Artikel : Hadits - Hikmah Al-Quran & Mutiara Hadits

AHLUL BAIT 'Alaihimusslaman DAN SHAHABAT NABI Radhiyallahu 'Anhum

Rabu, 25 April 12

Siapakah Ahlul Bait Nabi shallallahu 'alaihi wasallam?

Syaikh ‘Abdul Muhsin al-‘Abbad hafizhahullah menjelaskan tentang siapa yang dimaksud dengan Ahlul Bait Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dengan berkata:” adalah mereka yang diharamkan menerima sedekah (zakat), dan mereka adalah isteri-isteri beliau (Nabi), keturunannya, semua kaum Muslimin laki-laki dan perempuan dari keturunan ‘Abdul Muththalib, dan mereka adalah Bani Hasyim bin ‘Abdi Manaf.” (Fadhlu Ahlil Bait wa ‘Uluwwi Manzilatihim ‘Inda Ahlis Sunnah)

Dalil yang menunjukkan masuknya keturunan pama-paman Nabi shallallahu 'alaihi wasallam (dari jalur bapak) ke dalam golongan Ahlul Bait Nabi shallallahu 'alaihi wasallam adalah apa yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam Shahihnya, dari ‘Abdul Muththalib bin Rabi’ah bin al-Harits bin‘Abdul Muththalib, bahwasanya dia dan al-Fadhl bin ‘Abbas radhiyallahu 'anhum datang kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam agar mereka diberi tugas menjadi petugas sedekah (zakat), supaya keduanya mendapatkan harta (gaji dari pekerjaannya) yang akan mereka berdua gunakan untuk menikah. Maka Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda kepada keduanya:


((Åäøó ÇáÕøóÏÞÉ áÇ ÊäÈÛí áÂá ãÍãϺ ÅäøóãÇ åí ÃæÓÇÎõ ÇáäÇÓ))¡ Ëãøó ÃãÑ ÈÊÒæíÌåãÇ æÅÕÏÇÞåãÇ ãä ÇáÎãÓ.

”Sesungguhnya sedekah (zakat) itu tidak pantas (tidak halal) untuk keluarga (Ahlul Bait) Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, akan tetapi ia (sedekah) hanyalah kotoran harta manusia.” Kemudian keduanya diperintahkan untuk dinikahkan dan maharnya dari al-Khumus(seperlima bagian ghanimah untuk Nabi dan kerabatnya)

Sebagian ulama di antaranya Imam asy-Syafi’i, dan Imam Ahmad memasukkan keturunan Bani Muthalib bin ‘Abdi Manaf katurunan Hasyim ke dalam golongan orang yang diharamkan memakan harta sedekah (zakat) dikarenakan mereka juga mendapatkan al-Khunus. Hal itu berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari dari Jubair binMuth’im, yang mana di dalamnya ada penjelasan bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam memberikan kepada Bani Hasyim dan Bani al-Muthalib, dan tidak memberikannya kepada saudara-saudara mereka dari Bani ‘Abdu Syams dan Naufal karena Bani Hasyim dan Bani al-Muthalib adalah satu kesatuan.

Adapun masuknya isteri-isteri Nabi shallallahu 'alaihi wasallam ke dalam kelompok Ahlul Bait adalah berdasarkan firman Allah Subhanahu wa Ta'ala:


{æóÞóÑúäó Ýöí ÈõíõæÊößõäøó æóáÇó ÊóÈóÑøóÌúäó ÊóÈóÑøõÌó ÇáÌóÇåöáöíøóÉö ÇáÃõæáóì æóÃóÞöãúäó ÇáÕøóáÇóÉó æóÂÊöíäó ÇáÒøóßóÇÉó æóÃóØöÚúäó Çááåó æóÑóÓõæáóåõ ÅöäøóãóÇ íõÑöíÏõ Çááåõ áöíõÐúåöÈó Úóäßõãõ ÇáÑøöÌúÓó Ãóåúáó ÇáÈóíúÊö æóíõØóåøöÑóßõãú ÊóØúåöíÑðÇ æóÇÐúßõÑúäó ãóÇ íõÊúáóì Ýöí ÈõíõæÊößõäøó ãöä ÁóÇíóÇÊö Çááåö æóÇáÍößúãóÉö Åöäøó Çááåó ßóÇäó áóØöíÝðÇ ÎóÈöíÑðÇ}

