Artikel : Bulein Annur - Hikmah Al-Quran & Mutiara Hadits

Bukankah Kami Telah Memanjangkan Umurmu ?

Jumat, 31 Desember 21

Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-berfirman,


æóÇáøóÐöíäó ßóÝóÑõæÇ áóåõãú äóÇÑõ Ìóåóäøóãó áóÇ íõÞúÖóì Úóáóíúåöãú ÝóíóãõæÊõæÇ æóáóÇ íõÎóÝøóÝõ Úóäúåõãú ãöäú ÚóÐóÇÈöåóÇ ßóÐóáößó äóÌúÒöí ßõáøó ßóÝõæÑò (36) æóåõãú íóÕúØóÑöÎõæäó ÝöíåóÇ ÑóÈøóäóÇ ÃóÎúÑöÌúäóÇ äóÚúãóáú ÕóÇáöÍðÇ ÛóíúÑó ÇáøóÐöí ßõäøóÇ äóÚúãóáõ Ãóæóáóãú äõÚóãøöÑúßõãú ãóÇ íóÊóÐóßøóÑõ Ýöíåö ãóäú ÊóÐóßøóÑó æóÌóÇÁóßõãõ ÇáäøóÐöíÑõ ÝóÐõæÞõæÇ ÝóãóÇ áöáÙøóÇáöãöíäó ãöäú äóÕöíÑò (37) [ÝÇØÑ : 36 ¡ 37]


Dan orang-orang yang kafir, bagi mereka neraka Jahannam. Mereka tidak dibinasakan hingga mereka mati, dan tidak diringankan dari mereka azabnya. Demikianlah Kami membalas setiap orang yang sangat kafir.
Dan mereka berteriak di dalam neraka itu, “Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami (dari neraka), niscaya kami akan mengerjakan kebajikan, yang berlainan dengan yang telah kami kerjakan dahulu.” (Dikatakan kepada mereka), “Bukankah Kami telah memanjangkan umurmu untuk dapat berfikir bagi orang-orang yang mau berfikir, padahal telah datang kepadamu pemberi peringatan ? Maka rasakanlah (azab Kami), dan bagi orang-orang zalim tidak ada seorang penolong pun.” (al-Fathir : 36-37)

Ayat ini datang setelah Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-menyebutkan perihal penghuni Surga, merekalah hamba-hamba Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-yang terpilih-semoga kita termasuk golongan mereka- dan beberapa bentuk kenikmatan yang mereka dapatkan, di antaranya adalah bahwa mereka tidak merasa lelah dan tidak pula lesu, Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-menghilangkan kesedihan dari mereka, mereka diberi perhiasan gelang-gelang dari emas dan mutiara, dan mereka diberi pakaian Sutra. Tidak diragukan bahwa yang demikian itu merupakan karunia yang besar yang Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- keruniakan kepada mereka.

Adapun dalam dua ayat ini (ayat 36 dan 37 dari surat al-Fathir) yang akan dikaji dalam tulisan ini, dibicarakan tentang penghuni Nereka, merekalah orang-orang yang kafir kepadaNya-semoga Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-menjaga dan menyelamatkan kita dari kekafiran dan menjadikan hati kita benci terhadap kekafiran-. Dan, dijelaskan pula di dalamnya perihal keadaan mereka tersebut di dalam neraka dan beberapa bentuk hukuman serta siksaan yang mereka dapatkan.

Ibnu Katsir-ÑóÍöãóåõ Çááåõ-berkata, “Setelah Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-menyebutkan keadaan orang-orang yang berbahagia, selanjutnya Dia -ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-mulai menjelaskan tentang akhir dari nasib orang-orang yang sengsara.”[1]

Demikianlah karakter al-Qur’an, setiap kali disebutkan di dalamnya tentang sebuah makna, disebutkan pula hal yang sebaliknya. Hal demikian itu agar jiwa tidak berlebihan dalam bergantung pada harapan, sehingga terbuai oleh harapan. Karena bila saja, hanya disebutkan kenikmatan-kenikmatan niscaya jiwa akan berlebihan dalam bergantung kepada harapan, dan ketika itu ia akan merasa aman dari makar Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-. Begitu pula andai hanya disebutkan ancaman semata niscaya jiwa akan selalu dirundung ketakutan dan kekhawatiran, sehinnga boleh jadi kemudian ia putus asa dari rahmat Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-.

Maka, Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-terkandang menyebutkan ini dan terkadang menyebutkan itu, sehingga seorang hamba menjalani hidupnya tidak condong kepada harapan dan tidak pula condong kepada keputusasaan.[2]
Firman-Nya,


æóÇáøóÐöíäó ßóÝóÑõæÇ


Dan orang-orang yang kafir
Yakni, orang-orang yang kafir kepada Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-dan Rasul-Nya[3], mereka menginkari dan menentang sesuatu yang datang kepada mereka berupa ayat-ayat yang dibawa oleh para Rasul yang diutus oleh Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-kepada mereka dan mereka pun mengingkari akan perjumpaan dengan Rabb mereka.[4]

Apa yang bakal mereka dapatkan ?
Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- berfirman,


áóåõãú äóÇÑõ Ìóåóäøóãó


bagi mereka neraka Jahannam
Yakni, tidak ada jatah untuk mereka selain itu ’neraka Jahannam’. Kita berlindung kepada Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-dari hal tersebut.[5] Mereka diazab di dalamnya dengan siksa yang paling keras dan mendapatkan hukuman yang sangat berat[6] sebagai balasan bagi mereka (atas kekafiran mereka).[7]

Ini (neraka Jahannam) adalah seburuk-buruk tempat kembali, sebagaimana Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- berfirman,


æóáöáøóÐöíäó ßóÝóÑõæÇ ÈöÑóÈøöåöãú ÚóÐóÇÈõ Ìóåóäøóãó æóÈöÆúÓó ÇáúãóÕöíÑõ [Çáãáß : 6]


Dan orang-orang yang ingkar kepada Tuhannya, akan mendapat azab Jahannam. Dan itulah seburuk-buruk tempat kembali (al-Mulk : 6)

