Artikel : Bulein Annur - Hikmah Al-Quran & Mutiara Hadits

Maha Perkasa, Maha Kuasa

Jumat, 10 Juni 22

ÇóáúÚóÒöíúÒõ, ÇóáúÌóÈøóÇÑõ
Kedua nama tersebut telah disebutkan secara bersamaan dalam firman Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-,


åõæó Çááøóåõ ÇáøóÐöí áóÇ Åöáóåó ÅöáøóÇ åõæó Çáúãóáößõ ÇáúÞõÏøõæÓõ ÇáÓøóáóÇãõ ÇáúãõÄúãöäõ Çáúãõåóíúãöäõ ÇáúÚóÒöíÒõ ÇáúÌóÈøóÇÑõ ÇáúãõÊóßóÈøöÑõ ÓõÈúÍóÇäó Çááøóåö ÚóãøóÇ íõÔúÑößõæäó [ÇáÍÔÑ : 23]


Dia-lah Allah Yang tiada ilah (yang berhak disembah) selain Dia, Raja, Yang Maha Suci, Yang Maha Sejahtera, Yang mengaruniakan keamanan, Yang Maha Memelihara, Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuasa, Yang Memiliki Segala Keagungan, Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan.” (al-Hasyr : 23)

Nama ÇóáúÌóÈøóÇÑõ (al-Jabbar) (Maha Kuasa) tidak disebutkan dalam al-Qur’an kecuali hanya pada ayat tersebut. Adapun ÇóáúÚóÒöíúÒõ (al-‘Aziz) (Maha Perkasa) disebutkan di dalam al-Qur’an hingga hampir mencapai seratus kali. ÇóáúÚóÒöíúÒõ (al-‘Aziz) artinya Dzat yang bagi-Nya seluruh makna-makna kekuasaan. Sebagaimana firman Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-,


Åöäøó ÇáúÚöÒøóÉó áöáøóåö ÌóãöíÚðÇ [íæäÓ : 65]


Sesungguhnya kekuasaan itu seluruhnya adalah kepunyaan Allah (Qs. Yunus : 65)

Maksudnya, bagi-Nya semata, kekuasaan dengan segala maknanya. Kekuasaan di sini dikembalikan kepada tiga makna yang semuanya ada pada Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-secara sempurna dan sebaik mungkin.

Makna pertama, kekuasaan yang berarti kekuatan. Hal ini adalah sifat-Nya yang agung dan tidak disandarkan kepada-Nya kekuatan seluruh makhluk-Nya seagung apa pun kekuatan tersebut. Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-berfirman,


Åöäøó Çááøóåó åõæó ÇáÑøóÒøóÇÞõ Ðõæ ÇáúÞõæøóÉö ÇáúãóÊöíäõ [ÇáÐÇÑíÇÊ : 58]


Sesungguhnya Allah Dialah Maha Pemberi rizki Yang mempunyai kekuatan lagi Sangat Kokoh (Qs. Adz-Dzariyat : 58)


Ãóæóáóãú íóÑóæúÇ Ãóäøó Çááøóåó ÇáøóÐöí ÎóáóÞóåõãú åõæó ÃóÔóÏøõ ãöäúåõãú ÞõæøóÉð [ÝÕáÊ : 15]


”Dan apakah mereka itu tidak memperhatikan bahwa Allah yang menciptakan mereka lebih besar kekuatannya dari mereka.” (Qs. Fushshilat : 15)


æóáóæú íóÑóì ÇáøóÐöíäó ÙóáóãõæÇ ÅöÐú íóÑóæúäó ÇáúÚóÐóÇÈó Ãóäøó ÇáúÞõæøóÉó áöáøóåö ÌóãöíÚðÇ [ÇáÈÞÑÉ : 165]


Dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zhalim itu mengetahui ketika mereka melihat saksi (pada Hari Kiamat), bahwa kekuataan itu kepunyaan Allah semuanya (Qs. al-Baqarah : 165)


Åöäøó Çááøóåó Þóæöíøñ ÔóÏöíÏõ ÇáúÚöÞóÇÈö [ÇáÃäÝÇá : 52]


Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi amat keras siksa-Nya (Qs. al-Anfal : 52)


ãóÇ ÞóÏóÑõæÇ Çááøóåó ÍóÞøó ÞóÏúÑöåö Åöäøó Çááøóåó áóÞóæöíøñ ÚóÒöíÒñ [ÇáÍÌ : 74]


”Mereka tidak mengenal Allah dengan sebenar-benarnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa.” (Qs. al-Hajj : 74)