”Dan hendaklah kalian tetap di rumah-rumah kalian dan janganlah kalian berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan taatilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai ahlul bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya. Dan ingatlah apa yang dibacakan di rumah kalian dari ayat-ayat Allah dan hikmah (sunnah nabimu). Sesungguhnya Allah adalah Maha Lembut lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-Ahzaab: 33-34)

Maka ayat ini secara pasti menunjukkan masuknya isteri-isteri Nabi ke dalam golongan Ahlul Bait, karena konteks ayat-ayat yang sebelumnya dan setelahnya adalah ditujukkan kepada mereka (isteri-isteri Nabi) dan ini tidak bertentangan denganhadits yang ada dalam Shahih Muslim,d ari ‘Aisyah radhiyallahu 'anha, bahwsanya dia berkata:


((ÎÑÌ ÇáäøóÈöíøõ  ÛÏÇÉð æÚáíå ãöÑúØñ ãõÑóÍøóá ãä ÔóÚÑ ÃÓæÏ¡ ÝÌÇÁ ÇáÍÓä Èä Úáí ÝÃÏÎáå¡ Ëãøó ÌÇÁ ÇáÍõÓíä ÝÏÎá ãÚå¡ Ëã ÌÇÁÊ ÝÇØãÉõ ÝÃÏÎáåÇ¡ Ëãøó ÌÇÁ Úáíøñ ÝÃÏÎáå¡ Ëãøó ÞÇá: {ÅöäøóãóÇ íõÑöíÏõ Çááåõ áöíõÐúåöÈó Úóäßõãõ ÇáÑøöÌúÓó Ãóåúáó ÇáÈóíúÊö æóíõØóåøöÑóßõãú ÊóØúåöíÑðÇ}))

”Nabi shallallahu 'alaihi wasallam keluar pada suatu siang, beliau mengenakan selendang dari bulu yang berwarna hitam. Lalu datanglah Hasan bin Ali dan beliaupun memasukannya (kedalam naungan seledang tersebut) lalu datanglah Husain bin Ali dan beliaupun memasukannya kemudian datanglah Fatimah dan beliaupun memasukannya kemudian datanglah Ali radiallahu anhum dan beliaupun memasukkannya. Kemudian beliau membaca:“sesungguhnya Allah hendak menghilangkan dosa dari kalian wahai ahlul bait dan mensucikan kalian sesuci sucinya (QS. al-Ahzab : 33).”. (HR. Muslim)

Aqidah/Keyakinan Ahlus Sunnah Terhadap Ahlul Bait

Aqidah (keyakinan) Ahli Sunnah wal Jama’ah adalah aqidah yang pertengahan, pertengahan antara sikap ifrath (berlebih-lebihan) dan sikap tafrith (meremehkan), antara sikap ghuluw (ekstrem) dan jafaa’ (kasar) dalam semua permasalahan aqidah. Dan di antara hal tersebut adalah keyakinan mereka terhadap Ahlul Bait Nabi shallallahu 'alaihi wasallam. Maka mereka (Ahlu Sunnah) loyal kepada semua orang Muslim dan Muslimat dari keturunan ‘Abdul Muthalib, demikian loyal kepada juga isteri-isteri Nabi shallallahu 'alaihi wasallam. Mereka (Ahli Sunnah) mencintai semua Ahlul Bait radhiyallahu 'anhum, menyanjung mereka, mendudukkan mereka pada kedudukan yang menjadi hak mereka dengan sikap adil dan pertengahan, bukan dengan hawa nafsu dan serampangan, mengakui keutamaan orang yang Allah gabungkan dalam diri orang tersebut kemuliaan Iman dan kemulian nasab (keturunan). Maka siapa saja yang termasuk Ahlul Bait dan ia dari kalangan shahabat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, maka ia akan dicintai oleh Ahlus Sunnah dikarenakan keimanannya, ketakwaannya, persahabatannya (dengan Nabi), dan kekerabatannya (kedekatan secara nasab) dengan Nabi shallallahu 'alaihi wasallam. Adapun Ahlul Bait yang bukan dari kalangan Shahabat maka ia dicintaii oleh Ahli Sunnah dikarenakan keimanan, ketakwaan dan kekerabatannya dengan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam.