Dan itulah seburuk-buruk tempat tinggal. Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- berfirman,


åóÐóÇ æóÅöäøó áöáØøóÇÛöíäó áóÔóÑøó ãóÂÈò (55) Ìóåóäøóãó íóÕúáóæúäóåóÇ ÝóÈöÆúÓó ÇáúãöåóÇÏõ (56) [Õ : 55 ¡ 56]


Beginilah (keadaan mereka). Dan sungguh, bagi orang-orang yang durhaka pasti (disediakan) tempat kembali yang buruk, (yaitu) neraka Jahannam yang mereka masuki; maka itulah seburuk-buruk tempat tinggal. (Shad : 55-56)

Itulah seburuk-buruk tempat tinggal bagi orang-orang kafir, orang-orang yang menyombongkan diri. Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-berfirman,


æóÓöíÞó ÇáøóÐöíäó ßóÝóÑõæÇ Åöáóì Ìóåóäøóãó ÒõãóÑðÇ ÍóÊøóì ÅöÐóÇ ÌóÇÁõæåóÇ ÝõÊöÍóÊú ÃóÈúæóÇÈõåóÇ æóÞóÇáó áóåõãú ÎóÒóäóÊõåóÇ Ãóáóãú íóÃúÊößõãú ÑõÓõáñ ãöäúßõãú íóÊúáõæäó Úóáóíúßõãú ÂíóÇÊö ÑóÈøößõãú æóíõäúÐöÑõæäóßõãú áöÞóÇÁó íóæúãößõãú åóÐóÇ ÞóÇáõæÇ Èóáóì æóáóßöäú ÍóÞøóÊú ßóáöãóÉõ ÇáúÚóÐóÇÈö Úóáóì ÇáúßóÇÝöÑöíäó (71) Þöíáó ÇÏúÎõáõæÇ ÃóÈúæóÇÈó Ìóåóäøóãó ÎóÇáöÏöíäó ÝöíåóÇ ÝóÈöÆúÓó ãóËúæóì ÇáúãõÊóßóÈøöÑöíäó (72) [ÇáÒãÑ : 71 ¡ 72]


Orang-orang yang kafir digiring ke neraka Jahannam secara berombongan. Sehingga apabila mereka sampai kepadanya (neraka) pintu-pintunya dibukakan dan penjaga-penjaganya berkata kepada mereka, “Apakah belum pernah datang kepadamu rasul-rasul dari kalangan kamu yang membacakan ayat-ayat tuhanmu dan memperingatkan kepadamu akan pertemuan (dengan) harimu ini ?” Mereka menjawab, “Benar, ada,” tetapi ketetapan azab pasti berlaku terhadap orang-orang kafir.
Dikatakan (kepada mereka), “Masukilah pintu-pintu neraka Jahannam itu, (kamu) kekal di dalamnya.” Maka (neraka Jahannam) itulah seburuk-buruk tempat tinggal bagi orang-orang yang menyombongkan diri (Az-Zumar : 71-72)

Firman-Nya,


áóÇ íõÞúÖóì Úóáóíúåöãú ÝóíóãõæÊõæÇ


‘Mereka tidak dibinasakan hingga mereka mati,’ sehingga mereka dapat beristrahat[8] sebagaimana Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-berfirman,


{ áóÇ íóãõæÊõ ÝöíåóÇ æóáóÇ íóÍúíóÇ } [Øå: 74]


Dia tidak mati (terus merasakan azab) di dalamnya dan tidak (pula) hidup (tidak dapat bertobat) (Thaha : 74).

Dan telah valid hadis di dalam shahih Muslim, bahwa Rasulullah-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-bersabda,


ÃóãøóÇ Ãóåúáõ ÇáäøóÇÑö ÇáøóÐöíäó åõãú ÃóåúáõåóÇ ÝóÅöäøóåõãú áóÇ íóãõæÊõæäó ÝöíåóÇ æóáóÇ íóÍúíóæúäó


Adapun para penduduk neraka di mana mereka adalah penduduk yang kekal di dalamnya maka sesungguhnya mereka tidak mati dan tidak (pula) hidup di dalamnya.[9] Bahkan, adzab dan hukuman itu terus menimpa mereka dan mereka pun merasakannya[10], mereka tidak bisa beristirahat dengan mati (sehingga tidak merasakan siksaan yang berat itu), namun ternyata azab tersebut selalu mereka rasakan.[11]
Sebagaimana Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-berfirman,


Åöäøó ÇáúãõÌúÑöãöíäó Ýöí ÚóÐóÇÈö Ìóåóäøóãó ÎóÇáöÏõæäó


Sungguh, orang-orang yang berdosa itu kekal di dalam azab neraka Jahannam (az-Zukhruf : 74).

Hal demikian itu, agar mereka merasakan azab yang berat itu. Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-berfirman,


æóÅöäøó Ìóåóäøóãó áóãõÍöíØóÉñ ÈöÇáúßóÇÝöÑöíäó (54) íóæúãó íóÛúÔóÇåõãõ ÇáúÚóÐóÇÈõ ãöäú ÝóæúÞöåöãú æóãöäú ÊóÍúÊö ÃóÑúÌõáöåöãú æóíóÞõæáõ ÐõæÞõæÇ ãóÇ ßõäúÊõãú ÊóÚúãóáõæäó (55) [ÇáÚäßÈæÊ : 54 ¡ 55]


Dan sesungguhnya neraka Jahannam itu pasti meliputi orang-orang kafir, pada hari (ketika) azab menutup mereka dari atas dan dari bawah kaki mereka dan (Allah) berkata (kepada mereka), “Rasakanlah (balasan dari) apa yang telah kamu kerjakan !” (al-Ankabut : 54-55)
Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-juga berfirman,


Åöäøó ÇáøóÐöíäó ßóÝóÑõæÇ ÈöÂíóÇÊöäóÇ ÓóæúÝó äõÕúáöíåöãú äóÇÑðÇ ßõáøóãóÇ äóÖöÌóÊú ÌõáõæÏõåõãú ÈóÏøóáúäóÇåõãú ÌõáõæÏðÇ ÛóíúÑóåóÇ áöíóÐõæÞõæÇ ÇáúÚóÐóÇÈó Åöäøó Çááøóåó ßóÇäó ÚóÒöíÒðÇ ÍóßöíãðÇ [ÇáäÓÇÁ : 56]


Sungguh, orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat Kami, kelak akan Kami masukkan ke dalam neraka. Setiap kali kulit mereka hangus, Kami ganti dengan kulit yang lain, agar mereka merasakan azab. Sungguh, Allah Mahaperkasa, Mahabijaksana (An-Nisa : 56).

