Artikel : Kajian Islam - Hikmah Al-Quran & Mutiara Hadits - ,

Pendidikan Anak Dalam Islam
oleh :

Tauhid Ketuhanan dan Ibadah artinya: Mengakui hanya Allah sendiri yang berhak untuk disembah dan berlepas diri dari segala sesuatu yang disembah selain Allah. Ibadah adalah nama yang mencakup segala sesuatu yang dicintai Allah dan diridhai-Nya, baik berupa ucapan maupun perbuatan zhahir dan bathin. Menujukan ibadah kepada selain Allah merupakan kecacatan dalam tauhid dan kekufuran terhadap keimanan.

Allah Subhaanahu Wata'ala berfirman,

Þõáú Åöäóø ÕóáóÇÊöí æóäõÓõßöí æóãóÍúíóÇíó æóãóãóÇÊöí áöáóøåö ÑóÈöø ÇáúÚóÇáóãöíäó (162) áóÇ ÔóÑöíßó áóåõ æóÈöÐóáößó ÃõãöÑúÊõ æóÃóäóÇ Ãóæóøáõ ÇáúãõÓúáöãöíäó

“Katakanlah, ”Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Rabb semesta alam, tiada sekutu bagi-Nya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)”.” (Al-An’am: 162-163).

Allah memerintahkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam untuk memberitahukan kepada golongan musyrikin yang menyembah selain Allah dan menyembelih bukan atas nama Allah, bahwa ia berbeda dengan mereka, dan bahwasanya ia menghadap dengan segenap amal perbuatannya hanya kepada Allah semata.

Firman Allah Subhaanahu Wata'ala,

ÝóÕóáöø áöÑóÈöøßó æóÇäúÍóÑú

“Maka dirikanlah shalat karena Rabbmu; dan berkorbanlah.” (Al-Kautsar: 2).

Maksudnya, ikhlaskanlah semua shalatmu dan sembelihanmu hanya untuk Allah. Karena kaum musyrikin menyembah berhala-berhala dan mengajukan sembelihan untuk mereka, maka Allah memerintahkan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam untuk menyelisihi mereka dan hanya mengajukan ibadahnya kepada Allah semata.

Allah Subhaanahu Wata'ala menunjukkan kesia-siaan berdoa kepada selain Allah, karena yang disembah selain Allah tidak mempunyai kemampuan untuk melindungi orang yang memohon perlindungan kepadanya, sebagaimana firman-Nya,

Åöäú ÊóÏúÚõæåõãú áóÇ íóÓúãóÚõæÇ ÏõÚóÇÁóßõãú æóáóæú ÓóãöÚõæÇ ãóÇ ÇÓúÊóÌóÇÈõæÇ áóßõãú æóíóæúãó ÇáúÞöíóÇãóÉö íóßúÝõÑõæäó ÈöÔöÑúßößõãú æóáóÇ íõäóÈöøÆõßó ãöËúáõ ÎóÈöíÑò

“Jika kamu menyeru mereka, mereka tiada mendengar seruanmu; dan kalau pun mereka mendengar, mereka tidak dapat memperkenankan permintaanmu. Dan di hari Kiamat mereka akan mengingkari kemusyrikanmu dan tidak ada yang dapat memberikan keterangan kepadamu sebagaimana yang diberikan oleh Yang Maha Mengetahui.” (Fathir: 14).