Makna kedua, kekuasaan yang berarti ketidakbutuhan. Karena sesungguhnya Allah Maha Kaya secara Dzat-Nya, maka Dia-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-tidak butuh kepada seorang pun. Seluruh hamba tidak akan sampai pada tingkatan yang padanya mereka dapat memberikan manfaat kepada-Nya. Akan tetapi, Dia-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-adalah yang Maha memberi mudharat dan manfaat, Maha Memberi lagi Maha Mencegah (tidak memberi), Mahasuci Allah dari dikalahkan oleh seorang atau dikuasai olehnya, dan dari segala hal yang tidak sesuai dengan keagungan-Nya dan kemuliaan-Nya yang berupa aib dan kekurangan, dan dari segala apa saja yang dapat mengurangi kesempurnaan-Nya, dan dari segala bentuk tandingan dan sekutu. Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- berfirman,


ÓõÈúÍóÇäó ÑóÈøößó ÑóÈøö ÇáúÚöÒøóÉö ÚóãøóÇ íóÕöÝõæäó (180) æóÓóáóÇãñ Úóáóì ÇáúãõÑúÓóáöíäó (181) æóÇáúÍóãúÏõ áöáøóåö ÑóÈøö ÇáúÚóÇáóãöíäó (182) [ÇáÕÇÝÇÊ : 180 - 182]


Maha Suci Rabbmu Yang mempunyai keperkasaan dari apa yang mereka katakan. Dan kesejahteraan dilimpahkan atas para rasul. Dan segala puji bagi Allah Rabb seru sekalian alam (Qs. ash-Shaffat : 180-182)


æóáóåõ ÇáúãóËóáõ ÇáúÃóÚúáóì Ýöí ÇáÓøóãóÇæóÇÊö æóÇáúÃóÑúÖö æóåõæó ÇáúÚóÒöíÒõ ÇáúÍóßöíãõ [ÇáÑæã : 27]


Dan bagi-Nya lah sifat yang Maha Tinggi di langit dan di bumi; dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana (Qs. Ar-Ruum : 27)


Þõáú ÃóÑõæäöíó ÇáøóÐöíäó ÃóáúÍóÞúÊõãú Èöåö ÔõÑóßóÇÁó ßóáøóÇ Èóáú åõæó Çááøóåõ ÇáúÚóÒöíÒõ ÇáúÍóßöíãõ [ÓÈÃ : 27]


Katakanlah : “Perlihatkanlah kepadaku sembahan-sembahan yang kamu hubungkan dengan Dia sebagai sekutu-sekutu(Nya), sekali-kali tidak mungkin ! Sebenarnya Dia-lah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.(Qs. Saba ‘ : 27)

Makna ketiga , kekuasaan yang berarti keperkasaan dan kemenangan atas seluruh makhluk yang ada. Karena semua makhluk di bawah kekuasaan Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-, tunduk kepada keagungan-Nya, dan patuh terhadap keinginan-Nya. Ubun-ubun seluruh makhluk berada di tangan-Nya, tidak akan ada yang bergerak dari semua itu, dan tidak pula ada yang dapat mengatur, kecuali dengan daya dan upaya serta izin-Nya. Oleh karena itu, apa yang Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-kehendaki akan jadi dan apa yang tidak Dia-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-kehendaki, maka tidak akan jadi. Selain itu, tidak ada daya dan upaya, melainkan dengan izin Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-. Firman-Nya,


Þõáö Çááøóåõãøó ãóÇáößó Çáúãõáúßö ÊõÄúÊöí Çáúãõáúßó ãóäú ÊóÔóÇÁõ æóÊóäúÒöÚõ Çáúãõáúßó ãöãøóäú ÊóÔóÇÁõ æóÊõÚöÒøõ ãóäú ÊóÔóÇÁõ æóÊõÐöáøõ ãóäú ÊóÔóÇÁõ ÈöíóÏößó ÇáúÎóíúÑõ Åöäøóßó Úóáóì ßõáøö ÔóíúÁò ÞóÏöíÑñ (26) ÊõæáöÌõ Çááøóíúáó Ýöí ÇáäøóåóÇÑö æóÊõæáöÌõ ÇáäøóåóÇÑó Ýöí Çááøóíúáö æóÊõÎúÑöÌõ ÇáúÍóíøó ãöäó ÇáúãóíøöÊö æóÊõÎúÑöÌõ ÇáúãóíøöÊó ãöäó ÇáúÍóíøö æóÊóÑúÒõÞõ ãóäú ÊóÔóÇÁõ ÈöÛóíúÑö ÍöÓóÇÈò (27) [Âá ÚãÑÇä : 26 ¡ 27]