Dan, azab yang berat ini, yang terus-menerus mereka rasakan di dalam neraka Jahannam tersebut ternyata tidak diperingan oleh Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- meskipun sebentar saja. Sebagaimana yang Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- firmankan dalam kelanjutan ayat ini (ayat ke-36 dari surat al-Fathir).
Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-berfirman,


æóáóÇ íõÎóÝøóÝõ Úóäúåõãú ãöäú ÚóÐóÇÈöåóÇ


‘dan tidak diringankan dari mereka azabnya.’ Yakni, dari azab neraka[12].

Di tepat lain, Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-berfirman,


áóÇ íõÝóÊøóÑõ Úóäúåõãú æóåõãú Ýöíåö ãõÈúáöÓõæäó (75) [ÇáÒÎÑÝ : 75]


Tidak diringankan (azab) itu dari mereka, dan mereka berputus asa di dalamnya. (az-Zukhruf : 75)


áóÇ íõÎóÝøóÝõ Úóäúåõãõ ÇáúÚóÐóÇÈõ æóáóÇ åõãú íõäúÙóÑõæäó [ÇáÈÞÑÉ : 162]


Tidak akan diringankan dari mereka azabnya, dan mereka tidak diberi penangguhan (al-Baqarah : 162)
Padahal mereka meminta agar azab tersebut diperingan namun permintaan mereka sia-sia belaka. Sebagaimana Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-berfirman,


æóÞóÇáó ÇáøóÐöíäó Ýöí ÇáäøóÇÑö áöÎóÒóäóÉö Ìóåóäøóãó ÇÏúÚõæÇ ÑóÈøóßõãú íõÎóÝøöÝú ÚóäøóÇ íóæúãðÇ ãöäó ÇáúÚóÐóÇÈö [ÛÇÝÑ : 49]


Dan orang-orang yang berada dalam neraka berkata kepada penjaga-penjaga neraka Jahannam, “Mohonkanlah kepada Tuhanmu agar Dia meringankan azab atas kami sehari saja.” (Ghafir : 49)


ÞóÇáõæÇ Ãóæóáóãú Êóßõ ÊóÃúÊöíßõãú ÑõÓõáõßõãú ÈöÇáúÈóíøöäóÇÊö ÞóÇáõæÇ Èóáóì ÞóÇáõæÇ ÝóÇÏúÚõæÇ æóãóÇ ÏõÚóÇÁõ ÇáúßóÇÝöÑöíäó ÅöáøóÇ Ýöí ÖóáóÇáò [ÛÇÝÑ : 50]


Maka (penjaga-penjaga Jahannam) berkata, “Apakah rasul-rasul belum datang kepadamu dengan membawa bukti-bukti yang nyata ?” Mereka menjawab, “Benar, sudah datang.” (Penjaga-penjaga Jahannam) berkata, “Berdoalah kamu (sediri)” namun doa orang-orang kafir itu sia-sia belaka (Ghafir : 50)

Selanjutnya Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-berfirman,


ßóÐóáößó äóÌúÒöí ßõáøó ßóÝõæÑò


Demikianlah Kami membalas setiap orang yang sangat kafir.
Yakni, ini (neraka Jahannam dan beragam bentuk siksaan bagi para penghuninya) merupakan balasan untuk setiap orang yang ingkar terhadap Rabbnya dan mendustakan kebenaran[13], (merupakan balasan untuk setiap) orang yang kafir kepada Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-dan RasulNya.[14] Demikianlah balasan Kami, dengan semisal balasan demikian itu Kami membalas setiap orang-orang yang sangat kafir terhadap Kami, ayat-ayat Kami dan mengingkari perjumpaan dengan Kami.[15] Semisal balasan yang tidak terhenti ini lagi sangat menyakitkan, sangat dahsyat, sangat buruk, dan sangat mengerikan, Kami bakal membalas di akhirat setiap orang yang sewaktu di dunia sangat menyangkal, tidak tahu berterimakasih (tidak mensyukuri nikmat) dan menentang serta mengingkari ayat-ayat Rabbnya yang menunjukkan akan keesaan dan kekuasaanNya.[16]

FirmanNya,


æóåõãú íóÕúØóÑöÎõæäó ÝöíåóÇ


Dan mereka berteriak di dalam neraka itu
Yakni, mereka (orang-orang kafir itu) memanggil di dalam nereka itu dan berteriak kepada Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-dengan suara-suara mereka[17], mereka memohon pertolongan dengan sangat sambil memekik[18], mereka memohon pertolongan dengan sangat di dalam neraka dengan suara yang tinggi.[19]
Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- tidak memperingan (azabNya) sekalipun mereka berteriak-teriak (karena merasakan pedihnya siksaan yang ditimpakan kepada mereka) dan menggelepar, Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- tidak meringankan (azabNya) dari sisiNya untuk memberikan kenikmatan kepada mereka sekejap pun, mereka terus meminta keringanan kepadaNya namun mereka tetap tidak medapatkannya.[20]

Mereka (orang-orang kafir itu) memohon kepada Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- seraya mengatakan,