Allah mencela ibadah golongan musyrikin kepada selain Allah dan menerangkan kelemahan-kelemahan tuhan-tuhan yang mereka sembah, sebagaimana firman-Nya,
Åöäóø ÇáóøÐöíäó ÊóÏúÚõæäó ãöäú Ïõæäö Çááóøåö ÚöÈóÇÏñ ÃóãúËóÇáõßõãú ÝóÇÏúÚõæåõãú ÝóáúíóÓúÊóÌöíÈõæÇ áóßõãú Åöäú ßõäúÊõãú ÕóÇÏöÞöíäó (194) Ãóáóåõãú ÃóÑúÌõáñ íóãúÔõæäó ÈöåóÇ Ãóãú áóåõãú ÃóíúÏò íóÈúØöÔõæäó ÈöåóÇ Ãóãú áóåõãú ÃóÚúíõäñ íõÈúÕöÑõæäó ÈöåóÇ Ãóãú áóåõãú ÂóÐóÇäñ íóÓúãóÚõæäó ÈöåóÇ Þõáö ÇÏúÚõæÇ ÔõÑóßóÇÁóßõãú Ëõãóø ßöíÏõæäö ÝóáóÇ ÊõäúÙöÑõæäö [ÇáÃÚÑÇÝ/194¡ 195]
“Sesungguhnya berhala-berhala yang kamu seru selain Allah itu adalah makhluk (yang lemah) yang serupa juga dengan kamu. Maka serulah berhala-berhala itu lalu biarkanlah mereka memperkenankan permintaanmu, jika kamu memang orang-orang yang benar. Apakah berhala-berhala mempunyai kaki yang dengan itu dapat berjalan, atau mempunyai tangan yang dengan itu ia dapat memegang dengan keras, atau mempunyai mata yang dengan itu ia dapat melihat, atau mempunyai telinga yang dengan itu ia dapat mendengar. Katakanlah, ”Panggillah berhala-berhalamu yang kamu jadikan sekutu Allah, kemudian lakukanlah tipu daya (untuk mencelakakan)ku, tanpa memberi tangguh (kepadaku)”.” (Al-A’raf: 194-195).

Dalam ayat-ayat ini terdapat pengingkaran Allah terhadap orang-orang musyrikin yang menyembah Allah bersamaan dengan menyembah selain Allah semisal berhala-berhala dan tandingan-tandingan. Mereka adalah ciptaan Allah yang tidak mempunyai kemampuan untuk melakukan apa yang dimintakan kepadanya. Tidak bisa mendatangkan manfaat atau menolak suatu madharat. Tidak mendengar maupun melihat, tidak mampu menolong orang yang menyembahnya, bahkan orang yang menyembahnya lebih sempurna dibandingkan dirinya dari sisi kemampuan melihat, mendengar dan bergerak. Bagaimana mungkin suatu ibadah ditujukan kepada mereka selain kepada Allah?

Allah Subhaanahu Wata'ala berfirman,
æóÇÊóøÎóÐõæÇ ãöäú Ïõæäöåö ÂóáöåóÉð áóÇ íóÎúáõÞõæäó ÔóíúÆðÇ æóåõãú íõÎúáóÞõæäó æóáóÇ íóãúáößõæäó áöÃóäúÝõÓöåöãú ÖóÑðøÇ æóáóÇ äóÝúÚðÇ æóáóÇ íóãúáößõæäó ãóæúÊðÇ æóáóÇ ÍóíóÇÉð æóáóÇ äõÔõæÑðÇ [ÇáÝÑÞÇä/3]
“Kemudian mereka mengambil ilah-ilah selain Dia (untuk disembah), yang tidak menciptakan sesuatu apapun, bahkan mereka sendiri pun diciptakan dan tidak kuasa untuk (menolak) sesuatu kemudharatan dari dirinya dan tidak (pula untuk mengambil) sesuatu kemanfa'atan dan tidak kuasa mematikan, menghidupkan dan tidak (pula) membangkitkan.” (Al-Furqan: 3).

Apabila para tandingan-tandingan ini tidak mampu mengambil sesuatu pun untuk dirinya sendiri, bagaimana mungkin ia memberi kepada yang menyembahnya? Apabila jelas bahwa ia lemah dan tidak mampu melakukan sesuatu, bagaimana mungkin suatu ibadah ditujukan kepadanya?

Allah berfirman, “Katakanlah, ”Panggillah mereka yang kamu anggap selain Allah, maka mereka tidak akan mempunyai kekuasaan untuk menghilangkan bahaya daripadamu dan tidak pula memindahkannya”. Orang-orang yang mereka seru itu, mereka sendiri mencari jalan kepada Rabb mereka siapa di antara mereka yang lebih dekat (kepada Allah) dan mengharapkan rahmat-Nya dan takut akan adzab-Nya; sesungguhnya adzab Rabbmu adalah sesuatu yang (harus) ditakuti.” (Al-Isra’: 56-57).

