Artikel : Ekonomi Islam - Hikmah Al-Quran & Mutiara Hadits - Senin, 07 Juli 03

Akhlak Usahawan Muslim
oleh : Prof.Dr.Abdullah al-Mushlih & Prof.Dr.Shalah ash-Shawi

7. Muamalah Dibangun di Atas Kejujuran dan Amanah

(ÇáãõÚóÇãóáÇóÊõ ãóÈúäöíóøÉñ Úóáóì ÇáÕóøÏúÞö æó ÇáÃóãóÇäóÉö)

Definisi ash-Shidq (Kejujuran) dan Amanah

Kata (ÇáÕóøÏúÞö) dalam etimologi bahasa Arab menunjukkan pada pengertian kekuatan pada sesuatu, baik berupa perkataan atau selainnya, yaitu kesamaan hukum atas realitasnya. Kata ini adalah anonim kata (ÇáßóÐöÈ). Sedangkan kata (ÇáÃóãóÇäóÉö) merupakan anonim dari kata (ÇáÎöíóÇäóÉ), yang memiliki pengertian: ketenangan hati, tasdiq, dan wafa’ (penunaian secara total).

Kata “jujur”, dalam istilah (terminologi) muamalah, adalah pernyataan transaktor yang sesuai dan tidak menyelisihi realitasnya. Sedangkan amanah adalah penyempurnaan akad transaksi dan penunaiannya, serta tidak menyelisihinya

Dalil Kaidah Ini

Kaidah ini telah ditetapkan oleh al-Quran, Sunnah, dan ijma’. Allah telah mewajibkan pada hamba-Nya untuk berbuat jujur dan amanah dalam seluruh perkara, sebagaimana dalam firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,


íóÇ ÃóíõøåóÇ ÇáóøÐöíäó ÂãóäõæÇú ÇÊóøÞõæÇú Çááøåó æóßõæäõæÇú ãóÚó ÇáÕóøÇÏöÞöíäó

“Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar.” (Qa. at-Taubah: 119)

Juga, firman-Nya ‘Azza wa Jalla,


Åöäóø Çááøåó íóÃúãõÑõßõãú Ãóä ÊõÄÏõøæÇú ÇáÃóãóÇäóÇÊö Åöáóì ÃóåúáöåóÇ

“Sesungguhnya, Allah memerintahkan kamu untuk menyampaikan amanah kepada orang yang berhak menerimanya.” (Qs. an-Nisa`: 58)

Ketika maksud dari muamalah adalah mendapatkan usaha dan keuntungan, sehingga terkadang membawa manusia untuk berdusta dan berkhianat, maka Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan hamba-Nya untuk berbuat jujur, amanah, dan menjelaskan perkaranya dengan benar.

Allah Ta’ala berfirman,


ÝóÃóæúÝõæÇú Çáúßóíúáó æóÇáúãöíÒóÇäó æóáÇó ÊóÈúÎóÓõæÇú ÇáäóøÇÓó ÃóÔúíóÇÁåõãú æóáÇó ÊõÝúÓöÏõæÇú Ýöí ÇáÃóÑúÖö ÈóÚúÏó ÅöÕúáÇóÍöåóÇ Ðóáößõãú ÎóíúÑñ áóøßõãú Åöä ßõäÊõã ãõøÄúãöäöíäó

“… Maka, sempurnakanlah takaran dan timbangan dan janganlah kamu kurangkan bagi manusia barang-barang takaran dan timbangannya. Jangan pula kamu membuat kerusakan di muka bumi sesudah Tuhan memperbaikinya. Yang demikian itu lebih baik bagimu, jika kamu benar-benar orang-orang yang beriman.” (Qs. al-A’raf: 85)

Juga, firman-Nya Subhanahu wa Ta’ala,


ÝóÅöäú Ãóãöäó ÈóÚúÖõßõã ÈóÚúÖÇð ÝóáúíõÄóÏöø ÇáóøÐöí ÇÄúÊõãöäó ÃóãóÇäóÊóåõ

“… Akan tetapi, jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, maka hendaklah orang yang dipercayai itu menunaikan amanahnya (utangnya).” (Qs. al-Baqarah: 283)