ÑóÈøóäóÇ ÃóÎúÑöÌúäóÇ äóÚúãóáú ÕóÇáöÍðÇ ÛóíúÑó ÇáøóÐöí ßõäøóÇ äóÚúãóáõ


“Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami (dari neraka), niscaya kami akan mengerjakan kebajikan, yang berlainan dengan yang telah kami kerjakan dahulu.”
ÑóÈøóäóÇ ‘ Ya Tuhan kami.’
Sekarang mereka mengakui akan keesaan Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- dan bahwa tidak ada yang dapat memberikan pertolongan dan menyelamatkan mereka dari beratnya keadaan mereka selain Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- padahal sewaktu mereka hidup di dunia mereka meminta pertolongan kepada siapa ? mereka meminta pertolongan kepada selain Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-. mereka meminta pertolongan kepada berhala-berhala mereka dan apa-apa yang disembah selain Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-. Adapun sekarang, mereka telah mengetahui bahwasanya tidak mungkin ada yang dapat menyelamatkan mereka dari keadaan di mana mereka tengah berada selain Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-.[21]

ÃóÎúÑöÌúäóÇ keluarkanlah kami (dari neraka).
Yakni, mereka mengatakan, wahai Rabb kami, keluarkanlah kami dari neraka Jahannam dan kembalikanlah kami ke dunia,[22] yakni, mereka meminta untuk dikembalikan ke dunia.[23]

Adakah jalan bagi mereka untuk keluar dari nereka ? apakah keinginan mereka keluar dari neraka terpenuhi, sehingga mereka dapat keluar dari neraka ?

Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-berfirman,


íõÑöíÏõæäó Ãóäú íóÎúÑõÌõæÇ ãöäó ÇáäøóÇÑö æóãóÇ åõãú ÈöÎóÇÑöÌöíäó ãöäúåóÇ æóáóåõãú ÚóÐóÇÈñ ãõÞöíãñ [ÇáãÇÆÏÉ : 37]


Mereka ingin keluar dari neraka, tetapi tidak akan dapat keluar dari sana. Dan mereka mendapat azab yang kekal (al-Maidah : 37)

äóÚúãóáú ÕóÇáöÍðÇ ÛóíúÑó ÇáøóÐöí ßõäøóÇ äóÚúãóáõ “niscaya kami akan mengerjakan kebajikan, yang berlainan dengan yang telah kami kerjakan dahulu.”
Demikianlah (alasan) yang mereka kemukaan. ‘Agar kami dapat mengerjakan amal shaleh yang akan dapat mendekatkan kami kepadaMu.[24] ‘Yang berlainan dengan yang telah kami kerjakan dahulu,’ yakni, berupa kesyirikan, kami akan beriman sebagai ganti kekufuran, kami akan taat sebagai ganti maksiat, dan kami akan melaksanakan perintah para Rasul (yang Engkau utus kepada kami).[25]

Ucapan mereka,” ÛóíúÑó ÇáøóÐöí ßõäøóÇ äóÚúãóáõ ‘Yang berlainan dengan yang telah kami kerjakan dahulu,’ untuk menunjukkan adanya penyesalan atas apa yang telah mereka lakukan berupa amal yang tidak shaleh yang disertai dengan pengakuan dari mereka bahwa amal-amal yang telah mereka lakukan di dunia bukanlah merupakan amal yang shaleh.”[26]

Apakah permintaan mereka dengan alasan yang mereka kemukakan tersebut yang nampaknya begitu baik dan mulia diijabah oleh Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- ? ‘Tidak.’ Itulah jawabannya.
Ibnu Katsir-ÑóÍöãóåõ Çááåõ-berkata, ‘Sungguh Rabb (Allah)-Ìóáøó ÌóáóÇáõåõ-telah mengetahui bahwasanya kalau Dia mengembalikan mereka ke negeri dunia niscaya mereka akan kembali melakukan apa yang mereka dilarang melakukannya dan bahwasanya mereka itu pasti berdusta. Oleh karena ini, Allah tidak mengabulkan permohonan mereka tersebut, sebagaimana Allah berfirman, mengkhabarkan tentang mereka,


ÝóÇÚúÊóÑóÝúäóÇ ÈöÐõäõæÈöäóÇ Ýóåóáú Åöáóì ÎõÑõæÌò ãöäú ÓóÈöíáò (11) Ðóáößõãú ÈöÃóäøóåõ ÅöÐóÇ ÏõÚöíó Çááøóåõ æóÍúÏóåõ ßóÝóÑúÊõãú æóÅöäú íõÔúÑóßú Èöåö ÊõÄúãöäõæÇ [ÛÇÝÑ : 11 ¡ 12]


...lalu kami mengakui dosa-dosa kami. Maka adakah jalan (bagi kami) untuk keluar (dari neraka) ? “.
Yang demikian itu karena sesungguhnya kamu mengingkari apabila diseru untuk menyembah Allah saja. Dan jika Allah dipersekutukan, kamu percaya (Ghafir : 11,12), yakni, Dia-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-tidak memenuhi (permintaan) kalian kepada hal itu dikarenakan kalian dulu keaadaannya seperti itu, dan kalau kalian dikembalikan (ke dunia) niscaya kalian akan kembali kepada apa yang kalian dilarang melakukannya.[27]

Jadi, ucapan mereka tersebut “niscaya kami akan mengerjakan kebajikan, yang berlainan dengan yang telah kami kerjakan dahulu.” tidaklah benar, karena Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- berfirman,


æóáóæú ÑõÏøõæÇ áóÚóÇÏõæÇ áöãóÇ äõåõæÇ Úóäúåõ æóÅöäøóåõãú áóßóÇÐöÈõæäó [ÇáÃäÚÇã : 28]


Seandainya mereka dikembalikan ke dunia, tentu mereka akan mengulang kembali apa yang telah dilarang mengerjakannya. Mereka itu sungguh pendusta (al-An’am : 28), dan ini adalah firman Allah-ÚóÒøó æóÌóáøó- Dzat yang Maha Mengetahui tentang apa-apa yang akan terjadi kalau sekiranya Dia -ÚóÒøó æóÌóáøó- mengeluarkan mereka (dari neraka untuk dikembalikan ke kehidupan dunia).