Dan mereka (Ahli Sunnah) juga berkeyakinan bahwa kemuliaan nasab mengikuti kemulian iman, dan barang siapa yang Allah gabungkan kedua hal tersebut pada dirinya maka Allah telah menggabungkan dua kebaikan itu dalam dirinya. Dan barang siapa yang tidak diberi taufiq untuk beriman, maka kemuliaan nasabnya tidak bermanfaat baginya sedikitpun. Allah ’Azza wa Jalla berfirman:


{Åöäøó ÃóßúÑóãóßõãú ÚöäÏó Çááåö ÃóÊúÞóÇßõãú}

”Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kalian di sisi Allâh ialah orang yang paling takwa di antara kalian.” (QS. Al-Hujuraat:13)

Dan di akhir sebuah hadits yang panjang yang diriwayatkan oleh Imam Muslim rahimahullah dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:


((æãóä ÈØøóÃ Èå Úãáõå áóã íõÓÑÚ Èå äÓÈõå)).

”Barang siapa kurang (sedikit) amalannya, maka nasabnya tidak bisa mempercepat (dia meraih kemuliaa.”( (HR. Muslim)

Al-Hâfizh Ibnu Rajab rahimahullâh menjelaskan hadits ini dengan berkata: “Maknanya, sesungguhnya amal (sholeh) lah yang akan mengangkat derajat seorang hamba di akherat, sebagaimana firman Allâh Subhanahu wa Ta'ala berikut:


æóáößõáøò ÏóÑóÌóÇÊñ ãöãøóÇ ÚóãöáõæÇ …(132)

”Dan masing-masing orang memperoleh derajat-derajat (seimbang)
dengan apa yang dikerjakannya...”
(QS. al-An’âm: 132)

Barang siapa amal (sholeh) nya sedikit di sisi Allah Subhanahu wa Ta'ala maka nasabnya tidak membantu dirinya untuk meraih derajat tinggi. Sebab, Allâh Ta'âla mengaitkan balasan bagi seorang hamba berdasarkan amalnya, bukan nasabnya. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:


ÝóÅöÐóÇ äõÝöÎó Ýöí ÇáÕøõæÑö ÝóáóÇ ÃóäúÓóÇÈó Èóíúäóåõãú íóæúãóÆöÐò æóáóÇ íóÊóÓóÇÁóáõæäó (101)

”Apabila sangkakala ditiup maka tidaklah ada lagi pertalian nasab di antara mereka pada hari itudan tidak ada pula mereka saling bertanya.” (QS. Al-Mu’minuun: 101)

Allah Subhanahu wa Ta'ala telah memerintahkan (para hamba-Nya) untuk bersegera memperoleh ampunan dan rahmat-Nya dengan mengerjakan amal shaleh. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:


æóÓóÇÑöÚõæÇ Åöáóì ãóÛúÝöÑóÉò ãöäú ÑóÈøößõãú æóÌóäøóÉò ÚóÑúÖõåóÇ ÇáÓøóãóæóÇÊõ æóÇáúÃóÑúÖõ ÃõÚöÏøóÊú áöáúãõÊøóÞöíäó (133) ÇáøóÐöíäó íõäúÝöÞõæäó Ýöí ÇáÓøóÑøóÇÁö æóÇáÖøóÑøóÇÁö æóÇáúßóÇÙöãöíäó ÇáúÛóíúÙó æóÇáúÚóÇÝöíäó Úóäö ÇáäøóÇÓö æóÇááøóåõ íõÍöÈøõ ÇáúãõÍúÓöäöíäó (134) æóÇáøóÐöíäó ÅöÐóÇ ÝóÚóáõæÇ ÝóÇÍöÔóÉð Ãóæú ÙóáóãõæÇ ÃóäúÝõÓóåõãú ÐóßóÑõæÇ Çááøóåó ÝóÇÓúÊóÛúÝóÑõæÇ áöÐõäõæÈöåöãú æóãóäú íóÛúÝöÑõ ÇáÐøõäõæÈó ÅöáøóÇ Çááøóåõ æóáóãú íõÕöÑøõæÇ Úóáóì ãóÇ ÝóÚóáõæÇ æóåõãú íóÚúáóãõæäó (135)

”Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Rabbmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa. (Yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allâh menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allâh, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allâh? dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui."(QS. Ali ‘Imrân: 133-135)

Sesungguhnya kedekatan dengan Rasûlullâh shallallâhu 'alaihi wa sallam hanya dapat diraih dengan ketakwaan dan amal shaleh. Barang siapa memiliki keimanan dan amalan yang lebih sempurna, maka ia akan lebih dekat dengan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Baik orang tersebut memiliki kedekatan keluarga dengan beliau atau tidak memiliki hubungan nasab dengan beliau. Wallâhu a’lam.

Hubungan antara Shahabat radhiyallahu 'anhum dengan Ahlul Bait

Hubungan antara Shahabat radhiyallahu 'anhum dengan Ahlul Bait adalah hubungan yang sangat masyhur, ia adalah hubungan kecintaan, kasih sayang dan ketaatn kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala dan Rasul-Nya shallallahu 'alaihi wasallam. Dan hal itu nampak jelas bagi siapa saja yang benar keislamannya dan bersih hatinya. Di antara contohnya adalah sebagai berikut:

Abu Bakar ash-Shiddiq dan Ahlul Bait radhiyallahu 'anhum

Imam al-Bukhari rahimahullah meriwayatkan dengan sanadnya, bahwasanya Abu Bakar radhiyallahu 'anhu berkata:
" ÃÑÞÈæÇ ãÍãÏÇð Õáì Çááå Úáíå æÓáã Ýí Ãåá ÈíÊå "

”Perhatikanlah (jagalah) oleh kalian hak Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam dalam masalah Ahli Bait (keluarga) beliau.” (HR. al-Bukhari dalam Shahihnya Kitab Fadha’ilush Shahabah Bab Qarabati Rasulillah shallallahu 'alaihi wasallam hadits no 713)

Al-Qadhi ‘Iyadh rahimahullah berkata ketika menjelaskan hadits tersebut:”maksudnya adalah perhatikanlah, jagalah, peliharalah (hak) beliau dalam masalah mereka (Ahlul Bait). Dan hal tersebut dilakukan dengan cara mencintai mereka, mengormati mereka dan memperhatikan hak-hak mereka.” Ibnu Hajar rahimahullah menambahkan:”Maka janganlah menyakiti mereka dan janganlah berbuat buruk terhadap mereka (Ahlul Bait).”

Maka Abu Bakar ash-Shiddiq radhiyallahu 'anhu sebagaimana beliau telah menunaikan hak-hak Ahlul Bait, beliau juga berpesan kepada manusia agar menjaga hak-hak Ahlul Bait, dengan cara memuliakan mereka, dan menghormati mereka. Dengan demikian Abu Bakar radhiyallahu 'anhu telah menunaikan wasiat Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dalam masalah Ahlul Bait (keluarga Nabi shallallahu 'alaihi wasallam)

Imam al-Bukhari dan Muslim rahimahumallah meriwayatkan dalam kitab Shahih mereka, bahwasanya Abu Bakar radhiyallahu 'anhu berkata kepada ‘Ali bin Abi Thalib radhiyallahu 'anhu:


"æ ÇáÐí äÝÓí ÈíÏå áÞÑÇÈÉ ÑÓæá Çááå Õáì Çááå Úáíå æÓáøã ÃÍÈ Åáí Ãä ÃÕá ãä ÞÑÇÈÊí "

”Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, sungguh kerabat Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam lebih aku sukai untuk aku sambung (silaturrahim) daripada kerabatku sendiri.” (HR. al-Bukhari dan Muslim rahimahumallah)

Abu Bakar radhiyallahu 'anhu mecintai dan memuliakan al-Hasan dan al-Husain radhiyallahu 'anhuma, dan beliau pun bercanda dengan keduanya. Imam al-Bukhari rahimahullah meriwayatkan dengan sanadnya dari ‘Uqbah bin al-Harits, bahwasanya dia berkata:”Aku melihat Abu Bakar radhiyallahu 'anhu sedang menggendong al-Hasan radhiyallahu 'anhu sambil berkata:


" ÈÃÈí ÔÈíå ÈÇáäÈí ¡ áíÓ ÔÈíåÇð ÈÚáí æÚáí íÖÍß "

”Ayahku menjadi tebusannya, ia (al-Hasan) mirip Nabi, bukan mirip Ali.” Dan ‘Ali pun tertawa (dalam riwayat lain tersenyum).” (HR. Bukhari)

Faidah:Dari kisah di atas kita bisa mengambil beberapa faidah di antaranya:

1. Tertawanya (tersenyumnya)‘Ali radhiyallahu 'anhu menunjukkan bahwa dia ridha dengan perkataam Abu Bakar radhiyallahu 'anhu dan membenarkannya.

2. ‘Ali radhiyallahu 'anhu sepakat dengan Abu Bakar radhiyallahu 'anhu bahwa al-Hasan radhiyallahu 'anhu mirip dengan Nabi shallallahu 'alaihi wasallam.

3. Hadits tersebut menunjukkan keutamaan Abu Bakar radhiyallahu 'anhu dan kecintaannya kepada keluarga (kerabat) Nabi shallallahu 'alaihi wasallam.

’Umar bin al-Khaththab dan Ahlul Bait radhiyallahu 'anhum

Dalam Shahih al-Bukhari disebutkan bahwa ketika dikatakan kepada ‘Umar radhiyallahu 'anhu agar beliau berwasiat untuk menunjuk pengganti sebagai Khalifah maka beliau berkata:”Aku tidak mendapati orang yang paling berhak dengan urusan ini (menjadi khalifah) selain sejumlah orang, yang mana ketika Nabi shallallahu 'alaihi wasallam meninggal beliau ridha terhadap mereka.” Lalu ‘Umar menyebutkan nama-nama mereka yaitu ‘Ali, ‘Utsman, az-Zubair, Thalhah, Sa’ad (ibnu Abi Waqash), dan ‘Abdurrahman (ibnu ‘Auf) radhiyallahu 'anhum

Diriwayatkan bahwasanya dikatakan kepada ‘Umar bin al-Khaththab radhiyallahu 'anhu:”Sesungguhnya engkau memuliakan (menghoramati) ‘Ali dengan penghormatan yang tidak pernah engkau lakukan terhadap satu orang pun dari Shahabat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam.” Maka beliau menjawab:”Ia (‘Ali) adalah tuanku.”

Imam adz-Dzahabi rahimahullah meriwayatkan bahwa ‘Umar radhiyallahu 'anhu ketika menyusun Diwan (catatan yang berisi jatah harta untuk masing-masing penduduk di negerinya. Diwan juga berarti kas negara), beliau menyamakan bagian (jatah) al-Hasan dan al-Husain radhiyallahu 'anhuma dengan bagian bapak mereka berdua, disebabkan kekerabatan keduanya dengan Nabi shallallahu 'alaihi wasallam. Beliau (‘Umar) radhiyallahu 'anhu memberikan bagian kepada masing-masing dari keduanya 5.000 dirham.

Di antara kecintaan ‘Umar bin al-Khaththab radhiyallahu 'anhu terhadap Ahlul Bait adalah kecintaan beliau terhadap anak paman (sepupu) Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, yaitu Ibnu ‘Abbas radhiyallahu 'anhuma. Hal itu dengan memasukkan Ibnu ‘Abbas kedalam majelis (majelis musyawarah) bersama para Shahabat senior dari kalangan veteran perang Badr, padahal mereka memiliki anak-anak yang seusia dan seumur dengan Ibnu ‘Abbas radhiyallahu 'anhuma.