Demikian juga, perintah menunaikan akad-akad transaksi, seperti dalam firman-Nya ‘Azza wa Jalla ,


íóÇ ÃóíõøåóÇ ÇáóøÐöíäó ÂãóäõæÇú ÃóæúÝõæÇú ÈöÇáúÚõÞõæÏö

“Wahai orang-orang yang beriman, penuhilah akad-akad itu.” (Qs. al-Maidah: 1)

Kesemua ayat-ayat ini menunjukkan bahwa dasar muamalah adalah kejujuran dan amanah.

Sedangkan, Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang memerintahkan hal ini banyak sekali, di antaranya adalah hadits Hakim bin Hizam radhiyallahu ‘anhu yang berbunyi,


Úóäú ÇáäóøÈöíöø Õóáóøì Çááóøåõ Úóáóíúåö æóÓóáóøãó ÞóÇáó ÇáúÈóíöøÚóÇäö ÈöÇáúÎöíóÇÑö ãóÇ áóãú íóÊóÝóÑóøÞóÇ Ãóæú ÞóÇáó ÍóÊóøì íóÊóÝóÑóøÞóÇ ÝóÅöäú ÕóÏóÞóÇ æóÈóíóøäóÇ ÈõæÑößó áóåõãóÇ Ýöí ÈóíúÚöåöãóÇ æóÅöäú ßóÊóãóÇ æóßóÐóÈóÇ ãõÍöÞóÊú ÈóÑóßóÉõ ÈóíúÚöåöãóÇ

Dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda, “Jual-beli itu dengan khiyar (hak pilih) selama belum berpisah–atau (beliau) menyatakan, ‘hingga keduanya berpisah.’ Apabila keduanya jujur dan menjelaskan (keadaan barangnya), maka berkah akan diberikan dalam jual-belinya, dan jika keduanya menyembunyikan (aib) dan berdusta maka berkah dihapus dalam jual-belinya.“ (HR. al-Bukhari dan Muslim)

Demikian juga, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengancam dengan ancaman berat bagi orang yang berdusta dalam muamalahnya, dalam sabdanya,


ËóáóÇËóÉñ áóÇ íõßóáöøãõåõãú Çááóøåõ íóæúãó ÇáúÞöíóÇãóÉö æóáóÇ íóäúÙõÑõ Åöáóíúåöãú æóáóÇ íõÒóßöøíåöãú æóáóåõãú ÚóÐóÇÈñ Ãóáöíãñ ÞóÇáó ÝóÞóÑóÃóåóÇ ÑóÓõæáõ Çááóøåö Õóáóøì Çááóøåõ Úóáóíúåö æóÓóáóøãó ËóáóÇËó ãöÑóÇÑðÇ ÞóÇáó ÃóÈõæ ÐóÑòø ÎóÇÈõæÇ æóÎóÓöÑõæÇ ãóäú åõãú íóÇ ÑóÓõæáó Çááóøåö ÞóÇáó ÇáúãõÓúÈöáõ æóÇáúãóäóøÇäõ æóÇáúãõäóÝöøÞõ ÓöáúÚóÊóåõ ÈöÇáúÍóáöÝö ÇáúßóÇÐöÈö

“Ada tiga orang yang tidak diajak bicara dan tidak dilihat oleh Allah di hari kiamat, serta yang tidak disucikan dan yang mendapat adzab yang pedih. Lalu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengucapkannya tiga kali. Abu Dzar bertanya, ‘Mereka telah rugi dan menyesal. Siapakah mereka wahai Rasulullah?’ Beliau menjawab, ‘Orang yang berpakaian melebihi mata kaki (al-musbil), orang yang mengungkit pemberiannya (al-mannan), dan orang yang menutupi barang dagangannya dengan sumpah dan dusta.’ ” (Hr. Muslim)