Mereka (orang-orang kafir itu) mengatakan hal itu hanya sekedar mencari-cari alasan semata, kalaulah tidak demikian niscaya hati-hati mereka hancur dan binasa, telah binasa disebabkan perbuatan mereka yang pertama dan akan binasa pula disebabkan karena perbuatan mereka yang kedua kalinya, karena bila mereka selamat dari (azab) neraka niscaya mereka kembali kepada hal yang telah biasa mereka lakukan.[28]

Dan oleh karena ini, Dia-Ìóáøó ÌóáóÇáõåõ-berfirman di sini (dalam kelanjutan ayat ini),


Ãóæóáóãú äõÚóãøöÑúßõãú ãóÇ íóÊóÐóßøóÑõ Ýöíåö ãóäú ÊóÐóßøóÑó


“Bukankah Kami telah memanjangkan umurmu untuk dapat berfikir bagi orang-orang yang mau berfikir, “yakni, bukankah kalian telah hidup di dunia dalam waktu yang lama, kalaulah kalian termasuk orang yang dapat mengambil manfaat dari kebenaran niscaya kalian telah mengambil manfaat darinya di rentang waktu umur kalian yang panjang itu ? [29]

Ãóæóáóãú äõÚóãøöÑúßõãú “Bukankah Kami telah memanjangkan umurmu.. ? “
Pertanyaan ini dimaksudkan sebagai celaan dan penghinaan kepada mereka, dan Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-menjadikan introgasi disebutkan dalam bentuk penafian dengan ungkapan ‘bukankah’ sebagai persiapan untuk mengingkari orang yang mengakui perbuatannya, sehinga jika yang ditanya menjawab,’tentu’ (yakni, tentu, Engkau telah memanjangkan umurku) diketahuilah bahwasanya ia tidak memiliki kelayakan untuk mengingkarinya.[30]
Pertanyan ini juga sebagai penegakkan hujjah atas mereka dan agar ada rasa penyesalan dan rasa bersalah pada diri mereka. Yakni, Kami telah memanjangkan umur kalian dalam rentang waktu yang panjang di mana memungkinkan untuk dapat berfikir bagi orang-orang yang mau berfikir ; karena para Rasul telah datang kepada mereka, memberi tangguh kepada mereka, dan mengajak serta menyeru mereka (kepada jalan yang benar, jalan yang lurus, jalan keimanan yang akan menyampaikan mereka kepada keselamatan di dunia dan di akhirat) akan tetapi mereka enggan dan menolaknya serta tetap melanjutkan kekafirannya.[31]

FirmanNya,


ãóÇ íóÊóÐóßøóÑõ Ýöíåö ãóäú ÊóÐóßøóÑó


untuk dapat berfikir bagi orang-orang yang mau berfikir.
Yakni, Kami telah memberikan kepada kalian waktu yang cukup untuk berfikir dan merenungkan karena waktu tersebut kami panjangkan untuk kalian, [32]bukankah Kami telah memberikan kepada kalian jangka waktu umur yang memungkinkan untuk dapat berfikir bagi orang-orang yang mau berfikir ?.

Tentang kadar umur ini, ada yang berpendapat 60 tahun, ada yang berpendapat 40 tahun, ada yang berpendapat 18 tahun. Yang berpendapat dengan pendapat pertama (60 tahun) adalah sejumlah kalangan Sahabat. Yang berpendapat dengan pendapat kedua (40 tahun) adalah al-Hasan dan Masruq dan selain keduanya. Dan, yang berpendapat dengan pendapat yang ketiga (18 tahun) adalah ‘Atha dan Qatadah.[33] Ada juga yang berpendapat 70 tahun. Ini adalah pendapat Ibnu Umar-ÑóÖöíó Çááåõ Úóäúåõ-. Ia mengatakan, “Ayat ini merupakan ungkapan untuk orang-orang yang telah mencapai usia 70 tahun.”[34]
Ada juga yang berpendapat 17 tahun. Ada juga yang berpendapat 20 tahun.[35]
Ada juga yang berpendapat bahwa pemanjangan umur yang dimaksud adalah sampai seseorang berusia dewasa.[36]

Panjang umur adalah hujjah
Baik yang dimaksud dengan panjang umur adalah 70 tahun, atau 60 tahun, atau 40 tahun, 20 tahun, atau 18 tahun, atau 17 tahun, atau pun sampai seseorang berusia dewasa. Maka, hal itu mengisyaratkan bahwa waktu-waktu yang diberikan kepada mereka menjadi salah satu hujjah yang ditegakkan kepada mereka dan juga hujjah tersebut akan ditegakkan pula kepada kita. Karenanya, tidak selayaknya umur itu lewat sementara hati seseorang kosong dari keimanan, sementara lisan seseorang kosong dari mengingat Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-, sementara anggota badan seseorang kosong dari amal-amal sholeh yang akan semakin mendekatkan dirinya kepada Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- sebagai bentuk kesyukurannya kepada Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- atas segala kenikmatan yang telah dan masih saja dikaruniakanNya. Jika kesemua itu (yakni, keimanan, mengingat Allah, dan amal-amal shaleh) kosong pada diri seseorang saat melewati umur-umurnya, niscaya penyesalan dan kerugian akan menghampirinya nantinya, karena ia telah terpedaya dengan panjangnya umurnya, seperti halnya yang menimpa orang-orang kafir itu. Kita berlindung kepada Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-dari hal yang demikian itu.

Karena itu, alangkah bagusnya pesan yang disampaikan oleh Qatadah-ÑóÍöãóåõ Çááåõ-dalam perkataannya, “Ketahuilah oleh kalian bahwa panjang umur merupakan hujjah. Karena itu, mohonlah perlindungan kepada Allah agar kamu tidak terpedaya dengan panjang umur...” [37]

FirmanNya,


æóÌóÇÁóßõãõ ÇáäøóÐöíÑõ


padahal telah datang kepadamu pemberi peringatan.