Al-Hafizh Ibnu Katsir rahimahullah meriwayatkan bahwasanya ‘Umar radhiyallahu 'anhu berkata tentang Ibnu ‘Abbas:”Sebaik-baik penafsir al-Qur’an adalah Ibnu ‘Abbas.” Dan jika dia bertemu dengan Ibnu ‘Abbas radhiyallahu 'anhuma maka dia berkata:”Telah datang pemuda yang dewasa, memiliki lisan yang banyak bertanya (dalam kebaikan dan ilmu) dan hati yang selalu berfikir.”

Dan ‘Umar radhiyallahu 'anhu telah menjelaskan kepada ummat tentang keutamaan al-Abbas bin ‘Abdul Muthalib paman Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, dan sejauh mana penghormatan dia kepadanya, dan pengetahuannya terhadap hak al-‘Abbas. Hal itu ketika beliau bertawassul dengan al-’Abbas ketika Istisqa’ (do’a minta hujan. Dan tawassul di sini adalah dengan orang shalih yang masih hidup)

Bahkan ‘Umar radhiyallahu 'anhu pernah bersumpah tentang al-‘Abbas radhiyallahu 'anhu bahwsanya masuk islamnya dia (al-‘Abbas radhiyallahu 'anhu) lebih disukai olehnya dibandingkan masuk islamnya bapaknya –seandainya bapak ‘Umar masuk Islam- karena ‘Islamnya al-‘Abbas radhiyallahu 'anhu lebih disukai oleh Nabi shallallahu 'alaihi wasallam. (Tafsir Ibnu Katsir)

Dan di antara bukti yang menguatkan kecintaan dan kasih sayang di antara mereka adalah perbesanan dan silatirrahim yang terjadi di antara mereka. Yaitu antara Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dengan Abu Bakar radhiyallahu 'anhu, karena Nabi adalah menantu Abu Bakar, dan Nabi shallallahu 'alaihi wasallam juga menantu ‘Umar bin al-Khaththab radhiyallahu 'anhu.

Ahlul Bait 'alaihimussalam dengan Abu Bakar dan ‘Umar radhiyallahu 'anhuma

Ibnu ‘Abbas radhiyallahu 'anhu menceritakan
Åöäí áóæóÇÞöÝñ Ýöí Þóæúãò äóÏúÚõæÇ Çááåó áöÚõãóÑó Èúäö ÇáúÎóØøóÇÈö æóÞóÏú æõÖöÚó Úóáóì ÓóÑöíúÑöåö¡ ÅöÐóÇ ÑóÌõáñ ãöäú ÎóáúÝöí ÞóÏú æóÖóÚó ãöÑúÝóÞóíúåö Úóáóì ãóäúßöÈöí íóÞõæúáõ: ÑóÍöãóßó Çááåó Åöäú ßõäúÊõ óáÃóÑúÌõæ Ãóäú íóÌúÚóáóßó Çááåõ ãóÚó ÕóÇÍöÈóíúßó ¡ öáÃóäöíú ßóËöíúÑðÇ ãóÇ ßõäúÊõ ÃóÓúãóÚõ ÑóÓõæúáó Çááåö íóÞõæúáõ: ßõäúÊõ æóÃóÈõæú ÈóßúÑò æóÚõãóÑõ¡ æóÝóÚóáúÊõ æóÃóÈõæ ÈóßúÑò æóÚõãóÑõ¡ æóÇäúØóáóÞúÊõ æóÃóÈõæ ÈóßúÑò æóÚõãóÑõ¡ ÝóÅöäú ßõäúÊõ óáÃóÑúÌõæ Ãóäú íóÌúÚóáóßó Çááåõ ãóÚóåõãóÇ¡ ÝóÇáúÊóÝóÊøõ ÝóÅöÐóÇ åõæó Úóáöí Èúäö ÃóÈöí ØóÇáöÈò.