Para sesembahan yang mereka sembah selain Allah, jelas tidak mampu menolak suatu madharat dari orang yang menyembahnya, bagaimana mungkin dia berhak untuk disembah selain Allah? Yang lebih mengherankan lagi bahwa sebagian dari sesembahan ini tunduk dan berserah diri kepada Allah, akan tetapi golongan musyrikin masih saja menyembah mereka selain kepada Allah.

Dalam kitab Ash-Shahihain diriwayatkan yang semakna dengan ayat ini, dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Ada sekelompok jin yang masuk Islam, mereka sebelumnya disembah, akan tetapi golongan yang sebelumnya menyembah mereka tetap saja masih menyembah mereka padahal golongan jin ini telah berserah diri kepada Allah.”

Dalam riwayat Muslim disebutkan bahwa ada sekelompok manusia yang menyembah segolongan jin. Kemudian golongan jin itu masuk Islam, akan tetapi kelompok manusia yang menyembahnya masih tetap menyembahnya, maka turunlah ayat tadi.

Allah Subhaanahu Wata'ala berfirman,

æóáóÇ ÊóÏúÚõ ãöäú Ïõæäö Çááóøåö ãóÇ áóÇ íóäúÝóÚõßó æóáóÇ íóÖõÑõøßó ÝóÅöäú ÝóÚóáúÊó ÝóÅöäóøßó ÅöÐðÇ ãöäó ÇáÙóøÇáöãöíäó

“Dan janganlah kamu menyembah apa-apa yang tidak memberi manfa'at dan tidak (pula) memberi mudharat kepadamu selain Allah; sebab jika kamu berbuat (yang demikian itu) maka sesungguhnya kamu kalau begitu termasuk orang-orang yang zhalim.” (Yunus: 106).

Firman Allah tentang syirik mahabbah (menduakan kecintaan kepada selain Allah), “Dan di antara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah.” (Al-Baqarah: 165).

Barangsiapa mencintai selain Allah sebagaimana kecintaannya kepada Allah Subhaanahu Wata'ala maka ia telah termasuk golongan yang mengadakan tandingan bagi Allah, yaitu tandingan dalam kecintaan, bukan pada hal penciptaan dan rububiyah. Allah telah mencela kaum musyrikin dalam ayat ini di mana mereka telah menyetarakan kecintaan kepada Allah dan kepada tandingan yang mereka buat atas Allah, tidak mengikhlaskan seluruh ibadah kepada-Nya sebagaimana kecintaan orang-orang yang beriman kepada-Nya.

Firman Allah Subhaanahu Wata'ala,

æóÃóäóøåõ ßóÇäó ÑöÌóÇáñ ãöäó ÇáúÅöäúÓö íóÚõæÐõæäó ÈöÑöÌóÇáò ãöäó ÇáúÌöäöø ÝóÒóÇÏõæåõãú ÑóåóÞðÇ

“Dan bahwasanya ada beberapa orang laki-laki di antara manusia meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki di antara jin, maka jin-jin itu menambah bagi mereka dosa dan kesalahan.” (Al-Jin: 6).

Meminta pertolongan kepada Allah termasuk ibadah yang telah diperintahkan Allah dalam beberapa ayat Al-Qur’an. Maka barangsiapa menujukan sebagian dari permintaan tolong tersebut kepada selain Allah, berarti ia telah menjadikan sekutu bagi Allah dalam hal ibadah. Orang-orang Arab pada zaman jahiliyah dahulu, apabila tiba di suatu tempat yang angker, mereka memohon perlindungan kepada penunggu tempat tersebut dari golongan jin agar mereka tidak terkena suatu gangguan. Melihat hal itu, maka golongan jin semakin menambah ketakutan mereka, sehingga mereka semakin takut kepada jin dan semakin memohon perlindungannya.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

áóÚóäó Çááåõ ãóäú ÐóÈóÍó áöÛóíúÑö Çááåö.

“Allah melaknat orang yang menyembelih untuk selain Allah.” (HR. Muslim).