Siapa yang dimaksud dengan ‘pemberi peringatan’ dalam ayat ini ?
Al-Wahidiy mengatakan, ‘Jumhur (mayoritas) ahli tafsir berpendapat bahwa pemberi peringatan itu adalah ‘Nabi-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-.’ Sementara Ikrimah, Sufyan bin ‘Uyainah, Waki’, al-Hasan bin al-Fadhl, al-Fara dan Ibnu Jarir berpendapat, bahwa ‘pemberi peringatan’ itu adalah ‘uban’. Sehingga maknanya-menurut pendapat ini- adalah ‘Bukankah Kami telah memanjangkan umurmu hingga kamu beruban.’ Ada juga yang berpendapat bahwa ‘pemberi peringatan’ itu adalah ‘al-Qur’an’. Ada juga yang berpendapat,’al-Huma(demam)’. Al-Azhariy berkata, ‘Maknanya, bahwa al-Huma (demam) merupakan utusan kematian, yakni, seolah-oleh demam itu merasakan akan datangnya kematian dan demam tersebut memberi peringatan akan kedatangannya.’ Uban, juga pemberi peringatan karena (pada galibnya) datang pada usia baya, dan ia merupakan tanda perpisahan dengan usia muda yang merupakan usia di mana pada ghalibnya seseorang suka bermain-main dan melakukan hal-hal yang tidak berguna. Ada juga yang berpendapat bahwa pemberi peringatan itu adalah ‘kematian anggota keluarga dan kerabat’. Ada juga yang berpendapat ‘sempurnanya akal’. Ada juga yang berpendapat,’baligh’ (usia dewasa).[38]
Ada juga yang berpendapat bahwa yang dimaksud dengan ‘pemberi peringatan’ adalah ‘para Rasul’ (dan Nabi Muhammad-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-termasuk di antara mereka). Dan inilah pendapat yang paling nampak. Berdasarkan firman Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-,


æóäóÇÏóæúÇ íóÇ ãóÇáößõ áöíóÞúÖö ÚóáóíúäóÇ ÑóÈøõßó ÞóÇáó Åöäøóßõãú ãóÇßöËõæäó (77) áóÞóÏú ÌöÆúäóÇßõãú ÈöÇáúÍóÞøö æóáóßöäøó ÃóßúËóÑóßõãú áöáúÍóÞøö ßóÇÑöåõæäó (78) [ÇáÒÎÑÝ : 77 ¡ 78]


Dan mereka berseru, “Wahai (Malaikat) Malik ! Biarlah Tuhanmu mematikan kami saja.” Dia menjawab, “Sungguh, kamu akan tetap tinggal (di neraka ini).”
Sungguh, Kami telah datang membawa kebenaran kepada kamu, tetapi kebanyakan di antara kamu benci pada kebenaran itu. (az-Zukhruf : 77-78) . Yakni, sungguh kami telah menjelaskan kebenaran kepada kamu sekalian melalui lisan-lisan para Rasul, namun kalian menolaknya dan kalian meyelisihinya.
Dan Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-juga berfirman,


æóãóÇ ßõäøóÇ ãõÚóÐøöÈöíäó ÍóÊøóì äóÈúÚóËó ÑóÓõæáðÇ [ÇáÅÓÑÇÁ : 15]


...tetapi Kami tidak akan menyiksa sebelum Kami mengutus seorang Rasul. (al-Isra’ : 15)

Dan Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-juga berfirman,


ßõáøóãóÇ ÃõáúÞöíó ÝöíåóÇ ÝóæúÌñ ÓóÃóáóåõãú ÎóÒóäóÊõåóÇ Ãóáóãú íóÃúÊößõãú äóÐöíÑñ (8) ÞóÇáõæÇ Èóáóì ÞóÏú ÌóÇÁóäóÇ äóÐöíÑñ ÝóßóÐøóÈúäóÇ æóÞõáúäóÇ ãóÇ äóÒøóáó Çááøóåõ ãöäú ÔóíúÁò Åöäú ÃóäúÊõãú ÅöáøóÇ Ýöí ÖóáóÇáò ßóÈöíÑò (9) [Çáãáß : 8 ¡ 9]


Setiap kali ada sekumpulan (orang-orang kafir) dilemparkan ke dalamnya, penjaga-penjaga (neraka itu) bertanya kepada mereka, “Apakah belum pernah ada orang yang datang memberi peringatan kepadamu (di dunia) ?”
Mereka menjawab, “Benar, sungguh, seorang pemberi peringatan telah datang kepada kami, tetapi kami mendustakan(nya) dan kami katakan, “Allah tidak menurunkan sesuatu apa pun, kamu sebenarnya di dalam kesesatan yang besar.” (al-Mulk : 8-9) [39]

FirmanNya,


ÝóÐõæÞõæÇ ÝóãóÇ áöáÙøóÇáöãöíäó ãöäú äóÕöíÑò


“Maka rasakanlah (azab Kami), dan bagi orang-orang zalim tidak ada seorang penolong pun.”
Yakni, maka rasakanlah azab neraka sebagai balasan atas penyelisihan kalian terhadap para Nabi (Rasul) sepanjang amal-amal yang kalian lakukan. Maka, pada hari ini kalian tidak memiliki seorang penolong pun yang akan menyelamatkan kalian dari keadaan kalian di mana kalian tengah berada berupa siksaan, hukuman, dan belenggu yang sangat berat.[40]