”Sesungguhnya aku pernah berdiri di kerumunan orang-orang yang sedang mendoakan Umar bin Khathab ketika telah diletakkan di atas pembaringannya (ketika meninggal). Tiba-tiba ada seseorang dari belakangku yang meletakkan kedua sikunya di kedua pundakku dan ia berkata:“Semoga Allah merahmatimu (Wahai ‘Umar) dan aku berharap agar Allah menggabungkan engkau bersama dua shahabatmu (Yakni Rasulullah dan Abu Bakar) karena dahulu aku sering mendengar Rasulullah bersabda:”Waktu itu aku bersama Abu Bakar dan Umar…’ ‘aku telah mengerjakan (sesuatu) bersama Abu Bakar dan Umar…’, ‘aku pergi dengan Abu Bakar dan Umar. ’. Maka sungguh aku berharap semoga Allah menggabungkan engkau dengan keduanya. Maka aku menengok ke belakangku ternyata ia adalah Ali bin Abi Thalib.” (HR. A-Bukhari)

Imam al-Bukhari rahimahullah meriwayatkan dari Muhammad bin al-Hanafiah (beliau adalah anak dari ‘Ali bin Abi Thalib radhiyallahu 'anhu), bahwasanya beliau berkata:


" ÞáÊ áÃÈí Ãí ÇáäÇÓ ÎíÑ ÈÚÏ ÑÓæá Çááå Õáì Çááå Úáíå æÓáã ¿ ÞÇá : ÃÈæ ÈßÑ ¡ ÞáÊ : Ëã ãä ¿ ÞÇá : Ëã ÚãÑ ¡ æÎÔíÊ Ãä íÞæá ÚËãÇä ¡ ÞáÊ : Ëã ÃäÊ ¿ ÞÇá: ãÇ ÃäÇ ÅáÇ ÑÌá ãä ÇáãÓáãíä ".

”Aku bertanya kepada bapakku (yakni Ali bin Abi Thalib radhiallahu 'anhu):” Siapakah manusia yang terbaik setelah Rasulullah?” Ia (‘Ali) menjawab: “Abu Bakar.” Aku bertanya (lagi):“Kemudian siapa?”. Ia menjawab:“Umar.” Dan aku khawatir ia akan berkata Utsman, maka aku mengatakan:“Kemudian engkau?” Beliau menjawab:“Tidaklah aku ini melainkan hanya seorang laki-laki (manusia biasa) dari kalangan muslimin”. (HR. Bukhari)

Syaikh Ibnu Taimiyah dan Ahlul Bait

Syaikh Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata dalam al-Aqidah al-Wasithiyah: “Dan mereka (Ahlus-Sunnah) mencintai Ahlul Bait Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam, setia kepada mereka, serta menjaga wasiat Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam tentang mereka, yaitu ketika beliau bersabda di satu hari (Ghaadir-Khum): “Aku ingatkan kalian kepada Allah dalam (masalah hak) Ahlul-Bait-ku”. Beliau juga berkata kepada pamannya, Al-‘Abbas, dimana ketika itu ia (Al-‘Abbas) mengeluh bahwa sebagian orang Quraisy membenci Bani Haasyim. Beliau bersabda:” “Demi Dzat yang jiwaku ada di tangan-Nya, mereka itu tidak beriman sehingga mereka mencintai kalian karena Allah, dan karena mereka itu kerabatku”. Beliau juga bersabda:“Sesungguhnya Allah telah memilih dari Bani Isma’il suku Kinaanah, dan dari Bani Kinaanah, suku Quraisy, dan dari suku Quraisy, Bani Haasyim. Dan Allah memilihku dari Bani Haasyim.” Dan Ahlus-Sunnah senantiasa setia dan cinta kepada istri-istri Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam, karena mereka adalah Ummahatul-Mukminin, serta meyakini bahwasannya mereka adalah istri-istri beliau di akhirat nanti, khususnya Khadijah radliyallaahu ‘anhaa, ibu dari sebagian besar anak-anak Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam. Ia adalah orang yang pertama kali beriman kepada beliau, mendukungnya, serta mempunyai kedudukan yang tinggi. Dan juga Ash-Shiddiqah binti Ash-Shiddiq radliyallaahu ‘anhaa dimana Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda tentangnya : “Keutamaan ‘Aisyah atas seluruh wanita adalah seperti keutamaan tsarid atas semua jenis makanan.” [selesai - Al-‘Aqidah Al-Wasithiyyah].