Berlebih-lebihan dalam menyanjung orang-orang shalih pada zaman dahulu merupakan sumber munculnya kesyirikan pada manusia. Berhala-berhala yang disembah pada zaman Nabi Nuh pada mulanya adalah patung orang-orang shalih di antara mereka, kemudian setan beserta para walinya mulai menjadikan ibadah kepada berhala-berhala tersebut kelihatan indah. Allah Subhaanahu Wata'ala berfirman,

æóÞóÇáõæÇ áóÇ ÊóÐóÑõäóø ÂáöåóÊóßõãú æóáóÇ ÊóÐóÑõäóø æóÏðøÇ æóáóÇ ÓõæóÇÚðÇ æóáóÇ íóÛõæËó æóíóÚõæÞó æóäóÓúÑðÇ

“Dan mereka berkata, ”Jangan sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) ilah-ilah kamu dan jangan pula sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) wadd, dan jangan pula suwaa', yaghuts, ya'uq dan nasr”.” (Nuh: 23).

Al-Bukhari dalam kitab Shahihnya telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Berhala-berhala yang ada di kaum Nuh itu menjadi berhala-berhala bagi orang-orang Arab di kemudian hari. Wadd milik suku Kalb di Dumatul Jandal. Suwa’ milik kaum Hudzail. Yaghuts milik kaum Murad kemudian dimiliki bani Ghutaif di Jarf dekat Saba’, sementara Ya’uq milik kaum Hamadzan dan Nasr adalah milik kaum Himyar, suku Dzil Kila’. Mereka adalah nama-nama orang yang shalih dari kaum Nuh. Setelah mereka meninggal, setan-setan mulai membisikkan kepada kaumnya agar mendirikan patung peringatan di majlis mereka di mana mereka biasa duduk di atasnya, dan memberi nama patung-patung itu sesuai dengan nama-nama mereka. Maka mereka melakukannya dan pada saat itu belum disembah. Namun saat generasi pada kaum tersebut sudah pada meninggal, maka hilang pulalah pengetahuan asal muasal patung itu, sehingga kemudian patung-patung itu disembah.”

Karena itulah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam melarang sikap berlebih-lebihan, beliau bersabda,

áÇó ÊõØúÑõæúäöíú ßóãóÇ ÃóØúÑóÊö ÇáäóøÕóÇÑóì ÇÈúäó ãóÑúíóãó ÅöäóøãóÇ ÃóäóÇ ÚóÈúÏñ ÝóÞõæúáõæúÇ ÚóÈúÏõ Çááåö æóÑóÓõæúáõåõ.

“Janganlah kalian berlebih-lebihan terhadapku sebagaimana sikap berlebihan orang-orang nashrani terhadap putra Maryam. Sesungguhnya aku adalah seorang hamba, maka katakanlah (atas diriku): hamba Allah dan utusan-Nya.” (Muttafaq ‘Alaih.)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

ÅöíóøÇßõãú æóÇáúÛõáõæóø ÝóÅöäóøãóÇ Ãóåúáóßó ãóäú ßóÇäó ÞóÈúáóßõãú ÇáúÛõáõæõø Ýöí ÇáÏöøíúäö.

“Hindarilah sikap berlebih-lebihan. Sesungguhnya kehancuran umat-umat yang ada sebelum kalian bermula dari berlebih-lebihan dalam agama.” (HR. An Nasa’i, Ibnu Majah dan Ahmad dalam Musnadnya.)

Saat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mendengar seorang budak wanita menisbatkan ilmu ghaib pada beliau, maka beliau melarangnya karena hal itu mengandung sikap berlebih-lebihan. Al-Bukhari telah meriwayatkan dalam kitab Shahihnya dari Rabi’ binti Muawwidz bin Afra’, ia berkata, “Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam datang –saat menikah dengan saya- kemudian beliau duduk di atas tempat tidurku, sebagaimana posisi dudukmu dariku. Kemudian para anak-anak kecil perempuan mulai menabuh gendang dan menyebut-nyebut orang tua saya yang terbunuh pada perang Badar. Salah seorang di antara mereka berkata, “Di antara kita ada seorang nabi yang mengetahui apa yang akan terjadi besok.” Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Janganlah engkau ucapkan itu. Ucapkanlah apa yang sebelumnya engkau katakan.”

Hikmah Al-Quran & Mutiara Hadits : index.php
Versi Online : index.php/?pilih=indexkajian&id=1§ion=kj001