Faedah
Dari dua ayat al-Qur’an yang mulia di atas dapat kita ambil beberapa faedah, di antaranya yaitu,
1- Bahwa balasan bagi orang-orang kafir adalah Neraka.
2- Bahwasanya mereka (orang-orang kafir itu) tidak akan masuk Surga.
3- Bahwa para penduduk Nereka merasakan kesakitan karena api neraka, siksanya, dan hukumannya.
4- Bagusnya retorika al-Qur’an. Bila menyebutkan sesuatu menyebutkan juga lawannya. Sehingga jiwa seseorang itu berada di antara ini dan itu. Bila al-Qur’an menyebutkan balasan orang-orang yang melakukan kebaikan, menyebutkan pula balasan orang-orang yang melakukan keburukan.
5- Bahwa mereka para penduduk neraka tidak diperingan azabnya selamanya, baik dari sisi cara mereka disiksa, bentuk siksaan, atau pun dari sisi waktunya.
6- Petunjuk akan sempurnanya kekuasaan Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- dimana neraka ini (tempat orang-orang kafir disiksa) akan tetap abadi selama-lamanya, tidak berubah. Sementara telah dimaklumi perihal api dunia -seiring dengan lamanya waktu-mengalami perubahan, berkurang dan padam hingga tidak memiliki bekas. Adapun perihal api neraka Jahannam, sesungguhnya abadi selama-lamanya, tidak berkurang azabnya dan tidak pula berkurang panasnya.
7- Bahwa balasan ini berlaku bagi setiap orang yang memiliki sifat kekufuran. Yakni, balasan ini tidak khusus hanya bagi satu kabilah saja sementara kabilah yang lain tidak. Maka, tidak dikatakan misalnya, bahwa balasan ini khusus bagi suku Quraisy yang mendustakan Rasulullah-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó- atau suku yang lainnya. Tetapi balasan ini berlaku bagi setiap orang yang kafir meskipun ia berasal dari kalangan kerabat Rasulullah-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-. [41]
8- Penjelasan tentang betapa pahit dan pedihnya siksa yang merupakan balasan bagi orang-orang kafir. [42] Sebagaimana juga Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- tegaskan dalam firman-Nya,


Åöäøó ÇáøóÐöíäó ßóÝóÑõæÇ æóãóÇÊõæÇ æóåõãú ßõÝøóÇÑñ Ýóáóäú íõÞúÈóáó ãöäú ÃóÍóÏöåöãú ãöáúÁõ ÇáúÃóÑúÖö ÐóåóÈðÇ æóáóæö ÇÝúÊóÏóì Èöåö ÃõæáóÆößó áóåõãú ÚóÐóÇÈñ Ãóáöíãñ æóãóÇ áóåõãú ãöäú äóÇÕöÑöíäó [Âá ÚãÑÇä : 91]


Sungguh, orang-orang yang kafir dan mati dalam kekafiran, tidak akan diterima (tebusan) dari seseorang di antara mereka sekalipun (berupa) emas sepenuh bumi, sekiranya dia hendak menebus diri dengannya. Mereka itulah orang-orang yang mendapat azab yang pedih dan tidak memperoleh penolong (Ali Imran : 91)
9- Penjelasan tentang dahsyatnya siksa penduduk neraka. Sisi yang menunjukkan hal tersebut adalah bahwa mereka sampai berteriak-teriak di dalam neraka dan meminta untuk dikeluarkan darinya.
10- Pengakuan mereka orang-orang kafir bahwa tidak akan ada yang dapat menolak bahaya dari mereka melainkan Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-; karena mereka mengarahkan seruannya kepadaNya dan memohon pertolongan dengan sangat kepadaNya.
11- Pengakuan mereka orang-orang kafir bahwa amal-amal mereka sewaktu di dunia bukanlah amal yang baik. Dan, mereka juga mengakui bahwa mereka adalah orang-orang yang tidak berakal (enggan memikirkan peringatan), sebagaimana dalam ayat lain, Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-berfirman,


æóÞóÇáõæÇ áóæú ßõäøóÇ äóÓúãóÚõ Ãóæú äóÚúÞöáõ ãóÇ ßõäøóÇ Ýöí ÃóÕúÍóÇÈö ÇáÓøóÚöíÑö [Çáãáß : 10]


Dan mereka berkata, “Sekiranya (dahulu) kami mendengarkan atau memikirkan (peringatan itu) tentulah kami tidak termasuk penghuni neraka yang menyala-nyala (al-Mulk : 10)
namun pengakuan dan penyesalan ini tidak bermanfaat bagi mereka karena kesempatan untuk memperbaiki diri telah terlewatkan.
12- Bahwa Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-telah menegakkan hujjah atas orang-orang kafir, dari dua sisi :
Pertama, bahwanya Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-telah memanjangkan umur mereka sampai waktu yang memungkinkan bagi mereka untuk berfikir.
Kedua, bahwasanya para Rasul yang diutus oleh Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- datang kepada mereka, sehingga mereka tidak memiliki udzur.
13- Celaan kepada penduduk neraka dengan semisal ungkapan ini,


Ãóæóáóãú äõÚóãøöÑúßõãú ãóÇ íóÊóÐóßøóÑõ Ýöíåö ãóäú ÊóÐóßøóÑó æóÌóÇÁóßõãõ ÇáäøóÐöíÑõ


“Bukankah Kami telah memanjangkan umurmu untuk dapat berfikir bagi orang-orang yang mau berfikir, padahal telah datang kepadamu pemberi peringatan ?”
14- Penetapan adanya rahmat Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-dan pemberian udzurNya kepada makhlukNya; dimana Dia-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-mengutus para Rasul kepada mereka. Karena di dalam pengutusan para Rasul tersebut terdapat rahmat. Di dalamnya juga terdapat pemberian udzur dan penegakan hujjah.
15- Penghinaan terhadap mereka orang-orang yang berada di dalam neraka, berdasarkan firman-Nya, “ÝóÐõæÞõæÇ “ Maka rasakanlah (azab Kami), karena ‘perintah’ di sini untuk penghinaan, dengan demikian mereka dihinakan. Kita berlindung dari azab tersebut, celaan dan bentuk-bentuk penghinaan yang lainnya.
16- Keputusasaan para penduduk neraka dari terbebas dari neraka, berdasarkan firmanNya,


ÝóãóÇ áöáÙøóÇáöãöíäó ãöäú äóÕöíÑò


dan bagi orang-orang zalim tidak ada seorang penolong pun.
17- Penjelasan bahwa kekufuran merupakan kezhaliman, berdasarkan firmanNya,


ÝóãóÇ áöáÙøóÇáöãöíäó ãöäú äóÕöíÑò


dan bagi orang-orang zalim tidak ada seorang penolong pun.
Juga berdasarkan firman-Nya,


æóÇáúßóÇÝöÑõæäó åõãõ ÇáÙøóÇáöãõæäó [ÇáÈÞÑÉ : 254]