Syaikh Muhammad bin ‘Abdul Wahab dan Ahlul Bait

Tidak diragukan lagi oleh setiap orang yang berakal, bahwasanya seseorang tidaklah menamakan anak-anaknya melainkan dengan nama orang-orang yang dicintainya, dan yang lebih jelas dari itu bahwa tidak mungkin seseorang menamakan anak-anaknya dengan orang-orang yang dibenci. Dari sini Syaikh Muhammad bin ‘Abdul Wahhab menamakan anaknya yang paling besar dengan nama ‘Ali, dan anak perempuannya dengan nama Fathimah, dan dua orang anaknya yang lain diberi nama Hasan dan Husain. (hal ini bisa dilihat pada kitab ad-Durar as-Sunniyah dan kitab lain yang memuat tentang sejarah beliau rahimahullah). Maka bagaimana mungkin seseorang menuduh Syaikh ‘Abdul Wahhab membenci Ahlul Bait 'alaihimussalaam?!! (Muhammad bin ‘Abdul Wahhab wa Mauqifuhu min Ali al-Bait 'alaihimussalaam)

Syaikh ‘Abdul Muhsin al-‘Abbad hafizhahullah berkata:”Adapun Syaikhul Islam Muhammad bin ‘Abdul Wahhab rahimahullah, maka beliau memiliki enam anak laki-laki dan satu orang anak perempuan. Mereka adalah ‘Abdullah, ‘Ali, Hasan, Husain, Ibrahim, ‘Abdul ‘Aziz dan Fathimah. Maka semuanya adalah nama Ahlul Bait, kecuali ‘Abdul ‘Aziz, karena ‘Abdullah dan Ibrahim adalah nama kedua anak Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, dan sisanya, yaitu ‘Ali, Fathimha, Hasan dan Husain adalah menantu beliau, putri beliau dan kedua cucu beliau shallallahu 'alaihi wasallam. Dan beliau rahimahullah pilihan beliau untuk menamakan anak-anaknya dengan nama-nama mereka (Ahlul Bait), menunjukkan kecintaan beliau kepad Ahlul Bait Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, dan penghormatan beliau kepada mereka. Dan nama-nama ini berulang-ulang pada cucu-cucu beliau rahimahullah.” (Fadhlu Ahlil Bait wa ‘Uluwwi Manzilatihim ‘Inda Ahlis Sunnah)

Syaikh ‘Abdul Muhsin al-‘Abbad hafizhahullah berkata:”Sungguh Allah telah memberikan aku rizki anak laki-laki dan perempuan, aku namakan mereka dengan nama ‘Ali, al-Hasan, Fathimah dan dengan tujuh nama dari Umahatul Mu’minin.” (Fadhlu Ahlil Bait wa ‘Uluwwi Manzilatihim ‘Inda Ahlis Sunnah)

Demikianlah sekilas tentang hubungan antara para Ahlul Bait dengan para Shahabat Nabi, khususnya Abu Bakar dan ‘Umar bin al-Khaththab radhiyallahu 'anha. Dan ini membantah keyakinan sekelompok orang yang mengaku Islam, yang mereka mengklaim bahwa antara Ahlul Bait Nabi dengan para Shahabat terjadi permusuhan dan kebencian. Wallahu A’lam.

(Sumber: Dirangkum dari berbagai sumber kitab dan makalah berbahasa Arab, dan yang lainnya. Diterjemahkan dan diposting oleh Abu Yusuf Sujono)


Hikmah Al-Quran & Mutiara Hadits : index.php
Versi Online : index.php/?pilih=lihathadits&id=305