Katakanlah : “Wahai Rabb Yang Mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu. Engkau masukkan malam ke dalam siang dan Engkau masukkan siang kepada malam. Engkau keluarkan yang hidup dari yang mati, dan Engkau keluarkan yang mati dari yang hidup. Dan Engkau beri rizki siapa yang Engkau kehendaki tanpa hisab (batas) (Qs. Ali Imran : 26-27)

Buah Keimanan
Di antara buah keimanan dengan nama tersebut adalah kerendahan hamba hanya ditujukan kepada Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-semata, ia tidak bersandar kecuali kepada-Nya, tidak memohon penjagaan kecuali kepada-Nya semata, tidak memohon perlindungan, kecuali dari-Nya semata, dan tidak memohon kekuasaan melainkan dari-Nya. Dalam al-Qur’an disebutkan,


ãóäú ßóÇäó íõÑöíÏõ ÇáúÚöÒøóÉó Ýóáöáøóåö ÇáúÚöÒøóÉõ ÌóãöíÚðÇ [ÝÇØÑ : 10]


Barang siapa yang menghendaki kemuliaan, maka bagi Allah kemuliaan itu semuanya (Qs. Fathir : 10)

Setiap kali seorang hamba lebih merealisasikan hal tersebut, maka ia lebih memungkinkan untuk mendapatkan kekuasaan. Firman-Nya,


æóáöáøóåö ÇáúÚöÒøóÉõ æóáöÑóÓõæáöåö æóáöáúãõÄúãöäöíäó [ÇáãäÇÝÞæä : 8]


Padahal kekuatan itu hanyalah bagi Allah, bagi Rasul-Nya dan bagi orang-orang mu’min(Qs. al-Munafiqun : 8)

Kekuasaan yang berarti keperkasaan merupakan salah satu makna dari al-Jabbar (Mahakuasa). Karena di antara kandungan makna al-Jabbar adalah bahwasanya Dia-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- Mahakuasa atas segala sesuatu, yang hina di hadapan-Nya segala sesuatu dan tunduk kepada-Nya segala yang ada. Alam semesta atas dan bawah dengan segala yang ada di dalamnya yang berupa makhluk yang agung semuanya patuh dalam gerakan dan diamnya, apa yang mereka bawa dan tinggalkan adalah milik Raja dan pengatur mereka. Mereka tidak memiliki sedikit pun dari urusan tersebut, tidak pula dalam hal hukum, tetapi semua hanya milik Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-. Hukum syar’i dan takdir serta balasan semuanya adalah hak-Nya, tidak ada yang Maha Memutuskan perkara melainkan Dia-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-, tiada Rabb selain-Nya dan tidak ada ilah, secuali Dia-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-semata.

Namun, hal ini tidak berarti bahwa hamba dipaksa atau terpaksa dalam berbuat. Akan tetapi, urusannya sebagimana yang Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-firmankan,


æóÞõáö ÇáúÍóÞøõ ãöäú ÑóÈøößõãú Ýóãóäú ÔóÇÁó ÝóáúíõÄúãöäú æóãóäú ÔóÇÁó ÝóáúíóßúÝõÑú [ÇáßåÝ : 29]


Dan katakanlah : “Kebenaran itu datangnya dari Rabbmu; maka barang siapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barang siapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir (Qs. al-Kahfi : 29)
Dan firman-Nya,


æóäóÝúÓò æóãóÇ ÓóæøóÇåóÇ (7) ÝóÃóáúåóãóåóÇ ÝõÌõæÑóåóÇ æóÊóÞúæóÇåóÇ (8) ÞóÏú ÃóÝúáóÍó ãóäú ÒóßøóÇåóÇ (9) æóÞóÏú ÎóÇÈó ãóäú ÏóÓøóÇåóÇ (10) [ÇáÔãÓ : 7 - 10]


Demi jiwa serta penyempurnaan (ciptaan)nya,
Maka Dia mengilhamkan kepadanya (jalan) kejahatan dan ketakwaannya,
Sungguh beruntung orang yang menyucikannya (jiwa itu),
Dan sungguh rugi orang yang mengotorinya. (Asy-Syams : 7-10)

Kandungan Makna Nama “al-Jabbar”
Nama al-Jabbar memiliiki tiga kandungan makna :
Pertama : BerartiÇóáúÞóåøóÇÑõ (al-Qahhar ), sebagaimana yang telah diuraikan sebelumnya.