Orang-orang kafir itulah orang yang zhalim (al-Baqarah : 254)
18- Mungkin untuk kita katakan bahwa di dalam ayat ini terdapat dalil yang menunjukkan bahwasanya orang-orang kafir itu tidak akan mendapatkan syafa’at, berdasarkan firmanNya,


ÝóãóÇ áöáÙøóÇáöãöíäó ãöäú äóÕöíÑò


dan bagi orang-orang zalim tidak ada seorang penolong pun.
ini bersifat umum, yakni, tidak ada seorang pun yang membela mereka dan tidak ada pula yang memberikan syafa’at untuk mereka.[43]
19- Keadaan manusia silih berganti dari satu generasi ke generasi berikutnya, satu generasi pergi dan generasi berikutnya datang memberikan kesempatan seseorang yang masih hidup untuk mengambil ibrah dan pelajaran. Dan, orang yang berakal itu adalah siapa yang dapat mengambil pelajaran dari orang lain.[44]
20- Selalu saja berada di dalam kekufuran tidak akan menambah kepada pelakunya melainkan semakin jauh dari rahmat Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-, dan akan menambah kemurkaan di sisi Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-. [45]

Wallahu A’lam
(Redaksi)

Catatan :
[1] Tafsir al-Qur’an al-‘Azhim, Ibnu Katsir, 6/552
[2] Tafsir al-Qur’an al-Karim (Surat al-Fathir), Ibnu Utsaimin, hal.253
[3] Jami’ al-Bayan Fii Takwili al-Qur’an, Ibnu Jarir ath-Thabari, 20/475
[4] Taisir al-Karimi ar-Rahman Fi Tafsiri Kalami al-Mannan, Ibnu Sa’diy, 1/690
[5] Tafsir al-Qur’an al-Karim (Surat al-Fathir), Ibnu Utsaimin, hal.255
[6] Taisir al-Karimi ar-Rahman Fi Tafsiri Kalami al-Mannan, Ibnu Sa’diy, 1/690
[7] Aisir at-Tafasir Likalami al-‘Aliy al-Kabir, Jabir al-Jazairiy, 4/358
[8] Taisir al-Karimi ar-Rahman Fi Tafsiri Kalami al-Mannan, Ibnu Sa’diy, 1/690
[9] Tafsir al-Qur’an al-‘Azhim, Ibnu Katsir, 6/552
[10] Al-Lubab Fi ‘Ulumi al-Kitab, Umar bin Ali ad-Dimasyqi, 16/146
[11] Mafatih al-Ghaib, Fakhruddin ar-Raziy, 26/26
[12] Lubab at-Takwil Fi Ma’aniy at-Tanzil, al-Khazin, 5/304)
[13] Tafsir al-Qur’an al-‘Azhim, Ibnu Katsir, 6/552
[14] Tafsir al-Qurthubiy, Muhammad bin Ahmad al-Qurthubiy, 14/352)
[15] Aisar at-Tafasir Li Kalami al-‘Aliy al-Kabir, Jabir al-Jazairiy, 4/357
[16] At-Tafsir al-Wasith, Muhammad Sayyid Thantawiy, 1/3517
[17] Tafsir al-Qur’an al-‘Azhim, Ibnu Katsir, 6/552
[18] Ma’alim at-Tanzil, al-Baghawiy, 6/424
[19] Tafsir al-Qurthubiy, 14/352
[20] Mafatih al-Ghaib, Fakhruddin ar-Raziy, 26/26
[21] Tafsir al-Qur’an al-Karim (Surat al-Fathir), Ibnu Utsaimin, hal.262
[22] Tafsir al-Qurthubiy, 14/352
[23] Tafsir al-Qur’an al-‘Azhim, Ibnu Katsir, 6/552
[24] Shafwatu at-Tafsir, ash-Shabuniy, 3/79
[25] Tafsir al-Qurthubiy, 14/352
[26] Fathul Qadir al-Jami’ Baina Fannaiy ar-Riwayah Wa ad-Dirayah Min ‘Ilmi at-Tafsir, Muhammad bin Ali asy-Syaukaniy, 4/503
[27] Tafsir al-Qur’an al-‘Azhim, Ibnu Katsir, 6/552
[28] Tafsir al-Qur’an al-Karim (Surat al-Fathir), Ibnu Utsaimin, hal.255
[29] Tafsir al-Qur’an al-‘Azhim, Ibnu Katsir, 6/553
[30] At-Tahrir Wa at-Tanwir, Muhammad Thahir ‘Asyur at-Tunisiy, 22/171
[31] Tafsir al-Qur’an al-Karim (Surat al-Fathir), Ibnu Utsaimin, hal.263
[32] At-Tahrir Wa at-Tanwir, Muhammad Thahir ‘Asyur at-Tunisiy, 22/171
[33] Fathul Qadir, asy-Syaukaniy, 4/503
[34] Lihat, Zaadul Masir Fii ‘ilmu at-Tafsir, Abdurahman bin ‘Ali bin Muhammad al-Jauziy, 6/494
[35] Lihat, Tafsir al-Qur’an al-‘Azhim, 6/553
[36] Lihat, Ma’alim at-Tanzil, al-Baghwiy, 6/425
[37] Mahasin at-Ta’wil, Muhammad Jamaluddin al-Qasimiy, 1/36)
[38] Fathul Qadir, 4/503
[39] Tafsir al-Qur’an al-‘Azhim, Ibnu Katsir, 6/556
[40] Tafsir al-Qur’an al-‘Azhim, 6/556
[41] Tafsir al-Qur’an al-Karim (Surat al-Fathir), Ibnu Utsaimin, hal.258-259
[42] Aisir at-Tafasir, al-Jazairiy, 4/358
[43] Tafsir al-Qur’an al-Karim (Surat al-Fathir), Ibnu Utsaimin, hal. 266-268
[44] Aisir at-Tafasir, al-Jazairiy, 4/359
[45] Aisir at-Tafasir, al-Jazairiy, 4/359

Hikmah Al-Quran & Mutiara Hadits : index.php
Versi Online : index.php/?pilih=lihatannur&id=954