Tidak cukup dengan itu saja, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam pun melarang kebohongan dalam muamalah, sebagaimana beliau menegur pedagang yang menutupi aib barang dagangannya dengan menyatakan,


ãóÇ åóÐóÇ íóÇ ÕóÇÍöÈó ÇáØóøÚóÇãö ÞóÇáó ÃóÕóÇÈóÊúåõ ÇáÓóøãóÇÁõ íóÇ ÑóÓõæáó Çááóøåö ÞóÇáó ÃóÝóáóÇ ÌóÚóáúÊóåõ ÝóæúÞó ÇáØóøÚóÇãö ßóíú íóÑóÇåõ ÇáäóøÇÓõ ãóäú ÛóÔóø ÝóáóíúÓó ãöäöøí

“Apa ini wahai pedagang makanan?” Pedagang itu menjawab, “Terkena hujan, wahai Rasulullah.” Beliau bersabda, “Mengapa tidak kamu taruh makanan tersebut di atas agar orang melihatnya? Barangsiapa yang berbuat bohong maka (dia) bukan (bagian) dariku.” (HR. Muslim)

Hadits ini, mencakup semua jenis muamalah, baik berupa jual-beli, sewa-menyewa, syarikat, dan yang lainnya.

Kaidah dasar dalam kewajiban jujur dan amanah dalam muamalah disampaikan oleh Imam al-Ghazali rahimahullahu dalam pernyataan beliau,


ÃáÇ íõÍöÈõø áöÃóÎöíúåö ÅöáÇóø ãóÇ íõÍöÈõø áöäóÝúÓöåö Ýóßõáõø ãóÇ Úæãá Èöåö ÔÞóø Úóáóíúåö æËÞá Úóáóì ÞóáúÈöåö ÝóáÇó íõÚóÇãöáõ Èöåö ÃóÎóÇåõ

“Menginginkan untuk saudaranya seperti yang ia inginkan untuk dirinya, sehingga semua muamalah yang membuatnya susah dan menyusahkan hatinya, janganlah dilakukan untuk saudaranya.”

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,


áÇó íõÄúãöäõ ÃóÍóÏõßõãú ÍóÊóøì íõÍöÈóø áöÃóÎöíúåö ãóÇ íõÍöÈõø áöäóÝúÓöåö

“Tidaklah sempurna keimanan seorang mukmin hingga ia mencintai untuk saudaranya segala sesuatu yang ia cintai untuk dirinya sendiri.”(HR. Bukhari dan Muslim)

Perinciannya disampaikan al-Ghazali dalam pernyataan beliau,
“Adapun perinciannya, ada dalam empat hal, yaitu:
1. Tidak memuji barang dagangannya dengan berlebihan (tidak memuji dengan mengungkapkan keunggulan yang tidak terdapat pada barang dagangannya).
2. Jangan menyembunyikan aibnya dan sifat-sifat jeleknya, sedikit pun.
3. Jangan menyembunyikan berat dan ukurannya, sedikit pun.
4. Jangan menyembunyikan harganya, yang seandainya orang yang ia muamalahi mengetahuinya tentulah ia tidak akan mau (membelinya).”


Demikianlah, kewajiban jujur dan amanah dalam muamalah, sehingga imam Ahmad rahimahullahu melarang berdiplomasi dalam jual-beli, karena berisi tadlis (penyembunyian aib) dan tidak menjelaskan keadaan barangnya dengan seharusnya. Hal ini tidaklah khusus hanya dalam jual-beli saja, bahkan bersifat umum dalam semua muamalah.

Ibnu Taimiyah rahimahullahu menyatakan, “Semua yang wajib dijelaskan, maka diharamkan untuk dilakukan diplomasi atasnya, karena itu adalah penyembunyian (hakikat) dan tadlis (penyembunyian aib).”

Hikmah Al-Quran & Mutiara Hadits : index.php
Versi Online : index.php/?pilih=indexekonomi&id=1§ion=e001