Kedua : Kembali kepada kelembutan kasih sayang dan santun. Oleh karena itu, Dia-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì – adalah yang menolong orang yang hancur hatinya, memberi kecukupan kepada orang fakir, memudahkan urusan orang yang mendapatkan kesulitan dan membantu orang yang sedang sakit dan terkena musibah dengan memberi mereka taufik untuk dapat bersabar dan Dia-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì –memberikan kemaslahatan baginya, di samping pengganti dari-Nya untuk orang yang terkena musibah dengan pahala yang agung. Dia -ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì –memberikan pertolongan khusus bagi hati orang-orang yang selalu tunduk kepada keagungan dan kemuliaan-Nya, dan hati orang-orang yang cinta kepada-Nya serta patuh kepada kesempurnaan-Nya, yang mengharap karunia dan pemberian dari-Nya yang berupa luapan cinta kasih dan aneka ragam kebaikan, taufik ilahi, hidayah dan petunjuk untuk hati mereka. Sedangkan ucapan orang yang berdoa,


Çóááøóåõãøó ÇÌúÈõÑúäöí


“Ya Allah, tolonglah diriku.”
Pada hakikatnya, pertolongan yang dimaksud di sini adalah memperbaiki diri hamba dan menjauhkan segala hal yang dibenci dan yang buruk darinya. Adalah Nabi-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-dahulu ketika duduk di antara dua sujud mengucapkan doa,


Çóááøóåõãøó ÇÛúÝöÑúáöí æóÇÑúÍóãúäöí æóÇÌúÈõÑúäöí æóÇåúÏöäöí æóÇÑúÒõÞúäöí


Ya Allah ! Ampunilah aku, kasihanilah aku, tolonglah aku, tunjukilah aku dan karuniakanlah aku rizki (HR. at-Tirmidzi dan Ibnu Majah)

Ketiga : Di antara kandungan makna Al-Jabbar adalah Mahatinggi atas segala sesuatu, yang bagi-Nya seluruh kandungan makna ketinggian, yaitu ketinggian Dzat, kedudukan, dan kekuasaan.

Dan sungguh Nabi kita-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó –dahulu mengagungkan Rabbnya ketika rukuk dan sujud dengan menyebut kekuasaan Allah-ÚóÒøóæóÌóáøó-yang ditunjukkan oleh nama-Nya ‘Al-Jabbar’. Disebutkan dalam kitab Al-Musnad dan As-Sunan dari Auf bin Malik al-Asyja’i-ÑóÖöíó Çááåõ Úóäúåõ-, ia berkata,


ÞõãúÊõ ãóÚó ÑóÓõæáö Çááøóåö -Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó- áóíúáóÉð ÝóÞóÇãó ÝóÞóÑóÃó ÓõæÑóÉó ÇáúÈóÞóÑóÉö áÇó íóãõÑøõ ÈöÂíóÉö ÑóÍúãóÉò ÅöáÇøó æóÞóÝó ÝóÓóÃóáó æóáÇó íóãõÑøõ ÈöÂíóÉö ÚóÐóÇÈò ÅöáÇøó æóÞóÝó ÝóÊóÚóæøóÐó - ÞóÇáó - Ëõãøó ÑóßóÚó ÈöÞóÏúÑö ÞöíóÇãöåö íóÞõæáõ Ýöì ÑõßõæÚöåö « ÓõÈúÍóÇäó Ðöì ÇáúÌóÈóÑõæÊö æóÇáúãóáóßõæÊö æóÇáúßöÈúÑöíóÇÁö æóÇáúÚóÙóãóÉö ». Ëõãøó ÓóÌóÏó ÈöÞóÏúÑö ÞöíóÇãöåö Ëõãøó ÞóÇáó Ýöì ÓõÌõæÏöåö ãöËúáó Ðóáößó - Ëõãøó ÞóÇãó ÝóÞóÑóÃó ÈöÂáö ÚöãúÑóÇäó Ëõãøó ÞóÑóÃó ÓõæÑóÉð ÓõæÑóÉð.


Aku pernah mengerjakan shalat bersama Rasulullah-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó – pada suatu malam, lalu beliau berdiri dan membaca surat al-Baqarah, tidaklah beliau melewati ayat rahmat kecuali beliau berhenti dan memohon (rahmat-Nya), dan tidaklah beliau melewati ayat adzab melainkan beliau berhenti dan berlindung (kepada Allah dari siksa-Nya).
Auf melanjutkan : kemudian beliau ruku’ sesuai dengan waktu berdirinya seraya berdoa dalam ruku’nya : Maha suci (Allah) Maha Pemilik kekuasaan, kerajaan, keagungan dan kesempurnaan Dzat.
Lalu sujud sesuai dengan waktu berdirinya kemudian berdoa dalam sujudnya seperti doa ruku’nya, kemudian beliau berdiri dan membaca surat Ali Imran, lalu beliau membaca surat demi surat (HR. Imam Ahmad, juz 6, hal.24, Abu Dawud, no. 873, An-Nasai, no. 1132 dan lain-lain. Dishahihkan oleh Al-Albani.)

