainnya.
































Hikmah Al-Quran & Mutiara Hadits : index.php
Versi Online : index.php/?pilih=lihatannur&id=946