Kekuasaan hanyalah milik Allah -ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì – semata. Barang siapa dari makhluk yang sok berkuasa (angkuh), maka ia akan kembali dengan murka Allah -ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì – dan berhak mendapatkan ancaman-Nya. Sungguh Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì –telah mengancam orang yang demikian kondisinya dengan siksa yang keras, dikunci hatinya, dan dimasukkan ke dalam neraka pada hari Kiamat kelak. Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì –berfirman,


ßóÐóáößó íóØúÈóÚõ Çááøóåõ Úóáóì ßõáøö ÞóáúÈö ãõÊóßóÈøöÑò ÌóÈøóÇÑò [ÛÇÝÑ : 35]


Demikianlah Allah mengunci hati setiap orang yang sombong dan berlaku sewenang-wenang (Qs. Ghafir : 35)


æóÇÓúÊóÝúÊóÍõæÇ æóÎóÇÈó ßõáøõ ÌóÈøóÇÑò ÚóäöíÏò (15) ãöäú æóÑóÇÆöåö Ìóåóäøóãõ æóíõÓúÞóì ãöäú ãóÇÁò ÕóÏöíÏò (16) íóÊóÌóÑøóÚõåõ æóáóÇ íóßóÇÏõ íõÓöíÛõåõ æóíóÃúÊöíåö ÇáúãóæúÊõ ãöäú ßõáøö ãóßóÇäò æóãóÇ åõæó ÈöãóíøöÊò æóãöäú æóÑóÇÆöåö ÚóÐóÇÈñ ÛóáöíÙñ (17) [ÅÈÑÇåíã : 15 - 17]


Dan mereka memohon kemenangan (atas musuh-musuh mereka) dan binasalah semua orang yang berlaku sewenang-wenang lagi keras kepala, di hadapannya ada jahannam dan dia akan diberi minuman dengan air nanah, diminumnya air nanah itu dan hampir dia tidak bisa menelannya dan datanglah (bahaya) maut kepadanya dari segenap penjuru, tetapi dia tidak juga mati; dan di hadapannya masih ada azab yang berat (Qs. Ibrahim : 15-17)

Ahmad dan at-Tirmidzi meriwayatkan dari Abu Hurairah-ÑóÖöíó Çááåõ Úóäúåõ –ia berkata bahwa Rasulullah-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó –bersabda,


íóÎúÑõÌõ ÚõäõÞñ ãöäú ÇáäøóÇÑö íóæúãó ÇáúÞöíóÇãóÉö áóåõ ÚóíúäóÇäö íõÈúÕöÑõ ÈöåöãóÇ æóÃõÐõäóÇäö íóÓúãóÚõ ÈöåöãóÇ æóáöÓóÇäñ íóäúØöÞõ Èöåö ÝóíóÞõæáõ Åöäøöí æõßøöáúÊõ ÈöËóáóÇËóÉò Èößõáøö ÌóÈøóÇÑò ÚóäöíÏò æóÈößõáøö ãóäú ÇÏøóÚóì ãóÚó Çááøóåö ÅöáóåðÇ ÂÎóÑó æóÇáúãõÕóæøöÑöíäó


Pada hari Kiamat ada sebuah leher keluar dari Neraka, ia memiliki dua mata yang digunakan untuk memandang, dua telinga yang ia gunakan untuk mendengar, sebuah lisan yang digunakan untuk berbicara, ia berkata : Sesungguhnya aku diperintahkan untuk mencari tiga golongan orang ; setiap orang yang angkuh lagi membangkang, setiap orang yang mengaku ada tuhan lain di samping Allah, dan orang-orang yang melukis atau menggambar (makhluk yang bernyawa) (HR. Ahmad dan at-Tirmidzi)

Kita berlindung kepada Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì –dari api Neraka dan dari murka Yang Mahakuasa, dan kita berlindung kepada-Nya dari akhlak, hawa nafsu, dan penyakit yang munkar. Sesungguhnya Dia-ÊóÈóÇÑóßó æóÊóÚóÇáóì- Maha Mendengarkan doa.

Wallahu A’lam

(Redaksi)

Sumber :
Fikih Asmaul Husna, Prof. Dr. Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin al-'Abbad (hal.246-249)












Hikmah Al-Quran & Mutiara Hadits : index.php
Versi Online : index.php/?pilih=lihatannur&id=977